Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

GOLONGAN OBAT ANEMIA DAN VITAMIN

OLEH

NAMA KELOMPOK IV(4) :

1. PORINCE BANUNAEK 6. JIFRAINDISA NORLI LIU

2. JIFRAINDISA N. LIU 7. MIRANDA E. RIHI

3. EVA YULISTIA BAREUT 8. HABRITA DJORO

4. BETSEBA HINGKOIL 9. YOHANA L. KARATA

5. MADONA OLLA 10. MELDANI NOMLENI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah FARMAKOLOGI , sehingga
dengan adanya makalah ini, dapat membantu mahasiswa untuk menangani masalah Anemia
pada Ibu hamil dan memberikan terapi yang tepat agar tidak membahayakan janin dan Ibunya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya,
oleh sebab itu kami meminta saran dan masukan dari teman-teman dan Dosen, yang sifatnya
membangun, terutama dari pembaca sangat kami harapkan sarannya jika ada kekurangan
makalah ini kami dapat melakukan perbaikan makalah ini, Terimakasih.

Kupang, 14 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………… 1

A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………………..1

B. TUJUAN ……………………………………………………………………………...1

C. MANFAAT……………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3

A. PENGERTIAN ANEMIA…………………………………………………………….3

B. PENYEBAB ANEMIA……………………………………………………………….4

C. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL …………………………………………...5

D. KLASIFIKASI ANEMIA…………………………………………………………….5

E. GOLONGAN OBAT ANEMIA YANG AMAN………………………………..…. 7

F. VITAMIN DAN MINERAL ………………………………………………………..13

G. DAMPAK ANEMIA PADA KEHAMILAN……………………………………….16

H. PENATALAKSANAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN……………………….17

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….…….18

A. KESIMPULAN...................................................................................................... ..19

B. SARAN……………………………………………………………………………..20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di
suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia.
Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang
anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung
atau tidak langsung berhubungan dengan anemia.

Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu.

1. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Hal ini juga diungkapkan oleh
Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi.

2. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan
menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, berkisar
antara 10% dan 20%.

Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa


prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin
meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. 1,3% Anemia defisiensi zat besi lebih
cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju.
Tiga puluh enam persen (atau sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang
di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di
negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta
orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1%
(SKRT 2001). Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II
didapati 23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi. Mengingat
besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh
karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini.

4
B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian anemia.

2. Mahasiswa dapat mengetahui gejala-gejala anemia karena defisiensi besi pada ibu
hamil.

3. Mahasiswa dapat mengetahui terapi yang aman dan tidak berbahaya untuk ibu hamil.

C. Manfaat

1. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi Mahasiswa dalam
penanggulangan masalah anemia karena defisiensi zat besi di Indonesia.

2. Makalah ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan serta menjadi
salah satu bacaan yang bermanfaat.

3. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat khususnya


masalah anemia karena defisiensi zat besi.

BAB II

PEMBAHASAN
5
A. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan
jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang
darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal.

Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi,
asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat
besi.

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,
sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan
jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang
atau tidak ada sama sekali.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus,
perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita
hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.

Anemia defisiensi zat besi pada kehamilan merupakan problema kesehatan yang dialami oleh
wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health
Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi
besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan.
Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada
kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% . Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin
yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
Berdasarkan ketetapan WHO, anemia ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%.

6
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah
11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. Anemia dalam
kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah,
bahkan murah.

B. Penyebab Anemia pada Umumnya adalah sebagai berikut:

1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit

3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

C. Gejala Anemia pada Ibu Hamil:

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang,
nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Gejala klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga
gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia
bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem
neurumuskular,lesu,lemah,lelah,disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya
sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda
anemia akan jelas.

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan
pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl),
anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil
pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11,28 mg/dl,
kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 14,00 mg/dl. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.

7
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan
angka kematian perinatal meningkat.

Perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan
lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat mentolerir kehilangan
darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga
terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan
proses persalinan (inertia,atonia,partus lama,perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas
(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan
gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-
lain).

D. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.

Pengobatannya yaitu pemberian tablet besi pada wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi.
Ada beberapa cara pemberian tablet besi,sebagai berikut:

a. Terapi Oral

Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-
fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr% /
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia.

b. Terapi Parenteral

Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua.
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena
atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% .

8
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan
mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I
dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia

2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3. Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang

4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan
untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil.

2. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik,
jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

a. Asam folik 15 – 30 mg per hari

b. Vitamin B12 3 x 1 tablet per hari

c. Sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik

9
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi ekternal dan pemeriksaan
retikulosi.

4. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya.

Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,


kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila


disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah.
Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah
berulang dapat membantu penderita ini.

E. Golongan Obat Anemia pada Ibu Hamil

1. TABLET BESI ( fe )

Zat besi merupakan mineral yang di perlukan oleh semua sistem biologi di dalam tubuh. Besi
di butuhkan untuk produksi hemoglobin ( hb ), sehingga defisiensi fe akan menyebabkan
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan hb yang rendah dan
menimbulkan anemia hipokronik mikrositik.

a. Indikasi

Sediaan fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia defisiansi fe


penggunakan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan besi dan
keracunan besi. Anemia defisiensi fe paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Selain
itu, dapat pula terjadi misalnya pada wanita hamil ( terutama multipara ) dan pada masa
pertumbuhan, karena kebutuhan yang meningkat. Banyak anemia yang mirip anemia
defisiensi fe. Sebagai pegangan untuk diagnostik dalam hal ini ialah, bahwa pada anemia
defisiensi fe dapat terlihat granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial
sumsum tulang.

10
b. Dosis

· Diminum sesudah makan malam atau menjelang tidur

· Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat menganggu proses
penyerapan.

· Hendaknya meminum dengan vitamin c misalnya dengan air jeruk

· Segera minum pil setelah rasa mual, muntah menghilang

c. Efek samping

Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral, dan ini
sangat tergantung dari jumlah fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi pada tiap pemberian.
Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (± 7-20% ), konstipasi (± 10% ),
diare (± 5% ) dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat di kurangi dengan
mengurangi dosis atau dengan cara ini diabsorpsi dapat berkurang. Perlu diterangkan
kemungkinan timbulnya feses yang berwarna hitam kepada pasien. Pemberian fe secara IM
dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat
pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan
lokal lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibanding IV , selain itu dapat pula terjadi reaksi
sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang dapt terjadi dalam 10 menit setelah suntikan
adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardia, flushing, berkeringat, mual,
muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi, sedangkan reaksi yang lebih
sering timbul dalam ½-24 jam setelah suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil, rash,
urtikaria, nyeri dada, sering terjadi pada pemberian IV, demikian pula syok atau henti
jantung.

2. VITAMIN B12 (Sianokobalamin)

a. Indikasi

Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan usus,


defisiensi vitamin B12.

b. Dosis

11
· Per oral: untuk defisiensi B12 karena faktor asupan makanan: dewasa 50-150 mikrogram
atau lebih, anak 50-105 mikrogram sehari, 1-3x/hari

· Injeksi intramuskular: dosis awal 1mg, diulang 10x dengan interval 2-3 hari. Dosis
rumatan 1 mg per bulan.

Sediaan: tablet 50 mikrogram, liquid 35 microgram/5 ml, injeksi 1 mg/ml.

3. ASAM FOLAT

Asam folat ( asam pteroilmonoglutamat, pmGA ) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam
paraaminobenzoat dan asam glutamat. Dari penelitian

Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan
daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan ( pemasakan ) makanan.

a. Indikasi

Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil, dan dapat menyebabkan defisiensi asam
folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makanannya. Ada hubungan
kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan insisens defek neural tube, seperti sapina
bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan. Wanita hamil membutuhkan sekurang-
kurangnya 500 mg asam folat per hari suplementasi asam folat di butuhkan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, untuk mengurangi insidens defek neuran tube.Efek toksik pada
penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum pernah dilaporkan terjadi.
Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapat menyebabkan pengendapan kristal asam folat dalam
tubuli ginjal. Dosis 15 mg pada manusia masih belum menimbulkan efek toksik.

b. Dosis

Yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang ada. Umumnya folat
diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak memungkinkan, folat diberikan secar IM atau SK.
Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1 mg per oral selam 10 hari yang hanya
menimbulkan respons hematologik pada pasien defisiensi folat. Hal ini membedakannya
dengan defisiensi vitamin B12 yang baru memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2
mg per hari atau lebih.

12
1. OBAT-OBAT LAIN

· RIBOFLAVIN

Berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme flavo-protein dalam pernafasan sel.


Sehubungan dengan anemia, ternyata riboflavin dapat memperbaiki anemia normokromik-
normo-sitik. Anemia defisiensi riboflavin banyak terdapat pada malnutrisi protein-kalori,
dimana ternyata faktor defisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan pula. Dosis yang
digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau IM.

· PIRIDOKSIN

Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang pertumbuhan Heme.
Defesiensi piridoksin akan menimbulkan anemia mikrositik hipokromok.pada sebagian besar
pasien akan terjadi anemia normoblastik sideroakrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin
yang banyak dalam precursor eritrosit, dan pada beberapa pasien terdapat anemia
Megaloblastik.Pada keadaan ini arbsorbsi Fe meningkat, Fe-binding protein menjadi jenuh
dan terjadi hiperperemia, sedangkan daya rergenerasi darah menurun.Akhirnya akan
didapatkan gejala hemosiderosis.

· KOBAL

Kobal dapat meningkatkan jumlah hemotokrit, hemoglobin dan eritrosit pada beberepa pasien
dengan anemia refrakter, seperti yang terdapat pada pasien talasimea, infeksi kronik atau
penyakit ginjal,tetapi mekanisme yang pasti tidak diketaui. Kobal merangsang pembentukan
eritropoietin yang berguna untuk meningkatkan pengambilan Fe dalam sumsum tulang, tetapi
ternyata pada pasien anemia refrakter kadar eritropoietin sudah tinggi.Penyelidikan lain
mendapatkan bahwa Kobal menyebabkan Hipoksia intrasel sehingga dapat merangsang
pembentukan eritrosit.Sebaliknya, Kobal dalam dosis besar justru menekan pembentukan
eritrosit.

· IRON DEXTRAN ( imferon )

Mengandung 50 mg fe setiap mL (larutan 5%) untuk penggunaan IM atau IV. Respons


terapeutik terhadap suntikan IM ini tidak lebih cepat dari pada pemberian oral. Dosis total
yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya anemia, yaitu 250 mg fe untuk setiap gram
kekurangan hb. Pada hari pertama disuntukkan 50 mg, dilanjutkan dengan 100-250 mg setiap

13
hari atu beberapa hari sekali. Penyuntikan dilakukan pada kuadran atas luar m. Gluteus dan
secara dalam untuk menghindari pewarnaan kulit.

a. Dosis

Untuk memperkecil reaksi toksin pada pemberian IV, Dosis permulaan tidak boleh melebihi
25 mg, dan di ikuti dengan peningkatan bertahan untuk 2-3 hari tercapai dosis 100 mg/hari.
Obat harus di berikan perlahan-lahan yaitu dengan menyuntikkan 25-50 mg/ menit.

b. Efek samping

a) reaksi alergi seperti ruam kulit , gatal atau gatal-gatal , pembengkakan wajah, bibir, atau
lidah.

b) bibir biru, kuku, atau kulit.

c) gangguan pernapasan.

d) perubahan tekanan darah.

e) nyeri dada.

f) takikardi.

g) perasaan pusing, atau jatuh pingsan.

h) demam atau kedinginan.

i) nyeri otot atau nyeri sendi.

j) nyeri, kesemutan, mati rasa di tangan atau kaki.

k) kejang.

Efek samping yang biasanya tidak memerlukan perhatian medis (laporkan ke dokter atau ahli
kesehatan jika gejala menetap atau mengganggu):

a) diare

b) sakit kepala

c) iritasi didaerah suntikan

14
d) mual, muntah

e) sakit perut

· ADFER

a. Indikasi

Anemia yang disebabkan kekurangan Fe, anemia akibat traumatik atau anemia endogenik,
anemia akibat perdarahan selama masa pertumbuhan, usia lanjut & masa penyembuhan,
kehamilan, menyusui, anemia yang disebabkan malnutrisi

b. efek samping

Gangguan saluran pencernaan.

c. dosis

Dosis awal 1-2 kapsul sehari.

· ARTOFERUM

a. Indikasi

Anemia (kekurangan zat besi) & sebagai sebuah pencegahan, pengobatan, dan sumber
vitamin dan mineral bagi negara-negara kekurangan.

· DASABION KAPSUL

a.indikasi

- Segala macam anemia

-Pada masa kehamilan

b. Efek samping

15
Nyeri pada saluran pencernaan disertai mual,muntah dan diare. Pemberian secara
terus menerus dapat menyebabkan konstipasi.

· EMINETON

a. Indikasi

Untuk membantu mengurangi gejala anemia karena kekurangan zat besi.

b.Efek samping

Pemakaian EMINETON secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan gastroenterik seperti


diare atau gastritis, mual dan muntah.

c.Peringatan dan perhatian

Ada kemungkinan timbul faeces berwarna hitam setelah makan obat ini.

d.Dosis dan cara pemakaian :

Dewasa : 1-2 tablet/hari pada waktu atau sesudah makan

Anak-anak : 1 tablet/hari pada waktu atau sesudah makan

· ETABION

a.Indikasi

Untuk mencegah dan mengobati kekurangan Vitamin dan mineral seperti


kekurangan darah (anemia) dan membantu pembentukan darah.

b.Dosis

Sehari 1 kapsul pada waktu atau sesudah makan, sesuai petunjuk dokter

· FERCEE Kapsul

· a.Indikasi

Penyakit kurang darah, yang esensial dan sekunder yang disebabkan oleh kekurangan
zat besi,penyakit kurang darah yang diseba
16
bakan oleh pendarahan,masa akil balik,masa hamil,dan pada anak-anak.

b.Dosis

Kecuali bila dianjurkan lain oleh dokter, satu kapsul tiap hari sesudah makan pagi - bila perlu
dapat sampai 2 kapsul tiap hari.

d. Efek samping

Reaksi sensitivitas dan gangguan saluran pencernaan dapat terjadi.

F. Beberapa Vitamin / Mineral yang dibutuhkan saat Hamil.

Perempuan hamil, tentunya membutuhkan kalori yang ekstra dibandingkan perempuan


tidak hamil, sebab membutuhkan tambahan kalori untuk pertumbuhan bayi dan perangkat
tambahan lainnya dalam system keesimbangan kehamilan, misalnya plasenta, dan sel plasma
darah.

Vitamin merupakan suatu molekul organic yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-itamin tidak dapat dibuat oleh tubuh
manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan
panganan yang dikonsumsi.

Vitamin berdasarkan kelarutannya, terbagi menjadi :

1.Vitamin yang larut dalam air

 Vitamin B

Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh,
terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya di
dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi
metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang
tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah
(eritrosit).

 Vitamin B1 (Thiamin)

 Vitamin B2 (Riboflavin)

17
 Vitamin B3 (Niacin)

 Vitamin B5 (asam pantotenat)

 Vitamin B6(Piridoksin, piridoksal, piridoksamin)

 Vitamin B8 (biotin)

 Vitamin B9 (folasin, asam folat, asam pteroilglutamat)

 Vitamin B12 (Kobalamin)

 Vitamin C (asam askorbat)

Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita.
Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringankulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong
lainnya.

Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai


radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu
menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh
sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan.

Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan
di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi
pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen.
Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu
mencegah berbagai jenis penyakit.

2. Vitamin yang larut dalam lemak

Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K. Untuk beberapa hal, vitamin
ini berbeda dari vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini terdapat dalam lemak dan bagian
berminyak dari makanan. Vitamin ini hanya dicerna oleh empedu karena tidak larut dalam air.
Bagian berikut memberikan gambaran terperinci dari setiap vitamin jenis ini.

 Vitamin A

18
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan dalam
pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai salah satu
komponen penyusun pigmenmata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting
dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh
paparan panas, cahaya matahari, dan udara.

 Vitamin D

Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan
hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang
paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu
metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D
saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet).

 Vitamin E

Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan
penutupan luka.Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan
kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan.Selain itu, vitamin K juga
berperan sebagai kofaktorenzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasiasam aminoasam
glutamat.

B. MINERAL

a. Pengertian

Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan alam maupun
dalam makhluk hidup. Di alam, mineral merupakan unsur penting dalam tanah, bebatuan, air
dan udara. Sekitar 50% mineral tubuh terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya
terdiri atas mineral lain.

Perilaku mineral sering dipengaruhi oleh adanya kandungan makanan lain. Penyerapan
mineral diturunkan oleh serat dan perilaku besi, seng, dan kalsium menunjukkan bahwa
antaraksi terjadi dengan fitat. Fitat dapat membentuk senyawa kompleks yang tidak larut

19
dengan besi dan seng yang dapat mengganggu penyerapan kalsium dengan menimbulkan
pengikisan pada protein pengikat kalsium dan usus.

Mineral dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh, antara
lain:

a. Makromineral (Kalsium, Fosfor, Magnesium, Natrium, Kalium, Klorida dan Sulfur).

b. Mikromineral (Zat besi, Seng, Tembaga dan Florida).

c. Ultrace mineral diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil (Yodium, Selenium,
Mangan,Kronium, Molibdenim, Baron dan Kobalt).

Mineral terdapat dalam makanan maupun dalam tubuh terutama dalam bentuk ion
yang dapat bermuatan positif/negative. Selain itu juga dapat merupakan bagian dari senyawa
organik yang berperan dalam metabolisme tubuh.

Selain dari makanan alami, mineral juga dapat diperoleh dalam suplemen atau pil.
Suplementasi mineral dapat dikonsumsi bila kebutuhan dari makanan tidak dapat terpenuhi.
Di daerah pegunungan dengan kandungan yodium yang rendah pada tanah dan airnya,
sementara bahan makanan sumber seperti ikan laut sulit didapat, maka dianjurkan untuk
mengkonsumsi garam beryodium untuk menghindari efek yang tidak diinginkan dari
kekurangan yodium jangka panjang.

Sedangkan pada wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi bahan makanan


sumber kalsium di atas kebutuhan normal, selain untuk pertumbuhan bayi yang
dikandungnya, juga untuk menghindari berkurangnya kepadatan massa tulang dan gigi. Pada
tubuh yang mengalami infeksi sering dibutuhkan mineral seng yang lebih tinggi dari normal
untuk mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh serta mineral selenium untuk membantu
menetralkan radikal bebas yang terbentuk lebih banyak pada infeksi.

VI. Dampak Anemia pada Kehamilan dapat digolongkan menjadi :

· Bahaya selama kehamilan:

1. Dapat terjadi abortus.

20
2. Persalinan premature.

3. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.

4. Mudah terjadi infeksi

5. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)

6. Mola hidatidosa

7. Hiperemesis gravidarum

8. Perdarahan antepartum

9. Ketuban pecah dini (KPD)

 Bahaya saat persalinan:

1. Gangguan his-kekuatan mengejan.

2. Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.

3. Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan.

4. Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri.

5. Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.

 Bahaya saat kala nifas:

1. Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum.

2. Memudahkan infeksi puerperium.

3. Pengeluaran ASI berkurang

4. Dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan.

5. Anemia kala nifas

6. Mudah terjadi infeksi mamae

 Bahaya terhadap janin.


21
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya dengan adanya
anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Beberapa akibat antara lain:

1. Abortus

2. Kematian intar uteri

3. Persalinan prematuritas tinggi

4. Berat badan lahir rendah

5. Kelahiran dengan anemia

6. Dapat terjadi cacat bawaan

7. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

8. Intelegensia rendah.

VII.Penatalaksanaan Anemia pada Kehamilan

Tujuan terapi adalah koreksi defisit massa hemoglobin dan akhirnya pemulihan
cadangan besi. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan senyawa besi sederhana ferro sulfat,
fumarat, atau glukonat per oral yang mengandung dosis harian sekitar 200 mg besi elemental.
Apabila wanita yang bersangkutan tidak dapat atau tidak mau mengkonsumsi preparat besi
oral, ia diberi terapi parental. Untuk mengganti simpanan besi, terapi oral harus dilanjutkan
selama 3 bulan atau lebih setelah anemia teratasi. Transfusi sel darah merah atau darah
lengkap jarang diindikasi untuk mengobati anemia defisiensi besi kecuali apabila juga

terdapat hipovolemia akibat perdarahan atau harus dilakukan suatu tindakan bedah darurat
pada wanita dengan anemia berat.

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi.
Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala
anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise,
lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia
parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

B. Saran

1. WHO dan kementerian kesehatan menganjurkan program standar untuk


mengontrol ADB (Anemia defisiensi Besi) pada wanita hamil, “iron pills
program”. Setiap wanita hamil akan diberikan 90 tablet besi (60 mg sulfas
ferosus dikombinasikan dengan asam folat).

2. Sebaiknya mengkonsumsi besi sejak masa prahamil dibutuhkan untuk


mengisi cadangan besi dan memenuhi peningkatan kebutuhan besi selama
kehamilan.
3. Bidan sebagai fasilitator dan pemberian pelayanan terdepan harus mampu
memberikan informasi yang tepat kepada ibu hamil mengenai pentingnya
Fe, cara mengkonsumsinya dan kepatuhan dalam mnegkonsumsin

23
24

Anda mungkin juga menyukai