Anda di halaman 1dari 16

PROSEDUR TINDAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN

MERAWAT
INFUS, MERAWAT KATETER, MELAKUKAN BADDER
TRAINING, DAN MEMBERIKAN OBAT SESUAI
PROGRAMTERAPI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

Maripatun Nisa

Andini Amjum

Ashyfa Nadzifah Salsabilah

St. Nur Inayah Abbas

Fitri Eka Ramadhan

Futri

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMUKESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022/2023
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala Karunia-Nya dan
Rahmat-Nya. Hanya dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, Semoga
dengan adanya makalah ini, kita dapat memahami huh tentang prosedur tindakan pemenuhan
kebutuhan cairan.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, untuk menyempurnakan penulisan
makalah ini. Kami sangat berharap keritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi perbaikan makalah yang kami buat selanjutnya.

Makassar, 03 Januari 2024

Kelompok 5
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. SOP Merawat Infus

B. SOP Merawat Kateter

C. SOP Melakukan badder Training

D. SOP Pemberian obat sesuai program

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam proses homeostatis dan berguna untuk
memelihara fungsi tubuh. Air menyusun sekitar 60% tubuh manusia dan tersebar baik di dalam
sel ataupun di luar sel (Tarwoto & Wartonah, 2015). Apabila kebutuhan cairan pada manusia
tidak terpenuhi maka akan mengalami kekurangan volume cairan yaitu penurunan cairan
intravaskuler, interstisial, dan atau intraselular (SDKI, 2017). Pemenuhan kebutuhan cairan yang
masuk kedalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan cairan intravena yang di
distribusikan ke seluruh bagian tubuh. (Kusnanto, 2016).

Kebutuhan volume cairan pada manusia tergantung dari berbagai faktor yaitu usia, jenis
kelamin, dan lemak tubuh. Pada bayi mempunyai volume cairan lebih banyak dari orang dewasa,
dan makin tua usia seseorang jumlah cairan ini makin berkurang. Begitu pula, wanita
mempunyai volume cairan lebih sedikit dari pria karena tubuh wanita mempunyai banyak lemak
dibanding dengan pria. Cairan tubuh manusia ini terdiri dari air dan zat terlarut, yaitu elektrolit,
non elektrolit dan koloid. (Mangku, G, 2010). Kebutuhan cairan berdasarkan IDAI (Ikatan
Dokter Anak Indonesia) yaitu, pada bayi usia 0-12 bulan diperkirakan membutuhkan cairan
sekitar 700- 800 ml/hari, sedangkan untuk anak usia 1-3 tahun membutuhkan 1300 ml/hari. Pada
anak usia 4-8 tahun membutuhkan 1700 ml/hari, kemudian anak usia 9-13 tahun membutuhkan
2100-2400 ml/hari dan untuk usia 14- 18 tahun membutuhkan 2300-3300 ml/hari.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan pada pasien dengan gangguan


kebutuhan cairan

C. Tujuan

Untuk mengetahui prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan pada pasien dengan


gangguan kebutuhan cairan.

BAB II

PEMBAHASAN
A. MERAWAT INFUS

Perawatan infus adalah suatu proses perawatan diarea infus.

1. Tujuan
 Mencegah infeksi
 Memberikan rasa nyaman

2. KEBIJAKAN
 Dilakukan padza pasien yang terpasang infus
 Petugas yang melakukan adalah perawat/bidan

3. PERALATAN
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Pinset anatomis steril 2 buah
3. Perlak dan pengalas 4. Penunjuk waktu
5. Kassa steril, gunting plester
6. Plester/hipavik
7. Lidi kapas 8. Alkohol 70%
9. Iodine povidon solution 10%
10. Na Cl 0.9%
11. Bengkok 2 buah

4. PROSEDUR PELAKSANAAN
Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga / pasien
3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan

5. Tahap Kerja
1. Mengatur posisi klien (tempat tusukan infus terlihat jelas)
2. Memakai sarung tangan
3. Membasahi plester dengan alkohol dan buka balutan dengan menggunakan pinset.
4. Membersihkan bekas piester
5. Membersihkan daerah tusukan dengan iodine povidon
6. Menutup dengan kasa stenl
7. Memasang plester penutup
8. Mengatur tetesan infus

6. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan pasien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembatcatatan keperawatan

B. MERAWAT KATETER
Perawatan kateter adalah melakukan tindakan perawatan pada daerah genital wanita yang
terpasang kateter.

1. Tujuan
 Mencegah infeksi
 Memberikan rasa nyaman

2. Kebijakan
Pasien yang terpasang alat invasif wajib dilakukan pencegahan dan dimonitoring untuk
kejadian infeksi (Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Islam Madinah Nomor 03/PER
DIR/KPPIRS/RSUIM/1/2015 Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit Umum Islam Madinah Kasembon.

3. Prosedur
Peralatan:
 Sarung tangan bersih
 buah Baskom
 Wash lap/handuk kecil
 I handuk besar
 Sabun antiseptik
 Plester dan gunting
 Perlak/ pengalas
 Sampiran
Penatalaksanaan
o Melakukan pengecekan program terapi
o Mencuci tangan
o Menviapkan alat
o Memberikan salam an menyapa nama pasien
o Menanyakan persetujuan/ kesiapan pasien Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
o Memasang sampiran/ menjaga privasi
o Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent dan melepaskan Pakaian bawah
o Mendekatkan peralatan ke dekat pasien
o Memasang perlak/pengalas
o Memakai sarung tangan
o Membersihkan genetalia dengan wash lap/handuk kecil yang diberi sabun antiseptik
minimal 4 x (labia mayora (kanan dan kiri) dan labia minora(kanan dan kiri)) dengan sisi
handuk atau sisi wash lap yang berbeda. Kemudian ulangi dengan wash lap yang dibasahi
dengan air bersih
o Bersihkan selang kateter dari area meatus uretra dengan sabun antiseptik, kemudian
ulangi dengan wash lap yang dibasahi dengan air Bersih sampai kateter bersih
o Fiksasi selang kateter pada posisi yang aman dan nyaman. (Pria di
o Abdomen)
o Memastikan posisi kateter terpasang dengan benar (menarik dengan Hati-hati, ukateter
tetap tertahan)
o Melepaskan pengalas dan sarung tangan 17. Merapikan pasien
o Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
o Merapikan pasien dan lingkungan
o Berpamitan dengan pasien
o Membersihkan dan mengembalikan alat-alat ke tempat semula
o Mencuci tangan
o Mencatat kegiatan daam lembar catatan keperawatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kateter


 Bersihkan daerah genitalia pasien dengan antiseptik sebelum memasukkan selang katerer.
 Gunakan sarung tangan steril pada saat membersihkan area genital dan Pada saat
pemasangan selang kateter.
 Setelah kateter urin terpasang, kateter harus diamankan ke paha pasien Dengan perangkat
securement untuk mencegah iritasi, peradangan, dan Infeksi

Prosedur
o Letakkan urobag lebih rendah dari kandung kemih untuk mencegah aliran balik urin
o Letakkan ujung urobag lebih tinggi dari lantai. Hindari ujung urobag menempel pada
lantai
o Kosongkan kantong drainase setiap 8 jam, ketika urobag sudah terisi dua pertiga penuh
dan sebelum pasien dipindahkan atau pulang.
o Jika kateter urin telah terpasang selama 2 hari, lakukan evaluasi terhadap keadaan kateter
dan urin. Amati adanya hematuria, dan warna urin. Ganti kateter dan urobag setelah
14x24 jam jika pemasangan kateter masih berlangsung lama.
o Lakukan pembersihan pada katerer dan area genitalia menggunakan larutan antiseptik
setiap hari.
o Mengetahui indikasi pemasangan kateter urin. Pemasangan kateter tidak di indikasikan
untuk pasien dengan mobilitas terbatas, adanya nyeri yang tidak terkontrol, adanya luka
pada bagian perineum.

C. MELAKUKAN BADDER TRAINING


Badder Training adalah Salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi Optimal neurogenik.

1. Tujuan
 Melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi
 Pengeluaran air kemih Mengembangkan tonus otot kandung kemih
 Memperpanjang interval waktu berkemih
 Meningkatkan kapasitas kandung kemih
 Mengurangi atau menghilangkan inkontinensia.
 Meningkatkan kemandirian dalam manajemen kandung kemih

2. Indikasi
 Pasien yang mengalami retensi urin
 Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama.
 Sehingga fungsi spingter kandung kemih terganggu 3. Pasien yang mengalami
inkontinensia urin

3. Kontraindikasi
 Pasien dengan penyakit tromboemboli vena/deep vein
 Thrombosis (DVT) Infeksi kandung kemih
 Pasien dengan gagal ginjal
 Gangguan sensasi sarf perifer (penyakit serebrovaskular)
4. Persiapan pasien
 Berikan salam, perkenalkan diri, dan identitas khen. Dengan memeriksa identitas
klien secara cermat.
 Kaji kondisi pasien
 Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan dengan
prosedur yang benar

5. Persiapan alat dan bahan


 Handscoon
 Klem(khusus klien yang memakai kateter)
 Jam Tangan
 Obat Diuretik jika diperlukan
 Air minum dan tempatnya

6. Cara bekerja
TAHAP PRE INTERAKSI
Baca catatan medis klien dan daftar intake dan output
Siapkan alat dan privacy ruangan
Cuci tangan

TAHAP ORIENTASI
Berikan salam, panggil klien dengan namanya 1 2. Memberitahu pasien tentang hal yang
akan dilakukan

TAHAP KERJA
Pasien dengan tidak terpasang kateter:
 Tentukan pola waktu biasanya klien berkemit
 Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari Klien, bantu seperlunya
 Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada waktu yang dijadwalkan secara teratur
(2500 ml/hari)
 Anjurkan pasien untuk menunggu selama 30 menit kemudian coba pasien untuk berkemih.
a.Posisikan pasien dengan paha fleksi, kaki dan Punggung disupport
b. Perintahkan untuk menekan atay memasge diatas area bladder atau meningkatkan
tekanan. Abdominal dengan cara bersandar ke depan. Ini dapat membantu dalam memulai
pengosongan bladder
c.Anjurkan klien untuk berkonsentrasi terhadap BAK
d. Anjurkan klien untuk mencoba berkemih setiap 2 jam. Interval dapat diperpanjang (Atur
bunyi alarm jam dengan interval setiap 2-3 jam pada siang hari dan pada malam hari cukup
2 kali), batasi cairan setelah jam 17.00
o Anjurkan pasien untuk berkemih sesuai jadwal, catat jumlah cairan yang diminum serta
urine yang keluar dalam waktu berkemih
o Anjurkan klien untuk menahan urinnya sampai waktu BAK yang telah dijadwalkan
o Kaji adanya tanda-tanda retensi urin. Jika diperlukan tes
o Residu iurine secara langsung dengan katerisasi
o Anjurkan pasien untuk melakukan program latihan secara kontinue

Pasien dengan terpasang kateter:


 Tentukan pola waktu biasanya klien berkemik
 Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari klien, bantu seperlunya
Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada Waktu yang dijadwalkan secara teratur
(2500 ml/hari) sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk berkemih
 Beritahu klien untuk menahan berkemih (pada pasien yang terpasang kateter, klem selang
kateter 1-2 jam, disarankan bisa mencapai waktu 2 jam kecuali pasien Merasa kesakitan)
 Kosongkan urine bag
Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan dan tidak toleran terhadap
waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan secara Bertahap
 Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir
 Dari kandung kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
 Biarkan klem tidak terpasang 15 menit, setelah itu klem
 Lagi 1-2 jam
 Lanjutkan prosedur ini hingga 24 jam pertama
 Lakukan bladder training ini hingga pasien mampu
 Mengontrol keinginan untuk berkemih
 Jika klien memakai kateter, lepas kateter jika klien sudah. Merasakan keingin untuk berkemih

Hasil:
 Evaluasi respon pasien
 Berikan reinforcement positif
 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
 Mengakhiri kegiatan dengan baik

Dokumentasi:
 Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam cacatan keperawatan
 Catat respon klien
 Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
 Tanda tangan dan nama perawat

D.Pemberian obat melalui oral


1. Pengertian
Suatu Tindakan dalam memberikan obat dengan cara di minumkan ke pasien
2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan Langkah-langkah dalam melaksanakan pemberian obat kepada pasien
dengan cara diminumkan ke pasien
3. Kebijakan
Alat dan bahan
 Obat tablet, kapsul atau cair
 Air atau jus (bila tidak ada kontra indikasi) dalam gelas
 Sedotan k/p
 Gelas pengukur obat k/p
 DO (daftar obat)
PERSIAPAN PASIEN
 Posisikan pasien setengah duduk atau duduk di tempat tidur bila memungkinkan
 Pasien yang tidak bisa mobilisasi, posisikan kepala pasien untuk miring ke salah satu
bagian tubuh
4. Referensi

5. Prosedur
1.Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
2.perawat menyiapkan obat oral sesuai dosis untuk setiap pasien
3.perawat membawa obat oral yang telah disiapkan
4.perawat melakukan dobel cek dengan perawat lain
5.perawat memberikan tanda tangan pada kolam yang disediakan sebagai bukti dobel cek telah
dilakukan
6.perawat melakukan identifikasi sesuai prosedur
7.peawat menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang obat yang akan diminum, bila tidak ada
pertanyaan obat baru dibuka dari bungkus dan diberikan ke pasien
8.perawat mengatur posisi pasien dengan nyaman untuk mempermudah pasien menelan obat
yang akan diberikan
9.perawat meminumkan obat oral ke pasien dengan menawarkan kepada pasien dengan apa
pasien harus minum obat
10.perawat meminumkan obat dengan memperhatikan kondisi pasien
11.perawat melakukan observasi kepada pasien waktu minum obat, apakah benar-benar diminum
atau tidak, bila pasien kesulitan menelan, masukkan jari dengan sarung tangan untuk
memasukkan obat jauh ke belakang lidah baru diberikan minum
12.perawat melakukan keberhasilan tangan sesuai prosedur
13.perawat melakukan cek Kembali setelah 30 menit untuk melihat respon klien terhadap obat
oral
14.perawat mendokumentasikan Tindakan pemberian obat oral dengan melingkari pada jam
program pemberian obat oral yang telah ditentukan dan mendokumentasikan respon pasien ke
dalam catatan terintegrasi
6. Unit terkait
Ruang rawat inap

E.Pemberian obat melalui intravena


1. Pengertian
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obaat ke dalam pembuluh
darah vena dngan menggunakan spuit

2. Tujuan
 Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parental lain
 Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
 Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
3. Kebijakan
SK Kepala puskesmas
4. Referensi
5. Prosedur
 buku catatan pemberian obat atau kartu obat
 kapas alcohol
 sarung tangan
 obat yang sesuai
 spuit 2 ml – 5 ml
 bak spuit
 bak obat
 plester
 perlak pengalas
 pembendung vena (torniquet)
 kassa steril (bila perlu)
 bengkok
6. Langkah-langkah
 Cuci tangan
 Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
 Salam terapeutik
 Identifikasi klien
 Beritahu klien dan jelskan prosedur yang akan diberikan
 Atur klien pada posisi nyaman
 Pasang perlak pengalas
 Bebaskaan lengan klien dari baju atau kemeja
 Letakkan pembendung
 Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kelakuan peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan
 Pakai sarung tangaan
 Bersihkan area penusukan dengan menggunaakan kapas alcohol dengan geraakan sirkuler
dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. tunggu sampai kering. Metode ini
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme
 pegang kapas alcohol, dengan jari-jari Tengah pada Tengah pada tangan non dominan
 buka tutup jarum. Tarik kulit kebawa kurang lebih 2,5 cm dibawah aarea penusukan.
Sejajar vena yang akan ditussuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30
 rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
 lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger
 observasi adanya darah pada spuit
 jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan
 keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan sambil melakukan
penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area penusukan
 tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
 kembalikan posisi klien
 buang sarung tangan
 cuci tangan
 dokumentasikan Tindakan yang telah dilaakukan

F.Pemberian obat melalui insulin

1) Pengertian
Suatu cara memberikan injeksi insulin eksogen melalui sub kutan (bawah kulit) yang dapat
dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian Tengah dari
bahu, paha sebelah kuar, daerah dada dan sekitar umbilikus
2) Tujuan
1. Memberikan tambahan insulin untuk membantu penyerapan zat makaanan oleh sel
2. Mencegah terjadinya kejadian hiperglikemia
3. Mencegah sinkop akibat ketidakmampuan tubuh menyediakan tenaga dari makanan
3) Alat & bahan
Alat :
1. Insulin
2. Piala ginjal
3. Extra needle (bila perlu)
Bahan :
1. Kapas alcohol /alcohol swab
2. Spuit 1 cc
3. Bak spuit
4) Prosedur

Fase pra-interaksi
1. Mengecek status klien (catatan keperawatan dan catatan medik)
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menyiapkan diri perawat
Fase interaksi / orientasi
1. Memberi salam kepada klien
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menjelaskan tujuan Tindakan
4. Menjelaskan prosedur singkat
5. Melakukan kontrak waktu dan tempat
6. Menanyakan kesediaan klien dan infrom consent (jika perlu)
7. Menjaga privasi klien
Fase kerja
1. Mencuci tangan
2. Ambil botol insulin, gulingkan perlahan di telapak tangan jangan dikocok
3. Swab bagian karet penutup botol insulin
4. Tarik udara ke dalam spuit
5. Ambil dosis insulin yang dibutuhkan dengan memasukkan udara ke dalam botol dalam
posisi botol dibalik ke bawah
6. Periksa adanya gelembung udra. Ketuk perlahan hinggah udara naik ke atas dan keluar
melalui lubang jarum. Pastikan dosis di daalam spuit sesuai indikasi
7. Swab bagian kulit klien yang akan diberikan suntikan (sekali usap atau memutar dari
dalam keluar)
8. Cubitlah sejumlah besar kulit di antara ibu jari dan telunjuk
9. Tekanlah jarum langsung ke kulit dengan sudut 90 atau 45
10. Aspirasi untuk memeastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah
11. Masukkan insulin dengan perlahan-lahan (10 detik)
12. Tarik jarum dengan cepat setelah selesai
13. Bersihkan tempat peusukan dengan alcohol
Fase terminasi
1. Mengevaluasi perasaan klien
2. Mengevaluasi dan menjelaskan hasil Tindakan yang sudah dilakukan
3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya
4. Mengucapkan salam
5. Membersihkan dan merapikan alat
6. Mendokumentasikan kegiatan yang sudaah dilakukan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam proses homeostatis dan memelihara
fungsi tubuh. Air menyusun sekitar 60% tubuh manusia dan tersebar baik di dalam sel maupun di
luar sel. (Tarwoto & Wartonah, 2015)

Kebutuhan cairan pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada usia individu tersebut.
Cairan berfungsi dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan cairan sangat
dibutuhkan dalam tubuh untuk mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, zat
pelarut elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi dan membantu pencernaan
(Vita & Fitriana, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/398864916/Sop-Perawatan-Infus

https://id.scribd.com/document/402474767/SOP-Perawatan-kateter-docx

https://id.scribd.com/document/367887575/350361006-330483405-SOP-Bladder-Training-
docx

https://www.scribd.com/document/512866199/SOP-Pemberian-Obat-Oral

https://id.scribd.com/document/550845842/Sop-Pemberian-Obat-Melalui-Intravena

https://images.app.goo.gl/7GtbXJpTrW8XLj288

Anda mungkin juga menyukai