Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI ASPEK LEGAL DAN MANAJEMEN

RESIKO DALAM DOKUMENTASI


Makalah ini diajukan memenuhi tugas Mata Kuliah : Dokumentasi Keperawatan
Dosen Mata Kuliah : Hj. Endang Suartini
SST, MKM

Disusun Oleh :
Sendy Pratama
Siska Nurul Alfiani
Siti Ika Farihah
Sity Maryatul K
Sopiyatun
Sylvia Handa
Tiefany Diena Nafisah
Vani Septidian Sari

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG


TAHUN AJARAN 2017/2018

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Aspek legal dan manajemen resiko dalam dokumentasi” untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Dokumentasi Keperawatan” tepat pada waktunya. Penulis juga
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini dimaksudkan sebagai penjelasan ringkas tentang cedera dan
kematian sel. Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat
memahami dan mengerti tentang cedera dan kematian sel.
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi wawasan ilmu pengetahuan yang
luas dan bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Tangerang, 21 Februari 2018

Penulis

DAFTAR ISI

i
Halaman
Kata Pengantar......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Aspek Legal dan etik Dokumentasi Keperawatan.................................3
2.2 Aspek Legal Dalam Pendokumentasian Keperawatan..........................4
2.3 Manajemen Resiko Dalam Pendokumentasian......................................5
2.3.1 Manajemen resiko juga membutuhkan dokumentasi yang baik.......5
2.5 Pelanggaran yang sering terjadi dalam perawatan.................................6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................10
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran perawat dalam kehidupan manusia adalah meberikan bantuan pada
manusia mulai konsepsi , sejalan dengan siklus kehidupan manusia , pelayanan
keperawatan adalah membantu individu dan atau masyarakat untuk sembuh dari
penyakitnya dan mencapai derajat kesehatannya yang optimal. Bentuk pelayanan
keperawatan tersebut adalah pelayanan komfrehensif menacakup bio – psiko –
sosio – spiritual . Dalam memberikan pelayanan keperawatan ,perawat dituntut
memberikan pelayanan secara profesionalisme ( Lokakarya keperawatan Nasional
1983 ) .
Perawat professional dalam menjalankan peran dan fungsinya harus mengacu
pada standar profesi , standar profesi yang berlaku mencakup beberapa aspek
diantaranya standar Ilmu keperawatan , standar akuntabilitas , standar pelaksanaan
asuhan keperawatan. Pada aspek standar akuntabilitas maka perawat dihadapkan
pada tanggung jawab dan tanggung gugat dengan demikian pendokumentasian
praktik keperawatan menjadi unsur penting dalam semua pelaksanaan aspek
standar professional keperawatan .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Aspek Legal dan etik Dokumentasi Keperawatan ?
2. Bagaimanakah Pelanggaran yang sering terjadi dalam perawatan ?
3. Bagaimana Pelanggaran yang penting diketahui oleh seorang perawat?
4. Apa Manajemen resiko dalam dokumentasi?

1
1.3 Manfaat Penulis
1. Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang pengertian dari Aspek Legal
dan etik Dokumentasi Keperawatan
2. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui tentang bagaimana Pelanggaran yang
sering terjadi dalam perawatan
3. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui tentang Pelanggaran yang penting
diketahui oleh seorang perawat
4. Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang Manajemen resiko dalam
dokumentasi

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1        Aspek Legal dan etik Dokumentasi Keperawatan


Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan
mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah
aturan tingkah laku yang ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu
masyarakat. Di indonesia hukum dibagi dua, yakni hukum pidana dan hukum
perdata. Hukum pidana atau hukum publik adalah produk hukum yang mengatur
hubungan individu dengan pemerintah, yang menggambarkan kekuasaan
pemerintah yang berwenang (pemerintah terlibat langsung didalamnya). Hukum
perdata atau hukum sipil adalah produk hukum  yang mengatur hubungan antar
manusia. Misalnya: kontrak, pemilikan harta, praktik keperawatan, pengobatan
dll.
Adapun Sumber hukum utama meliputi :
1. Konstitusi
2. Badan legislatif
3. Sistem peradilan (yudikatif)
4. Peraturan administrative
Peraturan perundang-undangan di bidang keperawatan:
Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu
disusun peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal dari
profesi keperawatan. Perundang-undangan  yang mengatur praktik keperawatan
disebut undang-undang atau peraturan praktik keperawatan. Bentuk perundang-
undangan tersebut diatur sesuai dengan kebutuhan dan jenjang peraturan
perundang-undangan.
Jenjang peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
1. UUD
2. UU
3. Peraturan pengganti undang-undang (PERPU)
4. Peraturan pemerntah (PP)

3
5. Keputusan presiden (Keppres)
6. Keputusan menteri (Kepmen)

2.2  Aspek Legal Dalam Pendokumentasian Keperawatan


Terdapat 2 tipe tindakan legal :
1. Tindakan sipil atau pribadi
2. Tindakan sipil berkaitan dengan isu antar individu
3. Tindakan kriminal
4. Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan
masyarakat secara keseluruhan.
Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak yang
bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Jika perawat
tidak melaksanakan atau tidak menyelesaikan suatu aktifitas atau
mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa di tuntut melakukan mal praktik.
Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara legal, yaitu harus
memberikan laporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien.
Tappen,weiss,dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat dipercaya
apabila hal-hal sbb :
1. Dilakukan pada periode yang sama.Perawatan dilakukan pada waktu
perawatan diberikan.
2. Akurat. Laoran yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh
perawwat dan bagian klien berespon.
3. Jujur. Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang
sebenarnya dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati.
4. Tepat. Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di
lingkungan umum di dokumentasikan

2.3 Manajemen Resiko Dalam Pendokumentasian


Manajemen resiko adalah sistem yang menjamin pelayanan keperawatan

4
yang tepat dan berusaha mengenai potensial bahaya dan menghilangkannya
sebelum terjadi (Guido, 2006).
Langkah-langkah dalam manajemen resiko adalah mengenali resiko yang
mungkin, menganalisisnya, melakukan tindakan untuk mengurangi resiko tersebut
dan mengevaluasi langkah yang telah diambil. Salah satu alat yang digunakan
dalam manajemen resiko adalah laporan insiden atau laporan kejadian.
Laporan kejadian memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam
upaya menjelaskan penyimpangan dari standar pelayanan, memperbaiki tindakan
yang diperlukan untuk mencegah rekurensi, dan untuk mengingatkan manajemn
resiko terhadap situasi yang berpotensi menjadi tuntutan.
Contoh dari kejadian adalah klien atau pengunjung terjatuh atau cedera;
gagal mengikuti perintah dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan; keluhan
dari klien, keluarga, dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan atau
departemen rumah sakit lain; kesalahan teknik atau prosedural; dan malfungsi alat
atau produk.
Secara umum institusi memiliki petunjuk khusus untuk mengarahkan
penyelenggara layanan kesehatan dalam melengkapi laporan kejadian. Jangan
pernah menulis laporan kejadian di dalam rekam medis.

2.3.1 Manajemen resiko juga membutuhkan dokumentasi yang baik


Dokumentasi perawat merupakan bukti pelayanan bagi klien dan juga
bukti pelayanan yang baik dan aman oleh perawat. Jika terjadi tuntutan hukum,
maka catatn perawat merupakan hal pertama yang ditinjau oleh pengacara
(Austin, 2006).
Pengkajian dan laporan perubahan kondisi klien oleh perawat merupakan
faktor pembela yang penting di dalam tuntutan hukum. Oleh karena itu, perawat
harus mengidentifikasi kepastian bahwa dokter atau penyelenggara layanan
kesehatan telah dihubungi; informasi kepada dokter atau penyelenggara layanan

5
kesehatan telah disampaikan; dan juga respon dokter atau penyelenggara layanan
kesehatan.
Tujuan manajemen resiko adalah untuk mengidentifikasikan resiko,
mengendalikan kejadian-kejadian , mencegah kerusakan dan mengendalikan
liabilitas (huber 2000).
Departemen manajemen resiko memutuskan apakah akan menginvestigasi
insiden labih lanjut. Perawat mungkin harus menjawab pertanyaan khusus seperti
apa perawat di anggap sebagai alasan terjadinya insiden, bagaimana insiden itu
dapat di cegah dan apakah ada peralatan yang harus disesuaikan. Perawat yang
yakin mereka akan di pecat atau meraka akan dituntut harus mendapatkan nasihat
hukum bahkan jika departemen manajemen resiko membebaskan perawat dari
tanggung jawab ,klien atau keluarga klien dapat mengajukan tuntutan. Namun
penuntut harus membuktikan bahwa insiden terjadi karena parawatan yang layak
tidak dilakukan bahkan jika standar parawatan yang baik tidak terpenuhi, penuntut
harus membuktikan bahwa insiden merupakan akibat  langsung dari kegagalan
dalam memenuhi strandar perawatan yang baik dan bahwa insiden tersebur
menyebabkan cidera fisik, emosi atau finansial.

2.4 Pelanggaran yang sering terjadi dalam perawatan


1. Pelanggaran
Perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain berupa harta atau milik
lainnya secara disengaja atau pun tidak disengaja. Jika ada tuntutan hukum,
biasanya diselesaikan secara perdata dengan mengganti kerugian tersebut.
Contoh: menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama baik klien

2. Kejahatan
Suatu perlakuan merugikan orang lain, tetapi perbuatan tersebut dianggap
merugikan publik. Karena terlalu parah, kejahatan yang dianggap tindakan perdata

6
(tort) dapat digolongkan sebagai tindakan kriminal (tindakan pidana). Tindak
kriminal/pidana ini dapat dijatuhi hukum denda atau penjara atau kedua-duanya.
Contoh:
1. Kecerobohan luarbiasa yang menunjukkan bahwa pelaku tidak
mengindahkan sama sekali nyawa orang lain (korban). Kejahatan ini dapat
dikenakan tindak perdata maupun pidana
2. Karena tidak mematuhi undang-undang kesehatan yang mengakibatkan
tewasnya orang lain atau mengonsumsi/mengedarkan obat-obat terlarang.
Kejahatan ini dapat dianggap sebagai tindakan kriminal (lepas dari
kenyataan disengaja atau tidak)
3. Kecerobohan dan praktik sesat
Kecerobohan adalah suatu perbuatan yang tidak akan dilakukan oleh
seseorang yang bersikap hati-hati dalam situasi yang sama. Dengan kata
lain, perbuatan yang dilakukan di luar koridor standar keperawatan yang
telah ditetapkan dan dapat menimbulkan kerugian. Apabila hal tersebut
terjadi dan ada penuntutan, hakim/juri biasanya menggunakan saksi ahli
(orang yang ahli di bidang tersebut).

3. Pelanggaran penghinaan
Suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar mengenai seseorang sehingga orang
tersebut merasa terhina atau dicemooh. Jika pernyataan tersebut dalam bentuk
lisan, disebut slander dan jika berbentuk tulisan disebut libel.

Contoh:
1. Pernyataan palsu
2. Menuduh orang secara keliru
3. Memberi keterangan palsu kepada klien

7
4. Penahanan yang keliru
Penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau pencegahan gerak seseorang
tanpa persetujuannya, misalnya menahan klien pulang dari rumah sakit guna
mendapat perawatan tambahan tanpa persetujuan klien yang bersangkutan, kecuali
jika klien tersebut mengalami gangguan jiwa atau penyakit menular yang apabila
dipulangkan dari rumah sakit akan membahayakan masyarakat. Untuk itu rumah
sakit mempunyai formulir khusus yang ditandatangani klien/keluarga, yang
menyatakan bahwa rumah sakit yang bersangkutan tidak bertanggung jawab
apabila klien cedera karena meninggalkan rumah sakit tersebut.

5. Pelanggaran privasi
Tindakan mengekspose/memamerkan/menyampaikan seseorang (klien)
kepada publik, baik orangnya langsung, gambar ataupun rekaman, tanpa
persetujuan orang/klien yang bersangkutan, kecuali ekspose klien tersebut
memang diperlukan menurut prosedur perawatannya
Contoh:
1. Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang yang tidak
berhak memperoleh informasi itu
2. Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien, yaitu klien
dilihat/didengar orang lain sehingga klien merasa malu

6. Ancaman dan pemukulan


Ancaman (assault) adalah suatu percobaan/ancaman, melakukan kontak badan
dengan orang lain tanpa persetujuannya
Pemukulan (batter) adalah ancaman yang dilaksanakan Setiap orang diberi

8
kebebasan dari kontak badan dengan orang lain, kecuali jika ia telah menyatakan
persetujuannya.
Contoh: jika klien dioperasi tanpa persetujuan yang bersangkutan/keluarganya,
dokter/rumah sakit tersebut dapat dituntut secara hukum.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan

9
mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah
aturan tingkah laku yang ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu
masyarakat. Di indonesia hukum dibagi dua, yakni hukum pidana dan hukum
perdata. Hukum pidana atau hukum publik adalah produk hukum yang mengatur
hubungan individu dengan pemerintah, yang menggambarkan kekuasaan
pemerintah yang berwenang (pemerintah terlibat langsung didalamnya). Hukum
perdata atau hukum sipil adalah produk hukum  yang mengatur hubungan antar
manusia.
Manajemen resiko adalah sistem yang menjamin pelayanan keperawatan
yang tepat dan berusaha mengenai potensial bahaya dan menghilangkannya
sebelum terjadi (Guido, 2006).
Langkah-langkah dalam manajemen resiko adalah mengenali resiko yang
mungkin, menganalisisnya, melakukan tindakan untuk mengurangi resiko tersebut
dan mengevaluasi langkah yang telah diambil. Salah satu alat yang digunakan
dalam manajemen resiko adalah laporan insiden atau laporan kejadian

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun diperlukan penulis
dengan harapan dapat menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Perawatan Profesional , La Ode Jumadi Gafar , S kp. EGC Jakarta


2. UU RI No.23 tahun 1992 tentan Kesehatan

10

Anda mungkin juga menyukai