Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TREN DAN ISSUE KEPERAWATAN MATERNITAS

“ANEMIA PADA IBU HAMIL”

DISUSUN OLEH :

Nama : Melyana Kwesaputra


Nim : 105111100121

PRODI DII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta`ala yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Makalah Trend dan Issue
Keperawatan Maternitas Terkait Masalah Anemia Pada Ibu Hamil”.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas. Selanjutnya, saya ucapkan terima kasih kepada Ibu
Sitti Zakiyyah Putri, S.ST, S.Kep.,M.Kes. Sebagai dosen mata kuliah keperawatan
maternitas yang telah banyak memberi bantuan dengan arahan dan petunjuk yang
jelas sehingga mempermudah saya menyelesaikan tugas ini.

Saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Makassar, 10 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Definisi Anemia ...................................................................................... 3
B. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan ................................................... 5
C. Gejala dan Tanda Anemia Dalam Kehamilan......................................... 7
D. Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan .......................... 8
E. Penyebab Anemia Dalam Kehamilan ..................................................... 9
F. Faktor Predisposisi Anemia Pada Ibu Hamil ........................................ 10
G. Cara Pencegahan Anemia Dalam Kehamilan ....................................... 12
H. Penatalaksanaan Anemia Dalam Kehamilan ........................................ 13
BAB III PENUTUP .................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didunia ini setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi yang
terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1.400 perempuan
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia 2 orang meninggal setiap
jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap menit 20 anak balita
meninggal. Dengan kata lain 20.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6
juta anak balita meninggal setiap tahun. (university of Indonesia “make every
mother and child count” 7 april 2005).
Tingginya angka kesakitan dan kehamilan pada wanita hamil dan bersalin
merupakan masalah yang besar. Dilaporkan angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia berkisar 334/100.000 kelahiran hidup. (panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal) di Sumbar AKI 116/100.000 kelahiran hidup,
sedangkan AKB 9,96/1000 kelahiran hidup. Dan dipadang angka kematian ibu
13/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi 3,4/1000
kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Sumbar).
Didalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di
Indonesia 2001- 2010 disebut kontek rencana pembangunan kesehatan menuju
Indonesia sehat 2010 dengan misi menurunkan angka kematian maternal dan
neonatal melalui pemantauan system kesehatan yang menjamin akses terhadap
intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas,
memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan
mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta menjamin kesehatan
maternal dan neonatal sebagai prioritas program pembangunan nasional.
Penyebab kematian ibu yang terbanyak disebabkan oleh komplikasi
obstetric. Komplikasi obstetric ini tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya.
Penyebab kematian ibu dan perinatal umumnya desebabkan oleh sebab
langsung seperti pendarahan, eklampsi, infeksi dan sebab tidak langsung yaitu

1
rendahnya tingkat pendidikan, sosial ekonomi, terlambatnya mendapat
pertolongan persalinan atau rujukan yang dikenal dengan istilah 3T (Terlambat
mengenal komplikasi, Terlambat membuat keputusan, Terlambat merujuk) dan
pertolongan persalinan oleh dukun yang kurang memperhatikan sterilisasi dan
aborsi illegal .
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi anemia?
2. Bagaimana klasifikasi anemia dalam kehamilan?
3. Bagaimana dampak anemia defidiensi zat besi pada kehamilan?
4. Apa penyebab anemia dalam kehamilan?
5. Apa faktor predisposisi anemia pada ibu hamil?
6. Bagaimana cara pencegahan anemia dalam kehamilan?
7. Bagaimana penatalaksanaan anemia dalam kehamilan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi anemia
2. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi anemia dalam kehamilan
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak anemia defidiensi zat besi pada
kehamilan?
4. Untuk mengetahui penyebab anemia dalam kehamilan
5. Untuk mengetahui faktor predisposisi anemia pada ibu hamil
6. Untuk mengetahui cara pencegahan anemia dalam kehamilan
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga
dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red
blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah
yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan Hb.Anemia terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan
karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi
atau Anemia Gizi Besi.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia
memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk
atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan
klinis. penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan,
rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan
pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya
kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki,
dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada
perempuan.
1. Anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimeter 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimeter 2.
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena dalam kehamilan
keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi perubahan - perubahan
dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan

3
yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel
darah adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga
terjadi pengenceran darah. Pertambahan itu adalah plasma 30%, sel darah 18%,
dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi
dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil. Pengenceran ini
meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil,
karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung juga meningkat.
Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi
perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.
Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi, di mana 300 mg
untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan
demikian, ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari. Terdapat
beberapa kondisi yang menyebabkan anemia defisiensi besi, misalnya: infeksi
kronik, penyakit hati, dan thalasemia.
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit
yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran, kelahiran prematur,
persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi,
perdarahan pasca-melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim, syok,
infeksi baik saat bersalin maupun pasca-bersalon, serta anemia yang berat (<4
gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Di samping itu, hipoksia
akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada persalinan
yang sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.
Anemia dalam kehamilan juga memberikan pengaruh kurang baik bagi
hasil pembuahan (konsepsi) seperti: kematian mudigah, kematian perintal, bayi
lahir prematur, dapat terjadi cacat bawaan, dan cadangan besi yang kurang.
Sehingga anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial kematian dan
kesakitan pada ibu dan anak.
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: anemia defisiensi
besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik. Anemia

4
defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai dalam
kehamilan. Anemia akibat kekurangan zat besi ini disebabkan kurang
masuknya unsur bagi dalam makanan, gangguan penyerapan, gangguan
penggunaan, dan karena terlalu banyak zat besi keluar tubuh, misalnya pada
perdarahan.
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan
yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama di negara berkembang
(Indonesia). WHO melaporkan bahwa prevalensi wanita hamil yang
mengalami defisiensi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara
berkambang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi.
Keperluan terhadap zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam
trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan,
maka akan sangat mudah untuk terjadinya anemia defisiensi besi, terutama
pada kehamilan kembar. Untuk daerah khatulistiwa seperti Indonesia, zat besi
lebih banyak keluar melalui air peluh dan melalui kulit.
B. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Anemia pada ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam.
Klasifikasi anemia pada ibu hamil ini berdasarkan penyebab terjadinya anemia
tersebut.
Secara umum menurut Proverawati (2009) klasifikasi anemia pada ibu
hamil dibagi menjadi:
1) Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan.
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan
dengan anamnese. Hasil anamnese didapatkan keluhan cepat lelah, sering

5
pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil
muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan
yaitu trimester I dan III.
2) Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid)
dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut
Hudono (2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila
disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram
sehari, baik per os maupun parenteral.
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb,
mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
3) Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena defesiensi
asam folat. Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada
sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah
pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum tulang,
hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
4) Anemia Hipoplastik 8%
Anemia hipoplastik yaitu Anemia yang disebabkan oleh penurunan
fungsi kerja sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru akibat
hiposelularitas, hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun,
radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta
gen.
5) Anemia Mieloptisik 0,7%
Anemia hemolitik adalah Anemia yang disebabkan penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatanya. Anemia
yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor,
kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal.
Gejala utamamya adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,
kelelahan, kelemahan. Pengobatanya: Tergantung pada jenis anemia ini

6
serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas
dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-
obtan, hal ini tidak memberikan hasil sehingga penambah darah berulang
dapat membantu penderita.
Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan
kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia.
1) Klasifikasi menurut Depkes RI (2000):
a. Tidak anemia : ≥ 11 gr%
b. Anemia : < 11 gr% 2)
2) Klasifikasi anemia menurut WHO:
a. Normal : ≤ 11 gr %
b. Anemia ringan : 9-10 gr % c)
c. Anemia sedang : 7-8 gr%
d. Anemia berat : < 7 gr%
3) Klasifikasi menurut Manuaba (2010):
a. Tidak anemia : Hb 11 gr %
b. Anemia ringan : Hb 9-10 gr %
c. Anemia sedang : Hb 7-8 gr %
d. Anemia berat : Hb < 7 gr %
4) Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel:
a. Anemia mikrositik : jhonpenyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan
talasemia (gangguan Hb).
b. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis
seperti gangguan ginjal.
c. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia
akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.
C. Gejala dan Tanda Anemia Dalam Kehamilan
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan
darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Secara klinis
dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi).

7
Gejala lain yang dapat ditemui diantaranbya palpitasi, berkunang-kunang,
perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, disphagia,
dan pembesaran kelenjar limpa. Niali ambang batas yang digunakan untuk
menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun
1972 ditetapkan 3 kategori yaitu: normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat <8
gr/dl. Sedangkan menurut pemeriksaan Sachli, tidak anemia Hb 11 gr%,
anemia ringan 9-10 gr%, anemia sedang 7-8 gr%, anemia berat <7 gr%. Guna
memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan
pemeriksaan kadar hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan
hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar. Hanya saja alat ini
tersedia di kota. Mengingat di Indonesia penyakit kronik seperti malaria dan
TBC masih sering dijumpai, maka pemeriksaan khusus seperti darah tepi dan
dahak perlu dilakukan.
Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan
tingkat pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita
hamil haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu
tablet sehari selama masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan
untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung
banyak mineral serta vitamin.
D. Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum
dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan
darah.
Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi
dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan

8
(inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas
(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi
ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi,
BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain) (Amiruddin dkk, 2004).
E. Penyebab Anemia Dalam Kehamilan
Penyebab anemia pada ibu hamil adalah menurunnya hemoglobin dalam
darah. Hemoglobin memiliki peranan penting dalam transportasi oksigen ke
dalam jaringan tubuh. Selama masa kehamilan akan terjadi sebuah peningkatan
volume darah, hal inilah yang bisa membuat hemoglobin dalam darah
menurun. Sedangkan tuntutan dari perkembangan janin akan membuat
kebutuhan zat besi dalam tubuh menjadi meningkat.
Zat besi adalah mineral yang memiliki peranan penting dalam produksi sel
darah merah. Sebelum menjalani masa kehamilan, seorang wanita
membutuhkan sekitar 15 miligram (mg) zat besi setiap harinya. Berbeda
dengan ibu hamil yang membutuhkan dua kali jumlah zat besi tersebut yaitu
30 mg.
Selama trimester pertama masa kehamilan, volume plasma akan
meningkat menjadi lebih cepat dibandingkan dengan volume sel darah merah.
Akibatnya, konsentrasi darah merah menjadi menurun sampai pada akhirnya
mereka memiliki kesempatan untuk mengejar ketinggalan yaitu dengan
peningkatan plasma darah. Penyebab anemia pada ibu hamil juga bisa timbul
karena ibu hamil kekurangan zat besi dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Hal ini juga yang akan
membuat jumlah hemoglobin dalam darah mengalami penurunan.
Selain kurangnya zat besi dalam tubuh, penyebab anemia pada ibu hamil
selama masa kehamilan yang lainnya mungkin karena penurunan jumlah darah
yang berlebihan seperti akibat pendarahan dari cedera atau suatu pembedahan,
beberapa penyakit kronis seperti sakit ginjal dan infeksi serius atau karena
kurangnya asupan vitamin asam folat yaitu vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Namun, pada ibu hamil
kekurangan zat besi merupakan penyebab anemia yang paling umum.

9
Umumnya, banyak kaum wanita di usia subur tidak mendapatkan zat besi yang
cukup, bahkan pada saat mereka sedang tidak hamil. Wanita kehilangan zat
besi bersamaan dengan darah dan jaringan yang keluar sewaktu masa
menstruasi, alasan itulah yang menjadikan seorang wanita rentan terhadap
anemia.
Seorang ibu hamil yang mendapatkan perawatan prenatal dan juga rutin
mengkonsumsi suplemen zat besi selama masa kehamilan, biasanya akan
terhindar dari masalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh. Anemia yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan akan
membuat ibu hamil merasa lelah yang berlebihan dan juga stress sehingga bisa
membuat ibu hamil rentan terhadap berbagai macam penyakit. Namun,
biasanya hal tersebut tidak sampai membahayakan janin yang masih ada dalam
kandungan.
Hampir semua anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi/
kekurangan zat besi. Adapun etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan
menurut Amiruddin,dkk tahun 2004 diantaranya sebagai berikut:
1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
3. Kurangnya zat besi dalam makanan
4. Kebutuhan zat besi meningkat
5. Gangguan pencernaan dan absorbsi
F. Faktor Predisposisi Anemia Pada Ibu Hamil
1. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami
anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi
timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin
rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil

10
maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum
menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka
kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak
berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun.
2. Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang
paritas rendah.
3. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini
disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan
pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin
dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
4. Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi
anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia.
Semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia.
5. Pemeriksaan Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat
5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe). Jika
pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali maka akan
semakin tinggi angka kejadian anemia.
6. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai
dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif.
Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus

11
menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan
makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu.
(Kodyat,1995).
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet
yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi
konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan
salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara
efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang
sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.ibu hamil
yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko untuk mengalami
anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe.
G. Cara Pencegahan Anemia Dalam Kehamilan
Anemia bisa diatasi dengan cepat dan tepat apabila ibu hamil lebih tanggap
dalam mendeteksi gejala anemia lebih dini sebelum menginjak trimester
pertama kehamilan. Ibu hamil perlu menyadari bahaya anemia dengan cara
mengetahui potensi anemia yang dimiliki oleh ibu hamil. Hal ini bisa dilakukan
dengan pemeriksaan darah di laboratorium dan mendiskusikan hasilnya dengan
dokter.
Pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan. Akan jauh lebih
baik bagi ibu hamil untuk mencegah anemia dengan cara menjaga asupan zat
besi. Misalnya meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti
beras merah, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, oatmeal maupun
daging. Suplemen tambahan zat besi bisa dilakukan dengan saran dan
persetujuan dokter. Konsumsi suplemen zat besi ini akan membawa perubahan
pada kondisi ibu hamil kurang lebih setelah satu minggu dan kondisi anemia
ibu hamil biasanya sudah bisa teratasi setelah satu bulan. Ibu hamil perlu
menghindari diet berlebihan agar produksi sel darah merah tidak terganggu.
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi
dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah)

12
seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap
seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang- kacangan.
Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah
diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti
sereal yang diperkuat dengan zat besi.
H. Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan
Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan
Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang pada awal kehamilan.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat
500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya.
Anemia defisiensi besi yang tidak tertangani dengan tepat, dapat
mengakibatkan abortus pada kehamilan muda, dan dalam kehamilan tua dapat
menyebabkan persalinan lama, perdarahan pasca melahirkan, dan infeksi.
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.
Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu
polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit
sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2
tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu
pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan
kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi
hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek
samping yang normal dan tidak berbahaya Medicastore, 2007).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, penyakit anemia adalah suatu keadaan di mana
jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Dan ibu
hamil sangat rentan terkena penyakit anemia.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya ibu hamil dan
resiko anemia pada ibu hamil dapat berkurang dan dapat di cegah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi


Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.

Loowdermilk,dkk.2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC.

Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.


Jakarta:EGC.

Syaifudin, Abdul Bari. 2001. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Hyre, Anne. 2001. Asuhan Kebidanan Care. Jakarta: Pusdiknakes

Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran
EGC

15

Anda mungkin juga menyukai