Anda di halaman 1dari 23

CARING DALAM KEPERAWATAN HIV/AIDS

OLEH :

1. DESAK MADE ARI WAHYUNI (11)


2. I PUTU WAWAN NARENDRA PUTRA (12)
3. NI LUH ADE SERIASIH (13)
4. NI MADE RASITA PUSPITASWARI (14)
5. NI LUH PUTU ARY APRILIYANTI (15)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Caring Dalam Keperawatan HIV/Aids” tepat pada waktunya.

Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dan penyeleksian dari

berbagai sumber. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan HIV/Aids. Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini

perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

melimpahkan anugrah-Nya kepada pihak yang telah membantu penyelesaian

makalah ini.

Penulis menyadari sesungguhnya bahwa makalah ini masih ada

kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, ……... 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Konsep Caring pada Asuhan Keperawatan ODHA......................................5
B. Penerapan Caring Pada Pasien Dengan HIV/AIDS......................................8
C. Komponen Caring Terhadap Pasien HIV/AIDS.........................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................15
A. Simpulan.....................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency Virus) dan AIDS

(Acquired Immunodefisiency Syndrom) merupakan krisis global dan tantangan yang berat

bagi pembangunan dan kemajuan sosial. AIDS merupakan penyakit yang ditandai dengan

adanya kelainan yang komplek dalam sistem pertahanan selular tubuh dan menyebabkan

individu menjadi sangat peka terhadap mikroorganisme oportunistik. Pada saat Limfosit

CD4+ kurang dari 200 maka akan terjadi imunosupresi yang berat dan beresiko tinggi

terjangkit keganasan dan infeksi oportunistik. Hal ini mengakibatkan tubuh tidak berdaya

terhadap berbagai mikroorganisme yang menginvasi seperti bakteri, virus, fungus,

protozoa dan parasit. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem

kekebalan tubuh (Spiritia, 2009).

Acquired Immunodefisiency Syndrom (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan

infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat

infeksi virus HIV (Russel,2011). Data terbaru didapatkan bahwa, jumlah penderita HIV di

dunia berjumlah 36,7 juta jiwa, 31,8 juta adalah orang-orang dengan usia produktif. 16

juta jiwa adalah perempuan (WHO, 2015). Angka yang tidak sedikit ini hanyalah yang

tampak di permukaan dan yang terdata oleh UNAIDS yang merupakan organisasi dunia

yang mengurusi masalah HIV/AIDS, sedangkan penderita yang tidak tercatat jumlahnya

jauh lebih besar dari itu. Fenomena penyakit ini seperti gunung es (iceberg phenomenon),

dimana jumlah yang menghidap HIV di masyarakat jauh lebih banyak dari mereka yang

sudah teridentifikasi positif menghidap HIV/AIDS.

1
Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987. Sejak saat itu

jumlah kasus semakin meningkat dan tersebar di sebagian provinsi di Indonesia. Estimasi

dan proyeksi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2015 adalah

sebanyak 735.256 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 85.523 orang. jumlah

kasus baru HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus,

sedangkan jumlah kasus.

AIDS yang dilaporkan sampai dengan tahun 2015 sebanyak 6081 orang. Menurut

jenis kelamin, presentase kasus baru AIDS tahun 2015 pada kelompok laki-laki sebesar

55% dan perempuan 32%, sisanya tidak melaporkan jenis kelamin. (Kemenkes, 2015).

Kasus HIV di Kota Padang tahun 2016 didapatkan bahwa HIV positif yang

ditemukan berjumlah 300 orang, 227 di diantaranya adalah laki-laki.

Rentan usia tertinggi pendirita HIV berkisaran 25-49 tahun dengan jumlah 193

orang. Kasus AIDS di kota padang berjumlah 56 kasus. Data terbanyak didapatkan di

RSUP Dr. M. Djamil dengan kasus sebanyak 167 orang (DKK Padang, 2016).

Perawat memegang peran penting dalam proses pengobatan, perawatan, dan

dukungan pasien HIV/AIDS. Pelaksanaan tindakan perawatan didasarkan pada pedoman

asuhan keperawatan pasien HIV/AIDS yang dilakukan secara terpadu, meliputi upaya-

upaya promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif (Brunner & Suddarth, 2002).

Pasien HIV positif membutuhkan perawatan khusus dari tenaga perawat, yang

bukan saja terampil dalam hal teknis merawat, tetapi lebih dari itu perawat harus memiliki

empati dan pandai melakukan komunikasi terapeutik, secara singkat disebut dengan

istilah caring. Asuhan keperawatan bisa saja berupa perawatan fisik atau pemberian

tindakan sesuai prosedur berdasarkan gejala dan keluhan yang ada. Tetapi yang lebih

penting adalah respon kemanusiaan dan hubungan timbal balik antara pasien dan perawat

saat berinteraksi, serta memberikan sentuhan fisik merupakan tingkatan tertinggi dalam

2
perannya sebagai perawat. caring tidak dapat dibuat-buat, sikap ini muncul secara

spontan terbentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai serta keyakinan yang tumbuh di tempat

seseorang dibesarkan dan semakin subur oleh lingkungan kerja yang mendukung dan

membinanya (Tomey & Alligood, 2006).

Watson memperkenalkan 7 konsep caring, yaitu: 1) Dapat secara efektif

diterapkan di dalam hubungan interpersonal, 2) mengandung 10 faktor caring yang

menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia, 3) caring yang efektif mengajarkan

kesehatan pada individu atau perkembangan keluarga, 4) merespon terhadap hubungan

bukan hanya karena kondisinya saat ini tapi juga akan menjadi seperti apa ia nanti, 5)

Lingkungan caring menawarkan perkembangan potensi dengan memberikan kesempatan

kepada individu yang bersangkutan untuk memilih apa yang terbaik dan paling sesuai

untuknya, 6) Lebih memberikan pengaruh terhadap kesehatan dibandingkan dengan

pemberian obat yang hanya memberi pengaruh sesaat, 7) Aplikasi caring merupakan

pokok dalam asuhan keperawatan (Tomey & Alligood, 2006).

Bagian penting dari perawatan kesehatan adalah pencegahan infeksi ke petugas

kesehatan (Jackson et. al, 2014). Salah satu temuan dalam penelitian ini adalah bahwa

perawat yang bekerja dekat dengan lingkungan terinfeksi diperkenalkan dengan kebijakan

pencegahan infeksi dan perawat memiliki keinginan untuk menghindari sumber penyakit

tersebut. Sebuah studi (Quinn & Henneberger 2015), tentang pencegahan penyakit

menular di kalangan pekerja kesehatan, menjelaskan bagaimana memprioritaskan

pencegahan dengan menggunakan tindakan pencegahan standar untuk mengurangi

penularan, yang meliputi pembersihan lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hanida (2009), pengalaman perawat dalam

merawat pasien HIV/AIDS di dapatkan enam tema yaitu: perasaan perawat pada pasien

HIV/AIDS, perilaku perawat pada pasien HIV/AIDS, pengetahuan merawat pasien

3
HIV/AIDS, pencegahan penularan HIV/AIDS, kendala dalam merawat pasien

HIV/AIDS, dan penanganan masalah dalam merawat pasien HIV/AIDS, dimana perasaan

perawat sebagian besar takut terhadap pasien HIV/AIDS, untuk perilaku sebagian besar

juga menghindar, pengetahuan perawat sudah mengetahui akan prinsip dasarnya, perawat

sudah melaksanakan prinsip pencegahan penularan, kendala yang ada kurang ketersedian

alat pendukung perawatan, dan belum adanya pelatihan khusus tentang HIV/AIDS,

sedangkan untuk penanganan masalah perawat mampu mengatasi secara mandiri dan

berkolaburasi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimakah konsep caring pada asuhan keperawatan ODHA ?

2. Bagimanakan penerapan caring pada pasien dengan HIV/Aids ?

3. Apa sajakah komponen caring terhadap pasien HIV/Aids ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep caring pada asuhan keperawatan ODHA.

2. Untuk mengetahui penerapan caring pada pasien dengan HIV/Aids.

3. Untuk mengetahui komponen caring terhadap pasien HIV/Aids.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mampu memahami materi

tentang caring dalam keperawatan HIV/Aids terhadap pasien sehingga mahasiswa mampu

menerapkan dalam praktik keperawatan.

4
7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Caring pada Asuhan Keperawatan ODHA

Sumber: Septyani Elvionita S.htm

1. Pengertian caring

Banyak ahli keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori caring antara lain

sebabai berikut :

Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas

bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan

penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan

demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan

kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan

filosofikal.Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna

dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan

memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan

keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

5
Griffin (1983) membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah satu

konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring

yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi

keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah

proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang

spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada

resepien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani

orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara

perawat dengan pasien.

Mayeroff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan

membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayeroff juga

memperkenalkan sifat-sifat caring  seperti sabar, jujur, dan rendah hati.

Lydia Hall mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai seorang

perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga

menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan komponen

penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang

terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga

kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik.

Jadi Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang

lain dan perasaan cinta atau menyayangi.

2. Tujuan caring

a. Memberikan asuhan kepada klien

b. Meningkatkan rasa aman dan keselamatan kepada klien

c. Pendekatan Lebih umum

6
3. Karakteristik caring

Menurut Wolf dan Barnum :

1. Mendengar dengan perhatian

2. Memberikan rasa nyaman

3. Berkata jujur

4. Memiliki kesabaran

5. Bertanggung jawab

6. Memberikan informasi sehingga dapt mengambil keputusan

7. Member sentuhan

8. Mengajukan sensitifitas

9. Menunjukan rasa hormat pada klien

4. Manfaat caring

a. Dapat membantu memenuhi kebutuhan manusia dan klien

b. Sebagai focus pemersatu untuk praktek keperawatan

c. Membantu menumbuhkan kepercayaan dan membuat hubungan dalam

keperawatan secara manusiawi

d. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negative atau

baik buruknya

e. Bias memberikan bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi pasien dan

klien

f. Menimbulkan kesensitifas terhadap diri sendiri dan orang lain

g. Caring sangat penting untuk tumbuh kembang

h. Memperbaiki dan meningkatkan konsisi atau cara hidup manusia

i.  Caring memberikan manfaat asuhan fisik yang baik serta meningkatkan rasa

aman dan keselamatan klien

7
j. Memberikan bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi

B. Penerapan Caring Pada Pasien Dengan HIV/AIDS


Menurut Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) dalam pidatonya yang disampaikan

pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Keperawatan pada Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga di Surabaya pada Hari Sabtu, Tanggal 18 Januari

2014 menyatakan bahwa Prinsip Asuhan keperawatan HIV dalam mengubah perilaku

dalam perawatan dan meningkatkan respons Imunitas pasien dengan HIV melalui

pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual perawat dalam menurunkan

stresor.

1. Caring pada Aspek Biologis

Caring pada aspek biologis pada PHIV adalah pemenuhan kebutuhan fisik sebagai

akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi (a) universal

precautions; (b) Pengobatan Infeksi Skunder (IO) dan Pemberian ARV; (d)

Pemberian Nutrisi; dan (e) aktifitas dan istirahat.

2. Caring pada Aspek Psikologis

Coping strategy pada aspek psikologis merupakan koping yang digunakan individu

secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stresor yang dihadapinya. Strategi

Koping (Cara Penyelesaian Masalah) ada 3 yaitu,

a. Teknik Koping

Pertama, Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri), Sumber daya

psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam

memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan

(Pearlin & Schooler, 1978:5).

8
Kedua, Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri), Jenis ini bermanfaat

dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s looking-glass self:

rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yg dihadapi

Ketiga, mengontrol diri sendiri. Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol

tentang diri sendiri dan situasi (internal control) dan external control (bahwa

kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien

akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking for silver lining).

b. Rasionalisasi (Teknik Kognitif).

Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam

mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull).

c. Teknik Perilaku.

Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi

situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam

menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang

dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan

seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara

teratur, tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-obat yang

memperparah keadaan sakitnya.

Hasil penelitian Efek strategi koping terhadap respons psikologis

(penerimaan) yang dikembangkan dari Kubler-Rose meliputi denial, anger,

bargaining, depression, dan acceptance menunjukkan hasil korelasi yang positif

dengan aspek biologis yaitu CD4 dan kortisol.

9
3. Caring pada Aspek Sosial

Caring pada Aspek Sosial tercermin dalam bentuk dukungan sosial (Social

Support) Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, mereka

memerlukan bantuan orang lain.

Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal (Jacobson, 1986), yaitu: Emotional

support, meliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan), Cognitive

support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat, Materials support, meliputi

bantuan/pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah,

Mekanisme bagaimana dukungan sosial berpengaruh terhadap kesehatan meliputi

3 mekanisme Social support secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap kesehatan

seseorang (Pearlin & Aneshensel, 1986: 418), yaitu: (1) Mediator perilaku, mengajak

individu untuk mengubah perilaku yang jelek dan meniru perilaku yang baik (misalnya,

berhenti merokok), (2) Psikologis, meningkatkan harga diri dan menjembatani suatu

interaksi yang bermakna, (3) Fisiologis, membantu relaksasi terhadap sesuatu yang

mengancam dalam upaya meningkatkan sistem imun seseorang.

Hasil penelitian Efek strategi koping terhadap respons sosial – emosional

menunjukkan korelasi yang positif terhadap respon biologis terhadap pasien HIV.

Indikator respon social yang digunakan meliputi emotion, anxiety, dan interaction.

4. Asuhan Keperawatan Respons Spiritual

Asuhan Keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien

terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000). Sehingga PHIV akan dapat menerima

dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu mengambil hikmah

Asuhan Keperawatan yang dapat diberikan adalah:

a. menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan. misalnya

akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.

10
b. pandai mengambil hikmah. Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan

mengajarkan kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan

yang dialaminya

c. Ketabahan hati. Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan

hati dalam menghadapi cobaan

Hasil penelitian efek dukungan spiritual pada Pasien dengan HIV menunjukkan korelasi

terhadap respon biologis. Indikator dukungan spiritual meliputi harapan, tabah, dan

pandai mengambil hikmah.

C. Komponen Caring Terhadap Pasien HIV/AIDS


Situasi:

Pasien Ny. A di diagnosa medis mengalami penyakit HIV/Aids sejak 3 tahun lalu. Pasien

masuk ke rumah sakit pada tanggal 04 April 2018 dengan keluhan mual dan muntah,

tidak nafsu makan, mengatakan berat badan semakin turun sebelumnya berat badan klien

55 Kg sekarang menjadi 45 Kg, tampak kering, pucat dan lemas, rambut jagung. pasien

mengatakan mempunyai riwayat berhubungan seks bebas dengan lawan jenisnya. Pasien

tidak tahu akibat berhubungan bebas dengan lawan jenis bisa menyebabkan penyakit

Hiv/Aids. pasien sangat putus asa karena pengobatan yang selalu dijalankan selama tidak

membuahkan hasil dengan kesembuhan. Pasien malu dengan masyarakat sekitar karena

dikucilkan oleh masyarakat dan di isolasikan oleh masyarakat karena ada isue takut

tertular dari penyakit Ny. A sehingga tetangga sekitar mengisolasikan Ny.A. Ny. A

tampak sedih, selalu menunduk ketika diajak wawancara dan selalu berkata tidak ada

gunanya lagi kalau hidup di dunia hanya menjadi sampah masyarakat dan buah bibir oleh

masyarakat sekitar.

Komponen caring yang harus perawat lakukan adalah:

11
1. Compassion (kasih sayang), peka pada kesulitan/kepedihan orang lain, dapat

membantu untuk tetap bertahan memberi kesempatan berbagi, memberi ruang bagi

orang lain untuk berbagi perasaan dan beri dukungan secara penuh

Perawat melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien di mulai fase pra

interaksi-fase terminasi pada klien.

Fase pra-interaksi: melakukan persiapan sebelum kontak dengan klien di mulai

mencek status pasien, melakukan berdoa semoga di lancarkan tindakan keperawatan

dan pasien bisa menerima keberadaan perawat ketika melakukan asuhan keperawatan

dan menanyakan kepada perawat senior tentang karakteristik klien.

Fase interaksi: memperkenalkan diri kepada klien, melakukan kontrak waktu,

menanyakan nama klien dan tanggal lahir, dan menanyakan bagaimana keadaan

sekarang? Bagaimana perasaan Ny. A sekarang? Saya perhatikan ibu ini terlihat

sangat sedih. Apakah ibu ingin berbagi perasaan ibu dengan saya? Sambil mendekat

terhadap pasien, ikut duduk bareng dengan klien, mendengarkan aktif apa yang

diungkapkan klien, mengosokkan tangan ke punggung klien, ikut merasakan apa

yang pasien rasakan. Saya mengerti dan merasakan apa yang sedang ibu rasakan

sekarang ini. Ibu harus tetap semangat menjalankan kehidupan ini, tetap yakin dan

berdoa kepada Allah SWT karena yang mengangkat penyakit adalah Allah SWT

melalui Tenaga medis. Ibu sudah melakukan usaha dengan berobat ke fasilitas

kesehatan, ibu harus yakin dengan pengobatan ini bisa menyembuhkan penyakit ibu

dan tidak lupa ibu harus terus berdoa kepada Allah SWT. Bagaimana ibu? Saya

dukung dan saya selalu memberikan yang terbaik untuk ibu dan segala keputusan

ibu demi melakukan terapi untuk membuat ibu sembuh saya dukung secara penuh

baik support, prottect dan selalu suportif terhadap ibu. Bagaimana setelah kita

12
berbagi perasaan ibu bersama saya? Lebih menyenangkan dan lebih baik yah bu

sekarang ini.

2. Competence, tahu, terampil, pengalaman, energi dan motivasi sebagai tanggung

jawab terhadap profesi.

Perawat harus mampu terampil dari segi skills, knowledge, dan attitude. Perawat di

tuntut harus menguasai itu diharapkan memberikan asuhan keperawatan yang

optimal kepada klien tanpa harus ada kelalaian dan hanya mementingkan tindakan

saja tanpa harus memperhatikan perasaan pasien secara humanistik dan

komprehensif.

Perawat harus terampil dalam konseling dan memberikan asuhan klien secara

komprehensif dengan memperhatikan dari segi bio-psiko-sosial-psiko-sosial-spiritual

pada pasien sehingga kebutuhan yang komprehensif bisa di capai dengan optimal

terhadap pasien Hiv-Aids, mempunyai pengalaman kasus yang banyak dengan hal

serupa sehingga perawat lebih terampil dalam memberikan konseling pada pasien

Hiv-Aids sehingga mencerminkan nilai profesionalan profesi khususnya di profesi

keperawatan.

3. Confidence (percaya diri), ekspresi caring yang meningkatkan kepercayaan tanpa

mengabaikan orang lain untu tumbuh dan menyampaikan kebenaran.

Perawat harus mempunyai sikap percaya diri ketika menyampaikan informasi

mengenai kondisi klien sekarang ini, karena profesi keperawatan di dukung oleh ilmu

secara empiris bukan hanya ilmu dukun dan kedugagaan saja. “hari ini ibu sedang di

rawat di ruang perawatan penyakit dalam lantai 4 blok B. Saya ingin menyampaikan

keadaan ibu sekarang dan sedang melakukan pengobatan. Tujuan dari pengobatan ini

agar ibu bisa sembuh dan bisa pulih kembali seperti sedia kala. Apakah yang akan

ibu sampaikan sekarang dan apa yang ibu inginkan sekarang ini? Adakah yang bisa

13
saya bantu terkait dengan tahap kebutuhan sekarang ini? Baik ibu saya dukung terus

dengan apa yang sudah ibu yakini, jika itu bisa membuat ibu lebih semangat lagi

untuk pengobatan Hiv-Aids sekarang ini.

4. Concience (suara hati). Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari nilai

humanistik altruistik (peduli terhadap kepercayaan klien) yang di anut dan di

reflesikan pada tingkah laku

Perawat menilai dan melakukan asuhan keperawatan harus humanistik dengan

menanyakan: mengenali nama pasien, mengenali karakteristik kelebihan dan

kekurangan klien, menanyakan keadaan klien sekarang, memberi tahu informasi

tentang klien kepada klien, memberi tahu pengobatan yang sedang di jalani sekarang

dan menyerahkan pilihan pengobatan yang akan di pilih klien, menenyakan

keinginan klien atas pengobatannya. Ibu apakah yang ibu inginkan dengan pelayanan

di rumah sakit ini? Baiklah jika dengan mengundang ahli agama bisa membuat ibu

lebih semangat lagi untuk menjalani hidup. Saya akan mengundang ustads untuk bisa

berbincang dengan ibu. Saya menyakinin apa yang ibu yakinin sehingga saya bisa

menghormati dan mengahargai kepercayaan ibu.

5. Commitment, konsisten dan berkualitas pada tugas orang dan karier yang di pilih.

Perawat harus komitmen dengan profesi keperawatan dan menekunin disiplin ilmu di

mulai dari diploma keperawatan, sarjana keperawatan, magister keperawatan da

doktor keperawatan. Semua harus konsisten pada bidang keperawatan bertujuan

untuk meningkatkan kualitas dari ilmu pengetahuan keperawatan dan perkembangan

di dunia keperawatan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Caring merupakan esensi keperawatan yang membedakan dengan profesi lain dan

mendominasi serta mempersatukan serta menjiwai tindakan keperawatan. Caring sebagai

core (inti) dari ilmu keperawatan yang dikenal sebagai “human science and human care”

(Watson, 2008).

Peran Caring perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan

perkembangan iptek dan tuntutan kebutuhan masyarakat, sehingga perawat dituntut

mampu menjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan. Sebagai perawat

profesional, peran yang diemban adalah C-A-R-E (Communicatiom-Activity-review &

responsive, tanggap-education) (Nursalam, 2011).

Pasien yang didiagnosis dengan HIV/Aids sebagian besar mengalami strees

persepsi baik itu penerimaan diri, sosial dan spiritual serta respon biologis selama

perawatan di RS maupun di Rumah oleh karena itu penting bagi seorang perawat

melaksanakan peran caring perawat dalam melakukan perawatan pada pasien dengan

HIV/Aids.

Peran caring perawat yaitu dengan pendekatan asuhan keperawatan agar pasien

beradaptasi dengan cepat, peran tersebut meliputi

1. Memfasilitasi strategi koping yaitu dengan memfasilitasi sumber potensi diri agar

terjadi proses penerimaan diri

2. Dukungan sosial meliputi dukungan emosional, merasa nyaman, dicintai,

bantuan/akses dalam pelayanan kesehatan, dll.

3. Respon spiritual yaitu dengan menekankan penerimaan terhadap penyakit yang

diterimanya melalui nilai-nilai spiritual yang dimiliki pasien.

15
B. Saran
Diharapkan dengan dilakukan tindakan caring, pasien dapat beradaptasi secara

positif dengan respon penerimaan diri yang nantinya pasien memiliki koping yang

konstruktif dengan menurunkan kecemasan sehingga pasien dapat berinteraksi yang

positif dengan orang lain dan menurut penelitian bahwa apabila respon kognisi pasien

positif maka akan menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan CD4.

16
DAFTAR PUSTAKA

(Nursalam, 2014). Caring Sebagai Dasar Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan Dan
Keselamatan Pasien. Disampaikan, Pidato Jabatan, Pengukuhan Besar, Guru
Keperawatan, Bidang Ilmu Keperawatan, Fakultas Airlangga, Universitas Sabtu,
Hari.

Waluyo, A., Nova, P. A., & Edison, C. (2011). Perilaku Perawat Terhadap Orang Dengan
Hiv/Aids Di Rumah Sakit Dan Puskesmas. Jurnal Keperawatan Indonesia, 14(2),
127–132. https://doi.org/10.7454/jki.v14i2.320

Tambunan, R. (2008). Asuhan keperawatan pada pasien hiv/aids.

17
SOAL
1. Caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan
penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia,
dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Pernyataan
tersebut di kemukakan oleh
A. Watson 
B. Tomey 
C. Carruth
D. Griffin 
E. Mayeroff 
2. Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada ODHA selalu
mengutamankan rasa aman, dan keselamatan bagi klienya, pernyataan ini
merupakan
A. Tujuan Caring
B. Karakteristik caring
C. Maanfaat caring
D. Pengertian Caring
E. Ciri-ciri caring
3. Prinsip Asuhan keperawatan HIV dalam mengubah perilaku dalam perawatan dan
meningkatkan respons Imunitas pasien dengan HIV melalui
A. Pemenuhan kebutuhan fisik
B. Pelayanan Optimal
C. Tanggung jawab tenanga kesehatan
D. Pemenuhan Kebutuhan fisiologis
E. Pemenuhan kebutuhan mental
4. Apakah Koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit
atau stresor yang dihadapinya merupakan arti caring dari aspek ?
A. Aspek Biologis
B. Aspek Psikologis
C. Aspek Sosial
D. Respons Spiritual
E. Aspek Fisiologis
5. Perawat harus mampu terampil dari segi skills, knowledge, dan attitude. Perawat
di tuntut harus menguasai itu diharapkan memberikan asuhan keperawatan yang

18
optimal kepada klien komponen caring yang dimaksud adalah ?
A. Compassion
B. Competence
C. Confidence
D. Concience
E. Commitment
6. Perawat harus mempunyai sikap percaya diri ketika menyampaikan informasi
mengenai kondisi klien sekarang ini, karena profesi keperawatan di dukung oleh
ilmu secara empiris bukan hanya ilmu dukun dan kedugagaan saja komponen
caring yang dimaksud adalah ?
A. Concience
B. Commitment
C. Compassion
D. Competence
E. Confidence
7. Perawat menilai dan melakukan asuhan keperawatan harus humanistik dengan
menanyakan: mengenali nama pasien, mengenali karakteristik kelebihan dan
kekurangan klien, menanyakan keadaan klien sekarang, memberi tahu informasi
tentang klien kepada klien, memberi tahu pengobatan yang sedang di jalani
sekarang dan menyerahkan pilihan pengobatan yang akan di pilih klien saja
komponen caring yang dimaksud adalah ?
A. Commitment
B. Compassion
C. Concience
D. Competence
E. Confidence
8. Perawat melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien di mulai fase pra
interaksi-fase terminasi pada klien komponen caring yang dimaksud adalah?
A. Competence
B. Confidence
C. Commitment
D. Compassion
E. Concience

19
20

Anda mungkin juga menyukai