Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN PENYAKIT ANEMIA

DAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Dosen Pengampu : Irna Nursanti, S. Kep., M. Kep., Sp. Mat


Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas II

Disusun Oleh Kelompok 7:


Kelas 4B
1. Antyesti Rizki C.
2. Eva Hikmatunaziah
3. Jihan Nabillah.
4. Siti Kurniati

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Terima kasih kami ucapkan pada dosen pembimbing mata kuliah


Keperawatan Maternitas II yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan Penyakit Anemia dan
Hiperemesis Gravidarum”.

Kami menyadari makalah ini tidak lepas dari sempurna, untuk itu saran dan
kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk
kesempurnaan makalah – makalah berikutnya. Semoga makalah yang kami buat ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….............i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...…ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Data Kasus ....................................................................................................... 2

B. Program atau Upaya Pemerintah ...................................................................... 3

C. Peran Perawat ................................................................................................... 4

D. Tujuan .............................................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI

1. Anemia ............................................................................................................. 5

2. Hiperemesis Gravidarum ............................................................................... 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1. Asuhan Keperawatan Anemia……………………………………………...16


2. Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum………………………..…..21

BAB IV PENUTUP………………………………………...…………………..…..24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Data Kasus
Anemia pada kehamilan adalah masalah kesehatan masyarakat global.
Prevalensinya adalah 18% di negara-negara maju, sedangkan itu adalah antara
35-75% di negara-negara berkembang. Di negara-negara berkembang,
diperkirakan 460 juta wanita usia reproduksi menderita anemia, 2/3 di antaranya
berada di Asia. Diketahui bahwa prevalensi anemia pada kehamilan adalah 42%
di seluruh dunia, terendah 6% di Amerika Utara dan tertinggi adalah 75% di
Gambia. Prevalensi anemia pada kehamilan adalah 25,1% di Eropa, dan sekitar
24,1% di Amerika. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Cina dengan
8.8149 wanita hamil, tingkat anemia pada trimester pertama ditentukan 22%.
Sedangkan di Indonesia pada tahun 2018 proporsi anemia pada ibu hamil adalah
48,9% (Rikesdas, 2018).

Menurut WHO sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang


kesehatan, mengatakan bahwa Hiperemesis Gravidarum terjadi diseluruh
dunia, diantaranya negara-negara di benua Amerika dengan angka kejadian yang
beragam. Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga banyak terjadi
terjadi di Asia contohnya di Pakistan, 2 Turki dan Malaysia. Sementara itu,
angka kejadian Hiperemesis Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1%
sampai 3% dari seluruh kehamilan (Aril., et al, 2010). Prevalensi Hiperemesis
Gravidarum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2009), menjelaskan bahwa lebih dari 80% wanita hamil di Indonesia mengalami
mual dan muntah yang berlebihan. Menurut Vikanes, et al (2013) insidensi
terjadinya kasus Hiperemesis Gravidarum sebesar 0,8 sampai 3,2% dari seluruh
kehamilan atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1.000 kehamilan di negara
Norwegia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Savira (2014), data yang
didapatkan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul periode
1 Januari 2011 sampai 30 November 2013, terdapat 5.683 ibu hamil dan yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum sebanyak 120 (2,1%) ibu hamil atau sekitar
21 kasus per 1.000 kehamilan, 101 (84,2%) diantaranya harus dirawat di Rumah
Sakit karena kejadian Hiperemesis Gravidarum.

B. Program atau Upaya Pemerintah


Salah satu upaya Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan
dalam rangka pencegahan dan penanggulan anemia adalah dengan pemberian
tablet tambah darah (Fe) yang diberikan untuk ibu hamil setiap hari selama masa
kehamilannya atau minimal 90 tablet yang dibagikan pada waktu ibu hamil
memeriksa kehamilannya yang sudah dilaksanakan selama periode 10 tahun
terakhir.

Pemerintah membuat program jampersal (Jaminan Persalinan) yaitu, jaminan


pembiyaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan
pelayanan bayi baru lahir yang pwmbiyaannya dijamin pemerintah. Tujuannya
untuk mengurangi AKI (angka kematian ibu). Dalam pemeriksaan ANC
(antenatal care) ibu hamil mendapat pelayanan 4 kali pemeriksaan, konseling
KB, Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus dan missed
abortion, Penatalaksanaan mola hidatidosa, Penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum, Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu, Hipertensi dalam
kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi, Perdarahan pada masa kehamilan,
Decompensatio cordis pada kehamilan, Pertumbuhan janin terhambat (PJT):

2
tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan, Penyakit lain sebagai komplikasi
kehamilan yang mengancam nyawa

C. Peran Perawat

Mandiri:

 Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan


sesuai batas kewenangannya
 Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa
 Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuannya, antara lain Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai
program pengobatan dan Memberi penyuluhan atau pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya
 Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil observasi tersebut
 Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi
hal lain yangdiperlukan untuk mengambil persetujuan (informed concent)
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya
 Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan setiap setelah melakukan
tindakan
 Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan pasien

3
Kolaborasi:

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara


bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan
tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yangakan
dilaksanakan (Mubarak, 2005)

D. Tujuan Penyusunan
Tujuan Penyusunan untuk membahas:
Konsep asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum dan anemia pada ibu
hamil.
Terdiri atas: Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinis, Skema patofisiologi,
Penatalaksanaan, dan Komplikasi.
Asuhan Keperawatan pada ibu hamil penderita hiperemesis gravidarum dan/atau
anemia.
Terdiri atas: Pengkajian, diagnosa dan intervensi

4
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Anemia
A. Definisi
Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai
pada kehamilan. Menurut World Health Organization (WHO), diagnosis
anemia dalam kehamilan ditegakkan bila kadar hemoglobin (Hb) <11 gr/dL
(7,45 mmol/L) dan hematokrit (Ht) <0,33. Anemia terjadi pada hingga
sepertiga wanita selama trimester ke-3. Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).
Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh
kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses
metabolisme.

B. Etiologi
Semua penyakit penyebab anemia dijumpai pada wanita usia subur
dapat menjadi penyulit kehamilan. Klasifikasi yang didasarkan terutama
pada etiologi dan mencakup sebagian besar dari kausa umum anemia pada
wanita hamil. Kausa anemia pada kehamilan:

Didapat Herediter

Anemia defisiensi zat besi Talasemia

5
Anemia akibat kehilangan darah akut Hemoglobinopati sel sabit

Anemia akibat peradangan atau Hemoglobinopati lain


keganasan (penyakit kronik)
Anemia hemolitik herediter
Anemia megaloblastik

Anemia hemolitik didapat

Anemia aplastik atau hipoplastik

Anemia fisiologis (pseudoanemia) disebabkan oleh adanya adaptasi


sistem kardiovaskuler untuk memenuhi kebutuhan volume darah karena ada
janin. peningkatan volume plasma yang tidak proporsional menghasilkan
hemodilusi (hidremia kehamilan): hematokrit (Hct) menurun dari antara
38% dan 45% pada wanita sehat yang tidak hamil menjadi sekitar 34% pada
akhir kehamilan tunggal dan 30% pada akhir kehamilan kehamilan
multifetal. Menurut Wylie (2010) penyebab umum anemia defisiensi zat
besi adalah: Ketidakadekuatan kadar zat besi dalam diet, Penurunan zat besi
karena muntah berlebihan, Kebutuhan berlebih sel darah merah (misalnya,
karena kehamilan multipel atau kehamilan yang sering, infeksi kronis
seperti infeksi saluran kemih, atau kehilangan darah akut atau kronik seperti
periode yang berat pada kehamilan sebelumnya atau perdarahan dalam
kehamilan).

C. Manifestasi Klinis
Pada gejala awal anemia biasanya tidak ada atau tidak spesifik
(misalnya: kelelahan, kelemahan, pusing, dispnea ringan dengan tenaga).
Gejala dan tanda lain termasuk pucat dan jika terjadi anemia berat, akan
terjadi takikardi atau hipotensi. Banyak gejala anemia selama kehamilan
juga mungkin dialami bahkan jika tidak anemia meliputi: Merasa lelah atau

6
letih, stress meningkat, kulit pucat progresif, denyut jantung cepat, sesak
nafas, konsentrasi terganggu.

Meskipun kematian ibu jarang teradi, morbilitas cukup signifikan dan


termasuk peningkatan resiko eklampsia, kematian janin dalam rahim, bayi
premature atau BBLR dan endometritis postpartum. Mereka juga memiliki
resiko yang meningkat untuk terjadinya ISK, infeksi paru dan defisiensi
besi.

7
D. Patofisiologi skema

Resiko perdarahan

E. Penatalaksanaan
Tujuan tata laksana adalah koreksi defisit massa hemoglobin dan
akhirnya pemulihan simpanan besi. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan
pemberian oral senyawa besi sederhana (sulfat ferosa, fumarat, atau
glukonat) yang menyediakan dosis harian sekitar 200 mg besi elemental.
Untuk mengisi kembali simpanan besi, terapi oral harus diteruskan selama 3
bulan atau lebih setelah anemia dikoreksi. Bila perempuan hamil dengan
8
anemia defisiensi besi sedang diberi terapi besi adekuat, respons
hematologis dideteksi melalui jumlah retikulosit yang meningkat. Transfusi
sel darah merah atau darah lengkap jarang diindikasikan untuk pengobatan
anemia defisiensi besi kecuali jika terjadi hipovolemia akibat hilangnya
darah atau prosedur bedah emergensi harus dilakukan pada perempuan
anemic berat (hematokrit kurang dari 20% volume).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada ibu hamil


penderita anemia, yaitu pemeriksaan darah lengkap yang terdiri dari jumlah
haemoglobin, hemalokrit, trombosit, Sel darah merah, sel darah putih,
retikulosit. Pewarna sel darah merah berfungsi untuk mendeteksi perubahan
warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia), LED
berfungsi untuk Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal:
peningkatan kerusakan sel darah merah atau penyakit malignasi. Masa hidup
sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnosa anemia (pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek), Tes
schilling: penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP), Aspirasi sumsum
tulang/pemeriksaan/biopsy (sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik)), dan Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan: perdarahan GI.

F. Komplikasi
Pada trimester pertama berkaitan dengan abortus; trimester kedua dan
ketiga predarahan premature, perdarahan antepartum, BBLR, Gestosis-
dekompensasio, IQ rendah; saat inpartu bisa mengalami gangguan
kerjasama 3P dan Persalinan tindakan; saat pascapartum bisa mengalami
infeksi puerperium, perdarahan dan perlukaan sukar sembuh. Anemia akibat

9
kehilangan darah akut, Perdarahan akut masif membutuhkan pengobatan
segera untuk memperbaiki dan mempertahankan perfusi organ-organ vital
seperti ginjal. Meskipun jumlah darah yang digantikan sering tidak
memperbaiki defisit hemoglobin yang disebabkan oleh perdarahan secara
menyeluruh.

Anemia yang disebabkan oleh penyakit kronik, Beberapa diantaranya


adalah penyakit ginjal kronik, penyakit radang usus, lupus eritematosus
sistemik, infeksi granulomatosa, neoplasma ganas, dan artritis reumatoid.
Anemia tersebut biasanya diperberat oleh ekspansi volume plasma yang
tidak sebanding dengan ekspansi massa sel darah merah.

2. Hiperemesis Gravidarum
A. Definisi
Hiperemesis adalah mual dan muntah terjadi pada 80% seluruh
kehamilan, biasanya dimulai pada minggu keempat kehamilan. Gejala ini
biasanya berlangsung hingga 20 minggu pertama kehamilan (Kelly &
Savides, 2009). Meskipun mual dan muntah sangat mengganggu, tetapi
tidaklah berbahaya, tanpa mengganggu metabolism secara signifikan atau
beresiko terhadap ibu dan janin. Komplikasi kehamilan akibat mual dan
muntah umumnya memiliki hasil yang beragam dibanding ibu tanpa gejala
ini (Gordon, 2007). Jika mual dan muntah yang berlebih menyebabkan
penurunan berat badan, ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan gizi, dan
ketonuria, masalah ini dikenal dengan istilah hiperemesis gravidarum.

10
Batas yang jelas antara morning sickness yang fisiologis dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada, Namun apabila keadaan umum penderita
terpengaruh maka dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum

B. Etiologi
Penyebab hiperemisis gravidarum tidak jelas. Beberapa teori telah
dibuat untuk mengetahui penyebabnya, meskipun tidak satupun dari mereka
cukup menjelaskan gangguan tersebut. Hiperemesis gravidarum mungkin
berhubungan dengan tingginya kadar estrogen atau hCG dan dapat
berhubungan dengan hipertiroidisme transien selama kehamilan. Lambung
disritmia, refluk esophagus, dan motilitas lambung yang berkurang juga
dapat berkontribusi pada terjadinya hiperemisis gravidarum (Kelly &
Savides, 2009).

Beberapa faktor predisposisi hyperemesis gravidarum adalah:


a. Faktor presdiposisi, yang sering dikemukakan adalah primigravida,
molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada
molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa
factor hormone memegang peranan, karena hormone chorionic
gonadotropin dibentuk berlebih.
b. Alergi, Masuknya vili chrorialis dalam sirkulasi perubahan metabolik
akibat kehamilan.
c. Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
terhadap hidup. (Hanifa Wiknjosastro, 2006).

11
C. Manifestasi Klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi
tiga tingkatan:
1. Tingkat 1
Muntah terus menerus memengaruhi keadaanumum, menimbulkan rasa
lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, nyeri epigastrum.
Frekuensi nadi ibu meningkat menjadi 100x/menit, tekanan darah sistolik
turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkat 2
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh
terkadang naik serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul
hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi dan nafas bau aseton.
3. Tingkat 3 kesadaran Ibu menurun dari somnolen hingga koma, muntah
berhenti, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat serta tekanan darah
semakin turun.

12
D. Patofisiologi Skema

E. Penatalaksanaan
Untuk pencegahan hiperemesis Gravidarum bisa dilakukan pemberian
informasi dan edukasi tentang kehamilam, dengan tujuan mengurangi
factor psikologis, terhadap rasa takut, mengubah pola makan sehari-hari
(makan sedikit tapi sering), hindari minum air ketika makan, minum air
setengah jam sebelum makan dan setelah makan, dan tidak berbaring
setelah makan. Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat
meringankan wanita hamil karena perubahan suasana dari lingkungan
rumah tangga. Petugas dapat memberikan komunikasi, informasi dan
edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan.

13
Pengobatan mual dan muntah dalam kehamilan dengan obat yang
bersifat tertogenik (tidak menyebabkan kelainan genital/kecacatan janin)
seperti obat sedative ringan (Phenobarbital 30 gram, valium), Anti
muntah (mediamer B6, emetrole, avopreg), vitamin B kompleks dan
vitamin C, dan antasida dan anti mulas bersifat aman dan efektif serta
harus dipertimbangkan sebagai farmakoterapi lini pertama. Jika tindakan
sederhana ini gagal, antiemetic seperti promethazine (25 mg setiap 6 jam
per oral), chlorpromazine, dan ondansetron diberikan untuk mengatasi
muntah dan mual. Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti
sehingga keadaan dehidrasi dapat teratasi. Cairan pengganti yang dapat
diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat
mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi,
sehingga terjadi perubaan metabolisme dari lemak dan protein menuju ke
arah pemecahan glukosa. Selama pemberian cairan harus diperhatikan
keseimbangan cairan yang masuk dan keluar, tekanan darah, nadi, suhu,
dan pernapasan.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien hiperemesis


gravidarum:
 Pemeriksaan urin: Ketonuria (keton berdampak buruk terhadap
perkembangan janin)
 Elektrolit, pada muntah yang hebat bisa terjadi electrolyte imbalance
 Fungsi tiroid (TSH, fT4)
 Fungsi hati (SGOT,SGPT): perlu dibedakan antara peningkatan yang
normal terjadi pada hiperemesis gravidarum dan akibat penyakit
pada hati seperti hepatitis B atau penyebab lainnya
 Amilase: menentukan ada tidaknya prostatitis
 Kultur urin: infeksi saluran kemih dapat menyebabkan mual muntah

14
 Pemeriksaan USG untuk memastikan kesejahteraan janin dan
memeriksa kemungkinan adanya kehamilan multipel atau penyakit
tropoblastik

F. Komplikasi
Muntah dapat berkepanjangan, sering dan parah. Komplikasi serius
adalah robekan Mallory-Weiss, rupture esophagus, pneumotoraks
bilateral, pneumomediastinum, epistaksis serius akibat koagulopati
defisiensi vitamin K, dan ensefalopati wenicke akibat defisiensi tiamin
(kebutaan, kejang, dan koma).

Pada muntah yang menetap, langkah yang sesuai harus diambil untuk
mendiagnosis dan mengobati penyakit lain, seperti gastroenteritis,
kolesistitis, pancreatitis, hepatitis, ulkus peptic, pielonefritis, dan
perlemakan hati akut pada kehamilan. Pada beberapa kasus, factor social
dan psikologis berperan menimbulkan penyakit. Pada muntah
berkepanjangan, bantuan nutrisi perlu dipertimbangkan, yang paling baik
diberikan melalui rute enteral jika mungkin. Pada sebagian wanita
dengan penyakit yang persisten dan parah, mungkin diperlukan nutrisi
parenteral. Pemberian suplemen tiamin juga perlu dipertimbangkan.
Pemberian suplemen tiamin juga perlu dipertimbangkan.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Asuhan Keperawatan Anemia


A. Pengkajian
Kaji pernapasan (takipnea) terjadi akibat penurunan kapasitas darah untuk
mengangkut oksigen. Ukur suhu biasanya penderita demam sebagai respon
pertahanan inang adaptif yang di sebabkan oleh efek pirogen pada
hipotalamus, yang mengakibatkan hipotalamus mengatur suhu tubuh pada
tingkat yang lebih tinggi daripada suhu normal. Saat demam, vasodilatasi
perifer terjadi sebagai upaya adaptif untuk mendinginkan tubuh.
Vasodilatasi menurunkan tekanan darah, dan tubuh beradaptasi dengan
meningkatkan nadi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya jumlah
eritrosit dan Hb
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (untuk zat besi) berhubungan dengan
mual, muntah
3. Defisiensi pengetahuan (obat zat besi dan efek samping)

C. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Perfusi perifer Tujuan: Perfusi 1. Perhatikan status 1. Kejadian perdarahan
jaringan perifer
tidak efektif fisiologis ibu, potensial merusak
adekuat
berhubungan status sirkulasi hasil kehamilan,
Kriteria Hasil :
dengan tidak dan volume darah. kemungkinan
 Tekanan
adekuatnya jumlah systole dan menyebabkan
diastole dalam
eritrosit dan Hb 2. Lakukan hipovolemia atau
rentang normal
16
 Tidak ada pemeriksaan fisik hipoksia
sianosis
CRT dengan uteroplasenta.
 Tidak ada
sesak menekan kuku 2. Keadaan capillary
 CRT < 3 detik
pasien refill test yang tidak
 Konjungtiva
tak anemis kembali dalam waktu
3. Auskultasi dan
kurang dari 2 detik
laporkan DJJ,
dapat menandakan
catat brakikardi,
anemia.
atau takikardi.
Catat perubahan
3. Mengkaji
pada aktivitas
berkelanjutan
janin(hipoaktif
hipoksia janin. Pada
dan hiperaktif)
awalnya janin
berespon pada
4. Catat
penurunan kadar
kemungkinan
oksigen dengan
kehilangan darah
takikardi dan
ibu dan adanya
peningkatan gerakan.
kontraksi uterus
Bila tetap deficit
5. Anjurkan tirah akan terjadi
baring pada posisi brakikardi dan
miring kiri penurunan aktivitas
4. Kehilangan darah ibu
secar berlebihan
menurunkan perfusi
plasenta
5. Menghilangkan
tekanan vena cava
inferior dan
meningkatkan

17
sirkulasi plasenta
atau janin dan
pertukaran oksigen.

2. Nutrisi kurang dari  Melaporkan 1. Pantau 1. Menentukan


asupan zat keadekuatan keadekuatan asupan
kebutuhan tubuh
besi sebesar asupan zat besi zat besi dalam
(untuk zat besi) 15 mg dalam selama 24 jam periode satu kali 24
diet selama 24 terakhir. jam.
berhubungan
jam terakhir. 2. Kaji 2. Menentukan
dengan mual,  Menyebutkan pengetahuan kebutuhan
dengan benar mengenai pembelajaran yang
muntah
enam makanan kaya spesifik.
makanan kaya zat besi dan 3. Jika klien tidak
zat besi yang jumlah yang termotivasi untuk
disukai ibu. dibutuhkan patuh, pengkajian
 Menoleransi untuk kehamilan lebih lanjut
asupan zat yang sehat. diperlukan guna
besi yang 3. Pantau motivasi mengetahui alasan
dianjurkan. untuk memenuhi ketidakpatuhan dan
 Memiliki nilai perubahan diet. merencanakan
laboratorium 4. Pantau frekuensi intervensi untuk
dalam batas mual dan meningkatkan
normal (Ht muntah motivasi.
lebih dari 35% 5. Pantau kadar Hb 4. Mual dan muntah
pada trimester dan Ht. dapat berpengaruh
prtama, lebih 6. Pantau negatif terhadap
dari 30% pada pengkajian asupan suplemen zat
trimester tingkat energi besi dan makanan
kedua, dan dengan yang kaya zat besi.
lebih dari 34% menggunakan Pemberian suplemen
pada trimester skala 1 (tidak zat besi dapat
ketiga, Hb mampu meningkatkan mual.
lebih dari 11 menyelesaikan 5. Nilai dasar
g/dl pada tugas sederhana) merupakan indikator
trimester hingga 5 (aktif, keparahan anemia.
pertama dari mampu Hasil tindak lanjut
ketiga, namun mempertahanka mencerminkan
kurang dari n aktivitas keberhasilan asupan
10,5 g/dl pada normal tanpa dan/atau pemberian
trimester keletihan) suplemen zat besi.
kedua) 7. Anjurkan untuk 6. Kadar zat besi yang
 Melaporkan menyertakan rendah menyebabkan
tingkat energi daging tanpa keletihan; ketika

18
yang adekuat lemak dalam kadar zat besi
diet, atau meningkat, tingkat
mengombinasika keletihan mungkin
n makanan tanpa berkurang.
daging dengan 7. Absorpsi zat besi
makanan yang lebih tinggi untuk
kaya vitamin C. produk hewan
8. Sarankan untuk daripada sayuran.
memasukkan Absorpsi dari sumber
sayuran berdaun bukan daging
hijau tua, telur, meningkat dengan
dan gandum mengonsumsi
utuh, serta roti vitamin C.
kaya gizi dan 8. Semua makanan ini
sereal dalam merupakan sumber
diet; juga zat besi yang baik.
sertakan buah- 9. Membantu
buahan yang merencanakan
dikeringkan, asupan zat besi yang
polong- tepat. Jumlah zat besi
polongan, yang dibutuhan
kerang, serta bergantung pada usia
sirup gula. ibu dan asupan zat
besi sebelumnya.
Kolaborasi Seorang ahli diet
Lakukan konsultasi mampu menentukan
dengan ahli diet guna kebutuhan spesifik
menetapkan tingkat pada ibu tertentu dan
mempertimbangkan
asupan zat besi yang
pilihan makanan
tepat untuk sesuai individu dan
kebutuhan ibu yang budaya pada saat
spesifik dan ubah merencanakan diet.
secara terus menerus
makanan kaya zat
besi sesuai pilihan
individu/budaya.
3. Defisiensi  Menjelaskan Penyuluhan klien 1. Membantu
efek samping /keluarga meningkatkan
pengetahuan (obat
pemberian 1. Jelaskan kepatuhan.
zat besi dan efek suplemen zat mengenai tujuan 2. Waktu yang tepat
besi. dan kerja zat besi, dalam pemberian zat
samping)
 Mendeskripsika perannya dalam besi akan membantu
n pemberian kesehatan ibu dan memastikan absorpsi

19
obat yang benar. janin, serta yang tepat. Jangan
 Mengidentifikas kesulitan untuk mengonsumsi zat
i penyimpanan memperoleh besi satu jam setelah
suplemen zat jumlah yang minum susu atau
besi yang aman adekuat dalam produk susu karena
untuk mencegah diet selama zat besi berkaitan
keracunan tanpa kehamilan. dengan kalsium dan
sengaja pada 2. Jelaskan tidak dapat
Anak-anak. mengenai diabsorpsi dengan
pemberian zat baik.
besi yang benar. 3. Vitamin C
3. Anjurkan untuk meningkatkan
mengonsumsi zat absorpsi zat besi.
besi dengan 4. Makanan
cairan yang kaya mengurangi mual
vitamin C. yang disebabkan oleh
4. Sarankan untuk zat besi.
mengonsumsi zat 5. Memungkinkan ibu
besi bersama melakukan tindakan
makanan bila ibu … (mis.,
merasa mual meningkatkan asupan
akibat obat. cairan dan serat)
5. Jelaskan bahwa 6. Mencegah keracunan
suplemen zat besi pada anak-anak.
dapat 7. Sejumlah kecil zat
menyebabkan besi akan terlepas ke
konstipasi. dalam makanan.
6. Anjurkan untuk
menyimpan obat-
obatan zat besi di
luar jangkauan
anak-anak.
7. Anjurkan untuk
memasak dengan
peralatan dari
besi.

20
2. Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum
A. Pengkajian
Selama kontak awal dengan wanita yang mengalami hiperemesis
gravidarum, perawat harus mengkaji pola muntah dan mual klien termasuk
awitan, durasi, frekuensi dan waktu perkiraan munculnya mual dan muntah.
Hasil pemeriksaan dari laboratorium harus dikaji dengan cermat apakah ada
tanda tanda hemokonsentrasi (peningkatan hemoglobin dan hemotokrit)
ketidak eimbangan cairan dan elektrolit (penurunan natrium, kalium dan
klorida) dan kekurangan vitamin (B dan folat). Ketidakseimbangan
elektrolit dan kekurangan vitamin haris dikoreksi dengan cairan IV dan
vitamin parenteral dan sebelum klien menerima TPN.

B. Diagnosa
1. Kekurangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah yang
berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan mual dan
muntah terus menerus
3. Nyeri pada epigastrum yang berhubungan dengan muntah berulang

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1.Kekurangan Kebutuhan  Istirahatkan ibu di  Istirahat akan
cairan dan cairan dan tempat yang nyaman menurunkan
elektrolit elektrolit kebutuhan energy
yang terpenuhi  Pantau tanda-tanda kerja yang membuat
berhubungan vital serta tanda- metabolism tidak
dengan tanda dehidrasi meningkat, sehingga
muntah yang tidak merangsang
berlebihan  Kolaborasi dengan mual dan muntah
dan dokter dalam  Dengan
pemasukan pemberian cairan mengobservasi
yang tidak infus tanda-tanda
adekuat kekurangan cairan
 Pantau tetes cairan dapat diketahui

21
infus sejauh mana
keadaan umum dan
 Catat intake dan kekurangan cairan
output pada ibu. Tekanan
darah turun, suhu
 Setelah 24 jam meningkat, dan nadi
anjurkan untuk meningkat
minum tiap jam merupakan tanda-
tanda dehidrasi dan
hypovolemia.
 Pemberian infus
dapat mengganti
jumlah cairan
elektrolit yang
hilang dengan cepat.
 Dengan mengetahui
intake dan output
cairan diketahui
keseimbangan cairan
dalam tubuh
 Minum yang sering
dapat menambah
pemasukan cairan
melalui oral
2. Nutrisi Kebutuhan  Kaji kebutuhan  Dengan mengetahui
kurang dari nutrisi nutrisi ibu kebutuhan nutrisi
kebutuhan terpenuhi  Observasi tanda- ibu dapat dinilai
yang tanda kekurangan sejauh mana
berhubungan nutrisi kekurangan nutrisi
dengan mual  Setelah 24 jm pada ibu dan
dan muntah pertama beri menentukan langkah
terus makanan dalam selanjutnya
menerus porsi kecil tapi  Untuk mengetahui
sering sejauh mana
 Anjurkan klien kekurangan nutrisi
untuk memakan akibat muntah yang
makanan yang berlebih
kering dan tidak  Makanan dalam
merangsang porsi kecil dapat
pencernaan mengurangi
pemenuhan lsmbung
dan mengurangi
kerja peristaltic usus
serta memudahkan
proses penyerapan
22
 Makanan kering
tidak merangsang
pencernaan dan
mengurangi
perasaan mual
3. Nyeri pada Rasa nyaman  Kaji tingkat nyeri  Dengan mengkaji
epigastrum terpenuhi  Atur posisi ibu dapat mengetahui
yang dengan kepala lebih tingkat nyeri pada
berhubungan tinggi selama 30 ibu dan menentukan
dengan menit setelah makan tindakan
muntah  Perhatikan keperawatan
berulang kebersihan mulut  Dengan posisi
sesudah dan kepala lebih tinggi
sebelum makan dapat mengurangi
 Alihkan perhatian tekanan pada
ibu pada hal yang gastrointestinal
menyenangkan  Kebersihan mulut
 Anjurkan ibu untuk yang baik dapat
beristirahat dan menimbulkan rasa
batasi pengunjung nyaman dan
 Kolaborasi dalam diharapkan dapat
pemberian mengurangi rasa
antiemietik dan mual
sedative dengan  Diharapkan ibu
dokter dapat melupakan
rasa nyeri akibat
muntah yang
berulang
 Istirahat yang cukup
dan membatasi
pengunjung
menambahketenanga
n
 Obat antiemietik
mengurangi muntah
dan obat sedative
membuat ibu tenang
sehinggan
mengurangi nyeri
yang dirasakan

23
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum
adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah
yang berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada minggu kelima
sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat
kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan


dengan jelas memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah
makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau kadar


hemoglobin didalam sel darah merah kurang dikarenakan adanya kelainan
dalam bentuk sel, perdarahan atau gabungan keduanya. Anemia sering
dijumpai di masyrarakat dan mudah dikenali (di diagnosa).

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa
dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, dan mampu mengenali tanda-tanda hipertemesis
gravidarum dan anemia

24
DAFTAR PUSTAKA

Indriyani, Diyan. 2013. Keperawatan Maternitas pada Area Perawatan Antenatal.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Ester, Monica. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Maternal & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC

Hollingworth, Tony. 2012. Diagnosis Banding dalam Obstetri dan Ginekologi:A-Z.


Jakarta: EGC

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Ed. 21. Jakarta:
EGC.

Leveno, Kenneth J. 2016. Manual Komplikasi Kehamilan Williams, Ed. 23. Jakarta:
EGC.

Lowdermilk, Deitra Leonard. 2013. Keperawatan Maternitas ed. 8 buku 2. Jakarta:


Salemba Medika

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasi
l%20Riskesdas%202018.pdf (diakses pada tanggal 23 Februari 2019, pukul
20.18)

http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/8378/3678 (diakses pada tanggal 23


Februari 2019, pukul 20.08)

http://www.jamsosindonesia.com/prasjsn/jamkesmas/jampersal (diakses pada tanggal


23 Februari 2019, pukul 21.15)

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5651893/ (diakses pada tanggal 23


Februari 2019, pukul 7.30)

25

Anda mungkin juga menyukai