Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

“ANEMIA PADA KEHAMILAN”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik I di Program Studi
DIII Kebidanan

Dosen Tutor :

Dede Gantini SST, M.Keb

Disusun oleh :

Fanny Sri Lestari (P20624118008)

PRODI DIII KEBIDANAN

POLTEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

JURUSAN KEBIDANAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya berhasil menyelesaikan Laporan
Pendahuluan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Anemia Pada Kehamilan”.

Penyusunan laporan pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui


patofisiologi kehamilan yaitu hiperemesis gravidarum. Saya berharap laporan
pendahuluan ini bisa menjadi prasarana dalam mempermudah praktik klinik
1.

Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan pendahuluan
ini. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Tasikmalaya, Juni 2020

Penyusun,

IKHTISAR

i
Anemia dalam kehamilan dapat diartikan ibu hamil yang mengalami
defisiensi zat besi dalam darah. Selain itu, anemia dalam kehamilan dapat
diartikan juga sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb)
<11gr% pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II kadar
hemoglobin <10,5%.

Anemia dalam disebut “potentional danger to mother and child”


(potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
(Bobak, 2005; Manuba, 2007)

Anemia merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan. Dan


kekurangan zat besi merupakan penyebab utama terjadinya anemia. Ibu hamil
mempunyai risiko yang tinggi untuk mengalami anemia defisiensi besi.
Penanggulangan anemia defi siensi besi dilakukan melalui program
pemberian suplemen zat besi dengan dosis pemberian sehari sebanyak 1
tablet berturut-turut minimal selama 90 hari selama kehamilan.

Defisiensi zat besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi ketika


prevalensi anemia meningkat, kekurangan zat besi merupakan penyebab
utama (Stoltzfus RJ & Michele LD, eds. 1998). Dan ibu hamil mempunyai risiko
yang tinggi untuk mengalami anemia defisiensi zat besi (DeMaeyer et al.,
1989).

Anemia banyak diklasifikasikan dengan ringan, sedang, berat. Namun


standar nilai HB untuk tiap populasi/tempat tidak dapat disamakan. Secara
khusus WHO mengklasifikasikan anemia, sebagai berikut:

ii
a. Umur 6 bln – 5 tahun : Hb < 11 gr%

b. Umur 6 – 14 tahun : Hb < 12 gr%

c. Umur > 14 th (laki-laki) : Hb < 13 gr%

d. Umur > 14 th (wanita) : Hb < 12 gr%

e. Wanita hamil : Hb < 11 gr%

Untuk wanita hamil, anemia diklasifikasikan sebagai berikut:

Anemia : Hb < 11gr%

Anemia Berat : Hb < 8 gr%

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................

iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
IKHTISAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Lingkup Pembahasan.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi Anemia ..................................................................................................4
2.2 Etiologi dan Prediposisi.....................................................................................5
2.3 Tanda dan Gejala.................................................................................................7
2.4 Patofisiologi .........................................................................................................8
2.5 Komplikasi yang terjadi.....................................................................................9
2.6 Upaya Pencegahan ..........................................................................................10
2.7 Upaya Deteksi Dini...........................................................................................11
2.8 Penanganan Awal Bidan.................................................................................12
2.9 Penanganan Lanjutan......................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
LAMPIRAN...........................................................................................................................16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang harus
dipikirkan secara serius, apalagi anemia yang terjadi pada ibu yang
sedang dalam keadaan hamil. Karena anemia yang terjadi pada ibu
hamil akan berdampak pada ibu dan bayinya, dampak yang timbul
antara lain, kehamilan abortus, berat bayi lahir rendah, kelahiran
prematur, bayi kekurangan gizi saat didalam kandungan / Intra Uterine
growth retardation (IUGR), power tenaga saat melahirkan lemah
sehingga menyebabkan persalinan menjadi lama, proses lamanya
persalinan dapat meningkatkan angka infeksi pada ibu dan bayi, atonia
uteri (uterus tidak bisa mengkerut) merupakan penyebab terjadinya
perdarahan pada saat melahirkan maupun setelah melahirkan.
Anemia adalah keadaan dimana jumlah kadar Hb (Hemoglobin),
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau
biasa disebut juga penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi atai jumlah kadar hemoglobin (Hb) dibawah batas normal.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2013
memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian ibu melahirkan di seluruh
dunia setiap tahunnya, 99% diantaranya terjadi di Negara berkembang.
Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir 1 orang ibu setiap
menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan.Angka kematian
maternal di Negara berkembang diperkirakan mencapai 100-
1000/100.000 kelahiran hidup.Sedang di Negara maju berkisar antara
7-15/100.000 kelahiran hidup. Ini berarti bahwa di Negara berkembang

1
risiko kematian maternal 1 diantara 29 persalinan sedangkan di Negara
maju 1 diantara 29.000 persalinan.
Menurut laporan pembangunan pada tahun 2013 tercatat angka
kematian ibu di beberapa Negara Assosiation South East Asia Nations
(ASEAN) seperti di Vietnam 18 per 100.000 kelahiran hidup, di Malaysia
5,5/100.000 kelahiran hidup, Filiphina 26 per 100.000 kelahiran hidup
dan Singapura 3/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian
diIndonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan angka kematian ibu
saat melahirkan mengalami penurunan sejak tahun 2015 hingga tahun
2017. Angka kematian ibu saat melahirkan pada tahun 2015 sekitar
4.999 kasus, tahun 2016 sekitar 4.912 kasus, sementara di tahun 2017
terjadi 1.712 kasus kematian ibu saat proses persalinan.
Di Indonesia angka anemia kehamilan menunjukkan nilai yang
cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan
pada trimester I sebanyak 3,8%, trimester II yaitu 13,6% dan trimester III
yaitu 24,8% dan tiap tahunnya wanita Indonesia meninggal karena
kehamilan dan persalinan. (Manuaba I.G.B,2010).
Laporan pendahuluan ini bertuuan unuk melaksanakan asuhan
kebidanan kehamilan terhadap Ny “A” 34 tahun G2P1A0 Usia
kehamilan 21-22 minggu dengan keluhan sering pusing dan cepat
lelah. TTV, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84x/m, pernafasan
20x/m, dan suhu 36,8ºC. Konjungtiva pucat, kuku pucat. Laporan
pendahuluan ini menggunakan metode studi kasus dengan
manegemen kebidanan 5 langkah yaitu pengkajian data, penentuan
diagnosa, perencanan asuhan kebidanan, dan penatalaksanaan asuhan
kebidanan dalam betuk SOAP.

2
1.2Lingkup Pembahasan
Lingkup materi yang akan dibahas antara lain : fisiologis anemia,
Anemia pada kehamilan [ etiologi, predisposisi, tanda dan gejala
( subjek dan objektif), patofisiologis, komplikasi yang terjadi, upaya
pencegahan (asuhan dan KIE yang dapat dilakukan), upaya deteksi dini,
penanganan awal bidan (sebelum melakukan rujukan), penanganan
lanjutan.

3
BAB II

2.1 Fisiologi Anemia


Warna merah pada darah disebabkan karena hemoglobn, protein
pernafasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk
heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah
mengalir dalam pemuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung meuju paru-paru untuk melepaskan sisa
metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui
melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung
melalui vena pulmonalis. Darah juga mengangkut sisa-sisa bahan
metabolism obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk dibuang
sebagai urine.
Komponen darah manusia terdiri dari dua komponen yaitu
Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah:
a. Eritrosit, mengandung hemoglobin dan sebagai pemberi warna
merah pada darah. Hb adalah protein kompleks yang terdiri atas
protein, globin, dan pigmen hem (besi), maka dari itu zat besi
sangat penting bagi Hb.
b. Leukosit, Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit
(pemakan) bibit penyakit atau benda asing yang masuk tubuh.
c. Trombosit, Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit
menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan
mengeluarkan enzim trombokinase (tromboplastin). Pada masa
embrio sel – sel darah dibuat di limpa dan hati (extra medullary

4
haemopoesis) setelah embrio sudah cukup usia, fungsi itu
diambil alih oleh sumsum tulang.
d. Plasma darah, Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin,
globulin, dan fibrinogen, cairan yang tidak mengandung unsur
fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam serum inilah
yang berfungsi sebagai antibody terhadap adanya benda asing
(antigen).

2.2Etiologi dan Predisposisi


Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan zat besi.
Penyebab lain termasuk infeksi, gangguan pembentukkan sel
darah,defisiensi folat, dan vitamin B12.
a. Etiologi Anemia
1) Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang
disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan
yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Disebabkan
karena: Diet yang tidak mencukupi, Absorbs yang
menurun, Kebutuhan yang meningkat pada
kehamilan/lantasi, Perdarahan pada saluran cerna,
menstruasi, dan donor darah, Hemoglobinuaria ,
Penyimpanan besi yang kurang seperti pada
hemosiderosis paru.
2) Anemia penyakit kronik
Merupakakan anemia yang disebabkan oleh berbagai
penyakit infeksi – infeksi kronik (seperti abses, empisema,

5
dan lain lain) dan neoplasma (seperti limfoma, nekrosis,
jaringan).
3) Anemia krositik
Anemia kroistik disebabkan karena, Defisiensi vitamin
B12 atau pernisiosa, Absorbs vitmin B12 menurun,
Defisiensi asam folat, Gangguan metabolism asam folat.
4) Anemia karena perdarahan
Anemia karena pendarahan disebabkan karena
adanya pengeluaran darah yang sedikit-sedikit atau
cukup banyak. Baik hal itu diketahui maupun tidak.
5) Anemia hemolitik
a. Intrinsic.
Disebabkan karena kelainan membrane seperti
sferositosis hereditis, hemoglobinuria makturnal
pamosimal. Kelainan glikolisis dan Kelainan enzim,
seperti defisiensi glukosa -6 fosfat dehydrogenase
(GEDP)
b. Ektrinsik
Disebabkan karena gangguan system imun, Infeksi
dan Luka bakar.
c. Anemia plastic
Penyebabnya bisa kongenital (jarang), idiopatik
(kemungkinan autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi,
toksin seperti berzes, foluen, insektisid, obat – obatan
seperti kloramfenikol, sulfenomid analgesic, anti
epileptic (hidantoin), pasca hepatitis.

6
Faktor Predisposisi :
a. Riwayat anemia
b. Penyakit sel sabit (sickel cell)
c. Menderita talassemia atau riwayat talasemia dalam keluarga
d. ITP (idiopathic thrombocytopenic purpura)
e. Gangguan perdarahan
f. Riwayat kehamilan sebelumnya disertai perdarahan
g. Riwayat malaria
h. Menderita cacingan
i. Riwayat sindrom HELLP Riwayat diet: sumber makanan yang
kurang zat besi, pica yang
berlebihan

2.3Tanda dan Gejala


Walaupun tanpa gejala, anemia dapat menyebabkan tanda dan
gejal sebagai berikut:
a. Letih dan sering mengantuk
b. Pusing, lemah
c. Sering sakit kepala
d. Kulit dan membran mukosa mucat (konjuntiva, lidah)
e. Bantalan kuku pucat
f. Tidak ada nafsu makan, kadang mual dan muntah
Gejala umum anemia adalah rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga
mendenging (tinitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin,
sesak nafas dan dispepsia, serta konjungtiva anemis.
Gejala khas masing-masing anemia meliputi :

7
a. Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, dan kuku sendok (koilonychia).
b. Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada
defisiensi vitamin B12.
c. Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali, dan hepatomegali.
d. Anemia aplastik : pendarahan dan tanda- tanda infeksi.

2.4Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan, antara lain
adalah oleh karena peningkatan oksigen, perubahan sirkulasi yang
makin meningkat terhadap plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai
darah untuk pembesaran uterus, sehingga terjadi peningkatan volume
darah yaitu peningkatan volume plasma dan sel darah merah. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar
jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. Volume plasma
meningkat 45-65 % dimulai pada trimester II kehamilan, dan
maksimum terjadi pada bulan ke-9 yaitu meningkat sekitar 1000 ml,
menurun sedikit menjelang aterm, serta kembali normal tiga bulan
setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti
laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron.
Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak
menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi.
Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit
biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke-8 kehamilan, dan terus
menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan

8
tercapai. Sebab itu, apabila ekspansi volume plasma yang terus-
menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin
sehingga menurunkan kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di
bawah batas “normal”, timbulah anemia. Kehamilan membutuhkan
tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan
yang terdiri dari :
a. Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400
mg zat besi dan mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.
b. Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.
c. Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg.
d. Sekitar 190 mg hilang selama melahirkan.

Selama periode setelah melahirkan 0,5-1 mg besi perhari


dibutuhkan untuk laktasi, dengan demikian jika cadangan pada
awalnya direduksi, maka pasien hamil dengan mudah bisa mengalami
kekurangan besi.

2.5 Komplikasi yang terjadi


Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan
a. Abortus
b. partus prematurus
c. partus lama
d. retensio plasenta
e. pendarahan post partum karena atonia uteri
f. syok
g. infeksi intrapartum maupun postpartum.

9
Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl dapat
meyebabkam dekompensasi kordis. Akibat anemia terhadap janin
dapat meyebabkan terjadinya:

a. kematian janin intrauterin


b. kelahiran dengan anemia
c. Tejadi cacat bawaan
d. Bayi mudah mendapatkan infeksi sampai kematian perinatal
Pada kala nifas dapat menyebabkan :
a. Subinvolusi uteri meimbulkan pendarahan postpartum
b. Memudahkan infeksi puerperium
c. Pengeluaran ASI berkurang
d. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e. Anemia kala nifas
f. Mudah terjadi infeksi mamae

2.6 Upaya pencegahan

Untuk melakukan pencegahan anemia dalam kehamilan, anjurakan


ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, dengan makan makanan yang
mengandung zat besi yang tinggi. Seperti sayuran hijau, daging dan
hati ayam.
Bayam salah satu sayuran yang banyak mengandung zat besi,
dimana zat besi merupakan salah satu nutrien yang sangat penting
dikonsumsi selama hamil (Bobak, 2008).Ada dua jenis bayam, yaitu
bayam merah dan bayam hijau.Bayam merah dan bayam hijau
sebenarnya sama-sama memiliki manfaat yang baik. Di dalam 100 gr
bayam hijau mengandung energi sebesar 16 Kkal, 0,9 protein, 0,4 gr

10
lemak, 2,9 gr karbohidrat, 166 mg kalsium, 0,7 gr serat, 3,5 mg zat besi
dan 41 mg vitamin C. Sedangkan untuk 100 gr bayam merah
mengandung energi sebesar 50 Kkal, 3 gr protein, 0,8 gr lemak, 10 gr
karbohidrat, 520 mg kalsium, 2,2 gr serat, 7 mg zat besi dan 62 mg
vitamin C. Untuk itu pencegahan agar tidak terjadinya anemia
sebaiknya mengkonsumsi bayam terutama bayam merah yang memiliki
kandungan zat besi dan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bayam hijau.

2.7 Upaya deteksi dini

Untuk menegakkan diagnosis anemia dapat dilihat dari tanda dan


gejala yang muncul serta diperlukan metode pemeriksaan yang akurat
dan kriteria diagnosis yang tegas. Gejala ini berupa badan lemah, lesu,
cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada
konjungtiva dan jaringan di bawah kuku. Penegakkan diagnosa anemia
dapat dilakukan dengan memeriksa kadar hemoglobin dengan
menggunakan alat sederhana seperti Hb Sahli.
Deteksi dini yang dapat dilakukan oleh bidan adalah :
a. Periksa kadar Hb pada kunjungan awal kehamilan, terutama pada
usia kehamilan >24 minggu, sebagai upaya pencegahan anemia
pada saat terjadi hemodiolusi.
b. Jika kadar Hb ibu 11 gr/dl pada awal kehamilan sebelum usia
kehamilan >24 minggu, tanpa disertai keluhan mual-mual , maka
anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan tambahan
kalori sebesar 500kkal, serta pencegahan anemia degan memakan

11
makanan yang mengandung zat besi alami, dan pemberian
suplemen asam folat.

2.8Penanganan awal bidan


Penanganan awal yang dapat dilakukan oleh bidan, setelah pasien
di diagnosa mengalami anemia :
a. Jika kadar Hb ≥11 gr/dL, berikan tablet fe dan asam folat untuk
mencegah anemia. Minimal 90 tablet Fe selama kehamilan dengan
dosis 1x1 peroral.
b. Jika kadar Hb >8 gr/dL, berikan obat tablet Fe dan Asam folat
dengan dosis 2x1 peroral.
c. Jika kadar Hb ≤8 gr/dL maka segera rujuk ke rumah sakit.

2.9Penanganan lanjutan
a. Pada Anemia Defisiensi Besi, diberikan obat Fero sulfat 3x3,25
secara oral. Fero glukonat 3x200 mg secara oral. Iron Dextran
mengandung Fe 50 mg/l, diberikan secara intramuskuler mula –
mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari
b. Anemia penyakit kronik, Terapi terutama ditujukkan pada penyakit
dasarnya. Pada anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan
tranfusi darah.

12
BAB III
PENUTUP

1.1Kesimpulan
Dari Laporan Pendahuluan ini dapat disimpulkan bahwa Ny
“A” usia 34 tahun G2P1A0 UK 21-22 Minggu dengan kasus
Anemia kehamilan, yang dapat dilihat dari data subjektif yang
ibu keluhkan seperti sering merasa pusing dan cepat lelah.
Dapat dilihat juga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
Bidan yaitu tekanan darah rendah menunjukkan angka 100/70
mmHg dan pemeriksaan mata pada konjungtiva terlihat sedikit
pucat, kuku pucat. Penaatalaksanaan asuhan kebidanan yang
diberikan yaitu :
a. Melakukan Pemeriksaan Fisik kepada ibu.
b. Memberitahukan hasil pemeriksaan : ibu mengetahui
c. Melakukan pemeriksaan penunjang Hb, dan
memberitahukan hasil pemeriksaan Hb 9,8 g/dL : ibu
mengetahui.
d. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan sering pusing
dan cepat lelah yang ibu rasakan disebabkan oleh hb ibu
yang kurang dan juga merupakan tanda dan gejala dari
anemia : ibu mengetahui.
e. Menganjurkan ibu untuk beristirahat atau tidur pada
siang hari 2 jam dan malam 8 jam : ibu mengerti.

13
f. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi, seperti sayuran hijau, daging, hati
ayam : ibu mengerti.
g. Menganjurkan ibu untuk selalu mengkonsumsi tablet FE
setiap hari : ibu mengerti dan mau megkonsumsi.
h. Memberikan ibu tablet Fe 20 tablet 1x1 : ibu mau
mengkonsumsi.
i. Memberikan ibu calc 10 tablet 1x1 : ibu mau
mengkonsumsi.
j. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan 1
bulan kedepan atau kapanpun jika ibu ada keluhan : ibu
mengerti.

DAFTAR PUSTAKA

14
Patimah, Siti. Astuti, dkk. 2016. Praktik Klinik Kebidanan III. Kemenkes RI
Astutik, Reni yuli. Ertiana, Dewi. 2017. Anemia Dalam Kehamilan.
Jember : CV. Pustaka Abadi.
Safitri, Yenny. 2019. PENGARUH PEMBERIAN JUS BAYAM MERAH, JERUK
SUNKIS, MADU TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL YANG
MENGALAMIANEMIADIUPT PUSKESMAS KAMPAR. Vol (3).
Putri, Yelmi Reni. Hasnita, Evi. 2020. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada
Kasus Komplikasi Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jawa Tengah : CV. Pena
Persada Redaksi.

15
Lampiran

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

PADA NY.A 34 TAHUN G2P1A0 21-22 MINGGU DENGAN ANEMIA

Hari/Tanggal : Senin, 22 Juni 2020

Tempat : BPM

Waktu Pengkajian : 10.00 WIB

Pengkaji : Fanny Sri Lestari

Nama Istri : Ny. A Nama Suami : Tn. D

Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Kp. Gombong, Ds. Gombong Rt 04/Rw 02, Kec.Ciawi, Kab.


Tasikmalaya

S : Seorang ibu datang ke PMB dengan suaminya untuk memeriksakan


kehamilannya. Ini merupakan kunjungan kedua. Ibu megatakan bahwa
ini kehamilan yang kedua dan belum pernah keguguran. HPHT 22
Januari 2020, HPL 29 Oktober 2020, dan Usia Kandungannya 21-22
minggu. Ibu megeluh sering pusing dan merasakan mudah lelah.
Aktivitas sehari hari sebagai ibu rumah tangga, makan 3x/hari dengan

16
menu bervariasi dan tidak suka makan telor dari sebelum hamil, minum
sekitar 6-7 gelas/hari. Ibu masih mengkonsumsi tablet fe. BAB dan
BAK lancar.

O : Keadaan umum : baik. Kesadaran : composmentis. BB : 60 kg. TB :


158 cm. TD : 110/70 MmHg, N : 84x/m, R : 28x/m, S : 36,8 ˚C. Wajah
tidak ada oedema. Konjungtiva pucat, sklera berwarna putih. Payudara
simetris, puting menonjol, belum ada pengeluaran kolostrum, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada tarikan retraksi. Abdomen
tidak ada luka bekas operasi. Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat, di
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting : bokong. Leopold II : Di
perut kanan ibu teraba keras seperti ada tahanan, memenjang berarti itu
punggung janin, dan dibagian perut kiri ibu teraba bagian-bagian kecil
berarti itu ekstermitas janin. Leopold III : dibagian bawah teraba bulat,
keras, melenting berarti itu kepala janin dan belum masuk ke PAP.
Ekstermitas atas tidak ada oedema, kuku pucat. Ekstermitas bawah
tidak ada oedema, tidak ada varises. Genetalia tidak ada pengeluaran
darah, tidak ada oedema, tidak ada varises dan tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini dan scene. Pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
Hb : 9,8 g/dl.

A : Ny.A 34 tahun G2P1A0 21-22 minggu dengan anemia.

P : 1. Melakukan Pemeriksaan Fisik kepada ibu.

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan : ibu mengetahui

3. Melakukan pemeriksaan penunjang Hb, dan memberitahukan hasil


pemeriksaan Hb 9,8 g/dL : ibu mengetahui.

4. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan sering pusing dan cepat


lelah yang ibu rasakan disebabkan oleh hb ibu yang kurang dan juga
merupakan tanda dan gejala dari anemia : ibu mengetahui.

17
5. Menganjurkan ibu untuk beristirahat atau tidur pada siang hari 2 jam
dan malam 8 jam : ibu mengerti.

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung


zat besi, seperti sayuran hijau, daging, hati ayam : ibu mengerti.

7. Menganjurkan ibu untuk selalu mengkonsumsi tablet FE setiap hari :


ibu mengerti dan mau megkonsumsi.

8. Memberikan ibu tablet Fe 20 tablet 1x1 : ibu mau mengkonsumsi.

9. Memberikan ibu calc 10 tablet 1x1 : ibu mau mengkonsumsi.

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan 1 bulan kedepan


atau kapanpun jika ibu ada keluhan : ibu mengerti.

Tasikmalaya, 22 juni 2020

Pembimbing PK Pengkaji

Dede Gantini SST, M. Keb Fanny Sri Lestari

Pembimbing Akademik

18
19

Anda mungkin juga menyukai