Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KEPERAWATAN PARIWISATA

SISTEM RUJUKAN DAN ASURANSI INTERNASIONAL

OLEH :
KOMANG PANDE DEWI AYUNI (P07120216001)
PUTU INDAH PRAPTIKA SUCI (P07120216002)
KADEK DWI DHARMA PRADNYANI (P07120216003)
EKA WAHYU RIFANI MEILIADEWI (P07120216004)
NI KOMANG SRI ARDINA (P07120216005)
NI LUH PUTU DESY TRISNA EKAYANTI (P07120216006)
NI LUH PUTU INTAN SARI (P07120216007)
NI MADE ANASARI (P07120216008)
NI LUH PUTU MANIK JUNI ASTRI DEWI (P07120216009)
NI LUH PUTU PUTRI WIDIARI (P07120216010)

KELAS 3A SEMESTER VI
PRODI DIV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Sistem
Rujukan dan Asuransi Internasional”. Meskipun banyak tantangan dan hambatan
yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan
paper ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluruskan penulisan paper ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dalam proses
pengerjaannya.
Kami menyadari paper ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan paper kami ini untuk ke
depannya.Semoga paper ini bermanfaat bagi peningkatan proses belajar mengajar
dan menambah pengetahuan kita bersama.Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih.

Denpasar, 19 Maret 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I


DAFTAR ISI ........................................................................................................ III
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1Pendahuluan ................................................................................................ 1
1.2Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3Tujuan ........................................................................................................2
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.1Pengertan sistem rujukan dan asuransi internasional .................................. 3
2.2Tujuan Rujukan dan Asuransi ..................................................................... 4
2.3Sistem rujukan dengan menggunakan asuransi .......................................... 4
2.4Kompetensi pendamping pasien selama rujukan ...................................... 10
2.5Jenis – jenis asuransi ................................................................................. 19
2.6Pemahaman kontrak asuransi .................................................................... 22
2.7Kelebihan dan kekurangan asuransi .......................................................... 27
BAB III .................................................................................................................. 30
3.1Simpulan........................................................................................................... 30
3.2Saran ...............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

iii
BAB I

1.1 Pendahuluan
Sektor pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara dalam
upaya meningkatkan penghasilan masyarakat Indonesia dimasa ini dan
dimasa yang akan datang disadari akan semakin penting. Salah satu sektor
yang erat kaitannya dan cukup menentukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan sektor pariwisata adalah sektor kesehatan. Telah muncul
banyak contoh dan pengalaman baik di luar maupun di dalam negeri tentang
dampak positif terhadap pertumbuhan pariwisata bila pengelolaan sektor
kesehatan dilaksanakan dengan baik. Sebaliknya, dampak negatif terhadap
perkembangan pariwisata akan segera terjadi bila muncul suatu “outbreak”
penyakit, atau pengelolaan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan jika
tidak dilakukan dengan memadai.
Kesehatan adalah salah satu faktor yang penting dalam menunjang
usaha peningkatan arus wisata. Jika kesehatan makanan dalam perjalanan
kurang terjamin dan kesehatan lingkungan di tempat tujuan tidak memenuhi
standar, maka wisatawan tidak akan memperpanjang lama tinggalnya. Bila
ada wisatawan yang terkena penyakit dapat timbul masalah seperti terjadinya
issue wabah diare di Bali pada tahun 1992, maka jumlah kunjungan akan
menurun sekali. Hal ini perlu dicegah dan ditanggulangi dengan cepat dan
tepat.
Indonesia sangat berpotensi dalam wisata kesehatan, mengingat
karena keberadaan lokasi dan keunggulan alam dan tradisi serta patut
dikombinasikan dengan wisata kesehatan. Dengan adanya wisata kesehatan
atau Health Tourism dapat menekan devisa yang keluar, karena banyaknya
orang Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk berobat sekaligus berwisata.
Devisa yang dapat diselamatkan yaitu mencapai 500 juta US Dolar sampai
1,4 Miliar US Dolar setiap tahunnya. Selain itu, wisata kesehatan telah masuk
ke dalam undang-undang pariwisata tahun 2009. Oleh karena itu, Kemenkes
bersama dengan Kemenparekraf, perwakilan rumah sakit, dan asosiasi
kesehatan membentuk tim kerja dengan nama Indonesia Wellness and

1
Healthcare Tourism (IWHT). Tim kerja ini kemudian menyusun kolaborasi
dengan biro perjalanan wisata dalam rangka promosi wisata kesehatan serta
menetapkan kolaborasi RS yang bersinergi dengan wellness di tempat
destinasi wisata, yaitu Bali, Jakarja, Manado, dan Makasar.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Apa saja definisi dari sistem rujukan dan asuransi internasional??
1.2.2. Apa saja tujuan dari rujukan dan asuransi?
1.2.3. Bagaimanakah proses dari sistem rujukan?
1.2.4. Apa saja kompetensi yang diperlukan perawat saat mendampingi
pasien saat melakukan rujukan?
1.2.5. Apa sajakah jenis – jenis dari asuransi?
1.2.6. Bagaimanakah pemahaman mengenai kontrak asuransi ?
1.2.7. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan dari asuransi?

1.3 Tujuan
1.3.1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dari sistem
rujukan dan asuransi internasional.
1.3.2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan dari rujukan dan
asuransi.
1.3.3. Mahasiswa dapatmengetahui dan memahami proses dari sistem
rujukan.
1.3.4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa saja kompetensi
yang diperlukan perawat saat mendampingi pasien saat melakukan
rujukan.
1.3.5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami jenis – jenis dari
asuransi.
1.3.6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai kontrak
asuransi.
1.3.7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kelebihan dan
kekurangan dari asuransi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertan sistem rujukan dan asuransi internasional


Sistem rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal
balik atas suatu kasus/ masalah medik yang timbul, baik secara vertikal
maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu, terjangkau dan
rasional (Depkes RI, 1991).
Rujukan kesehatan perorangan adalah rujukan kasus yang berkaitan
dengan diagnosis, terapi, tindakan medik berupa pengiriman pasien, rujukan
bahan pemeriksaan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium dan rujukan
ilmu pengetahuan tentang penyakit.
Pasien rujukan adalah pasien yang memerlukan
pemeriksaan,pengobatan atau fasilitas khusus yang tidak tersedia di Rumah
Sakit.Pasien pindah rawat adalah pasien yang dikirim ke rumah sakit lain
karena permintaan pasien atau keluarga,atau karena tempat rawat inap Rumah
Sakit penuh.
Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) Republik Indonesia : "Asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada
tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi
terkandung 4 unsur, yaitu :
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah
uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara
berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak
tertentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui
sebelumnya).

3
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.

2.2 Tujuan Rujukan dan Asuransi


Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :
1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-
baiknya.
2. Agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan.
3. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya.
4. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge
& skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan
daerah perifer.

2.3 Sistem rujukan dengan menggunakan asuransi


Rujukan terhadap pasien dilakukan dalam hal fasilitas pelayanan
kesehatan memastikan tidak mampu memberikan pelayanan yangdibutuhkan
pasien berdasarkan hasil pemeriksaan awal secara fisik atau
berdasarpemeriksaan penunjang medis; dan/atau setelah memperoleh
pelayanan keperawatan dan pengobatan ternyata pasien
memerlukanpemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebihmampu.

A. Sistem Informasi Rujukan


1. Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan
pengirim dandicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke
dokter tujuan rujukan, yangberisikan antara lain : nomor surat,
tanggal dan jam pengiriman, status jaminankesehatan yang dimiliki
pasien baik pemerintah atau swasta, tujuan rujukanpenerima, nama
dan identitas pasien, resume hasil anamnesa, pemeriksaan

4
fisik,diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk
pemeriksaanpenunjang diagnostik, kemajuan pengobatan, nama
dan tanda tangandokter/bidan yang memberikan pelayanan serta
keterangan tambahan yangdipandang perlu.

2. Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan


mengisi surat rujukan spesimen, yang berisikan antara lain : nomor
surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan
penerima, jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen yang dikirim,
tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta,
nama dan identitas pasien, serta diagnosis klinis. Informasi balasan
hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak
laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak pengirim
dengan menggunakan format yang berlaku di laboratorium yang
bersangkutan.

B. Kegiatan rujukan meliputi pengiriman:


1. Rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap
a) Prosedur standar merujuk pasien
1) Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja.
2) Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg
meminta rujukan.
3) Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab
masing-masing pihak.
b) Prosedur klinis
1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding.
2) Memberikan instruksi tindakan pra rujukan sesuai kasus.
Instruksi mencakup kapan mendapatkan pelayanan yang
mendesak.
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.

5
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas medis /
paramedis yang berkompeten dibidangnya dan mengetahui
kondisi pasien.
5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling
atauambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu
pasien di UGDtujuan sampai ada kepastian pasien tersebut
mendapat pelayanan dankesimpulan dirawat inap atau rawat
jalan.
6) Selama proses rujukan secara langsung semua pasien selalu
dimonitor dan kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai
dengan kondisi pasien.
c) Prosedur Administratif
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2) Membuat catatan rekam medis pasien.
3) Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan).
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 lembar pertama
dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan.
Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien
pada buku regist rujukan pasien.
5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat rujukan.
6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah
diselesaikanadministrasi yang bersangkutan.

C. Pembagian wewenang & tanggungjawab


1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka
waktutertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tersebut
tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita hanya untuk satumasalah kedokteran
khusus saja.

6
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lainuntuk
selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter
konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut
campur.

D. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :
1. Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi kondisi
pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk
tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan
2. Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga
didampingi oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau
perawat) yang kompeten.
3. Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi
terakhirpasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga
yang lain harus ikut mengantar pasien ke tempat rujukan.
4. Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi
identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat-obatan yang telah
diberikanpada pasien.
5. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
6. Persiapan Obat, membawa obat-obatan esensial yang diperlukan
selama perjalananmerujuk.
7. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat,
dan bahan yang diperlukan.

7
8. Persiapan biaya, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempat rujukan.
9. Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah
pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga - jaga
dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah.

2. Rujukan berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya dan


Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
1) Pemberi Pelayanan Kesehatan/Petugas Kesehatan wajib
mengirimkan rujukan berupaspesimen atau penunjang diagnostik
lainnya jika memerlukan pemeriksaan laboratorium,peralatan
medik/tehnik, dan/atau penunjang diagnostik yang lebih tepat,
mampu, danlengkap.
2) Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya dapatdikirim dan
diperiksa dengan atau tanpa disertai pasien yang bersangkutan.
3) Jika sebagian spesimen telah diperiksa di laboratorium pelayanan
kesehatan asallaboratorum rujukan dapat memeriksa ulang dan
memberi validasi hasil pemeriksaanpertama.
4) Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan spesimen atau
penunjang diagnostik lainnya wajib mengirimkan laporan
hasilpemeriksaan atas spesimen atau penunjang diagnostik lainnya
yang telah diperiksa kefasilitas pelayanan kesehatan asal.

C. Pendampingan Pasien Selama Transfer/rujukan


Selama proses rujukan secara langsung semua pasien selalu
dimonitor,adapun proses tersebut adalah :
1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2
orang tenaga medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi
pasien bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat
/ derajat beratnya penyakit / kondisi pasien).

8
3. Dokter ruangan (dr DPJP), bertugas untuk membuat keputusan dalam
menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama
transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham
dan mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang
berkaitan dengan proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr
Ruangan/DPJPselama proses transfer/rujukan antar-rumah sakit
berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan
baik dan tidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di
mana intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6. Perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat / derajat
kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh
dokter Ruangan/DPJP)
a. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat
biasa di unit/ rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu
didampingi oleh dokter, perawat, atau paramedis (selama
transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di Intensif Care Unit (ICU); di
mana membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa dengan saran
dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter
(selama transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan

9
pasca-operasi, dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU;
harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis
lainnya).
d. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced
respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic
respiratory support) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2
sistem organ, termasuk pasien-pasien yang membutuhkan
penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya
dokter anestesi dan perawat ruang intensif / UGD atau paramedis
lainnya).
7. Saat dokter ruangan/ DPJPtidak dapat menjamin terlaksananya
bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses transfer;
pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan
risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien
dengan sakit berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan
berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama
transfer berlangsung yang berisi nomor telpon Rumah Sakit dan
rumah sakit tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

2.4 Kompetensi pendamping pasien selama rujukan


Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama
Transfer/rujukan,kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan
kondisi pasien.

10
1. Kompetensi SDM untuk transfer/rujukan intra Rumah Sakit
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan
pendamping dibutuhkan Utama
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
(orang Keamanan
tua/delirium)
Derajat 1 Perawat/Petugas  Bantuan hidup dasar  Oksigen
yang  Pelatihan tabung gas  Suction
berpengalaman  Pemberian obat-  Tiang infus
(sesuai dengan obatan portabel
kebutuhan pasien)  Kenal akan tanda  Pompa infus
deteriorasi dengan baterai
 Keterampilan  Oksimetri
trakeostomi dan denyut
suction
Derajat 2 Perawat dan  Semua ketrampilan di  Semua
Petugas atas, ditambah; peralatan di
keamanan/ TPK  Dua tahun atas,
pengalaman dalam ditambah;
perawatan intensif  Monitor EKG
(oksigenasi, sungkup dan tekanan
pernapasan, darah
defibrillator, monitor)  Defibrillator
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi  Monitor ICU
dan TPK/ dokter harus di atas portabel yang
Petugas standar minimal lengkap
keamanan Dokter:  Ventilator dan
 Minimal 6 bulan peralatan

11
pengalaman mengenai transfer yang
perawatan pasien memenuhi
intensif dan bekerja di standar
ICU minimal.
 Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
 Keterampilan
menangani
permasalahan jalan
napas dan pernapasan,
minimal level ST 3
atau sederajat.
 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
 Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat
Lampiran 1)

TRANSFER INTRA-RUMAH SAKIT


1. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang
berpengalaman; diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit
2. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.

12
3. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
4. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen
sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus
paham akan bahaya potensial yang ada.
6. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level
pasien

2. Kompetensi SDM untuk transfer/rujukan antar rumah sakit


Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama dan
pendamping dibutuhkan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan High
ambulan (BHD) Dependency Service
(HDS)/ Ambulan
Derajat 0,5 petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
(orang ambulan dan Ambulan
tua/delirium) paramedis
Derajat 1 Petugas  Bantuan hidup dasar  Kendaraan HDS/
ambulan dan  Pemberian oksigen Ambulan
perawat  Pemberian obat-  Oksigen
obatan  Suction
 Kenal akan tanda  Tiang infus portabel
deteriorasi  Infus pump dengan
 Keterampilan baterai
perawatan  Oksimetri
trakeostomi dan
suction
Derajat 2 Dokter,  Semua ketrampilan  Ambulans EMS
perawat,dan di atas, ditambah; Mercedes 515
petugas  Penggunaan alat  Semua peralatan di

13
ambulans pernapasan atas, ditambah;
 Bantuan hidup lanjut  Monitor EKG dan
 Penggunaan kantong tekanan darah
pernapasan (bag-  Defibrillatorbila
valve mask) diperlukan
 Penggunaan
defibrillator
 Penggunaan monitor
intensif
Derajat 3 Dokter, Dokter:  Ambulans lengkap/
perawat, dan  Minimal 6 bulan AGD 118
petugas pengalaman  Monitor ICU portabel
ambulan mengenai perawatan yang lengkap
pasien intensif dan  Ventilator dan
bekerja di ICU peralatan transfer
 Keterampilan yang memenuhi
bantuan hidup dasar standar minimal.
dan lanjut
 Keterampilan
menangani
permasalahan jalan
napas dan
pernapasan, minimal
level ST 3 atau
sederajat.
 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun

14
bekerja di ICU
 Keterampilan
bantuan hidup dasar
dan lanjut
 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis
(lengkapnya lihat
Lampiran 1)

Pemantauan obat-obatan dan peralatan selama transfer pasien kritis


1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan
selama proses transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya
harus sebaik pelayanan di Rumah Sakit / RS tujuan.
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum
transfer dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
d. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
e. EKG kontinue
f. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
g. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
h. Terpasangnya jalur intravena
i. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
j. Peralatan untuk memantau cardiac output
k. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
l. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk
mencegah terjadinya hipotermia atau hipertermia)

15
4. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap
gerakan dan tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu
juga cukup menghabiskan baterai monitor.
5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri)
disarankan.
6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan
darah secara invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera
otak akut; pasien dengan tekanan darah tidak stabil atau berpotensi
menjadi tidak stabil; atau pada pasien dengan inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling
status (status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses
vena sentral diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
9. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan
yang diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan
di dalam jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
10. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan
baik.
11. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
12. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik.
13. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.
14. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.

16
15. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
16. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
17. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati
listrik)
18. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang
dan dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen
arteri, pengukuran tekanan darah (non-invasif), dan temperatur.
19. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat
dengan cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat
pergerakan ekternal / vibrasi (getaran).
20. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
21. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi
/ obat-obatan.
22. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini
harus dilengkapi selama transfer.
23. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
24. Monitor dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan
harus dalam posisi aman di bawah level pasien.

E. Kritera Pasien yang dirujuk


Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.Rumah sakit mengidentifikasi organisasi dan
individu penyedia pelayanan kesehatan di lingkungannya yang sangat
berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah sakit serta populasi
pasien.Apabila memungkinkan rujukan keluar rumah sakit ditujukan kepada
individu secara spesifik dan badan dari mana pasien berasal.Pasien yang akan
dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.

17
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata
tidak mampu diatasi dan apabila telah diobati dan dirawat ternyata
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Mencantumkan terapi sementara.
5. Mencantumkan tindakan yang telah diberikan.
6. Mencantumkan alasan merujuk, apabila memungkinkan rujukan dibuat
untuk pelayanan penunjang.
7. Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk.
8. Pasien di dampingi tenaga kesehatan saat merujuk kecuali untuk rujukan
rawat jalan.
9. Menggunakan ambulance transport kecuali untuk rujukan rawat jalan.
10. Keluarga diberikan intruksi untuk pelayanan bila diperlukan berkenaan
dengan kondisi pasien
11. Memberikan edukasi pada pasien tentang proses rujukan dan instruksi
untuk tindak lanjut diberikan dalam bentuk dan cara yang mudah
dimengerti pasien dan keluarganya serta instruksi mencakup kapan
kembali untuk pelayanan tindak lanjut
12. Komunikasi dengan RS yang akan menjadi tujuan rujukan sebelum
mengirim pasien Kecuali untuk rujukan rawat jalan dan kasus gawat
darurat KIA.

Penanggung jawab pelayanan rujukan, Transportasi rujukan


1. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil
selama perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan
infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat
waktu

18
b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan ( dokter atau perawat) yang
kompeten dan mahir tindakan kegawat daruratan
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem
komunikasi
d. Petugas Ambulans harus mampu mengoperasionalkan ambulans dengan
baik, mengerti aturan jalan raya dalam mengendalikan ambulans serta
memiliki kemampuan dalam membantu penanganan pasien gawat
daruratan.

2.5 Jenis – jenis asuransi


Menurut Djojosoedarso (2003 : 74-75) jenis-jenis asuransi dapat dibedakan
menjadi berbagai macam segi, yaitu :
a. Dari Segi Sifatnya :
a) Asuransi sosial atau asuransi wajib
Dimana untuk ikut serta dalam asuransi tersebut terdapat unsur
paksaan atau wajib bagi setiap warga negara.Jadi semua warga negara
(berdasarkan kriteria tertentu) wajib menjadi anggota atau membeli
asuransi tersebut.asuransi ini biasanya diusahakan oleh Pemerintah atau
Badan Usaha Milik Negara.
Asuransi Sosial didesain untuk memberikan manfaat kepada
seseorang yang pendapatannya terputus karena kondisi sosial dan
ekonomi atau karena ketidakmampuan mengendalikan solusi secara
individu. Berikut adalah jenis Asuransi Sosial di Indonesia :
1. Asuransi Sosial Tenaga Kerja
• Untuk Pegawai Negeri
• Dikelola Oleh PT Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri
• Untuk Pegawai Perusahaan Swasta
• Dikelola oleh PT Jaminan Asuransi Sosial Tenaga Kerja
• Untuk Anggota ABRI / TNI
• Dikelola oleh Perum Asuransi Sosial ABRI

19
2. Asuransi Kesehatan
• Dikelola oleh PT Asuransi Kesehatan (dulu PHB)
3. Asuransi Kecelakaan
• Dikelola oleh PT Asuransi Jasa Raharja

b) Asuransi sukarela, dalam asuransi ini tidak ada paksaan bagi


siapapun untuk menjadi anggota/pembeli. Jadi setiap orang bebas
memilih menjadi anggota atau tidak dari jenis asuransi ini.Jenis
asuransi ini biasanya diselenggarakan oleh pihak swasta, tetapi ada
juga yang diselenggarakan oleh pemerintah.Asuransi sukarela dapat
dibagi dalam dua jenis yaitu :
1. Government Insurance, yaitu asuransi yang dijalankan oleh
Pemerintah atau Negara, misalnya : jaminan yang diberikan
kepada prajurit yang cacat sewaktu peperangan.
2. Commercial Insurance, yakni asuransi yang bertujuan untuk
melindungi seseorang atau keluarga serta perusahaan dari
resiko-resiko yang bisa mendatangkan kerugian. Tujuan
perusahaan asuransi di sini ialah, komersial dan dengan motif
keuntungan (profit motive).Commercial Insurance dapat
digolongkan lagi sebagai berikut :
a. Asuransi Jiwa (Personal Life Insurance)
Asuransi ini bertujuan untuk memberikan jaminan kepada
seseorang atau keluarga yang disebabkan oleh kematian,
kecelakaan, serta sakit.Contoh Perusahaan Asuransi Jiwa yang
ada di Indonesia :
 PT. Asuransi Jiwa Raya
 Asuransi Jiwa Dharma Nasional
 Asuransi Jiwa Bumi Putera 1912
b. Asuransi Kerugian (Property Insurance)
Bentuk ini sama dengan Asuransi Umum di Indonesia,
bertujuan memberikan jaminan kerugian terhadap harta/hak

20
atau milik kepentingan yang disebabkan oleh kebakaran,
pencurian, asuransi laut, dan lain-lain. Contohnya :
• PT. Asuransi Umum Indonesia
• PT. Asuransi Kerugian
Jadi perbedaan antara Asuransi Jiwa dengan Asuransi
Kerugian adalah perbedaan terletak pada obyek
pertanggungannya.Dalam asuransi jiwa yang menjadi obyek
pertanggungannya adalah jiwa manusia, sedangkan dalam asuransi
kerugian yang menjadi obyek pertanggungan adalah barang atau
properti (rumah, mobil, pabrik, dll) dan kewajiban hukum terhadap
pihak ketiga.

b. Dari Segi Jenis Objeknya, Asuransi Dapat Dibedakan Ke Dalam :


a. Asuransi orang, yang meliputi antara lain asuransi jiwa, asuransi
kecelakaan, asuransi kesehatan, asuransi bea siswa, asuransi hari tua
dan lain-lain dimana objek pertanggungannya manusia.
b. Asuransi umum atau asuransi kerugian, yang meliputi antara lain
asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan barang, asuransi
kendaraan bermotor, asuransi varia, asuransi penerbangan dan lain-
lain, dimana objek pertanggungannya adalah hak/harta atau milik
kepentingan seseorang.

c. Asuransi Lainnya
1. Allianz
2. CIGNA/BUPA
3. AXA
4. OPD (Outpatient Department) : pay and claim
5. IPD (Inpatient Department), surgeory : LOG (Letter of Guarantee)
6. Cost Containment
7. AMA (Australian Medical Association) Fee

21
2.6 Pemahaman kontrak asuransi
A. Definisi Kontrak Asuransi
Banyak definisi mengenai asuransi.Salah satu yang populer
adalah asuransiialah subsitusi suatu biaya kecil tertentu dengan suatu
kerugian besar yang tidak tertentu.
Dari pandangan hukum, kontrak dengan mana satu pihak dengan
menerima sesuatu nilai yang dikenal sebagai premi, memikul suatu risiko
kerugian atau tanggung jawab yang menimpa pihak lain, sesuai dengan
suatu rencana (plan) untuk mendistribusikan risiko tersebut, adalah
kontrak asuransi apapun bentuk atau nama yang dipakainya. Banyak
kontrak yang sepintas lalu tampak seperti tampak asuransi, tetapi jika
diteliti menurut definisi ini ternyata tidak memenuhi syarat.
B. Unsur-Unsur Esensil Dari Kontrak Asuransi
Walaupun kontrak asuransi mempunyai beberapa ciri khas,
namun ia harus memenuhi bentuk dan syarat umum yang ditetapkan
oleh hukum untuk setiap kontrak. Antara lain :
a) Perjanjian (penawaran dan penerimaan)
Perjanjian terdiri dari penawaran yang dilakukan oleh atau pihak
dan penerimaannya oleh pihak kedua.Dalam segala macam asuransi,
jenis penawaran terpenting adalah aplikasi asuransi dari calon yang
ditanggung.Aplikasi ini dapat secara lisan.Misalnya seseorang yang
memutuskan hendak mengasuransikan rumahnya terhadap kerugian
akibat kebakaran dapat menelpon seorang agen asuransi.Kontrak
lainnya ini orang ini dengan agen tersebut adalah penerimaan polis dan
rekening premi.Dengan demikian berarti telah terjadi penawaran dan
penerimaan atau perjanjian antara pihak yang ditanggung dengan
perusahaan asuransi itu karena agen asuransi telah diberi wewenang
oleh perusahaan asuransi tersebut.
b) Pihak-pihak Yang Kompeten
Untuk sahnya suatu kontrak asuransi seperti juga halnya dengan
segala kontrak lain, adalah itu harus dibuat oleh pihak-pihak yang

22
kompeten (mampu). Ada tiga kelompok orang yang dianggap tidak
kompeten yaitu anak-anak yang belum dewasa, orang dewasa, orang-
orang yang secara mental tidak kompeten (mampu), dan dewasa
bersuami.Usia dewasa tidak sama di setiap negara. Di New York usia
legal itu adalah 141/2 tahun.Seseorang yang telah dinyatakan secara
resmi tidak waras adalah tidak kompeten melakukan perbuatan hukum
dan tidak mampu membuat kontrak asuransi yang sah.
c) Obyek yang Sah atau Legal
Suatu kontrak asuransi biasanya dianggap bertentangan dengan
kebijaksanaan negara dan dengan demikian tidak legal adalah jika
pihak yang ditanggung tidak mempunyai kepentingan yang dapat
diasuransikan dalam objek yang diasuransikan itu. Jika tidak ada
kepentingan yang dapat diasuransikan maka kontrak itu adalah
perjudian.
Sebuah contoh lain dari kontrak yang bertentangan dengan
kebijaksanaan negara adalah kontrak yang dibuat oleh pihak musuh.
Pasal 208 kitab Undang-undang Hukum Perniagaan mengatakan
bahwa yang dapat menjadi obyek asuransi ialah semua kepentingan
yang :
a) Dapat dinilai dengan sejumlah uang
b) Dapat tertimpa macam-macam bahaya
c) Tidak dilarang oleh undang-undang
d) Imbalan (Consideration)
Suatu kontrak hanya sah jika masing-masing pihak memberikan
nilai atau memikul sesuatu kewajiban terhadap pihak lainnya.Kontrak
asuransi seringkali menyatakan bahwa imbalan dari pihak yang
ditanggung adalah "ketentuan-ketentuan dan ketetapan-ketetapan yang
tersebut di sini dan premi tertentu".Ini tidak berarti bahwa premi harus
dibayar sebelum polis berlaku.Kenyataannya banyak polis asuransi harta
sudah berlaku sebelum diterimanya pembayaran premi.Janji membayar
adalah imbalan (consideration). Sebaliknya pada asuransi jiwa, premi
pertama harus dibayar sebelum berlakunya polis.Perusahaan asuransi

23
juga memberikan imbalan yang berupa janji akan melakukan
pembayaran jika terjadi peristiwa tertentu yang telah ditetapkan.
C. Ciri-Ciri Kontrak Asuransi
Ada beberapa ciri khas tertentu dalam kontrak asuransi :
a.Kontrak Untung-Untungan (Aleatory Contract)
Kebanyakan kontrak bersifat commutative artinya masing-masing
pihak menyerahkan barang-barang atau jasa-jasa yang dianggap sama
nilainya. Akan tetapi, kontrak asuransi adalah bersifat aleatory artinya
pihak-pihak yang membuat kontrak menyadari bahwa jumlah uang yang
akan diserahkan oleh masing-masing pihak tidak akan sama.Dalam polis
asuransi, pihak yang ditanggung menyerahkan jumlah premi. Jika ia
menderita kerugian, ia mungkin menerima jumlah uang yang jauh lebih
besar daripada premi yang dibayarkannya kepada perusahaan asuransi.
Dan jika ia tidak menderita kerugian (yang lebih besar kemungkinannya
demikian), ia tidak akan menerima apa-apa dari perusahaan asuransi.
Bagi perusahaan asuransi, ada kemungkinan ia akan harus melaksanakan
pembayaran yang jauh lebih besar daripada premi yang diterimanya atau
(lebih besar kemungkinannya) ia tidak akan membayar sama sekali. Ciri-
ciri khas dari aleatory contract adalah adanya untung-untungan (chance).
b.Kontrak Adhesi
Kebalikan dari kontrak tawar-menawar, kontrak asuransi biasanya
merupakan suatu kontrak adhesi.Perjanjian pada umumnya dibuat oleh
para pengacara dan wakil-wakil lain dari perusahaan asuransi, atau
barangkali oleh wakil-wakil pemerintah.Biasanya kontrak ini diberikan
kepada calon yang ditanggung dalam semangat "terima atau tolak".Calon
pembeli asuransi tidak bisa mengajukan usul, agar perusahaan asuransi
mengubah sedikit pasal ini atau mengganti suatu perkataan.Ciri-ciri ini
sebetulnya menguntungkan pihak yang ditanggung jika kontrak itu
menjadi perkara pengadilan. Pengadilan menentukan bahwa karena
perusahaan asuransi yang menyusun kontrak itu, maka setiap kekaburan
arti (ambiguity = arti dua, kemenduaan) dalam kontrak itu harus

24
ditafsirkan yang menguntungkan pihak yang ditanggung terhadap
perusahaan asuransi.
c.Kontrak Sepihak (Unilateral)
Kontrak dapat bilateral atau unilateral.Pertukaran suatu janji
dengan suatu janji adalah bilateral (belah dua pihak), sedangkan
pertukaran suatu tindakan dengan suatu janji adalah unilateral
(sepihak).Kontrak asuransi pada umumnya adalah kontrak unilateral
artinya pihak yang ditanggung sudah membayar premi, hanya satu pihak
terbuka terhadap janji sah yang berlaku untuk melaksanakan sesuatu
selanjutnya.Perusahaan asuransi menjanjikan pelaksanaan (performance).
d.Kontrak Bersyarat (Conditional)
Kontrak asuransi adalah kontrak bersyarat.Memang benar kontrak
itu telah terpenuhi seluruhnya oleh pihak yang ditanggung dengan telah
dibayarnya premi dan tinggal perusahaan asuransi saja yang
berkewajiban memenuhi janjinya. Akan tetapi, ini tidak berarti tidak ada
lagi syarat-syarat yang harus dipenuhi pihak yang ditanggung jika ia
ingin memperoleh penggantian atas kerugiannya. Perbedaan antara janji
(promise) dengan syarat (condition) adalah bahwa janji itu dapat
dipaksakan berlakunya secara hukum, sedangkan syarat (condition)
tidak.Pengaruh dari dilanggarnya suatu syarat adalah pihak yang
ditanggung tidak memperoleh penggantian kerugian dari perusahaan
asuransi. Contoh, pada suatu kontrak asuransi kebakaran, perusahaan
berjanji akan mengganti kerugian yang diderita pihak yang ditanggung
karena kebakaran. Pihak yang ditanggung perlu memenuhi beberapa
syarat yang berhubungan dengan pengajuan bukti kerugian karena suatu
kebakaran. Akan tetapi, ia secara hukum tidak wajib mengajukan bukti-
bukti kerugian yang diminta oleh syarat-syarat itu. Ia hanya perlu
mengajukannya kalau ia ingin memperoleh penggantian kerugian
tersebut. Sebaliknya, perusahaan asuransi kebakaran dapat dipaksa oleh
hukum untuk memenuhi janjinya membayar ganti rugi, jika pihak yang
ditanggung telah memenuhi semua syarat-syarat yang dicantumkan
dalam kontrak.

25
e.Sepenuhnya Berdasarkan Kepercayaan
Pada umumnya, kontrak-kontrak apa saja adalah berdasarkan
kepercayaan (bonafide, contract, good-faithcontract). Akan tetapi, kontrak
asuransi adalah kontrak yang sepenuhnya berdasarkan
kepercayaan.Dibutuhkan tingkat tertinggi bonafiditas dalam negosiasi
sebelum dikeluarkannya polis.Dalam mengambil keputusan
pertanggungan, perusahaan asuransi harus mempercayai benar informasi
yang diberikan oleh applicant (pelamar, pembeli asuransi).
f.Kontrak Pribadi
Orang-orang mengatakan bahwa asuransi harta itu adalah kontrak
pribadi seperti halnya kontrak perkawinan.Baik pihak yang ditanggung
maupun penanggung (perusahaan asuransi) tidak saja memperhatikan
kontrak itu tetapi juga watak, prilaku, dan bonafiditas, dari masing-masing
pihak.Dalam bahasa biasa dikatakan sesuatu barang diasuransikan.Tetapi
sesungguhnya yang diasuransikan adalah si pemilik barang itu.Kontrak
asuransi tidak terikat kepada barang itu dan tidak berpindah kepada
pembeli barang itu.Persetujuan penanggung diperlukan untuk
memindahkan sesuatu kontrak asuransi sebelum terjadi suatu kerugian
kecuali dalam hal asuransi jiwa dan beberapa polis asuransi kesehatan.
Oleh karena asuransi jiwa bukan suatu kontrak pribadi, maka ia dapat
dipindahkan tanpa izin perusahaan asuransi.Jika telah terjadi kerugian,
maka kontrak asuransi mana saja akan menjadi tidak lebih dari suatu klaim
uang dan karena itu ia dapat dipindah-tangankan.
g.Prinsip Ganti Rugi (Principle of Indemnity)
Kontrak asuransi harta dan asuransi tanggung jawab (liability
insurance) pada umumnya adalah kontrak ganti rugi, artinya ia
menyatakan akan mengganti kerugian atas kerusakan yang diderita oleh
pihak yang ditanggung. Penggantian lebih rendah (undercompensate)
dibolehkan tetapi penggantian lebih tinggi tidak.Salah satu masalah utama
penerapan prinsip ganti rugi ini adalah bagaimana mengukur kompensasi
yang tepat agar tidak menimbulkan laba atau rugi. Sehingga di sini,
dibutuhkan tiga doktrin penting yang timbul dari prinsip indemnity ini

26
adalah: kepentingan yang dapat diasuransikan, pembatasan jumlah
penggantian atas suatu polis asuransi, dan subrogation.

2.7 Kelebihan dan kekurangan asuransi


A. Keuntungan Asuransi kesehatan
Adapun keuntungan menggunakan asuransi kesehatan adalah sebagai
berikut:
1. Asuransi kesehatan memiliki pilihan perlindungan lebih
spesifik dari asuransi jiwa dengan perlindungan tambahan,
namun dengan harga lebih murah.
2. Asuransi kesehatan memiliki pilihan tanggungan rawat inap,
rawat jalan, perawatan penyakit kritis, bahkan perawatan gigi
dan berbagai jenis terapi spesifik. Anda tak perlu khawatir
kekurangan uang ketika sakit dan harus menerima prosedur
yang mahal.
3. Asuransi kesehatan bisa dijadikan sarana investasi (jika
perusahaan menyediakan pilihan asuransi dengan investasi),
sehingga jika tidak digunakan, Anda bisa mengambil manfaat
tunainya.
B. Kelemahan Asuransi Kesehatan
Selain berbagai keuntungan yang dapat dinikmati masyarakatasuransi
sosial tidak lepas dari berbagai kelemahan. Kelemahan-kelemahan
tersebut antara lain:
1. Pilihan terbatas
Karena asuransi sosial mewajibkan penduduk dan
pengelolanya yang merupakan suatu badan pemerintah atau
kuasi pemerintah, maka masyarakat tidak memiliki pilihan
asuradur.Para ahli umumnya berpendapat bahwa hal ini tidak
begitu penting, karena pilihan yang lebih penting adalah
pilihan fasilitas kesehatannya.Asuransi sosial memungkinkan
peserta bebas memilih fasilitas kesehatan yang diinginkan. Itu
dimungkinkan karena fasilitas kesehatan dapat dibayar secara

27
FFS atau cara lain yang tidak mengikat. Berbeda dengan
konsep HMO/JPKM kini, yang memberikan pilihan asuradur
tetapi setelah itu pilihan fasilitas kesehatan terbatas pada yang
telah mengikat kontrak. Bagi peserta tentu akan lebih
menguntungkan adanya kebebasam memilih fasilitas kesehatan
dengan biaya murah dibandingkan memilih asuradur tetapi
pilihan fasilitas kesehatan terbatas.

2. Manajemen kurang keratif/responsif.


Karena asuransi sosial mempunyai produk yang seragam
dan biasanya tidak banyak berubah, maka tidak ada motivasi
pengelolan untuk berusaha merespons keinginan (demand)
peserta.Apabila askes sosial dikelola oleh pegawai yang
kurang selektif dan tidak memberikan insentif pada yang
berprestasi, maka manajemen cenderung kurang memuaskan
peserta. Hal lain adalah karena penyelenggaranya tunggal,
tidak ada tantangan untuk bersaing, sehingga respons terhadap
tuntutan peserta kurang cepat.

3. Pelayanan seragam
Pelayanan yang seragam bagi semua peserta menyebabkan
penduduk kelas menengah atas kurang memiliki kebanggaan
khusus.Kelompok ini pada umumnya ingin berbeda dari
kebanyakan penduduk, sehingga kelompok ini biasanya kurang
suka dengan sistem asuransi sosial.Pelayanan yang seragam
juga sering menyebabkan waktu tunggu yang lama sehingga
kurang menarik bagi penduduk kelas atas.

28
4. Penolakan fasilitas kesehatan.
Profesional dokter seringkali merasa kurang bebas dengan
sistem asuransi sosial yang membayar mereka dengan tarif
seragam atau model pembayaran lain yang kurang
memaksimalkan keuntungan dirinya. Pada umumnya fasilitas
kesehatan lebih senang melayani orang yang membayar
langsung dengan tarif yang ditentukannya sendiri.Tetapi perlu
dipahami bahwa semua negara maju, kecuali Amerika,
menerapkan sistem asuransi sosial sebagai satu-satunya sistem
atau sebagai sistem yang dominan di negaranya.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Sistem rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik
atas suatu kasus/ masalah medik yang timbul, baik secara vertikal maupun
horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu, terjangkau dan rasional
(Depkes RI, 1991). Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.Contoh
asuransi yang mencangkup internasional yaitu Allianz, CIGNA/BUPA, AXA,
OPD (Outpatient Department) : pay and claim, IPD (Inpatient Department),
surgeory : LOG (Letter of Guarantee), Cost Containment, dan AMA
(Australian Medical Association) Fee.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya paper mengenai sistem rujukan dan asuransi
internasional ini penulis berharap pembaca mampu memahami mengenai
sistem rujukan dan asuransi internasional serta dapat menerapkannya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Cara klaim. 2013. Jenis dan manfaat asuransi. Diakses pada:


http://www.caraklaim.com/2016/05/jenis-manfaat-asuransi-
kesehatan.html. Diakses tanggal 20Maret 2018
Sora. 2014. Pengertian Asuransi Dan Manfaatnya Lengkap. Diakses pada:
http://www.mag.co.id/produk/asuransi-kesehatan-terbaik-untuk-
karyawan/. Diakses tanggal 20 Maret 2018
Thabrany, Hasbullah. 2001. Asuransi Kesehatan di Indonesia. Depok: Pusat
Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI
Wahyu.2015. Jenis dan Manfaat Asuransi Kesehtan. Diakses pada:
http://www.edukiper.com/2015/12/jenis-dan-manfaat-asuransi-
kesehatan.html. Diakses tanggal: 20 Maret 2018

Jae, Kim Yoon.2016.Sistem Rujukan & Asuransi


Internasional.https://www.scribd.com/presentation/323851249/Sistem-
Rujukan-Asuransi-Internasional.Diakses tanggal 20 Maret 2018

Rio.2013.Memilih Asuransi Kesehatan Terbaik : Allianz, AXA, Cigna, atau


Manulife. http://www.duwitmu.com/asuransi/asuransi-kesehatan-terbaik-
allianz-axa-cigna-manulife/. Diakses tanggal 20 Maret 2018

Enoy.2017.Panduan Rujukan Pasien (Transfer & Hand


Over).https://dokumensaya.com/queue/panduan-rujukan-pasien-tansfer-
amp-hand-over_59893d7cdc0d603062300d22_pdf?queue_id=-1. Diakses
tanggal 20 Maret 2018

31

Anda mungkin juga menyukai