Anda di halaman 1dari 18

Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

MEMAHAMI PERAN DALAM TIM


PALIATIF
OLEH
KELOMPOK 2 :

SRIWULAN MARDJUN (841418053)


WAHYUNISYAH R. YUSUF (841418054)
MARIA CHRISTY POLI (841418068)
RIRIN ABAS (841418071)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Memamhami Peran dalam Tim Paliatif” dengan baik dan tepat waktu. Adapun
pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi pengetahuan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dan membantu dalam makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik
dan lancer. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat
memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Gorontalo, 28 Februari 2021

Kelompok 6 Kelas B
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan dibidang kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang


dibutuhkan oleh masyarakat. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan dan ikut menentukan mutu dari pelayanan
kesehatan (Kemenkes RI, 2017). Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan
pada bentuk pelayanan profesional yang sesuai dengan standar etik dan moral
sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.

Pemberian pelayanan perawatan paliatif dilakukan oleh tim paliatif yang


terdiri dari dokter, perawat, pekerja sosial, psikolog, konselor spiritual
(rohaniawan), relawan, apoteker, ahli gizi dan profesi lain yang terkait dan fokus
pendekatannya adalah kepada pasien dan keluarga. Perawat merupakan tim paling
penting dalam tim perawatan paliatif karena perawat menghabiskan waktu yang
lama dibanding tim perawatan paliatif lainnya . Peranan tim paliatif diantaranya
yaitu memberikan dukungan pada pasien dan keluarga, menyediakan dan
meningkatkan manajemen gejala fisik dan emosional,melakukan kolaborasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien serta memberikan informasi mengenai prognosis
penyakit pasien (Rasjidi,2010).

Dalam pelaksanaannya, perawat sebagai salah satu tim dalam perawatan


paliatif mengalami kesulitan. dalam penelitiannya menyatakan bahwa tenaga
kesehatan khususnya perawat memiliki beberapa hambatan dalam melakukan
perawatan paliatif ini antara lain terbatasnya pengetahuan perawat mengenai
bagaimana cara pemberian perawatan paliatif yang berkualitas dan bagaimana
menyiapkan kepribadian perawat agar pelayanan paliatif dapat dioptimalkan
pemberiannya. Begitu juga menurut Paice et al (2007) hambatannya yaitu kurang
adekuatnya persiapan alat, dan obat-obatan penghilang nyeri, sesak nafas, dan
keluhan lain.Selain itu, Adhisty juga menyatakan bahwa hambatan yang ada
dalam pelayanan keperawatan didasarkan pada standar baku atau SOP pada
pelayanan paliatif ini sehingga pelayanan yang diberikan masih merupakan
pelayanan umum dan tidak didasarkan pada masalah dari pasien tersebut.

Perawatan paliatif di Indonesia sudah berkembang sejak tahun 1992 dan


kebijakan perawatan paliatif telah diatur dalam Surat Keputusan (SK) Menteri
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia baru menerbitkan Surat Keputusan
[SK] Menteri Kesehatan RI tertanggal 19 Juli 2007 Nomor
812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif di Indonesia. SK
tersebut merupakan suatu instruksi resmi yang diberikan kepada seluruh institusi
pelayanan kesehatan di Indonesia untuk mengembangkan layanan perawatan
paliatif di tempat masing-masing. (Kepmenkes,2015).

Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu


Benua Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara 22% . Benua Asia
terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara.
Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam benua Asia
Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia termasuk dalam Negara yang
membutuhkan perawatan paliatif. Menurut Kemenkes (2019), lebih dari 1 juta
orang di indonesia membutuhkan perawatan paliatif. Berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar (2018), prevalensi stroke di indonesia adalah 10,9% per 1000
penduduk , penyakit ginjal kronik 3,8 % per 1000 penduduk, diabetes melitus
8,5% per 1000 penduduk, dan kanker 1,79% per 1000 penduduk.

2.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan perawatan palatif ?


2. Siapa saja Tim perawatan palatif ?
3. Apa saja peran setiap tim perawatan paliatif ?
4. Dimana saja tempat perawatan paliatif ?

2.3 Tujuan

1. untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perawatan paliatif


2. untuk mengetahui siapa saja tim dalam perawatan paliatif
3. untuk mengetahui apa saja peran setiap tim dalam perawatan paliatif
4. untuk mengetahui dimana saja tempat perawatan paliatif
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi perawatan paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup


pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan
dukungan fisik, psikososial, dan spritual yang dimulai sejak tegaknya
diagnosis hingga akhir kehidupan pasien.

Perawatan paliatif merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi pasien-


pasien yang mengalami kondisi medis tertentu dan sudah sepatutnya tenaga
medis dalam hal ini dokter, spesialis, perawat dan juga ahli lain seperti bidang
spritual berkolaborasi dalam perawatan paliatif (Brown 2015).

Seperti yang tercantum dalam World Health Organization, perawatan


paliatif adalah penndekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien baik itu pasien dewasa maupun anak-anak serta keluarganya dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
pendekatan rasa sakit melalui identifikasi didni, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
dan spritual. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan kualitas kehidupan baik
bagi pasien dan juga keluarganya. Perawatan paliatif merupakan kolaborasi
dari tim yang terdiri daari dokter, perawat, dan tenaga ahli lainnya untuk
menyediakan dukungan. Perawatan paliatif bisa untuk pasien usia berapa saja
dan pada stage sakit berapa saja serta dapat berdampingan dengan perawatan
kuratif (Vadivelu, Kaye and Berger, 2013; Pantilat et al., 2015).

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia prinsip pelayanan


keperawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya
gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai
kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal, tidak bertujuan
mempercepat atau menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis,
sosial dan spritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif
mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta
menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya (Kemenkes RI, 2017).

2.2 Tim Perawatan Paliatif

Tim paliatif dibentuk berdasarkan ketersediaan sumber daya pada tempat


layanan paliatif. Tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk
melakukan penilaian dan diagnosis bersama pasien dan keluarga untuk
membuat tujuan dan rencana program paliatif serta melakukan monitoring dan
evaluasi

Kepemimpinan yang kuat dan manajemen program secara keseluruhan


harus memastikan bahwa manajer lokal dan penyedia layanan kesehatan
bekerja sebagai tim multidisiplin dalam sistem kesehatan, dan
mengkoordinasikan erat dengan tokoh masyarakat dan organisasi yang terlibat
dalam program ini, untuk mencapai tujuan bersama. Komposisi tim perawatan
paliatif terdiri :

a. Dokter

b. Perawat

c. Pekerja sosial dan psikolog

d. Konselor spiritual

e. Fisioterapis

f. Relawan

g. Apoteker

h. Dukun

2.3 Peran tim perawatan paliatif


Tim perawatan paliatif terdiri :

a. Dokter
Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif
interdisipliner, dokter tersebut harus memiliki pengetahuanserta harus
kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam pengendalian rasa sakit
dan gejala lain, dan juga harus akrab dengan prinsip-prinsip pengelolaan
penyakit pasien. Dokter yang bekerja di pelayanan paliatif mungkin
bertanggung jawab untuk penilaian, pengawasan dan pengelolaan dari
banyak dilema pengobatan sulit.
Selain itu dokter umum juga memiliki peran penting terutama pada
perawatan pasien terminal di tingkat layanan primer (dipuskesmas dan
dirumah pasien). Adapun peran dokter umum ialah
1) Mengkoordinir tim paliatif di tingkat layanan primer
2) Mengantisipasi dan mencegah timbulnya gejala dengan obat dan
modalitas lain
3) Mengatur penggunaan obat sehingga kepatuhan pasien dapat
terjaga
4) Menyusun program paliatif
5) Membangun hubungan kerja dengan tim paliatif di tingkat
sekunder dan mengkonsulkan pasien
6) Membangun kerja sama dan menggunakan sumber daya yang
tersedia di wilayah layanan primer untuk mengembangkan
program paliatif
Adapun untuk Dokter Paliatif di tingkat sekunder dan tersier
memiliki peran sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab terhadap penatalaksanaan pasien paliatif
2) Melakukan penatalaksanaan nyeri dan gejala lain apabila terapi
kausatif belum atau tidak dilakukan
3) Mengkoordinasikan dengan tim penatalaksanaan nyeri dan gejala
lain yang memerlukan keahlian spesialis lain
4) Melakukan tatalaksana gejala pada pasien stadium terminal fase
menjelang akhir kehidupan
5) Mengkoordinasikan kasus dengan dokter primer
6) Memberikan konsultasi dari layanan primer
b. Perawat
Merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak
terlama dengan pasien sehingga memberikan kesempatan unik untuk
mengetahui pasien dan pengasuh, menilai secara mendalam apa yang
terjadi dan apa yang penting bagi pasien, dan untuk membantu pasien
mengatasi dampak kemajuan penyakit. Perawat dapat bekerja sama dengan
pasien dan keluarganya dalam membuat rujukan sesuai dengan disiplin
ilmu lain dan pelayanan kesehatan.
Selain itu juga ada Beberapa bentuk peran perawat di erea
perawatan paliatif yang didefinisikan sebagai satu dukungan untuk
berbagai hal menurut Davies dan Obrie yaitu:
1) Valuing, memiliki kemampuan untuk menghargai terhadap nilai
dan keyakinan sesorang.
2) Connecting, menunujukan kemampuan untuk selalu dapat
berinteraksi dengan pasien dan keluarga, dan mencoba
memahami pengalaman yang dialami oleh mereka.
3) Empowering, memberdayakan pasien dan keluarga untuk dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan harapan yang mereka
ingginkan.
4) Doing for, selain memberikan pelayanana kebutuhan pasien
secara fisik, perawat juga harus memaksilmalkan kemampuan
pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah atau keluhan yang
dialami oleh pasien, seperti bagaimana pasien mampu mengatasi
nyeri yang dirasakan dengan mengelola nyeri secara mandiri
melalui teknik relaksasi.
5) Finding meaning, dalam pelayanan perawatan paliatif mendorong
pasien untuk menemukan makna dari kondisi sakitnya atau
kondisi kekiniannya merupakan hal yang penting dalam
membantu menemukan tata kelola keluhan yang dirasakan oleh
paisen. Sehingga dengan menemukan makna dari suatu
penderitaan atau sakit dapat memberikan kakuatan. Sebagai
contoh dalam perspektif islam. Sakit dapat dimaknai sebagai
salah satu jalan allah untuk mengingatkan manusia akan
pentingnya menjaga kesehatan atau sakit dapat pula menjadi
jalan untuk menggugurkan dosa-dosa.
6) Preserving own integrity, menjaga dan memperthankan integritas
diri merupakan hal yang terpenting untuk memperthankan
hargadiri, keyakinan diri serta semangat atau spirit sehingga
mampu menjalankan peran dan fungsi sebagai anggota tim secara
selektif

c. Pekerja sosial dan psikolog


Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah
pribadi dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan
emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses
berkabung. Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama
karena keluarga mulai merencanakan masa depan.
d. Konselor spiritual
Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak
menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan makna
kehidupan. Sering juga berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus
sebagai sumber dukungan terkait tradisi keagamaan, pengorganisasian
ritual keagamaan dan sakramen yang berarti bagi pasien kanker. Sehingga
konselor spiritual perlu dilatih dalam perawatan akhir kehidupan.
e. Fisioterapis
Peran seorang fisioterapi dalam pelayanan perawatan paliatif berbeda
dengan pelayanan rehabilitas. Dimana intervensi fisioterpi pada pelayanan
rehabilitasi lebih mengutamakan pada upaya peningkatan kemampuan
fungsional pasien, sedangkan dipelayanan perawatan paliatif tujuan
fisioterapi adalah untuk meminimalisir sumber-sumber yang
menyebabakan kelemahan pada pasien.Seorang fisioterapi memiliki peran
yang sangat penting untuk mengatasi keluhan fisik dan non fisik pasien
dengan menggunakan intervensi nonfarmakologis, dan meningkatkan
kemampuan mobilitas . Fisioterapi dapat mengajarkan pasien berupa
relaksasi, teknik pernapasan, dan memberikan bantuan pada pasien yang
mengalami kesulitan untuk mengeluarkan dahak. Fisioterapi juga dapat
mengajarkan keterampilan ke pasien dan keluarganya mengenai cara
memindahkan pasien, mengangkat pasien, serta merekomendasikan alat
bantu berjalan yang cocok untuk memaksimalkan mobilitas pasien.

f. Relawan
Peran relawan dalam tim perawatan paliatif akan bervariasi sesuai dengan
pengaturan. Di negara sumber daya rendah atau menengah, relawan dapat
menyediakan sebagian besar pelayanan untuk pasien. Relawan yang
termasuk dalam rumah sakit dan tim pelayanan paliatif membantu
profesional kesehatan untuk memberikan kualitas hidup yang optimal bagi
pasien dan keluarga. Relawan datang dari semua sektor masyarakat, dan
sering menyediakan link antara institusi layanan kesehatan dan pasien.
Memasukkan relawan dalam tim pelayanan paliatif membawa dimensi
dukungan masyarakat dan keahlian masyarakat. Dengan pelatihan dan
dukungan tepat, relawan dapat memberikan pelayanan langsung kepada
pasien dan keluarga, membantu tugas-tugas administratif, atau bahkan
bekerja sebagai konselor. Selain itu, dapat berperan membantu
meningkatkan kesadaran, memberikan pendidikan kesehatan,
menghasilkan dana, membantu rehabilitasi, atau bahkan memberikan
beberapa jenis perawatan medis.
g. Apoteker
Terapi obat merupakan komponen utama dari manajemen gejala
dalam pelayan paliatif, sehingga apoteker memainkan peranan penting.
Apoteker memastikan bahwa pasien dan keluarga memiliki akses penting
ke obat-obatan untuk pelayanan paliatif. Keahlian apoteker juga
dibutuhkan untuk mendukung tim kesehatan dengan memberikan
informasi mengenai dosis obat, interaksi obat, formulasi yang tepat, rute
administrasi, dan alternatif pendekatan.
Morfin dan obat-obatan lain yang sesuai diperlukan untuk
pelayanan paliatif. Banyak negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah, akses terhadap obat-obatan tidak hanya dibatasi oleh
kurangnya apoteker untuk mengeluarkan obat-obatan, tetapi juga oleh
biaya obat-obatan yang relatif tinggi sehingga sulit dijangkau bagi banyak
pasien kanker. Untuk itu, apoteker, bahkan mereka dengan keterampilan
dasar yang cukup dan pelatihan yang terbatas sangat penting untuk
pelayanan paliatif.
Selain itu menurut Walker, Scarpaci & Mcpherson (2010)
mengelompokan peran apoteker di area perawatan paliatif dalam lima
kelompok. Secara detail setiap kelompok dari peran apoteker akan
dijelaskan berikut ini.
1) Penyediaan layanan obat-obatan
a) Penyimpanan dan distribusi obat-obatan untuk kelompok
pasien paliatif
b) Menyediakan obat-obatan generic sesui dosis dan
kebutuhan pasien paliatif
c) Mengatur obat-obatan yang akan diberikan sesui dengan
rute pemberianya, seperti obat-obatan yang akan diberikan
melalui NGT.
2) Mengoptimalkan pemberian obat
a) Mengevaluasi gejala atau keluhan pasien sebagai akibat
dari efek samping obat, dan memberikan rekomendasi
mengenai obat yang cocok dan sesuai dengan kondisi
pasien
b) Memberikan infomasi detail menegenai konversi obat-
obatan seperti obat golongan opioid
c) Membuat rekomendasi mengenai seberapa cepat obat
opioid diberikan ulang, dosis dinaikan atau dosis
diturunkan
d) Merekomendasikan strategi penetapan adosis yang tepat
ketika mengganti obat dengan obat yang dimiliki fungsi
yang sama.
3) Pendidikan dan informasi tentang obat-obatan
a) Mengajarkan kepada tim perawatan paliatif mengenai
prinsip farmakoterapi pada pasien paliatif
b) Memberikan informasi kepada pasien dan penjaga pasien
mengenai penggunaan mengenai risiko dan keuntungan
penggunaan terapi tersebut terhadap pasien.
c) Mengjarkan pasien, keluarga, dan penjaga pasien mengenai
cara pemberian dan penggunaan obat yang tepat, seperti
obat kategori inhalasi dan nebulizer
4) Keselamatan pasien
a) Melakukan investasi tehadap kejadian atau kesalahan dalam
penggobatan seperti cara pemberian, dosis dan
kontraindikasi serta interaksi obat
b) Melakukan analisis trend untuk merencankan program
pencegahan, pembenahan dan pedoman pengobatan
c) Menggembngkan strategi pendeteksian dini terhadap
potensi kesalahan yang berkenaan dengan pengobatan
pasien
5) Manajemen dan administrasi pelayanan obat
a) Menggembangkan formula pengobatan sesui dengan
standard praktik dan pembiayaan yang lebih efektif
b) Menggembangkan protocol manajemen nyeri dan keluhan
fisik lainnya untuk mengoptimalkan pengunaan obat-obatan
h. Dukun
Peran obat tradisional dan dukun juga diakui. Di seluruh dunia, sekitar dua
pertiga dari pasien kanker meminta pertolongan berobat pada terapi
komplementer atau alternatif. Dalam banyak hal, dukun biasanya tidak
menjadi anggota tim perawatan paliatif. Namun demikian, harus ada ruang
untuk sebuah wacana terbuka antara penyedia layanan kesehatan dan
dukun dengan maksud untuk mengkoordinasikan upaya-upaya mereka
dalam mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka, yang sensitif dan
menghormati, dengan mempertimbangkan beragam budaya masyarakat
dan individu.

2.4 Tempat perawatan paliatif

1)      Rumah Sakit (Hospice Hospital Care), Poliklinik, Rawat Singkat,


Rawat Inap

2)      Rumah (Hospice Care)

3)      Hospis (Hospice Care)

4)      Praktek Bersama, Tim/Kelompok Perawatan Paliatif

Tempat untuk perawatan paliatif dapat dilakukan di :

1)      Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan


dengan pengawasan ketat, tindakan khusus atau memerlukan peralatan
khusus.

2)      Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan.

3)      Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak


memerlukan pengawasan ketat, tindakan atau peralatan khusus, tetapi
belum dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan
tenaga kesehatan.
4)      Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan atau peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa
dilakukan oleh anggota keluarga (Kemenkes RI, 2017)

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perawatan paliatif bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan


keluarga baik pelayanan di rumah maupun pelayanan di rumah sakit yang di
lakukan oleh dokter, perawat serta tenaga medis lainya secara professional dan
bersifat care terhadap paisen untuk menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu
meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib
penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososialdan spiritual.

3.2 Saran

Pemakalah menyadari banyak terdapat kesalahan, kejanggalan, dan kekurangan


dalam penulisan makalah ini, darai kesederhanaan makalah ini, maka kami sebagai
penyedia makalah ini membuka tangan guna meneria kritikan dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Brown,M. 2015. Paliative Care in Nursing and Healthcare. SAGE


Kementrian Kesehatan Ri.2015. Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker.
Jakarta

Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan .


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. ( 2017).

Rasjidi, I. (2010). Perawatan Paliatif Suportif dan Bebas Nyeri pada Kanker.
Jakarta: Sagung Seto.

Walker,K.A. 2010. Fifty Reason to love your palliative care pharmacist.


American Journal of Hospice and Palliative medicine

Anda mungkin juga menyukai