Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TREND DAN ISSUE KEP MATERNITAS

“ ANEMIA PADA IBU HAMIL”

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Elfiza Fitriami.S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:

ANGGI PUTRI KIRANA (18010002)

Prodi S-1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Pekanbaru Medical Center

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Trend dan Issue Keperawatan Maternitas”

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Elfiza
Fitriami.S.Kep.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Maternitas yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.

Pekanbaru, April 2020

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………….............................................................. .

Daftar Isi …………………………………………………………………………….. .

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..….

1.2 Tujuan …………………………………………………………………………….

1.3 Manfaat …………………………………………………………………………….

BAB II Pembahasan

2.1 Defenisi Anemia ……………………………………………………………………

2.2 Klasifikasi anemia dalam kehamilan ……………………………………………….

2.3 Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan ……………………………..

2.4 Penyebab Anemia dalam Kehamilan ……………………………………………….

2.5. Faktor Predisposisi Anemia pada Ibu Hamil ……………………………………….

2.6 Cara Pencegahan Anemia dalam Kehamilan ……………………………………….

2.7 Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan ………………………………………..

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………….

3.2 Saran ……………………………………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Didunia ini setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan
kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih
dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia
2 orang meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap menit 20 anak
balita meninggal. Dengan kata lain 20.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak
balita meninggal setiap tahun. (university of Indonesia “make every mother and child count” 7
april 2005).

Tingginya angka kesakitan dan kehamilan pada wanita hamil dan bersalin merupakan
masalah yang besar. Dilaporkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berkisar 334/100.000
kelahiran hidup. (panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal) di Sumbar AKI
116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB 9,96/1000 kelahiran hidup. Dan dipadang angka
kematian ibu 13/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi 3,4/1000 kelahiran
hidup. (Profil Kesehatan Sumbar).

Didalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-
2010 disebut kontek rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 dengan misi
menurunkan angka kematian maternal dan neonatal melalui pemantauan system kesehatan yang
menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang
berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan mempromosikan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta menjamin kesehatan maternal dan neonatal sebagai
prioritas program pembangunan nasional.

Selain itu intervensi dalam safe motherhood melakuakn pendekatan dengan


mengganggap semua kehamilan berisiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses
pertolongan persalianan yang aman. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami resiko tinggi
dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak
ditangani dengan memadai

Penyebab kematian ibu yang terbanyak disebabkan oleh komplikasi obstetric. Komplikasi
obstetric ini tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya. Penyebab kematian ibu dan perinatal
umumnya desebabkan oleh sebab langsung seperti pendarahan, eklampsi, infeksi dan sebab tidak
langsung yaitu rendahnya tingkat pendidikan, sosial ekonomi, terlambatnya mendapat
pertolongan persalinan atau rujukan yang dikenal dengan istilah 3T (Terlambat mengenal
komplikasi, Terlambat membuat keputusan, Terlambat merujuk) dan pertolongan persalinan oleh
dukun yang kurang memperhatikan sterilisasi dan aborsi illegal .

1.2 Tujuan

Adapun tujuan umum dan khusus dari pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai tugas dari dosen
mata pelajaran.

2. Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil serta mendapatkan
pengalaman dalam memecahkan masalah ibu hamil normal.

3.Tujuan khusus

a. Memberi pengetahuan tentang Anemia pada Ibu Hamil kepada mahasiswa kesehatan.

b. Memberi pengembangan pendidikan mengenai Anemia pada Ibu Hamil di Bidang


Kebidanan.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:

a. Guna menambah wawasan mahasiswa mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini

b. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang Anemia pada Ibu Hamil.

c. Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam membuat makalah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anemia

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.

Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan
karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi karena kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar anemia ini
disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau
Anemia Gizi Besi.

Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki penyakit
dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah,
etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang paling sering adalah
perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau
kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).

Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL
atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL
atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.

 Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimeter 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimeter 2. Anemia lebih sering dijumpai dalam
kehamilan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi
perubahan - perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam
kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah
adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Pertambahan itu adalah plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita hamil. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja
lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung juga
meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer
berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.

Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi, di mana 300 mg untuk janin
plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian, ibu membutuhkan
tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan anemia
defisiensi besi, misalnya: infeksi kronik, penyakit hati, dan thalasemia.

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat
anemia adalah keguguran, kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim
di dalam berkontraksi, perdarahan pasca-melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim,
syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca-bersalon, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat
menyebabkan dekompensasi kordis. Di samping itu, hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan
syok dan kematian pada ibu pada persalinan yang sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.

Anemia dalam kehamilan juga memberikan pengaruh kurang baik bagi hasil pembuahan
(konsepsi) seperti: kematian mudigah, kematian perintal, bayi lahir prematur, dapat terjadi cacat
bawaan, dan cadangan besi yang kurang. Sehingga anemia dalam kehamilan merupakan sebab
potensial kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.

Anema dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: anemia defisiensi besi, anemia
megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik. Anemia defisiensi besi merupakan
anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Anemia akibat kekurangan zat besi ini
disebabkan kurang masuknya unsur bagi dalam makanan, gangguan penyerapan, gangguan
penggunaan, dan karena terlalu banyak zat besi keluar tubuh, misalnya pada perdarahan.

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami
oleh wanita diseluruh dunia terutama di negara berkembang (Indonesia). WHO melaporkan
bahwa prevalensi wanita hamil yang mengalami defisiensi sekitar 35-75% serta semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO, 40% kematian ibu di
negara berkambang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan disebabkan oleh defisiensi
besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Keperluan terhadap zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester
terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka akan sangat mudah
untuk terjadinya anemia defisiensi besi, terutama pada kehamilan kembar. Untuk daerah
khatulistiwa seperti Indonesia, zat besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan melalui kulit.
2.2 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Klasifikasi anemia
pada ibu hamil ini berdasarkan penyebab terjadinya anemia tersebut.

Secara umum menurut Proverawati (2009) klasifikasi anemia pada ibu hamil dibagi menjadi:

1. Anemia defisiensi Besi sebanyak 62,3%

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan.

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese. Hasil
anamnese didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan
mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin
B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono (2007) tablet asam folat diberikan
dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000
mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.

Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel
darah merah yang hipokrom dan mikrositer. Diagnosis:

1. Untuk Anemia defesiensi besi yang berat di tandai dengan ciri-ciri yang khas yaitu
mikrisitosis dan hipokromasia.

2. Untuk Anemia defesiensi besi yang ringan tidak selalu di tandai dengan cirri-ciri khas ,
banyak yang bersifat normositer dan normokrom. Sifat lain yang khas yaitu :

a. Kadar besi serum rendah.

b. Daya ikat besi serum tinggi.

c. Protoporfirin eritrisit tinggi.

d Tidak di temukan hemosiderin dalam sum-sum tulang.

Prognosis:
a. Prognosis Anemia defesiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak .
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi
lain . Anemia berat dalam kehamilan muda yang tidak di obati dapat menyebabkan
abortus dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama , perdarahan post
partum dan infeksi. Walaupun bayi yang di lahirkan dari ibu yang menderita anemia
defesiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang
yang barubeberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infatum.

b. Pencegahan dan Pengobatan:

Di daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi
sulfat ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu, ibu di beri nasehat untuk
makan lebih banyak protein dan sayur yang banyak mengandung mineral dan vitamin.

2. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena defesiensi asam folat.
Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada
replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di
sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.

Diagnosis:

Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megeloblas atau promegaloblas dalam
darah atau sum-sum tulang belakang

Prognosis:

Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik Pengobatan dengan
asam folat hampir selalu berhasil.

Pencegahan dan Pengobatan:

1. Asam folat 15-30 mg per hari.

2. Vitamin B12 3x1 tablet per hari.

3. Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari.

4. Pada kasus berat diberikan penambah darah.

3. Anemia Hipoplastik 8%

Anemia hipoplastik yaitu Anemia yang disebabkan oleh penurunan fungsi kerja sumsum
tulang untuk membentuk sel darah merah baru akibat hiposelularitas, hiposelularitas ini dapat
terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan
DNA serta gen.

4. Anemia Mieloptisik 0,7%

Anemia hemolitik adalah Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel
darah merah yang lebih cepat dari pembuatanya. Anemia yang terjadi akibat penggantian
sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan
eritroid pada tahap awal. Gejala utamamya adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan.

Pengobatanya: Tergantung pada jenis anemia ini serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi
maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa
jenis obat-obtan, hal ini tidak memberikan hasil sehingga penambah darah berulang dapat
membantu penderita.

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya
dilakukan untuk mendeteksi anemia. Klasifikasi menurut Depkes RI (2000):

a. Tidak anemia : ≥ 11 gr%

b. Anemia : < 11 gr% 2)

Klasifikasi anemia menurut WHO:

a. Normal : ≤ 11 gr %

b. Anemia ringan : 9-10 gr % c)

c. Anemia sedang : 7-8 gr% d) Anemia berat : < 7 gr% 3)

Klasifikasi menurut Manuaba (2010):

a. Tidak anemia : Hb 11 gr % b)

b. Anemia ringan : Hb 9-10 gr %

c. Anemia sedang : Hb 7-8 gr %

d. Anemia berat : Hb < 7 gr %

Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel:

1. Anemia mikrositik : jhonpenyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan
Hb).

2. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.
3. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi
alcohol, dan anemia megaloblastik.

C. Gejala dan Tanda Anemia dalam Kehamilan

Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam
batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat
dan tampak lemah (malnutrisi).

Gejala lain yang dapat ditemui diantaranbya palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan
epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, disphagia, dan pembesaran kelenjar limpa. Niali
ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada
kriteria WHO tahun 1972

ditetapkan 3 kategori yaitu: normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl. Sedangkan
menurut pemeriksaan Sachli, tidak anemia Hb 11 gr%, anemia ringan 9-10 gr%, anemia sedang
7-8 gr%, anemia berat <7 gr%.

Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar
hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan hemoglobin dengan spektrofotometri
merupakan standar. Hanya saja alat ini tersedia di kota. Mengingat di Indonesia penyakit kronik
seperti malaria dan TBC masih sering dijumpai, maka pemeriksaan khusus seperti darah tepi dan
dahak perlu dilakukan.

Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan
nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus
atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa kehamilannya. Selain itu perlu
juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung
banyak mineral serta vitamin.

2.3. Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan

Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi
komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat
badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan
antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang
sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis),
gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang,
produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR,
kematian perinatal, dan lain-lain) (Amiruddin dkk, 2004).

2.4 Penyebab Anemia dalam Kehamilan

Penyebab anemia pada ibu hamil adalah menurunnya hemoglobin dalam darah.
Hemoglobin memiliki peranan penting dalam transportasi oksigen ke dalam jaringan tubuh.
Selama masa kehamilan akan terjadi sebuah peningkatan volume darah, hal inilah yang bisa
membuat hemoglobin dalam darah menurun. Sedangkan tuntutan dari perkembangan janin akan
membuat kebutuhan zat besi dalam tubuh menjadi meningkat.

Zat besi adalah mineral yang memiliki peranan penting dalam produksi sel darah merah.
Sebelum menjalani masa kehamilan, seorang wanita membutuhkan sekitar 15 miligram (mg) zat
besi setiap harinya. Berbeda dengan ibu hamil yang membutuhkan dua kali jumlah zat besi
tersebut yaitu 30 mg.

Selama trimester pertama masa kehamilan, volume plasma akan meningkat menjadi lebih cepat
dibandingkan dengan volume sel darah merah. Akibatnya, konsentrasi darah merah menjadi
menurun sampai pada akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk mengejar ketinggalan yaitu
dengan peningkatan plasma darah. Penyebab anemia pada ibu hamil juga bisa timbul karena ibu
hamil kekurangan zat besi dan tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk meningkatkan produksi
sel darah merah. Hal ini juga yang akan membuat jumlah hemoglobin dalam darah mengalami
penurunan.

Selain kurangnya zat besi dalam tubuh, penyebab anemia pada ibu hamil selama masa kehamilan
yang lainnya mungkin karena penurunan jumlah darah yang berlebihan seperti akibat pendarahan
dari cedera atau suatu pembedahan, beberapa penyakit kronis seperti sakit ginjal dan infeksi
serius atau karena kurangnya asupan vitamin asam folat yaitu vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Namun, pada ibu hamil kekurangan zat besi
merupakan penyebab anemia yang paling umum.

Umumnya, banyak kaum wanita di usia subur tidak mendapatkan zat besi yang cukup, bahkan
pada saat mereka sedang tidak hamil. Wanita kehilangan zat besi bersamaan dengan darah dan
jaringan yang keluar sewaktu masa menstruasi, alasan itulah yang menjadikan seorang wanita
rentan terhadap anemia.

Seorang ibu hamil yang mendapatkan perawatan prenatal dan juga rutin mengkonsumsi
suplemen zat besi selama masa kehamilan, biasanya akan terhindar dari masalah anemia yang
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh.

Anemia yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan akan membuat ibu hamil merasa
lelah yang berlebihan dan juga stress sehingga bisa membuat ibu hamil rentan terhadap berbagai
macam penyakit. Namun, biasanya hal tersebut tidak sampai membahayakan janin yang masih
ada dalam kandungan.

Hampir semua anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi/ kekurangan zat besi.
Adapun etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Amiruddin,dkk tahun 2004
diantaranya sebagai berikut:

1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah

2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma

3. Kurangnya zat besi dalam makanan

4. Kebutuhan zat besi meningkat

5. Gangguan pencernaan dan absorbs

2.5. Faktor Predisposisi Anemia pada Ibu Hamil

1. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko
yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil
maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami
anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia,
yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al
(1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu
hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya
kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80%
ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun.

2. Paritas

Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami
anemia dibanding yang paritas rendah.

3. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak
kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang
merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan
bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
4. Pengetahuan

Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya


pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil

diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Semakin rendah pengetahuan kesehatan
reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

5.Pemeriksaan Antenatal Care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional
yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi
Fundus, TT, Tablet Fe). Jika pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali
maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

6. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe

Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan
gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat
dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap
golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat,
1995).

Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi,
ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau
pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi
anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena
kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena
kekurangan asam folat.ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko untuk
mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe.

2.6 Cara Pencegahan Anemia dalam Kehamilan

Anemia bisa diatasi dengan cepat dan tepat apabila ibu hamil lebih tanggap dalam
mendeteksi gejala anemia lebih dini sebelum menginjak trimester pertama kehamilan. Ibu hamil
perlu menyadari bahaya anemia dengan cara mengetahui potensi anemia yang dimiliki oleh ibu
hamil. Hal ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium dan mendiskusikan
hasilnya dengan dokter.

Pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan. Akan jauh lebih baik bagi ibu hamil
untuk mencegah anemia dengan cara menjaga asupan zat besi. Misalnya meningkatkan konsumsi
makanan yang tinggi zat besi seperti beras merah, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
oatmeal maupun daging.
Suplemen tambahan zat besi bisa dilakukan dengan saran dan persetujuan dokter. Konsumsi
suplemen zat besi ini akan membawa perubahan pada kondisi ibu hamil kurang lebih setelah satu
minggu dan kondisi anemia ibu hamil biasanya sudah bisa teratasi setelah satu bulan. Ibu hamil
perlu menghindari diet berlebihan agar produksi sel darah merah tidak terganggu.

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara
mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-
kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap
tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat
dengan zat besi.

2.7 Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan

Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah


pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal
kehamilan.

Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal
masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena
akan mengganggu penyarapannya. Anemia defisiensi besi yang tidak tertangani dengan tepat,
dapat mengakibatkan abortus pada kehamilan muda, dan dalam kehamilan tua dapat
menyebabkan persalinan lama, perdarahan pasca melahirkan, dan infeksi.

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi
mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan
maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari,
kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu
pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan
menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja
menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya
Medicastore, 2007).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di makalah tersebut dapat kita simpulkan bahwa, penyakit anemia adalah suatu
keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Dan ibu
hamil sangat rentan terkena penyakit anemia.

3.2 Saran

Dari makalah ini kami memberikan saran, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
khususnya Bidan dan resiko anemia pada ibu hamil dapat berkurang dan dapat di cegah.
DAFTAR ISI

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:
Trans Info Media

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.

Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.

Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.

Syaifudin, Abdul Bari. 2001. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Hyre, Anne. 2001. Asuhan Kebidanan Care. Jakarta: Pusdiknakes

Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai