Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

“KASUS MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN”


Di Ssusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan
Dosen pengampu : Taat Sumedi, S.Kep. NS. MH

Disusun Oleh :
Nama : Herditya Putri Rahma

NIM : P1337420219102

Tingkat : 1C

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktu nya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar
kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari
zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan
pada saat sekarang ini.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Etika
keperawatan mengenai kasus yang terjadi dimasyarakat yang berkaitan dengan
malpraktek dengan tindakan perawat.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Purwokerto, 25 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


A. Defenisi .......................................................................................... 5
B. Karakteristik malpraktek................................................................ 5
C. Teori-teori malpraktek ................................................................... 7
D. Malpraktek dalam keperawatan ..................................................... 8
E. Dasar hukum perundang-udangan praktek keperawatan ............... 8
F. Beberapa bentuk malpraktek dalam
keperawatan ..................................................................................... 9
G. Dampak malpraktek........................................................................ 10
H. Contoh kasus malpraktek dan solusinya......................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13


A. Kesimpulan .................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana
ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat
langsung.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk


implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan
serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan
berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung


berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat
interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja
maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering menimbulkan konflik baik
pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh karena itu profesi
keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang didasari
oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada
masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat
dilihat apakah seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk
pelanggaran praktek keperawatan lainnya.

1
Dengan berbagai latar belakang diatas maka dalam makalh ini akan
dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan malpraktek dalam pelayanan
keperawatan, baik ditinjau dari hukum dan etik keperawatan.

B. Rumusan masalah
a. Apakah definisi hukum dalam keperawatan dan malpraktek?
b. Apa saja arakteristik malpraktek?
c. Apa saja Teori-teori malpraktek?
d. Bagaimana malpraktek dalam keperawatan?
e. Apa saja asar hukum perundang-undangan praktek keperawatan?
f. Apa saja bentuk malpraktek dalam keperawatan?
g. Apa saja dampak dari malpraktek?
h. Contoh Kasus malpraktek dalam masyarakan dan bagaimana solusinya.?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi hukum dalam keperawatan dan malpraktek
b. Untuk mengetahui karakteristik malpraktek
c. Untuk mengetahui teori-teori malpraktek
d. Untuk mengetahui malpraktek dalam keperawatan
e. Untuk mengetahui dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan
f. Untuk mengetahui beberapa bentuk malpraktek dalam keperawatan
g. Untuk mengetahui dampak malpraktek
h. Untuk mengetahui contoh kasus malpraktek dalam masyarakan dan
bagaimana solusinya.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai malpraktek dalam
pelayanan keperawatan.
2. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui malpraktek dalam
pelayanan keperawatan.
3. Mengetahui bagaimana malpraktek dalam pelayanan keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi hukum dalam keperawatan dan malpraktek


1. Hukum dalam keperawatan
Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum,
sedangkan etika adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non
hukum, yaitu kaidah-kaidah tingkah laku (etika) (Supriadi, 2001).
Hukum adalah ” A binding custom or practice of acommunity: a rule of
conduct or action, prescribed or fomally recognized as binding or
enforced by a controlling authority “ (Webster’s, 2003).
Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang
penting adalah hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum
dalam keperawatan adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah
hukum keperawatan yang rasionalogic dan dapat dipertanggung jawabkan.
Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:
a. Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek
perawatan apa yang legal dalam merawat pasien.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan
keperawatan
d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
membuat perawat akontabilitas dibawah hukum yang berlaku

2. Malpraktek
Mal : buruk
Praktek : Aktivitas/kegiatan/perbuatan
Malpraktek adalah kegiatan atau aktivitas buruk yg dilakukan oleh tenaga
kesehatan atau kesalahan yg dilakukan tenaga profesional dalam
menjalankan profesinya

3
Balck’s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai
”professional misconduct or unreasonable lack of skill” atau failure of
one rendering professional services to exercise that degree of skill and
learning commonly applied under all the circumstances in the community
by the average prudent reputable member of the profession with the result
of injury, loss or damage to the recipient of those services or those entitled
to rely upon them”.

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi


karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct
tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-
mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).
Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter,
perawat. Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang
dapat melakukan malpraktek.

Ninik Mariyanti, malpraktek sebenarnya mempunyai pengertian


yang luas, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dalam arti umum : suatu praktek yang buruk, yang tidak memenuhi
standar yang telah ditentukan oleh profesi.
b. Dalam arti khusus (dilihat dari sudut pasien) malpraktek dapat terjadi
di dalam menentukan diagnosis, menjalankan operasi, selama
menjalankan perawatan, dan sesudah perawatan.

4
B. Karakteristik Malpraktek
a. Malpraktek Murni
1) Melakukan tindakan yang melanggar UU
2) Sudah mengetahui tindakan itu salah tapi tetap dilakukan
b. Malpraktek disengaja
1) Didalamnya tidak selalu terdapat unsur kelalaian
2) Tindakan sengaja melanggar UU
3) Tindakan dilakukan secara sadar
c. Malpraktek tidak sengaja
1) Karena kelalaian
2) Contohnya menelantarkan pengobatan pasien karena lupa atau
sembrono

C. Teori-teori malpraktek
Ada tiga teori yang menyebutkan sumber dari perbuatan malpraktek yaitu:
1. Teori Pelanggaran Kontrak
Teori pertama yang mengatakan bahwa sumber perbuatan
malpraktek adalah karena terjadinya pelanggaran kontrak. Ini berprinsip
bahwa secara hukum seorang tenaga kesehatan tidak mempunyai
kewajiban merawat seseorang bilamana diantara keduanya tidak terdapat
suatu hubungan kontrak antara tenaga kesehatan dengan pasien.
Hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien baru terjadi apabila
telah terjadi kontrak diantara kedua belah pihak tersebut.
Sehubungan dengan adanya hubungan kontrak pasien dengan
tenaga kesehatan ini, tidak berarti bahwa hubungan tenaga kesehatan
dengan pasien itu selalu terjadi dengan adanya kesepakatan bersama.
Dalam keadaan penderita tidaksadar diri ataupun keadaan gawat darurat
misalnya, seorang penderita tidak mungkin memberikan persetujuannya.
Apabila terjadi situasi yang demikian ini, maka persetujuan atau
kontraktenaga kesehatan pasien dapat diminta dari pihak ketiga, yaitu
keluargapenderita yang bertindak atas nama dan mewakili kepentingan
penderita.Apabila hal ini juga tidak mungkin, misalnya dikarenakan

5
penderita gawat darurat tersebut datang tanpa keluarga dan hanya diantar
oleh orang lain yang kebetulan telah menolongnya, maka demi
kepentingan penderita, menurut perundang-undangan yang berlaku,
seorang tenaga kesehatan diwajibkan memberikan pertolongan dengan
sebaik-baiknya. Tindakan ini, secara hukum telah dianggap sebagai
perwujudan kontrak tenaga kesehatan-pasien.

2. Teori Perbuatan Yang Disengaja


Teori kedua yang dapat digunakan oleh pasien sebagai dasar untuk
menggugat tenaga kesehatan karena perbuatan malpraktek adalah
kesalahan yang dibuat dengan sengaja (intentional tort), yang
mengakibatkan seseorang secara fisik mengalami cedera (asssult and
battery)

3. Teori Kelalaian
Teori ketiga menyebutkan bahwa sumber perbuatan malpraktek
adalah kelalaian (negligence). Kelalaian yang menyebabkan sumber
perbuatan yang dikategorikan dalam malpraktek ini harus dapat
dibuktikan adanya, selain itu kelalaian yang dimaksud harus termasuk
dalam kategori kelalaian yang berat (culpa lata). Untuk membuktikan
hal yang demikian ini tentu saja bukan merupakan tugas yang mudah
bagi aparat penegak hukum.

Selain dikenal adanya beberapa teori tentang sumber perbuatan


malpraktek, yang apabila ditinjau dari kegunaan teori-teori tersebut tentu saja
sangat berguna bagi pihak pasien dan para aparat penegak hukum, karena dengan
teori-teori tersebut pasien dapat mempergunakannya sebagai dasar suatu gugatan
dan bagi aparat hukum dapat dijadikan dasar untuk melakukan penuntutan.

6
D. Malpraktek dalam keperawatan
Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan kelalaian
atau malpraktek. Perawat dan masyarakat pada umumnya tidak dapat
membedakan antara kelalaian dan malpraktek walaupun secara nyata dan jelas
perbedaannya . malpraktek lebih spesifik dan terkait dengan status profesional
seseorang, misalnya perawat, dokter, atau penasihat hukum.
Vestal , K.W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti
malpraktik, apabila penggugat dapat menunjukkan hal-hal di bawah ini :
1. Duty
Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajiban mempergunakan
segala ilmu dan kepandaian untuk menyembuhkan atau setidaknya
meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi .
hubungan perawat-klien menunjukkan bahwa melakukan kewajiban
berdasarkan standar keperawatan.
2. Breach of the duty
Pelanggaran terjadinya sehubungan dengan kewajiban, artinya
menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar
profesinya. Contoh pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara
lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan
sebagai kebijakan rumah sakit.
3. Injury
Seseorang mengalami cedera(injury) atau kerusakan (damage) yang
dapat dituntu secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai
akibat pelanggaran. Keluhan nyeri, adanya penderitaan, atau stress
emosi dapat dipertimbangkan sebagai akibat cedera jika terkait dengan
cedera fisik.
4. Proximate caused
Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan
cedera yang dialami pasien. Misalnya , cedera yang terjadi secara
langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat
terhadap pasien.

7
E. Dasar Hukum Perundang-undangan Praktek Keperawatan
Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan
penerima praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian
kesembilan pasal 32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan)
2. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen
3. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang
Rumah Sakit
4. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi
surat ederan Direktur Jendral Pelayanan Medik
No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard praktek
keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.
5. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik
perawat dan direvisi dengan SK Kepmenkes
No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat.

Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan


memiliki akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan
tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik
sengaja maupun tidak sengaja.
Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat
harus memperhatikan baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek
hukum yang berlaku di Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas
mengandung dua komponen utama, yakni tanggung jawab dan tanggung gugat.
Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan,
kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995)

8
F. Beberapa Bentuk Malpraktek Dalam Keperawatan
Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari
segi pengetahuan maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis
dan tindakan keperawatan yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut
kejadian malpraktik dan juga adanya kelalaian juga terus meningkat sebagai
akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
yang diberikan dengan standar keperawatan. (Craven & Hirnle, 2000).

Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan malpraktek


dalam keperawatan diantaranya yaitu :
1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk malpraktek yang sering terjadi. Hal ini
dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode
pemberian yang bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya
kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat, obat
diberikan kepada pasien yang tiak teoat, kesalahan mempersiapkan
konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut
akan menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian.
2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan
melakukan observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat
saja keluhan pasien menjadi data yang dapat dipergunakan dalam
menentukan masalah pasien dengan tepat (Kozier, 1991)
3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada
situasi RS yang cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara
rinci diperhatikan. (Kozier, 1991).
4. Malpraktek di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau
alat kesehatan yang tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini
juga kelalaian perawat, dimana peran perawat di kamar operasi harusnya
mampu mengoservasi jalannya operasi, kerjasama yang baik dan
terkontrol dapat menghindarkan kelalaian ini.

9
G. Dampak Malpraktek

Malpraktek yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang


luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit,
Individu perawat pelaku malpraktek dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana,
juga dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa malpraktek


merupakan bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat
pelanggaran autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan
penyelesainnya dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum
pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan
juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan.

H. Contoh kasus malpraktek dan solusinya


a. Kasus
Salah Suntik Bikin Pasien Meninggal, 2 Perawat di Aceh Dibui 2 Tahun
Agus Setyadi – detikNews
Jumat, 31 Jan 2020 15:38 WIB
Banda Aceh –

Dua perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien
Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, divonis masing-masing 2 tahun penjara
karena terbukti salah menyuntik pasien hingga meninggal dunia. Keduanya
ialah Erwanty dan Desri Amelia Zulkifli.

Dikutip detikcom dari situs resmi Pengadilan Meulaboh, Jumat


(31/1/2020), kasus tersebut bermula saat korban Alfa Reza dibawa ke
rumah sakit karena karena tertusuk kayu pada paha kiri sampai ke bokong.
Dia masuk ke ruang IGD pada Jumat, 19 Oktober 2018. Sejam berselang,
tim dokter melakukan tindakan operasi terhadap korban. Setelah selesai
menjalani operasi, korban dipindahkan ke ruang perawatan anak. Dokter

10
kemudian memerintahkan Erwanty, Desri, serta beberapa perawat yang
bertugas jaga untuk memberikan obat kepada korban.

Pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, terdakwa Desri membuka buku
rekam medis untuk melihat obat yang harus disuntikkan ke Reza. Dia
melihat ketersediaan obat pada kotak obat Reza hanya satu. Desri
kemudian mengatakan kepada Erwanty ada beberapa obat yang harus
disuntikkan ke Reza. Erwanty selanjutnya memerintahkan Desri untuk
meresepkan obat ke dalam Kartu Obat Pasien (KOP) untuk digunakan
sebagai dasar pengambilan obat di depo.
Tak lama berselang, Desri meminta orang tua korban mengambil obat di
depo obat. Petugas di sana sempat menanyakan keberadaan pasien. Namun,
karena ayah korban tidak dapat berbicara, akhirnya diserahkan obat
tersebut setelah petugas melihat data korban. Saat itu, petugas mengira
Reza masih berada di dalam ruang operasi. Setelah obat dikantongi,
terdakwa kemudian memerintahkan untuk menyuntik ke korban. Reza
mendapat suntikan obat beberapa kali dalam beberapa menit. Sekitar pukul
00.05 WIB, Sabtu, 20 Oktober 2018, Desri memanggil Erwanty, lalu
mengabarkan kondisi Reza melemah. Erwanty mengecek keadaan Reza
dan mendapatkan kondisi nadi serta pernapasan korban sudah melemah.
Seorang perawat di ruang anak memberi tahu kedua terdakwa bahwa
keduanya salah menyuntik obat ke tubuh Reza. Hal itu menyebabkan Reza
meninggal dunia.

Kasus tersebut selanjutnya dilaporkan ke Polres Aceh Barat. Polisi


memeriksa sejumlah sakti tersebut kedua terdakwa. Erwinty dan Desri
selanjutnya dikirim ke pengadilan. Dalam persidangan di PN Meulaboh,
jaksa penuntut umum (JPU) menuntut keduanya dengan hukuman masing-
masing 2 tahun 6 bulan penjara. Namun majelis hakim memvonis keduanya
lebih ringan. Majelis hakim yang diketuai Zulfadly dengan hakim anggota
Muhammad Al-Qudri dan Irwanto menyatakan kedua terdakwa terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan

11
kelalaian berat yang mengakibatkan kematian bagi penerima pelayanan
kesehatan. "Menjatuhkan pidana terhadap diri para terdakwa oleh karena
itu dengan pidana penjara masing-masing selama dua tahun," putus
Zulfadly dalam persidangan yang digelar, Kamis (30/1) kemarin.

b. Solusi
Dalam menindaklanjuti kasus tersebut selanjutnya dilaporkan ke Polres
Aceh Barat. Atas peristiwa itu, kedua terssangka dijerat pasal 84 ayat 2
undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan dengan
ancaman 5 tahun penjara serta pasal 359 KUHP dengan ancaman 5 tahun
penjara .Namun PPNI melakukan upaya banding terkait vonis tersbut
sehingga masing-masing terdakwa divonis 2 tahun penjara.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional)
seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu
kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa masalah malpraktek bersifat
kompleks karena berbagai faktor yang terkait di dalamnya. Perawat profesional
dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya untuk mengikuti
perkembangan yang terjadi, baik perkembangan IPTEK khusunya IPTEK
keperawatan serta tuntunan dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

B. SARAN
1. Standar profesi keperawatan dan standar kompetensi merupakan hal
penting untuk menghindarkan terjadinya malpraktek, maka perlunya
pemberlakuan standar praktek keperawatan secara Nasional dan
terlegalisasi dengan jelas.
2. Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya
memahami dan mentaati aturan perundang-undangan yang telah
diberlakukan di Indonesia, agar perawat dapat terhindar dari bentuk
pelanggaran baik etik dan hukum.
3. Pemahaman dan bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan,
menghindarkan bekerja dengan cerobah, adalah cara terbaik dalam
melakukan praktek keperawatan sehingga dapat terhindar dari
kelalaian/malpraktek.
4. Rumah Sakit sebagai institusi pengelola layanan praktek keperawatan dan
asuhan keperawatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya
dengan pelaku/pemberi pelayanan keperawatan, sehingga dapat diperjelas
bentuk tanggung jawab dari masing-masing pihak

13
DAFTAR PUSTAKA

Ake, Julianus. 2002. Malpraktik Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC


Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga:
Jakarta: EGC.
Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott.
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi
Praktik Perawat.
Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar
tidak diterbitkan.
Supriadi, (2001). Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju.
Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar
tidak diterbitkan.
Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi
Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Jakarta: Sinar
Grafika.
http://m.detik.com

14

Anda mungkin juga menyukai