Anda di halaman 1dari 9

Nama : Anggi Putri Kirana

NIM : 18010002

KASUS
Hasil pengkajian disuatu keluarga bapak A didapatkan hasil, Bapak A berusia (45 tahun)
tinggal dengan istrinya ibu L (36 tahun), anak C (9 tahun), serta mertuanya ibu P (68 tahun).
Mertuanya diketahui mempunyai penyakit DM. Saat diperiksa gula darah sewaktu
menunjukkan 240 mg/DL. Selama ini, ibu P jarang makan obat dan tidak melakukan
pantangan dalam makan. Saat ditanya tentang terapi yang dilakukan untuk mengobati DM,
ibu P mengatakan tidak melakukan apa – apa karena tidak tahu. Ibu L sebagai ibu rumah
tangga sekaligus bekerja untuk membantu suaminya dalam mencukupi kebutuhan sehari –
hari. Ibu L juga bekerja sehingga tidak sempat mengurus rumah tangganya terlihat dari
barang – barang berserakan di lantai rumahnya. Ventilasi juga tidak begitu memadai dan
jendela juga jarang dibuka karena takut maling. Menurut bapak A, komunikasi keluarga
cukup terbuka. Bahasa yang digunakan sehari – hari adalah bahasa sunda. Bapak A sebagai
kepala keluarga adalah pengambil keputusan utama jika timbul persoalan di rumah tangga
mereka. Keluarga menyadari, bahwa kesehatan itu penting untuk dipertahankan.

Oleh karena itu, keluarga berusaha mengatasi jika ada anggota keluarga yang sakit. Biasanya
kalau mereka sakit, cukup ke orang pintar karena menurutnya lebih cepat sembuh, jika
sakitnya berlanjut, mereka berobat ke puskesmas. Saat ini anaknya yang berusia 9 tahun
sedang sesak karen mengidap Asma. Ibu mengatakan, anaknya sudah 3 hari batuk dan agak
sesak. Bertambah sesak pada malam dan pagi hari. Keluarga mengatakan tidak mengetahui
tatkala apa itu asma dan diabeters mellitus. Keluarga mengetahui gejalanya tapi tidak
mengerti akibatnya. Sesudah 3 hari ini, anaknya belum juga dibawa ke tenaga kesehatan
karena menganggap hal ini sudah biasa terjadi. Demikian pula saat ditanya tentang penyakit
DM. Mereka juga tampak kebingungan, hanya menjawab penyakit tentang gula. Menurut
penuturan bapak A, mereka memiliki keyakinan bahwa semua telah diatur oleh Yang Maha
Kuasa, baik itu penyakit, maupun rezeki. Mereka sudah berusaha mengobati, tapi tak kunjung
sembuh.

SOAL :
1. Masalah kesehatan apa yang di hadapi keluarga bapak A?
Jawab :
a) Mempunyai penyakit DM
b) Ketidak tahuan tentang pengetahuan kesehatan terutama masalah DM dan Asma
c) Ketidak patuhan dalam melakukan kesehatan keluarga
d) Sesak karena mengidap Asma

2. Buatlah analisis masalah, skoring, dan diagnosis keperawatan!


Jawab :
a) Analisa masalah
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Riwayat penyakit gula darah Resiko
ketidak
-klien mengatakan tidak pernah melakukan
stabilan kadar
terapi DM dan tidak melakukan apa apa karna
Tidak melakukan terapi DM glukosa darah
tidak tahu

Ketidak stabilan kadar


DO :
glukosa darah.
- Hasil pemeriksaan GDS
2 DS : Ibu pasien tidak mengetahui Defisit
kalau ia memiliki penyakit pengetahuan
- Biasanya kalau mereka sakit, cukup ke orang
DM
pintar.
- Tidak melakukan terapi untuk penyakit DM.
Klien hanya mengobati
penyakit cukup ke orang
DO : pintar

-Saat diperiksa gula darah sewaktu


menunjukkan 240 mg/DL. Tidak melakukan terapi
- jarang makan obat dan tidak melakukan penyakit DM
pantangan dalam makan.

Kurang pajajan informasi

Defisiensi pengetahuan
3 DS : Resiko ketidak stabilan kadar Ketidak
gula darah patuhan
- Klien mengatakan lebih baik berobat ke
orang pintar dari pada ke Rumah Sakit
- Klien mengatakan sudah 3 hari ini, anaknya
belum juga dibawa ke tenaga kesehatan karena
menganggap hal ini sudah biasa terjadi.

DO :
- Tampak kebingungan saat ditanya mengenai
Asma dan DM.
4 DS : Ekstrinsik Kebersihan
jalan nafas
- Klien mengatakan anaknya sudah 3 hari
tidak efektif
batuk dan agak sesak.
Hipersensitivitas
- Bertambah sesak pada malam dan pagi hari.

Stimulasi limfosit B
DO :
- Ventilasi yang tidak begitu memadai dan Ketidak efektif bersihan jalan
jendela juga jarang dibuka karena takut nafas
maling.

b) Skoring
1) Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang manajemen diabetes.
Kriteria Kriteria Bobot Pembenaran
Sifat masalah : 1 Keluarga dan Tn. A
- Aktual 1 (3/3×1=1) tidak mengetahui
- Resiko 2 tentang penyakit
- Depensial 3 DM dan Asma
Kemungkinan 1 Sebagian masalah
masalah dapat (2/2×1=1) dapat diubah dengan
diubah : 2 keluarga yang
- Mudah 1 berobat selain
- Sebagian 0 keorang pintar juga
- Tidak dapat ke puskesmas
Potensial masalah 1/3 Keinginan kesehatan
untuk dicegah : (1/3×1=1/3) keluarga Rendah
- Tinggi 3 untuk dicegah
- Cukup 2 dikarnakan ibu P
- Rendah 1 yang tidak
mengobati DM
Menonjolnya 1/2 Keluarga menyadari
masalah : (1/2×1=1/2) masalah tapi tidak
- Segera 2 perlu segera
- Tidak perlu segera 1 membawa anggota
- Tidak dirasakan 0 keluarga untuk
berobat

Total 7

2). Defisit pengetahuan berhubungan dengan keteratasan kognitif


Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat masalah : 1 Masalah sudah
- Aktual 1 (3/3×1=1) terjadi
- Resiko 2
- Depensial 3
Kemungkinan 1 Masalah dapat
masalah dapat (2/2×1=1) diubah jika keluarga
diubah : 2 Tn. A segera
- Mudah 1 menggunakan
- Sebagian 0 pelayanan yang lebih
- Tidak dapat baik tidak hanya
orang pintar saja
Potensial masalah 2/3 Masalah dapat
untuk dicegah : (2/3×1=2/3) dicegah dengan cara
- Tinggi 3 melakukan
- Cukup 2 pendidikan
- Rendah 1 kesehatan mengenai
DM/Asma
Menonjolnya 2/3 Bagi keluarga tidak
masalah : (2/3×1=2/3) perlu segera
- Segera 2 ditangani karena
- Tidak perlu segera 1 mereka percaya
- Tidak dirasakan 0 semua telah diatur
oleh yang maha
kuasa.

Total 5

3). Ketidak patuhan berhubungan dengan ketidak adekuatan pemahaman


Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat masalah : 1 Ny. P tidak
- Aktual 1 (3/3×1=1) mengontrol pola
- Resiko 2 makan
- Depensial 3
Kemungkinan 1 Ny. P tahu memiliki
masalah dapat (2/2×1=1) penyakit DM tapi
diubah : 2 tidak melaksanakan
- Mudah 1 pola makan sehat
- Sebagian 0
- Tidak dapat
Potensial masalah 2/3 Masalah masih dapat
untuk dicegah : (2/3×1=2/3) dicegah agar tidak
- Tinggi 3 terjadi komplikasi
- Cukup 2 sebab DM tidak
- Rendah 1 ditangani dapat
memperburuk
penderita
Menonjolnya 1 Masalah DM
masalah : (2/2×1=1)
- Segera 2
- Tidak perlu segera 1
- Tidak dirasakan 0

Total 3 2/3

4). Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat masalah : 1/3 Keluarga Tn. A
- Aktual 1 (1/3×1=1) tidak mengetahui
- Resiko 2 anaknya mengidap
- Depensial 3 penyakit Asma
Kemungkinan 1 Keluarga Tn. A
masalah dapat (2/2×1=1) diharapkan mampu
diubah : 2 pendidikan
- Mudah 1 kesehatan yang
- Sebagian 0 diberikan
- Tidak dapat
Potensial masalah 1 Keluarga tidak
untuk dicegah : (2/2×1=1) mengetahui tentang
- Tinggi 3 penyakit Asma
- Cukup 2
- Rendah 1
Menonjolnya 1 Penyakit Asma
masalah : (2/2×1=1) merupakan penyakit
- Segera 2 yang berat karena
- Tidak perlu segera 1 dapat menyebabkan
- Tidak dirasakan 0 komplikasi yang
dapat mengancam
jiwa

Total 3 1/3

c). Diagnosa keperawatan


1) Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang
terpapar informasi tentang manajemen diabetes.
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keteratasan kognitif
3) Ketidak patuhan berhubungan dengan ketidak adekuatan pemahaman
4) Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.

3. Susunlah rencana intervensi pada kasus tersebut!

1) Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan


kurang terpapar informasi tentang manajemen diabetes.
 Intervensi utama : Manajemen hiperglikemia
Tindakan :
Observasi :
 Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikeemia
 Identifikasi status yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
(mis. Penyakit kambuhan)
 Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. Poliuria, polidipsia,
polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan
darah ortostatik dan frekuensi nadi
Tarapeutik :
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi artostatik

Edukasi :
 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar gula glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
 Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
 Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairanpenggantian karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan)

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
 Kilaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
 Kolaborasi pemberian kallum, jika perlu

2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keteratasan kognitif


 Intervensi utama : Edukasi Kesehatan
Tindakkan :
Observasi :
 Identifikasi kesiapan dari kemampuan menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motifasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik :
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
 Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

3) Ketidak patuhan berhubungan dengan ketidak adekuatan pemahaman


 Intervensi utama : Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
Tindakan :
Observasi :
 Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan

Terapeutik :
 Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
 Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani
pasien selama menjalani pengobatan, jika perlu
 Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan
 Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
 Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani

Edukasi :
 Informasi program pengobatan yang seharusnya dijalani
 Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan
 Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama
menjalani program pengobatan
 Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi kepelayanan
kesehatan terdekat, jika perlu

4) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan


nafas
 Intervensi utama : Latihan Batuk Efektif
Tindakan :
Observasi :
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
 Monitor input dan outpunt cairan (mis. Jumblah dan karakteristik)

Terapeutik :
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai