Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ANEMIA PADA MASA KEHAMILAN

Dosen Fasilitator :

Heti Aprilin, S.,Kep., Ns., M.MB

Nama Mahasiswa :

1.Naina Dewi Asnanda (0118070)


2.Viki Amaliya (0118086)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
MATERNITAS , kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “ Anemia Pada Masa
Kehmilan”.
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Mojokerto, 20 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….
1.2 Tujuan penulis………………………………………………………
          1.3 Manfaat…………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI…………

2.1   Definisi Anemia

2.2 Anemia dalam Kehamilan

2.3 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

2.4   Gejala dan Tanda Anemia dalam Kehamilan

2.5 Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan

2.6  Penyebab Anemia dalam Kehamilan

2.7 Faktor Predisposisi Anemia pada Ibu Hamil

2.8 Cara Pencegahan Anemia dalam Kehamilan

2.9 Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan

2.10 Asuhan Keperawatan Anemia dalam Kehamilan

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Didunia ini setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan

kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih

dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di

Indonesia 2 orang meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap menit

20 anak balita meninggal. Dengan kata lain 20.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6

juta anak balita meninggal setiap tahun. (university of Indonesia “make every mother and

child count” 7 april 2005).

Tingginya angka kesakitan dan kehamilan pada wanita hamil dan bersalin merupakan

masalah yang besar. Dilaporkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berkisar 334/100.000

kelahiran hidup. (panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal) di Sumbar

AKI 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB 9,96/1000 kelahiran hidup. Dan dipadang

angka kematian ibu 13/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi 3,4/1000

kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Sumbar).

Didalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010

disebut kontek rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 dengan misi

menurunkan angka kematian maternal dan neonatal melalui pemantauan system kesehatan

yang menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang

berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan

mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta menjamin kesehatan maternal dan

neonatal sebagai prioritas program pembangunan nasional.


Selain itu intervensi dalam safe motherhood melakuakn pendekatan dengan

mengganggap semua kehamilan berisiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses

pertolongan persalianan yang aman. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami resiko

tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya

bila tidak ditangani dengan memadai

Penyebab kematian ibu yang terbanyak disebabkan oleh komplikasi obstetric.

Komplikasi obstetric ini tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya. Penyebab kematian ibu

dan perinatal umumnya desebabkan oleh sebab langsung seperti pendarahan, eklampsi,

infeksi dan sebab tidak langsung yaitu rendahnya tingkat pendidikan, sosial ekonomi,

terlambatnya mendapat pertolongan persalinan atau rujukan yang dikenal dengan istilah 3T

(Terlambat mengenal komplikasi, Terlambat membuat keputusan, Terlambat merujuk) dan

pertolongan persalinan oleh dukun yang kurang memperhatikan sterilisasi dan aborsi illegal .

Seorang bidan baru yang dikatakan profesional jika ia mamapu melakukan tugas

kebidanan sesuai standar dan hasil yang memuaskan. Ia terlatih memberikan perawatan dan

nasehat yang diperlukan bagi seorang wanita selam hamil ,persalianan dan nifas. Untuk

melakukan persalinan normal atas tanggung jawab sendiri dan untuk merawat bayi baru lahir.

Setiap saat ia harus mengenali tanda-tanda bahaya yang menandakan keadaan yang abnormal

atau kemungkianan akan timbul keadaan yang abnormal yang mengharuskan melakukan

rujukan.

1.2         Tujuan

1.     untuk mendapatkan nilai tugas dari dosen mata pelajaran.

2.        Untuk Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil serta mendapatkan

pengalaman dalam memecahkan masalah ibu hamil normal.


3.  Untuk Memberi pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil kepada mahasiswa kesehatan

khususnya kebidanan.

4.    Untuk Memberi pengembangan pendidikan mengenai Anemia pada Ibu Hamil di Bidang

Kebidanan.

1.1      Manfaat

a.         Guna menambah wawasan mahasiswa mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini

b.        Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang Anemia pada Ibu Hamil.

c.         Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam membuat makalah.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1         Definisi Anemia

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah

merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di

bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas

hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.

Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan

karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi karena

kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar

anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan

Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.

Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki

penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah

merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang paling sering

adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis

atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).

Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5

g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari

11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.

2.2 Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%

pada trimeter 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimeter 2. Anemia lebih sering dijumpai
dalam kehamilan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan

terjadi perubahan - perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak

dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-

sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi

pengenceran darah. Pertambahan itu adalah plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin

19%.

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan

dan bermanfaat bagi wanita hamil. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus

bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran

jantung juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah.

Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.

Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi, di mana 300 mg untuk janin

plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian, ibu membutuhkan

tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan anemia

defisiensi besi, misalnya: infeksi kronik, penyakit hati, dan thalasemia.

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam kehamilan,

persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat

anemia adalah keguguran, kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot

rahim di dalam berkontraksi, perdarahan pasca-melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot

rahim, syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca-bersalon, serta anemia yang berat (<4 gr

%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Di samping itu, hipoksia akibat anemia dapat

menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada persalinan yang sulit, walaupun tidak terjadi

perdarahan.

Anemia dalam kehamilan juga memberikan pengaruh kurang baik bagi hasil pembuahan

(konsepsi) seperti: kematian mudigah, kematian perintal, bayi lahir prematur, dapat terjadi
cacat bawaan, dan cadangan besi yang kurang. Sehingga anemia dalam kehamilan merupakan

sebab potensial kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.

Anema dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: anemia defisiensi besi, anemia

megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik. Anemia defisiensi besi merupakan

anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Anemia akibat kekurangan zat besi ini

disebabkan kurang masuknya unsur bagi dalam makanan, gangguan penyerapan, gangguan

penggunaan, dan karena terlalu banyak zat besi keluar tubuh, misalnya pada perdarahan.

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami

oleh wanita diseluruh dunia terutama di negara berkembang (Indonesia). WHO melaporkan

bahwa prevalensi wanita hamil yang mengalami defisiensi sekitar 35-75% serta semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO, 40% kematian ibu

di negara berkambang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan disebabkan oleh

defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Keperluan terhadap zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester

terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka akan sangat

mudah untuk terjadinya anemia defisiensi besi, terutama pada kehamilan kembar. Untuk

daerah khatulistiwa seperti Indonesia, zat besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan

melalui kulit.

2.3 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Klasifikasi

anemia pada ibu hamil ini berdasarkan penyebab terjadinya anemia tersebut.

Secara umum menurut Proverawati (2009) klasifikasi anemia pada ibu hamil dibagi

menjadi:

1.        Anemia defisiensi Besi sebanyak 62,3%


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam

darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita

hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan.

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese.

Hasil anamnese didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan

keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat

dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan

yaitu trimester I dan III. Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan defisiensi

vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono (2007) tablet asam folat

diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B 12 dengan dosis

100-1000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.

Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan

timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer. Diagnosis:

1.         Untuk Anemia defesiensi besi yang berat di tandai dengan ciri-ciri yang khas yaitu

mikrisitosis dan hipokromasia.

2.         Untuk Anemia defesiensi besi yang ringan tidak selalu di tandai dengan cirri-ciri khas ,

banyak yang bersifat normositer dan normokrom. Sifat lain yang khas yaitu :

a.         Kadar besi serum rendah.

b.        Daya ikat besi serum tinggi.

c.         Protoporfirin eritrisit tinggi.

d.        Tidak di temukan hemosiderin dalam sum-sum tulang.

Prognosis:

a.         Prognosis Anemia defesiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak .

Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain .
Anemia berat dalam kehamilan muda yang tidak di obati dapat menyebabkan abortus dan

dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama , perdarahan post partum dan infeksi.

Walaupun bayi yang di lahirkan dari ibu yang menderita anemia defesiensi besi tidak

menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang yang barubeberapa bulan

kemudian tampak sebagai anemia infatum.

b.         Pencegahan dan Pengobatan:

Di daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat

ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu, ibu di beri nasehat untuk

makan lebih banyak protein dan sayur yang banyak mengandung mineral dan vitamin.

2.        Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena defesiensi asam folat.

Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek

pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di

sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.

Diagnosis:

Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megeloblas atau promegaloblas

dalam darah atau sum-sum tulang belakang

Prognosis:

Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik Pengobatan

dengan asam folat hampir selalu berhasil.

Pencegahan dan Pengobatan:

1.         Asam folat 15-30 mg per hari.

2.         Vitamin B12 3x1 tablet per hari.

3.         Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari.

4.         Pada kasus berat diberikan penambah darah.


3.        Anemia Hipoplastik 8%

Anemia hipoplastik yaitu Anemia yang disebabkan oleh penurunan fungsi kerja sumsum

tulang untuk membentuk sel darah merah baru akibat hiposelularitas, hiposelularitas ini dapat

terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada

perbaikan DNA serta gen.

4.        Anemia Mieloptisik 0,7%

Anemia hemolitik adalah Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel

darah merah yang lebih cepat dari pembuatanya. Anemia yang terjadi akibat penggantian

sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan

pelepasan eritroid pada tahap awal. Gejala utamamya adalah anemia dengan kelainan-

kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan.

Pengobatanya: Tergantung pada jenis anemia ini serta penyebabnya. Bila disebabkan

oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun

pada beberapa jenis obat-obtan, hal ini tidak memberikan hasil sehingga penambah darah

berulang dapat membantu penderita.

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang

umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Klasifikasi menurut Depkes RI (2000): 

a.         Tidak anemia : ≥ 11 gr% 

b.         Anemia  : < 11 gr% 2)

Klasifikasi anemia menurut WHO:

a.         Normal  : ≤ 11 gr % 

b.        Anemia ringan : 9-10 gr % c) 

c.         Anemia sedang : 7-8 gr% d) Anemia berat : < 7 gr% 3)

Klasifikasi menurut Manuaba (2010):

a.         Tidak anemia : Hb 11 gr % b) 


b.        Anemia ringan : Hb 9-10 gr % 

c.         Anemia sedang : Hb 7-8 gr % 

d.        Anemia berat : Hb < 7 gr %

Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel:

1.        Anemia mikrositik : jhonpenyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan

Hb).

2.        Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.

3.        Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi

alcohol, dan anemia megaloblastik.

2.4         Gejala dan Tanda Anemia dalam Kehamilan

Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam

batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Secara klinis dapat dilihat tubuh yang

pucat dan tampak lemah (malnutrisi).

Gejala lain yang dapat ditemui diantaranbya palpitasi, berkunang-kunang, perubahan

jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, disphagia, dan pembesaran kelenjar

limpa. Niali ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,

didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori yaitu: normal >11 gr/dl,

ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl. Sedangkan menurut pemeriksaan Sachli, tidak anemia Hb

11 gr%, anemia ringan 9-10 gr%, anemia sedang 7-8 gr%, anemia berat <7 gr%.

Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan

pemeriksaan kadar hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan hemoglobin dengan

spektrofotometri merupakan standar. Hanya saja alat ini tersedia di kota. Mengingat di

Indonesia penyakit kronik seperti malaria dan TBC masih sering dijumpai, maka pemeriksaan

khusus seperti darah tepi dan dahak perlu dilakukan.


Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat

pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan

sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa kehamilannya.

Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang

mengandung banyak mineral serta vitamin.

2.5         Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan

Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak

cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi

komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas,

berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu,

perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan

lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan

darah. 

Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan

yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus

imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan

atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress

kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi,

BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain) (Amiruddin dkk, 2004).

2.6         Penyebab Anemia dalam Kehamilan

Penyebab anemia pada ibu hamil adalah menurunnya hemoglobin dalam darah.

Hemoglobin memiliki peranan penting dalam transportasi oksigen ke dalam jaringan tubuh.

Selama masa kehamilan akan terjadi sebuah peningkatan volume darah, hal inilah yang bisa

membuat hemoglobin dalam darah menurun. Sedangkan tuntutan dari perkembangan janin

akan membuat kebutuhan zat besi dalam tubuh menjadi meningkat.


Zat besi adalah mineral yang memiliki peranan penting dalam produksi sel darah merah.

Sebelum menjalani masa kehamilan, seorang wanita membutuhkan sekitar 15 miligram (mg)

zat besi setiap harinya. Berbeda dengan ibu hamil yang membutuhkan dua kali jumlah zat

besi tersebut yaitu 30 mg.

Selama trimester pertama masa kehamilan, volume plasma akan meningkat menjadi

lebih cepat dibandingkan dengan volume sel darah merah. Akibatnya, konsentrasi darah

merah menjadi menurun sampai pada akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk mengejar

ketinggalan yaitu dengan peningkatan plasma darah. Penyebab anemia pada ibu hamil juga

bisa timbul karena ibu hamil kekurangan zat besi dan tidak dapat mencukupi kebutuhan

untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Hal ini juga yang akan membuat jumlah

hemoglobin dalam darah mengalami penurunan.

Selain kurangnya zat besi dalam tubuh, penyebab anemia pada ibu hamil selama masa

kehamilan yang lainnya mungkin karena penurunan jumlah darah yang berlebihan seperti

akibat pendarahan dari cedera atau suatu pembedahan, beberapa penyakit kronis seperti sakit

ginjal dan infeksi serius atau karena kurangnya asupan vitamin asam folat yaitu vitamin yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Namun, pada ibu hamil

kekurangan zat besi merupakan penyebab anemia yang paling umum.

Umumnya, banyak kaum wanita di usia subur tidak mendapatkan zat besi yang cukup,

bahkan pada saat mereka sedang tidak hamil. Wanita kehilangan zat besi bersamaan dengan

darah dan jaringan yang keluar sewaktu masa menstruasi, alasan itulah yang menjadikan

seorang wanita rentan terhadap anemia.

Seorang ibu hamil yang mendapatkan perawatan prenatal dan juga rutin mengkonsumsi

suplemen zat besi selama masa kehamilan, biasanya akan terhindar dari masalah anemia yang

disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh.


Anemia yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan akan membuat ibu hamil

merasa lelah yang berlebihan dan juga stress sehingga bisa membuat ibu hamil rentan

terhadap berbagai macam penyakit. Namun, biasanya hal tersebut tidak sampai

membahayakan janin yang masih ada dalam kandungan.

Hampir semua anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi/ kekurangan zat

besi. Adapun etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Amiruddin,dkk tahun

2004 diantaranya sebagai berikut:

1.        Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah

2.        Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma

3.        Kurangnya zat besi dalam makanan

4.        Kebutuhan zat besi meningkat

5.        Gangguan pencernaan dan absorbs

2.7         Faktor Predisposisi Anemia pada Ibu Hamil

1.        Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.Wanita yang berumur kurang dari 20

tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami

pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan

bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil

maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi

anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan

semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil

berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun.

2.       Paritas

Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia
Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami

anemia dibanding yang paritas rendah.

3.        Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak

kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang

merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan

bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

4.        Pengetahuan

Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan

kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat

mencegah ibu hamil dari anemia. Semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka

akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

5.        Pemeriksaan Antenatal Care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional

yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi

Fundus, TT, Tablet Fe). Jika pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali

maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

6.        Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe

Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi

setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat

dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap

golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu.

(Kodyat, 1995).
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi,

ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau

pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan

menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan

cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat

mencegah anemia karena kekurangan asam folat.ibu hamil yang kurang patuh konsumsi

tablet Fe mempunyai risiko untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet

Fe.

2.8         Cara Pencegahan Anemia dalam Kehamilan

Anemia bisa diatasi dengan cepat dan tepat apabila ibu hamil lebih tanggap dalam

mendeteksi gejala anemia lebih dini sebelum menginjak trimester pertama kehamilan. Ibu

hamil perlu menyadari bahaya anemia dengan cara mengetahui potensi anemia yang dimiliki

oleh ibu hamil. Hal ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium dan

mendiskusikan hasilnya dengan dokter.

Pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan. Akan jauh lebih baik bagi ibu

hamil untuk mencegah anemia dengan cara menjaga asupan zat besi. Misalnya meningkatkan

konsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti beras merah, sayuran berwarna hijau tua,

kacang-kacangan, oatmeal maupun daging.

Suplemen tambahan zat besi bisa dilakukan dengan saran dan persetujuan dokter.

Konsumsi suplemen zat besi ini akan membawa perubahan pada kondisi ibu hamil kurang

lebih setelah satu minggu dan kondisi anemia ibu hamil biasanya sudah bisa teratasi setelah

satu bulan. Ibu hamil perlu menghindari diet berlebihan agar produksi sel darah merah tidak

terganggu.

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan

zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara
mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan

pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta

kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah

diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang

diperkuat dengan zat besi.

2.9         Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan

Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah

pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal

kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug,

minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau

kopi, karena akan mengganggu penyarapannya. Anemia defisiensi besi yang tidak tertangani

dengan tepat, dapat mengakibatkan abortus pada kehamilan muda, dan dalam kehamilan tua

dapat menyebabkan persalinan lama, perdarahan pasca melahirkan, dan infeksi.

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet

zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan

diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan

1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah

terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan

kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu

menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan

tidak berbahaya Medicastore, 2007).

2.10 Asuhan Keperawatan Anemia dalam Kehamilan

A.     Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
B.  Etiologi:
1.       Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2.       Perdarahan
3.       Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4.       Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
C.Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

D.Pathway
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

E.Manifestasi Klinis
o   Lemah, letih, lesu dan lelah
o   Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o   Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

F.  Pemeriksaan Diagnostik
o   Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran
kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o   Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o   Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.

H.Penatalaksanaan/terapi
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1.       Anemia aplastik:
o   Transplantasi sumsum tulang
o   Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.       Anemia pada penyakit ginjal
o   Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o   Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.       Anemia pada penyakit kronis
o   Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.       Anemia pada defisiensi besi
o   Dicari penyebab defisiensi besi
o   Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5.       Anemia megaloblastik
o   Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
o   Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
o   Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
I.Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o   gagal jantung,
o   parestisia dan
 kejang.

A.Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh

(Boedihartono,1994).

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1) Aktivitas / istirahat

    Keletihan, kelemahan, malaise umum.Kehilangan produkifitas, penurunan semangat untuk

bekerja Toleransi terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak

2) Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis,Riwayat endokarditis infektif kronis, palpitasi

3) Integritas ego

    Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya penolakan


transfusi darah

4) Eliminasi

    Gagal ginjal, Hematemesi, Diare atau konstipasi

5) Makanan/cairan

    Nafsu makan menurun, mual/muntah, berat badan menurun.

6) Nyeri/ kenyamanan

    Lokasi nyeri terutama didaerah abdomen dan kepala

7)Pernapasan

    Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas

8)Seksualitas

    Perubahan menstruasi misalnya menoragia, amenore . Menurunnya fungsi seksual

B. Diagnosa Keperawatan

           Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun

potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).

•     Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen/nutrisi ke sel.

    Ditandai dengan :Palpitasi : kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh,

perubahan tekanan darah

•    Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

Ditandai dengan : kelemahan dan kelelahan, Mengeluh penurunan aktifitas/latihan,lebih banyak

memerlukan istirahat/ tidur

•    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan kegagalan untuk mencerna, absorbsi

makanan

Ditandai dengan : Penurunan berat badan normal, penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut,

nafsu makan menurun, mual, kehilangan tonus otot

•    Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses
pencernaan, efek samping penggunaan obat

Ditandai dengan : Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik dan jumlah feses, mual, muntah,

penurunan nafsu makan

C. Intervensi//Perencanaan

•    Diagnosa 1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen/nutrisi ke

sel.

-    Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku

-    Beri posisi semi fowler

-    Kaji nyeri dan adanya palpitasi

-    Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien

-    Hindari penggunaan penghangat atau air panas

Kolaborasi

-    Monitor pemeriksaan laboratorium misalnya Hb/Ht dan jumlah sel darah merah

-    Berikan sel darah merah darah lengkap

-    Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi

•    Diagnosa 2 Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

-    Kaji kemampuan aktifitas pasien

-    Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas

-    Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan

-    Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi

-    Gunakan teknik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk.

•    Diagnosa 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan jumlah

makanan, perubahan proses pencernaan, efek samping penggunaan obat

-    Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

-    Observasi dan catat masukan makanan pasien


-    Timbang berat badan tiap hari

-    Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering

-    Observasi mual, muntah

-    Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik

Kolaborasi

-    Konsul pada ahli gizi

-    Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya vitamin dan mineral suplemen

-    Berikan suplemen nutrisi

•    Diagnosa 4 Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan

proses pencernaan, efek samping penggunaan obat

-    Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah

-    Kaji bunyi usus 7

-    Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung

-    Hindari makan berbentuk gas

Kolaborasi

-    Konsul ahli gizi untuk pemberian diet seimbang

-    Beri laktasif

-    Beri obat anti diare

D. Evaluasi

            Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien

dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan

pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :

1) Infeksi tidak terjadi.

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.


3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

4) Peningkatan perfusi jaringan.

5) Dapat mempertahankan integritas kulit.

6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

E. Diagnosa Keperawatan
1.      Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3.      Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb
dalam darah.
4.      Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan Hb), prosedur invasive
5.      PK anemia
6.      Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang informasi.
7.      Sindrom deficite self care b.d kelemahan

G.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Intoleransi aktivitas Setelah Terapi aktivitas :
B.d dilakukan       Kaji kemampuan ps
ketidakseimbangan askep .... jam melakukan aktivitas
suplai & kebutuhan Klien dapat      Jelaskan pada ps
O2 menunjukkan manfaat aktivitas
toleransi bertahap
terhadap       Evaluasi dan motivasi
aktivitas dgn keinginan ps u/
KH: meningktkan aktivitas
  Klien mampu      Tetap sertakan oksigen
aktivitas minimal saat aktivitas.
  Kemampuan
aktivitas Monitoring V/S
meningkat secara      Pantau V/S ps sebelum,
bertahap selama, dan setelah
  Tidak ada aktivitas selama 3-5
keluhan sesak menit.
nafas dan lelah
selama dan Energi manajemen
setelah aktivits      Rencanakan aktivitas
minimal saat ps mempunyai
  v/s dbn selama energi cukup u/
dan setelah melakukannya.
aktivitas       Bantu klien untuk
istirahat setelah
aktivitas.

Manajemen nutrisi
      Monitor intake nutrisi
untuk memastikan
kecukupan sumber-
sumber energi

Emosional support
      Berikan reinfortcemen
positip bila ps
mengalami kemajuan

2 Ketidakseimbangan Setelah Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari dilakukan asuhan      Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh keperawatan … makanan.
b.d intake nutrisi jam klien      Kaji makanan yang
inadekuat, faktor menunjukan disukai oleh klien.
psikologis status nutrisi      Kolaborasi team gizi
adekuat dengan untuk penyediaan nutrisi
KH: TKTP
BB stabil,      Anjurkan klien untuk
tingkat energi meningkatkan asupan
adekuat nutrisi TKTP dan
masukan nutrisi banyak mengandung
adekuat vitamin C
      Yakinkan diet yang
dikonsumsi mengandung
cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
      Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.
      Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.

Monitor Nutrisi
      Monitor BB jika
memungkinkan
      Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan klien
makan.
      Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu
klien makan.
      Monitor adanya mual
muntah.
      Kolaborasi untuk
pemberian terapi sesuai
order
      Monitor adanya
gangguan dalam input
makanan misalnya
perdarahan, bengkak
dsb.
      Monitor intake nutrisi
dan kalori.

      Monitor kadar energi,


kelemahan dan
kelelahan.

3 Perfusi jaringan tdk Setelah dilakukan perawatan sirkulasi :


efektive b.d tindakan arterial insuficiency
perubahan ikatan keperawatan       Lakukan penilaian
O2 dengan Hb, selama … jam secara komprehensif
penurunan perfusi jaringan fungsi sirkulasi periper.
konsentrasi Hb klien adekuat (cek nadi priper,oedema,
dalam darah. dengan criteria : kapiler refil, temperatur
- Membran ekstremitas).
mukosa merah      Evaluasi nadi, oedema
muda       Inspeksi kulit dan
- Conjunctiva Palpasi anggota badan
tidak anemis       Kaji nyeri
- Akral hangat       Atur posisi pasien,
- TTV dalam ekstremitas bawah lebih
batas normal rendah untuk
memperbaiki sirkulasi.
      Berikan therapi
antikoagulan.
      Rubah posisi pasien jika
memungkinkan
      Monitor status cairan
intake dan output
      Berikan makanan yang
adekuat untuk menjaga
viskositas darah

4 Risiko infeksi b/d Setelah Konrol infeksi :


imunitas tubuh dilakukan askep       Bersihkan lingkungan
menurun, prosedur …. jam tidak setelah dipakai pasien
invasive terdapat faktor lain.
risiko infeksi dg      Batasi pengunjung bila
KH: perlu dan anjurkan u/
  bebas dari gejala istirahat yang cukup
infeksi,       Anjurkan keluarga
  angka lekosit untuk cuci tangan
normal (4- sebelum dan setelah
11.000) kontak dengan klien.
  V/S dbn       Gunakan sabun anti
microba untuk mencuci
tangan.
      Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
      Gunakan baju dan
sarung tangan sebagai
alat pelindung.
      Pertahankan lingkungan
yang aseptik selama
pemasangan alat.
      Lakukan perawatan luka
dan dresing infus,DC
setiap hari jika ada
      Tingkatkan intake
nutrisi. Dan cairan yang
adekuat
      berikan antibiotik sesuai
program.

Proteksi terhadap
infeksi
   Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal.
   Monitor hitung
granulosit dan WBC.
   Monitor kerentanan
terhadap infeksi.
   Pertahankan teknik
aseptik untuk setiap
tindakan.
   Inspeksi kulit dan
mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas.
   Monitor perubahan
tingkat energi.
   Dorong klien untuk
meningkatkan mobilitas
dan latihan.
   Instruksikan klien untuk
minum antibiotik sesuai
program.
   Ajarkan keluarga/klien
tentang tanda dan gejala
infeksi.dan melaporkan
kecurigaan infeksi.

5 PK:Anemia Setelah       Monitor tanda-tanda


dilakukan anemia
askep ..... jam       Observasi keadaan
perawat dapat umum klien
meminimalkan       Anjurkan untuk
terjadinya meningkatkan asupan
komplikasi nutrisi klien yg bergizi
anemia :       Kolaborasi untuk
Hb >/= 10 gr/dl. pemeberian terapi
Konjungtiva tdk initravena dan tranfusi
anemis darah
Kulit tidak pucat      Kolaborasi kontrol Hb,
hangat HMT, Retic, status Fe

6 Deficite Knolage setelah diberikan Teaching : Dissease


tentang penyakit penjelasan Process
dan perawatannya selama …. X      Kaji tingkat
b.d Kurang paparan pengetahuan pengetahuan klien dan
thdp sumber klien dan keluarga tentang proses
informasi, keluarga penyakit
terbatasnya meningkat dg      Jelaskan tentang
kognitif KH: patofisiologi penyakit,
   ps mengerti tanda dan gejala serta
proses penyebabnya
penyakitnya dan      Sediakan informasi
Program prwtn tentang kondisi klien
serta Th/ yg      Berikan informasi
diberikan dg: tentang perkembangan
   Ps mampu: klien
Menjelaskan       Diskusikan perubahan
kembali tentang gaya hidup yang
apa yang mungkin diperlukan
dijelaskan untuk mencegah
   Pasien / keluarga komplikasi di masa yang
kooperatif akan datang dan atau
kontrol proses penyakit
      Diskusikan tentang
pilihan tentang terapi
atau pengobatan
      Jelaskan alasan
dilaksanakannya
tindakan atau terapi
      Gambarkan komplikasi
yang mungkin terjadi
      Anjurkan klien untuk
mencegah efek samping
dari penyakit
      Gali sumber-sumber
atau dukungan yang ada
      Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada
petugas kesehatan

7 Sindrom defisit self Setelah Bantuan perawatan


care b/d dilakukan askep diri
kelemahan, … jam klien dan    Monitor kemampuan
penyakitnya keluarga dapat pasien terhadap
merawat diri : perawatan diri yang
activity daily mandiri
living (adl)    Monitor kebutuhan akan
dengan kritria : personal hygiene,
  kebutuhan klien berpakaian, toileting dan
sehari-hari makan, berhias
terpenuhi    Beri bantuan sampai
(makan, klien mempunyai
berpakaian, kemapuan untuk
toileting, berhias, merawat diri
hygiene, oral    Bantu klien dalam
higiene) memenuhi kebutuhannya
  klien bersih dan sehari-hari.
tidak bau.    Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai
kemampuannya
   Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara
rutin
   dorong untuk
melakukan secara
mandiri tapi beri bantuan
ketika klien tidak
mampu melakukannya.
   Berikan reinforcement
positif atas usaha yang
dilakukan.
BAB III

PENUTUP

3.1         Kesimpulan

Dari pembahasan di makalah tersebut dapat kita simpulkan bahwa, penyakit anemia

adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin

menurun. Dan ibu hamil sangat rentan terkena penyakit anemia.

3.2         Saran

Dari makalah ini kami memberikan saran, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca

khususnya Bidan dan resiko anemia pada ibu hamil dapat berkurang dan dapat di cegah.
DAFTAR PUSTAKA

Diposkan oleh Rizki Kurniadi Hari Maret 14, 2012


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Bagikan ke
Pinterest

Buku NANDA NIC NOC

Anda mungkin juga menyukai