Anda di halaman 1dari 18

A.

PENDAHULUAN
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional
dengan pengelolaan sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi manajemen
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada klien,
untuk itu manajemen keperawatan pelu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan.
Asuhan keperawatan profesional adalah asuhan keperawatan yang
diberikan secara komprehensif kepada klien yang nantinya akan mencerminkan
mutu dan kualitas dari perawat. Salah satu asuhan keperawatan yang dapat
diberikan kepada pasien adalah menciptakan lingkungan pasien bersih dan rapi,
sehingga pasien akan merasa nyaman dan dapat mempercepat proses kesembuhan.
B. VISI RSU HAJI SURABAYA
Rumah Sakit Pilihan Masyarakat, Prima dan Islami dalam Pelayanan yang
berstandar Internasional, didukung Pendidikan dan Penelitian yang Berkualitas
C. MISI RSU HAJI SURABAYA
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan menuju standar internasional
di dukung pendidikan dan penelitian yang berkualitas.
2. Menyediakan SDM yang profesional, jujur, amanah dan mengutamakan
kerjasama.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEKDOK

4. Meningkatkan Kemandirian Rumah Sakit dan Kesejahteraan Karyawan


D. VISI DAN MISI RUANG ANAK RSU HAJI SURABAYA
Visi :
Menjadikan Ruang Anak sebagai ruang rawat yang aman dan nyaman
berlandaskan pada pemberian asuhan keperawatan yang holistik.
Misi :
1. Meningkatkan kebersihan dan kerapihan ruangan
2. Melindungi klien, pengunjung dan tenaga medis dari resiko infeksi
nosokomial (INOS)
3. Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
4. Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap preinteraksi,
interaksi, terminasi dan dokumentasi
5. Mengutamakan kepentingan pasien
E. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. Perencanaan
a. Menunjuk perawat primer dan perawat asosiet serta tugasnya masing-
masing
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu perawat primer
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas
dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat primer
e. Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap klien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:
1) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
2) Membimbing penerapan proses keperawatan
3) Menilai asuhan keperawatan
4) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
5) Memberikan informasi kepada pasien/keluarga yang baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan Rumah Sakit
2. Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara jelas
d. Membuat rencana kendali, kepala ruangan membawahi 2 perawat primer
dan perawat primer membawahi 2 perawat asosiet
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
h. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada
perawat primer
i. Mengembangkan kemampuan anggota
j. Menyelenggarakan konferensi
3. Pengarahan
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer
b. Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan baik
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan klien
e. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
f. Meningkatkan kolaborasi
4. Pengawasan
a. Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien
b. Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat ini
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama
dan sesudah proses keperawatan dilakukan (didokumentasikan),
mendengar laporan dari perawat primer
5. Evaluasi
a. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama
b. Audit keperawatan
F. RENCANA KEGIATAN
a. Pengontrolan kebersihan dan kerapihan ruang rawat inap
b. Meminimalisir resiko infeksi nosokomial, dengan memberlakukan aturan:
1) Penggunaan alat perlindungan diri (APD) yang maksimal bagi tenaga
medis
2) Untuk klien dengan penyakit menular, pengukuran tekanan darah harus
dilapisi plastik, dan alat yang telah digunakan dicuci dengan alkohol
70%.
3) Melarang anak-anak dibawah 10 tahun memasuki ruang rawat.
c. Peningkatan tingkat kenyamanan klien:
1) Pengontrolan jumlah pengunjung, maksimal 2 orang
2) Satu pasien satu orang penunggu
3) Tidak memperkenankan pengunjung untuk tidur/duduk dilantai ruang
rawat
4) Pemasangan pengharum ruangan
d. Peningkatan komunikasi terapeutik:
1) Perawat atau tenaga medis lain hendaknya selalu memperkenalkan diri
kepada klien, terutama klien baru.
2) Memanggil klien dengan namanya.
e. Pemeriksaan vital sign dilakukan setiap saat minimal satu sift satu kali.
G. STRUKTUR ORGANISASI RUANGAN
1. Struktur Organisasi
Kepala ruang : Samuji, S.Kep.,Ns
Ketua Tim 1 : Umi Mansuroh, S.Kep.,Ns
Ketua Tim 2 : Ismatin, Amd.Kep
PA 1 : Hendari, Amd.,Kep
PA 2 : Endang Sudarminingsih, Amd.,Kep
2. Pasien
Jumlah pasien kamar Kelas 1 : 4 orang
Jumlah pasien kamar VIP : 4 orang
Jumlah pasien kamar VVIP : 3 orang
Jumlah pasien sebanyak 11 orang, dengan kriteria :
a. Minimal care 2 orang
b. Partial care 6 orang
c. Total care 3 orang
Perhitungan kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan :
Pagi : minimal 2 x 0,17 = 0,34
partial 6 x 0,27 = 1.62
total 3 x 0,36 = 1,08
Jumlah = 3,04
Siang : minimal 2 x 0,14 = 0,28
partial 6 x 015 = 0,90
total 3 x 0,30 = 0,90
Jumlah = 2,08

Malam : minimal 2 x 0,10 = 0,20


partial 6 x 0,7 = 0,42
total 3 x 0,20 = 0,60
Jumlah = 1,22

Jadi kebutuhan perawat dalam 24 jam adalah 3,04 + 2,08+ 1,22= 6,24 atau
6-7 orang.
Kesimpulan kebutuhan jumlah tenaga perawat pagi 3,08 = 3 orang
siang 2,08= 2 orang
malam 1,22= 1-2 orang
BOR = 11/11 x 100% = 100%
H. SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)
SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)
PENGUMPULAN SPESIMEN URIN
Tujuan Spesimen urin sering dikumpulkan dari anak-anak untuk
mengidentifikasi adanya glukosa, protein, kristal yang mungkin dapat
timbul karena adanya gangguan fungsi pada traktus urinarius.
Alat-Alat Alat yang diperlukan Untuk sampel urin: Sarung tangan, Air, deeper (
bola- bola kapas ), urine bag, untuk sampel bersih, sarung tangan,
larutan betadin atau anti septik lain, deeper, air, syringe ( jarum
suntik) steril, urine bag steril.
Anak Yang 1. Gunakan kantong penampung buat sedikit belahan pada popok
Tidak Dilatih kantong penampung melewatinya untuk membuat ruang bagi urin
Toileting agar tertampung dan memeudahkn pemeriksaaan isi. Untuk
mendapatkan urin dalam jumlah sedikit, gunakan spuit tampa
jarum untuk menghisap urin secara langsung dari pokok; bila yang
digunakan adalah popok dengan bahan jel absorben yang
Menyerap urin, tempatkan kasa kecil, beberapa bola kapas, atau
alat penampung urin didalam popok untuk menampung urin dan
menghisap urin dengan spuit.
2. Periksa kantong dengan sering dan lepaskan segera setelah
spesimen terambil.
3. Penampungan urin untuk kultur harus diuji dalam 30 menit,
dibekukan, atau diletakkan diwadah steril dengan petunjuk.
Anak Kecil 1. Mungkin tidak dapat berurinasi sesuai permintaan.
Yang Dilatih 2. Akan lebih berhasil jika kursi pispot atau bedpan diletakkan diatas
Toileting toilet.
3. Gunakan istilah-istilah yang dikenal seperti pipis. Dapatkan
bantuan dari orang tua (penjelasan/anjuran dari orang tua
Anak Yang 1. Kerjasama tetapi hargai penjelasan tentang untuk apa spesimen
Lebih Besar tersebut.
Yang Dilatih 2. Berikan privasi dan alat penampung, lebih baik jika diberi alat
Toileting penutup wadah seperti kantong kertas.
SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)
TEKNIK PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Pengertian Tekhik ini biasanya lebih sering diindikasikan bila memungkinkan.
Sediaan obat biasanya dalam bentuk cair, walaupun pada beberapa
anak sudah bisa menelan dan mengunyah benda padat, tapi
pemberian obat dengan sediaan padat biasanya dihindari karena
mengurangi resiko dan bahaya aspirasi. Sediaan obat untuk anak
biasanya berwarna warni dan beragam rasa untuk menarik hati anak.
Ada beberapa obat yang mempunyai rasa yang tidak enak, tapi
biasanya dengan sediaan cair anak akan lebih mudah menelan
meskipun dengan sedikit kesusahan.
persiapan 1. Berikan permen atau es krim sebelum memberikan obat.
tertentu 2. Campur obat dengan sedikit makanan yang manis
sebelum 3. Berikan makanan yang disukai anak setelah meminum obat
memberikan 4. Bila anak terasa mual, berikan segera minuman berkarbonasi yang
obat yang telah diberi es serut sebelum atau sesudah pemberian obat.
pahit: 5. Bila obat yang berbau kurang enak, anjurkan anak untuk menutup
hidung dan meminum obat segera, karena biasanya rasa yang
tidak enak dihubungkan dengan bau yang kurang enak.
Persiapan Siapkan peralatan yang tepat, yang bisa mengukur dosis yang
diberikan. Biasanya untuk sediaan yang cair digunakan sendok teh
(mewakili 5 ml) untuk mengukur dosis,adapun peralatan lain yang
bisa digunakan adalah : spuit, dot yang sudah dikalibrasi, droper yang
sudah dikalibrasi, cup plastik, sendok obat. Alat yang paling akurat
adalah dengan spuit sekali pakai,khususnya untuk dosis yang kecil.
Pemberian 1. Pada pemberian obat pada bayi, bayi ditempatkan pada posisi
Obat semireclining.

2. Letakkan obat yang akan diberikan dimulut menggunakan spuit


tanpa jarum, sendok, droper, cup plastik.

3. Untuk spuit dan droper sebaiknya diletakkan disepanjang lidah


bayi,lalu teteskan obat sedikit demi sedikit, beri waktu bayi intuk
menelan pada tiap tetesnya.
4. Untuk anak yang sudah besar bisa digunakan cup plastik, karena
pada usia ini anak sudah terbiasa minum dari gelas. Bila anak
menolak meminum obat beri bujukan dan penjelasan yang
memadai agar anak bersedia meminum obat.

5. Selalu ada resiko ketika kita memaksakan anak untuk minum obat,
mungkin anak akan menangis dan resiko tersedak akan lebih
sering, bila ini terjadi selalu posisikan anak dengan kepala
menengadah saat pemberian obat, dengan posisi ini obat yang
diberikan akan langsung masuk ke mulut.

6. Bila obat yang diberikan mempunyai rasa yang kurang enak,


segera berikan makanan atau minuman penawar segera setelah
pengobatan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Diare pada Anak


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tempat : Ruang Anak RSU Haji Surabaya
Hari/Tanggal : Rabu, 20 November 2018
Pukul : 07.30 – 08.00 WIB

I. Tujuan Instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengerti dan menambah
wawasan mengenai diare pada anak.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian diare
2. Menyebutkan penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare
4. Mengetahui cara mengatasi diare di rumah
5. Mengetahui cara pencegahan diare
III.Materi
1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Tanda dan gejala diare
4. Cara mengatasi diare di rumah
5. Pencegahan diare
IV. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
V. Media
1. Flipchart
2. Leaflet
VI. Pengorganisasian
Penyaji : Siti Noviyanti Nanik
Moderator : Uenike Febrian
Observer : Joko Wiratno
Fasilitator : Hasim Efendi
Tri Indriawati
Henrita
Arniati Rumbia
Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab
pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif
dalam diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan,
mengevaluasi jalannya penyuluhan
VII. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

1 3 menit Pembukaan Mendengarkan pembukaan


yang disampaikan oleh
a) membuka kegiatan dengan
moderator.
mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
memberikan umpan balik
Penyampaian materi oleh pemateri:
tehadap materi yang
a) Menggali pengetahuan peserta
disampaikan.
tentang diare
b) Menjelaskan tentang pengertian
diare
c) Menyebutkan penyebab diare
d) Menyebutkan tanda dan gejala
diare
e) Menjelaskan tentang penanganan
diare di rumah
f) Menjelaskan tentang pencegahan
diare
3 5 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan

Memberikan kesempatan kepada


peserta untuk bertanya tentang materi
yang kurang dipahami

3 4 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan

Menanyakan kembali kepada peserta


tentang materi yang telah diberikan
dan reinforcement kepada peserta
yang dapat menjawab pertanyaan

4 3 menit Penutup Mendengarkan dengan


seksama dan menjawab
a) Menjelaskan kesimpulan dari
salam
materi penyuluhan
b) Ucapan terima kasih
c) Salam penutup
VIII. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang Anak RSU Haji
Surabaya. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan
khusus
Lampiran

MATERI PENYULUHAN
KONSEP DASAR DIARE
1 PENGERTIAN
Beberapa pengertian diare
1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi
(Hendarwanto, 1999).
2. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari.
3. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer,
dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lender dan darah
(Ngastiyah, 1997).
2 PENYEBAB
1). Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur
(C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
2). Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
3). Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas)
3 PATOFISIOLOGI
4 TANDA DAN GEJALA
1). Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
2). Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3). Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4). Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5). Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kuli
tmenurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering
dan disertai penurunan berat badan.
6). Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, soporakomatus) sebagai akibat hipovokanik.
7). Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8). Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam (Kusmaul).
5 KLASIFIKASI DIARE
Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat diklasifikasikan,
1. Diare akut terbagi atas :
a. Diare dengan dehidrasi berat
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari/ lebih terbagi atas :
a. Diare persisten dengan dehidrasi
b. Diare persisten tanpa dehidrasi
3. Desentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah
6 KOMPLIKASI
1). Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
2). Renjatan hipovolemik.
Dengan tanda-tanda : Mata mendelik, pandangan kosong, serta ada
gerakan-gerakan tangan kaki.
3). Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoniotot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiagram).
4). Hipoglikemia.
5). Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vilimukosa, usus halus.
6). Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7). Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
7 PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah diare adalah:
1). Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan
dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.
2). Membiasakan anak defekasi di jamban dan jamban harus selalu
bersih agar tidak ada lalat.
3). Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
4). Makanan harus selalu tertutup
5). Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar
diajarkan untuk tidak membeli makanan di jajanan terbuka
6). Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang terjangkit penyakit
diare selain air harus bersih juga harus dimasak
7). Pada anak yang minum dari botol (dot), botol harus dicuci dan
dimasak setiap mau digunakan
8). Pada ibu menyusui sebelum menyusui bayinya mncuci tangan
terlebih dahulu
8 PENATALAKSANAAN DI RUMAH
a. Berikan ASI lebih lama padas etiap kali pemberian (Bila masih
diberi ASI).
b. Jika diberi ASI ekslusif ,berikan oralit /air matang sebagai
tambahan.
c. Jika tidak diberi ASI ekslusif berikan salah satu cairan berikut :
oralit, kuah sayur, air tajin atau air matang.
d. Berikan oralit , dengan cara
1. 1 bungkus oralit masukkan kedalam 200 ml (1 gelas) air
matang
2. Usia sampai 1 tahun berikan 50-100 ml oralit setiap habis
berak
3. Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Jika muntah
tunggu sampai 10 menit, kemudian berikan lagi
Tetapi jika anak muntah lebih sering atau berak-berak terus hingga
lebih dari 5 hari atau semakin memburuk sehingga pemberian oralit tidak
dapat menolong supaya segera dibawa berobat ke pelayanan kesehatan
agar tidak terlambat.
Jelaskan bahwa oralit tidak untuk mengobati diarenya tetapi hanya
untuk mencegah agar anak tidak jatuh dalam keadaan dehidrasi berat.
Dalam perjalanan agar pasien terus diberi minum untuk mencegah
bertambahnya dehidrasi
Kapan anak dibawa ke rumah sakit jika menemukan tanda-tanda
sebagai berikut:
e. Anak muntah tiap kali minum, Karena hal tersebut bias menjadikan
diare dengan dehidrasi berat.
f. Demam
g. Adanya lender dan darah dalam tinja
9 PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan per
oral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam
dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak
mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infus set berukuran 1 ml=15 ttsatau 13 tts/kgBB/menit
(set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3
tts/kgBB/mnt (infuse set berukuran 1 ml=15 ttsatau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-
15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt
(1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan
15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt
(1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt
(1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5%
+ 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20
tts).
e. Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan
4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
1. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat
(nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

Anda mungkin juga menyukai