Anda di halaman 1dari 5

SKRIPT KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KELUARGA PASIEN

PENYAKIT HIPERTENSI

Kelompok :3
Nama : Ulfatus Nafisyah
NIM : 202010300511019

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
Ilustrasi Kasus
Keluarga Tn. Akson 55 tahun berjumlah 5 orang terdiri atas istri, anak 2 orang dan keluarga dari
pasien ibu 1 orang.
Saat ini keluarga mengalami masalah kesehatan. Istri menderita hipertensi. Perawat
merencanakan untuk melakukan prevensi dan promosi kesehatan untuk
mencegah meluasnya masalah pada anggota keluarga lainnya.

Situasi Keluarga
Keluarga Tn Akson 55 tahun berjumlah 5 orang terdiri atas istri, anak 2 orang dan keluarga dari pasien
ibu 1 orang.
Saat ini keluarga mengalami masalah kesehatan. Istri menderita hipertensi. Pasien mengatakan tidak tahu
caranya untuk mengatasi penyakit hipertensi muncul kembali.
Perawat merencanakan untuk melakukan tindakan prevensi dan promosi kesehatan untuk
mencegahnya penyakit hipertensi terjadi pada anggota keluarga lainnya.

Diagnosis Keperawatan:
Kurang pengetahuan keluarga

Pra Interaksi:

1. Mempersiapkan diri dan mengetahui keadaan keluarga pasien


2. Akan melakukan pendekatan keluarga
3. Akan melakukan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan kesehatan keluarga
dengan masalah hipertensi, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan keluarga dalam mencegah
terjadinya penyakit hipertensi.

Fase Orientasi
perawat : “Assalamu’alaikum, selamat pagi bapak, ibu, dan semuanya. Saya Ners Ulfatus Nafisyah,
bapak ibu semuanya bisa panggil saya suster Nafis”. (tersenyum dan sambil
melihat respons keluarga).
Keluarga: Wa’alaikumsalam suster Nafis.
perawat : “Bagaimanakah kabarnya hari ini? Saya lihat ibu tampak
gelisah dan terlihat lelah”.
Pasien: “Iya suster, saya sakit kepala, jantung berdebar-debar dan mudah sekali lelah”. (wajah terlihat
sangat gelisah dan cemberut)
Keluarga: “ iya suster, istri dan anak saya mudah sekali lelah, juga sering mengeluh penglihatan kabur”.
(terlihat sedih)
perawat : “ Oh iya kalau begitu bapak, Ibu, dan semuanya hari ini saya akan memberikan penyuluhan
tentang hipertensidan cara
pencegahannya. Waktunya 30—45 menit, apakah bapak-ibu siap?
Tempatnya di ruang tamu ini saja, ya?” (tersenyum ramah, mempertahankan kontak mata,
duduk menyamping)

Fase Kerja:
Perawat : “Sebelum saya menjelaskan cara pencegahan penyakit hipertensi, lebih dahulu
saya jelaskan tentang apa itu penyakit hipertensi ya bapak, ibu, semuanya. Apakah bapak,
ibu,dan semuanya sudah siap?” (mengamati mimic wajah serta ksiapan pasien dan keluarga
menerima informasi)
Keluarga : “Iya suster sudah siap”. (keluarga dan pasien terlihat sudah siap menerima informasi yang
akan disampaikan perawat)
Perawat : “Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah di 130/80
mmHg atau lebih. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan
sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan
diastolik adalah tekanan saat jantung berelaksasi sebelum kembali memompa darah. Hipertensi
terjadi ketika tekanan sistolik berada di atas 130 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80
mmHg. Tekanan darah yang melebihi angka tersebut merupakan kondisi berbahaya dan harus
segera ditangani”. (berbicara tetap dengan sopan dan mempertahankan kontak mata serta posisi
tubuh)
Pasien dan keluarga : (mendengarkan)
Perawat : “ Kemudian untuk mencegah hipertensi ibu, bapak dan semuanya harus raih dan
pertahankan berat badan ideal. Lakukan olahraga rutin, seperti jalan cepat atau bersepeda 2–3
jam setiap minggu. Konsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat, seperti buah dan sayuran.
Batasi jumlah garam dalam makanan ya ibu, bapak dan semuanya, tidak lebih dari 1 sendok teh
per hari. Hindari konsumsi minuman beralkohol. Batasi konsumsi minuman berkafein. Untuk
bapak jka tidak ingin terkena hipertensi juga hentikan kebiasaan merokok ya, juga kurangi
sterss”.

Keluarga (bapak): “maaf suster saya sangat suka kafein. Untuk mengurangi saya minum kopi pakai apa
ya suster?”

Perawat: “ Bapak bisa pakai teh manis karena teh manis tidak ada hubungannya dengan hipertensi. Lebih
baik lagi jika teh hijau bapak, teh hijau dapat membantu mengurangi tekanan darah. Para
peneliti menyebutkan jika penderita hipertensi disarankan mengonsumsi teh secara rutin dalam
jangka panjang. (memperhatikan orang yang mengajak bicara)

Keluarga (bapak): “ Ohhh iya baik suster, saya juga suka teh hijau suster” (terlihat bersemangat)

Pasien (ibu) : “ Begitu ya suster, ternyata teh hijau juga bermanfaat ya” (tersenyum)

Anak: “ suster suster saya juga pengen minum teh hijau” (terlihat bersemangat)

Perawat: “ Iya adek boleh kok minum teh hijau, karena mencegah lebih baik daripada mengobati adek”.
(tersenyum ke anak pasien)

Pasien: “ iya suster benar sekali. Nanti adek sama ayah bisa minum teh hijau bersama-sama”. (tersenyum
bersemangat)

Perawat: “ iya ibu benar sekali, nanti bisa pakai acara minum teh hijau bersama”. (tersenyum sambil
menahan kontak mata dan tetap berperilaku sopan)

Keluarga: “ waaah benar sekali suster ide yang sangat bagus”. (terlihat sangat bersemangat)

Fase Terminasi:
Perawat: “Bagaimana perasaan bapak, ibu dan adik-adik semua? Coba jelaskan bagaimana
cara mencegah terjadinya penyakit hipertensi?”
keluarga: “menjaga berat badan ideal suster dengan olahraga rutin, seperti jalan cepat atau bersepeda 2–3
jam setiap minggu. Kemudian mengonsumsi buah dan sayuran”.
Keluarga (bapak): “Hindari konsumsi minuman beralkohol juga suster. membatasi konsumsi minuman
berkafein, bisa diganti dengan the hijau.
Pasien (ibu): “Juga kurangi stress suster”. (tersenyum bersemangat)
Perawat: “ Alhamdulillah berarti semuanya sudah paham ya bapak, ibu, adik-adik dan semuanya. Setelah
semua paham, saya harap dapat diterapkan ya bapak, ibu adik-adik dan semuanya. (tersenyum
bahagia dan tetap sopan atau menghargai)
Keluarga (bapak, ibu, adik-adik dan keluarga dari pasien ibu) : “Ahamdulillah baik suster (menjawab
secara bersama-sama dan terlihat sangat bahagia)
Perawat : “Baik semuanya tugas saya sudah selesai, Besok jam 08.00 saya akan datang lagi untuk melihat
perubahan gaya hidup bapak, ibu, adik-adik dan semuanya ya, tempatnya juga seperti biasa disini.
(tersenyum kepada semuanya)
Keluarga (bapak, ibu, adik-adik dan keluarga dari pasien ibu): “Baik suster”.
Perawat : “Saya izin keluar ya bapak, ibu, adik-adik dan semuanya, jika perlu bantuan saya bisa
memencet bell yang ada disamping tempat tidur ibu. Permisi, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
(sambil menjabat tangan keluarga)
Keluarga (bapak, ibu, adik-adik dan keluarga dari pasien ibu) : “Baik suster, wa’alaikumsalam”. (kembali
menjabat tangan perawat)
DAFTAR PUSTAKA

A Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma Publishing


Group. Diakses pada tanggal 11 Desember 2020, pukul 12.00 WIB.
Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.
Diakses pada tanggal 11 Desember 2020, pukul 12.15 WIB.
Freidman, L. M.  2010. Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori, praktik (5th
              ed). Jakarta:ECG. Diakses pada tanggal 11 Desember 2020, pukul 13.00 WIB.
Gunarsa, Singgih. 2008. Psikologi Praktis : anak, remaja dan keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.
Diakses pada tanggal 11 Desember 2020, pukul 13.10 WIB.
Kariyoso. 2007. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Jakarta : EGC. Diakses pada
tanggal 11 Desember 2020, pukul 13.15 WIB.
Liljeroos, M., Snellman & Ekstedt. 2011. A Qualitative Study On The Rule Of Patient-Nurse
Communication In Acute Cardiac Care. Journal of Nursing Education and Practive Vol 1
no. 1. Diakses pada tanggal 11 Desember 2020, pukul 13.30 WIB.
Marquis, Bessie L. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori & Aplikasi.
Jakarta : EGC. Diakses pada tanggal 11 Desember 2020, pukul 14.00 WIB.
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC.
Diakses pada tanggal 11 Desember 2020, pukul 14.20 WIB.

Anda mungkin juga menyukai