Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMANFAATAN STIMULASI KUTANEUS (SLOW STROKE BACK


MASSAGE) TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI HAID
(DISMENORE)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. Dian Rizky Tri Handayani (P07120421052)


2. Elfiana Safitri (P07120421054)
3. Nabila Salsabil (P07120421075)
4. Tuti Alawiyah (P07120421089)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
DAN PROFESI NERS TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wataala karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
yang berjudul “PEMANFAATAN STIMULASI KUTANEUS (SLOW STROKE
BACK MASSAGE) TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI HAID
(DISMENORE)” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materi. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua.

Senin, 23 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL............................................................................................................1

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Dismenore................................................................................................................6
1. Difinisi Dismenore.............................................................................................6
B. Konsep Stimulasi Kutaneus.....................................................................................7
1. Definisi Stimulasi
Kutaneus...............................................................................7
2. Manfaat Stimulasi Kutaneus..............................................................................8
3. Metode Stimulasi Kutaneus...............................................................................8
4. Pengaruh Stimulasi Kutaneus terhadap Dismenore...........................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dismenorea merupakan keluhan nyeri selama menstruasi dan biasanya dirasakan
sebagai nyeri yang menekan ke bawah, pegal atau keram di daerah abdomen bawah
serta panggul. Dismenorea seringkali dimulai setelah mengalami menstruasi pertama
(menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi, tetapi pada beberapa wanita nyeri
bisa terus dialami selama periode menstruasi.
Penyebab nyeri berasal dari otot rahim, otot ini bisa berkontraksi dan relaksasi.
Saat menstruasi kontraksi otot rahim sangat kuat. Kontraksi yang terjadi adalah akibat
suatu zat yang bernama prostagladin. Zat tersebut mempunyai fungsi untuk membuat
dinding rahim berkontraksi dan pembuluh darah sekitarnya terjepit (kontriksi) yang
menimbulkan iskemi jaringan.
Selain itu prostagladin juga merangsang saraf nyeri di rahim sehingga menambah
intensitas nyeri. Gejala yang muncul pada dismenorea, terasa nyeri pada perut bagian
bawah dan punggung. Apabila tidak ditangani, nyeri akan menjalar ke daerah
pinggang dan paha, disertai keluhan mual dan muntah, sakit kepala, diare dan mudah
tersinggung. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman mereka tentang
pemilihan tindakan non-farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan
intensitas nyari yang dialami.
Derajat nyeri menstruasi sangat bervariasi dari yang paling ringan sampai yang
paling berat, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu tindakan
non-farmakologi untuk mengurangi nyeri adalah dengan massage. Massage dan
sentuhan merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi sistemsaraf otonom.
Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian
akan muncul respons relaksasi.
Relaksasi sangat penting untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri
dari ketegangan dan stress akibat penyakit yang dialami. Salah satu teknik
memberikan massage adalah tindakan massage punggung dengan usapan yang
perlahan (Slow Stroke Back Massage). Stimulasi kulit menyebabkan pelepasan
endorphin, sehingga memblok tranmisi stimulus nyeri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Dismenorea?
2. Bagaimana metode Stimulus Kutaneus?
3. Bagaimana pengaruh stimulasi kutaneus terhadap dismenorea?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dismenorea.
2. Mengetahui metode stimulasi kutaneus.
3. Mengetahui pengaruh stimulasi kutaneus terhadap dismenorea.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dismenore
1. Definisi Dismenore
Menurut Judha (2012) dismenore merupakan suatu kondisi yang terjadi
saat menstruasi yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit pada perut bagian
bawah dan panggul, yang dapat mengganggu aktivitas serta memerlukan
pengobatan.
Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum
dialami wanita dari berbagai tingkatan usia (Bobak, 2004). Menurut Varney
(2007) dismenore merupakan menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama
terjadi pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti
keram.
Dismenore merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Dismenore
berat adalah nyeri haid yang sering disertai mual, muntah diare, pusing, nyeri
kepala dan kadang-kadang sampai pingsan (Anurogo, 2011) terdapat beberapa
faktor penyebab dismenore :
a. Faktor Kejiwaan
Kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada wanita akan
mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua
sistim neuro endokrin, yaitu sistim simpatis dan sistim korteks
adrenal. Paparan ketidakstabilan kondisi emosional ini akan
meningkatkan hormon adrenalin, tiroksin dan kortisol yang
berpengaruh secara signifikan pada homeostatis. Hal inilah yang
menyebabkan vasokonstriksi pada daerah yang terkena nyeri
sehingga menimbulkan efek penekanan pembuluh darah,
pengurangan aliran darah dan peningkatan kecepatan metabolisme.
Efek-efek yang terjadi inilah yang akan membuat iskemik pada sel.
b. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai
penyebab timbulnya dismenore yang dapat menurunkan ketahanan
seseorang terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:
1) Anemia
Pada penderita anemia, kemampuan darah untuk mengangkut
oksigen berkurang. Hal ini akan menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan sel. Hal ini menyebabkan kerusakan jaringan atau
disfungsi jaringan.
2) Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan
menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau
terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun
dalam hal ini adalah asma dan migrain.
c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Pada faktor ini menyebabkan aliran darah menstruasi tidak lancar
sehingga otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk
melainkan kelainan tersebut.
d. Faktor Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang
berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin F2-α yang menyebabkan kontraksi otot-
otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2-α berlebih akan dilepaskan
dalam peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek
umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
e. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore
primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. Smith menduga
bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
B. Konsep Stimulasi Kutaneus
1. Definisi Stimulasi Kutaneus
Stimulasi kutaneus atau counterstimulation merupakan istilah yang digunakan
untuk mengidentifikasi teknik yang dipercaya dapat mengaktivasi opioid
endogeneous dan sistem analgesia monoamnie. Stimulasi kutaneus efektif dengan
cara menurunkan pembengkakan, menurunkan kekakuan dan meningkatkan
serabut saraf berdiameter besar untuk menghambat serabut saraf berdiameter kecil
sebagai penyampai atau reseptor nyeridengan menggunakan terapi dingin, terapi
panas, tekanan, getaran atau pijatan (DeLaune & Ladner, 2011).
Stimulasi kutaneus dapat memberikan peredaan nyeri sementara yang efektif.
Stimulasi kutaneus mendistraksi klien dan memfokuskan perhatian pada stimulus
taktil, mengalihkan dari sensasi menyakitkan sehingga mengurangi persepsi nyeri.
Selain itu, stimulasi kutaneus juga dipercaya dapat menghasilkan pelepasan
endorfin yang menghambat transmisi stimulus nyeri serta menstimulasi serabut
saraf sensorik A-beta berdiameter besar, sehingga menurunkan transmisi impuls
nyeri melalui serabut A-delta dan C yang lebih kecil (Kozier, 2010).
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk meredakan
nyeri. Stimulasi yang diberikan dapat menyebabkan terjadinya pelepasan
endorphin yang akan memblok transmisi stimulus nyeri. Teori gate-control
mengungkapkan bahwa stimulasi kutaneus dapat mengaktifkan transmisi dari
serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan cepat. Hal ini menutup “gerbang
“sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dengan diameter yang
kecil (Potter & Perry, 2010).
2. Manfaat Stimulasi Kutaneus
Stimulasi kutaneus memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut :
a. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran darah di dalam
jaringan sehingga penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel
diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang tidak dipakai akan diperbaiki.
Aktivitas dari sel yang meningkat dapat mengurangi rasa sakit dan akan
menunjang proses penyembuhan luka, radang setempat seperti bisul yang
besar, radang sendi, abses, dan radang empedu
b. Memberikan efek mengurangi ketegangan pada otot-otot yang kaku.
c. Meningkatkan perasaan yang rileks baik fisik maupun psikologis.
d. Pemberian stimulasi kutaneus yang benar dapat mengurangi persepsi
terhadap nyeri dan membantu meredakan ketegangan otot yang dapat
meningkatkan intensitas nyeri.
e. Menurunkan kecemasan, intensitas nyeri, tekanan darah, dan denyut
jantung secara bermakna (Mook & Chin, 2004 di dalam Putri, 2013).
3. Metode Stimulasi Kutaneus
Teknik untuk stimulasi kutaneusini dilakukan dengan beberapa pendekatan,
salah satu metode yang dilakukan ialah mengusap kulit klien secara perlahan dan
berirama dengan gerakan sirkular dengan kecepatan 60 kali usapan per menit
selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2010 dalam Muawanah, 2018). Gerakan
dimulai pada bagian tengah punggung bawah kemudian kearah atas area belahan
bahu kiri dan kanan (Ester, 2005).
Menurut Lindquist (2014) dalam adapun cara pemijatan stimulasi kutaneus
adalah sebagi berikut :
a. Pengaturan Ruangan
1) Pastikan suhu ruangan yang nyaman.
2) Atur pencahayaan,pastikan cahaya tidak terlalu terang/redup.
3) Pastikan ruangan tenang dan jauh dari kebisingan.
b. Pasien
1) Sebelum memulai pemijatan ajarkan kepda pasien untuk relaksasi atau
berikan kesempatan kepada pasien jika ingin ke kamar mandi.
2) Bantu pasien untuk mengatur posisi yang nyaman.
3) Minta pasien untuk membuka pakaian agar bagian belakang terbuka.
4) Jaga privasi pasien.
c. Stimulasi Kutaneus
1) Gunakan telapak tangan dan jari untuk pemijatan.
2) Pastikan tangan pemijat hangat.
3) Gunakan lotion nonallergenic.
4) Letakkan telapak tangan di daerah sacral pada setiap sisi tulang
belakang.
5) Tekan secara lembut dan perlahan.
6) Lambat, berirama, lakukan pemijatan secara sirkuler ke atas pada
setiap sisi tulang belakang menuju area sakral.
7) Kemudian lambat, berirama, pemijatan melingkat digunakan untuk
pemijatan dari atas ke bawah pada setiap sisi tulang belakang menuju
area sakral.
8) Pemijatan dilakukan sebanyak 3 kali pijatan dengan 60 kali usapan
untuk 1 kali pijatan selama 3-5 menit.
4. Pengaruh Stimulasi Kutaneus terhadap Dismenore
Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke back Massage) adalah tindakan masase
punggung dengan usapan yang perlahan. Efek dari Stimulasi Kutaneus (Slow
Stroke back Massage) ini, menyebabkan pelepasan endorphin, sehingga
memblok transmisi stimulus nyeri. Teori gate control mengatakan bahwa
stimulasi kulit mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-Beta yang lebih
besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C
dan delta-A yang berdiameter kecil sehingga gerbang sinaps menutup transmisi
implus nyeri. Stimulasi kutaneus pada tubuh secara umum sering dipusatkan
pada punggung dan bahu (Smeltzer, 2002).
Stimulasi kutaneus akan merangsang serabut-serabut perifer untuk
mengirimkan impuls melalui dorsal horn pada medulla spinalis, saat impuls yang
dibawa oleh serabut A-Beta mendominasi maka mekanisme gerbang akan
menutup sehingga impuls nyeri tidak dihantarkan ke otak.Tidak terjadinya
penurunan nyeri pada responden yang mengalami nyeri berat, dikarenakan pada
saat dilakukan intervensi responden sudah tidak mampu lagi mengatasi nyeri
yang dialaminya karena nyerinya bersifat berat. Akibat nyerinya berat
menimbulkan ketegangan, sehingga konsentrasi responden hanya terpusat pada
nyeri yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wijayakusuma (2006)
sumber ketegangan otot dapat memicu timbulnya rasa nyeri. Sedangkan yang
tidak mengalami penurunan nyeri pada nyeri sedang dan ringan karena
responden sudah sering mengalami nyeri haid dan jarak antara masase dengan
pertama timbul rasa nyeri agak lama. Masase akan merangsang serabut-serabut
perifer untuk mengirimkan impuls melalui dorsal horn pada medulla spinalis,
saat impuls yang dibawa oleh serabut A-Beta mendominasi maka mekanisme
gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri tidak dihantarkan ke otak (Potter
& Perry, 2010).
Teori Gate Control menyatakn bahwa impuls nyeri dapat diatur dan juga
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.
Mekanisme pertahanan ini dapat ditemukan pada sel-sel gelatinosa substansia
yang berada dalam kornu dorsalis pada medula spinalis, talamus, dan sistem
limbik (Potter & Perry, 2010).
Teori ini mengungkapkan bahwa impuls nyeri akan dihantarkan apabila
sebuah pertahanan dibuka dan impuls nyeri akan dihambat apabila pertahanan
ditutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi untuk
mengurangi nyeri. Keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut
kontrol desenden dari otak akan mengatur proses pertahanan. Melalui
mekanisme pertahanan, neuron delta-A dan C akan melepas substansi P untuk
mentransmisikan impuls. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2015) tentang
pengaruh stimulasi kutaneus terhadap intensitas nyeri haid di SMA
Muhammadiyah Yogyakarta sebelum dilakukan intervensi didapatkan 53,3% (16
orang) dengan nyeri sedang dan setelah dilakukan intervensi didapatkan 50% (15
orang) dengan skala nyeri ringan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dismenore merupakan suatu kondisi yang terjadi saat menstruasi yang
ditandai dengan nyeri atau rasa sakit pada perut bagian bawah dan panggul,
yang dapat mengganggu aktivitas serta memerlukan pengobatan. Salah satu
pengobatan yang dapat mengurangi rasa sakit dismenore ini adalah dengan
stimulasi kutaneus atau counterstimulation. Stimulasi kutaneus efektif
menurunkan pembengkakan, menurunkan kekakuan dan meningkatkan
serabut saraf berdiameter besar untuk menghambat serabut saraf berdiameter
kecil sebagai penyampai atau reseptor nyeridengan menggunakan terapi
dingin, terapi panas, tekanan, getaran atau pijatan dan dapat memberikan
peredaan nyeri sementara yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Mukhoirotin, M. 2010. Pemanfaatan Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke Back
Massage) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Dismenore). Jombang :
Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang.

Anda mungkin juga menyukai