Sekolah”
Disusun Oleh :
Kesmas B
Semester 3/Pagi
UNIVERSITAS PEKALONGAN
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
yang berjudul”
Hubungan Kekurangan Vitamin A ” ini. Tak lupa shalawat dan salam kita
hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan kita. Makalah ini
merupakan tugas dari mata kuliah Gizi yang sedang diikuti oleh penyusun dalam
juga ingin berterima kasih kepada dosen mata kuliah Gizi ini atas bimbingannya.
makalah ini, untuk itu kritik dan saran pembaca sangat diperlukan guna
melengkapi makalah ini. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat
Penyusun
ii
Daftar Isi
Halaman Judul
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1 Pendahuluan...................................................................................... 10
iii
BAB IV Penutup
Lampiran
Daftar Pustaka
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
dalam tubuh menjadi menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, lesu, lemas,
lunglai, dan letih. Dalam hal ini orang yang terkena anemia adalah orang
limpa, Kerusakan mekanik pada sel darah merah, Reaksi autoimun terhadap
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
Anemia defisiensi besi ialah anemia yang secara primer disebabkan oleh
berkurangnya sel darah merah di dalam tubuh akibat kekurangan zat besi. Zat
besi berperan dalam produksi hemoglobin, suatu protein di dalam sel darah
merah yang berperan dalam mengangkut oksigen. Ketika kadar zat besi di dalam
darah rendah akibat berbagai faktor, seperti kurang asupan zat besi, kehilangan
darah dalam jumlah besar, ketidakmampuan tubuh untuk menyerap zat besi
penurunan kadar zat besi di dalam darah tetapi jumlah sel darah merah tetap
penurunan total zat besi, menyebabkan anemia defisiensi besi dan beserta
3
ini karena mereka tidak memilki asupan zat besi yang berasal dari daging. Oleh
karena itu, penting untuk para vegetarian menambah asupan suplemen zat besi
mendasari yang mencegah tubuh untuk menyerap zat besi, bersamaan dengan
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50%
penderita ini adalah ADB da terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil
mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 – 40%, pada anak
sekolah 25 – 35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita
sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak
berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya
sekolah
Prevalensi ADB cukup tinggi pada bayi, hal yang sama juga dijumpai pada
anak usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian ADB pada anak usia
sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5 %, anak praremaja 2,6% dan remaja 26%.
Di Amerika Serikat sekitar 6% anak berusia 1-2 tahun diketahui kekurangan besi,
lebih kurang 9% remaja wanita kekurangan besi, sedangkan pada anak laki-laki
sekitar 50% cadangan besinya berkurang saat pubertas. Prevalensi ADB lebih
4
tinggi pada anak kulit hitam dibanding kulit putih. Keadaan ini mungkin
berhubungan dengan status sosial ekonomi anak kulit hitam yang lebih rendah.
Penyebab
Kekurangan zat besi terjadi saat permintaan zat besi tidak dapat dicukupi dengan
penyerapan zat besi. Penyebab anemia defisiensi besi dapat digolongkan dalam
2 besar, yaitu:
1. Peningkatan kebutuhan
Kehamilan: Kekurangan zat besi pada wanita hamil sering terjadi, karena
memerlukan zat besi yang lebih tinggi, terutama pada anak usia balita
(dibawah 5 tahun).
Asupan zat besi yang kurang: Tubuh tidak bisa membuat zat besi dengan
5
Bebebrapa makanan yang mengandung banyak zat besi yaitu daging,
zat besi.
dan zat besi yang terbuang. Umumnya terjadi perdarahan yang teru
Kekurangan zat besi lebih sering dialami pada wanita, anak-anak, vegetarian,
dan mereka yang melakukan donor darah rutin. Wanita mengalami menstruasi
membutuhkan zat besi untuk pertumbuhan dan tidak mendapatkan suplai zat
besi yang cukup dari ASI (Air Susu Ibu) atau susu formula. Vegetarian berisiko
karena mereka tidak memakan makanan yang kaya zat besi seperti daging.
Gejala
Gejala yang ditimnbulkan oleh kekurangan zat besi bergantung pada derajat
kekurangan. Bila hanya kekurangan sedikit, tidak ada gejala apapun yang
6
Kelelahan hebat;
Kulit pucat;
Kelemahan;
Sesak nafas;
Mudah marah;
Rasa deg-degan;
jantung, gagal jantung), gangguan kehamilan (bayi prematur atau berat badan
lahir bayi rendah), dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-
anak.
Pengobatan
7
Penanganan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
makanan kaya zat besi dan pemberian suplemen zat besi. Bila penyebab dari
penyebab tersebut.
Suplemen zat besi diberikan untuk menggantikan kekurangan zat besi di dalam
tubuh. Sebagian besar orang dengan anemia defisiensi besi membutuhkan 150-
200 mg besi elemental per harinya. Suplemen ini lebih baik di minum saat perut
kosong, namun beberapa orang menjadi mual sehingga dapat diberikan setelah
makan. Penggunaan suplemen zat besi diberikan dalam jangka waktu panjang
brokoli, anggur, kiwi, mangga, melon, jeruk, strawberi, dan tomat. Vitamin C yang
Efek samping yang ditimbulkan dengan penggunaan suplemen zat besi adalah
konstipasi/sembelit, dan tinja menjadi hitam. Zat besi yang terlalu berlebihan juga
8
Bila dengan penggunaan suplemen zat besi tidak memperbaiki keadaaan,
gangguan penyerapan atau adanya kehilangan darah. Bila anemia yang terjadi
Angka kejadian kasus anemia defisiensi besi di Indonesi masih tinggi. Sekitar 40-
45% penduduk mengalami anemia defisiensi besi. Kasus paling banyak terjadi
pada anak usia balita (usia 0-5 tahun). Remaja perempuan dan wanita hamil
menyebabkan anemia pada anak-anak, tapi kontribusi relatif dari berbagai faktor
anemia pada anak-anak prasekolah di seluruh dunia dan anemia defisiensi besi
Studi lain menunjukkan bahwa asupan besi yang lebih tinggi dikaitkan dengan
pada populasi dapat dikaitkan dengan defisiensi besi dan ada kemungkinan
9
bahwa faktor-faktor penting lainnya mempengaruhi prevalensi anemia diwilayah
tersebut.
10
BAB III
TELAAH JURNAL
3.1 Pendahuluan
yang paling umum di dunia, yang mempengaruhi lebih dari dua miliar orang di
Kelompok yang rentan menderita anemia ini adalah ibu hamil, ibu menyusui,
balita, anak usia sekolah dan wanita usia subur. Menurut Organisasi Kesehatan
anak usia sekolah di Indonesia masih terbatas. Data Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan jumlah penderita anemia pada anak
kelompok risiko tinggi yaitu ibu hamil, menyusui, balita, anak usia sekolah dan
WUS. Selain kekurangan zat besi dalam konsumsi makanan dan penyakit
11
3.3 Tujuan Penelitian
Bertujuan untuk mengetahui kontribusi relatif status retinol terhadap anemia pada
anak usia sekolah. Penelitian dilakukan di Tasikmalaya dan Ciamis pada 173
sekolah usia 5-9 tahun di 24 desa sekitar kota yang terpilih (clusters).
b. Pengumpulan Data
c. Pengambilan darah
Darah diambil dari vena mediana cubiti. Darah vena dibagi menjadi 2 (dua)
d.Analisis sampel
Data biokimia meliputi kadar hemoglobin dan kadar vitamin A. Kurang vitamin A
apabila kadar vitamin A kurang dari 20 ug/dl. Anemia adalah keadaan dimana
12
3.5 Hasil Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan prevalensi anemia pada anak usia sekolah
Tabel 2 (Lihat Jurnal). Tabel 3 (lampiran jurnal) Distribusi Anemia pada Anak
Usia Sekolah menurut Karakteristik (Jenis Kelamin dan Umur), tabel 4(lamp.
Jurnal) Distribusi Anemia pada Anak Usia Sekolah menurut Asupan Zat Gizi,
bahwa anak usia sekolah yang kekurangan vitamin A memiliki odds ratio 3,33
kali (CI 95%: 0,93-1,84) untuk berisiko anemia dibandingkan dengan anak usia
sekolah yang cukup vitamin A setelah dikontrol dengan variabel asupan energi,
Tabel 2
Ya Tidak(%)
(%)
13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak sekolah
sebesar 14,5 persen. Prevalensi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan
prevalensi yang ditemukan pada penelitian tahun 2005 di Samosir pada 50 anak
SD kelas 4-6 sebesar 70,0 persen dengan metode pemeriksaan Sahli, di pesisir
dan kota Makassar pada 141 anak 6-12 tahun sebesar 37,6 persen,tetapi
persen. Penelitian kurang vitamin A lebih banyak dilakukan pada anak balita dan
tidak ada penelitian dilakukan ada anak usia sekolah. Pada anak balita
prevalensi tahun 1992 dengan tanda bercak Bitot telah menurun menjadi 0,33
bawah 20 μg/dl.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia sekolah umur 5-9 tahun yang
(p=0.063) dibandingkan anak usia sekolah umur 5-9 tahun yang cukup vitamin A
setelah dikontrol variabel asupan energi, asupan protein, dan asupan vitamin
B12. Walaupun tidak signifikan, kecenderungan adanya risiko yang lebih tinggi
jika anak kurang vitamin A juga menderita anemia jelas terlihat lebih dari 3 kali
lebih besar.
Dalam penelitian sebelumnya dengan metode uji klinis terkontrol diketahui bahwa
14
Tanzania25, atau meningkatkan indikator status zat besi pada anak-anak
suplementasi zat besi telah terbukti memiliki pengaruh lebih besar pada
dan Bloem (2002) bahwa strategi yang ditujukan pada kedua masalah yaitu
kekurangan vitamin A dan kekurangan zat besi dapat lebih efektif dalam
tubuh dipengaruhi faktor makanan dan individu. Faktor makanan meliputi: (1)
bentuk fisiko-kimia zat besi, dan (2) faktor makanan yang mempengaruhi jumlah
zat besi luminal yang tersedia untuk penyerapan usus. Sementara faktor individu
zat besi ke tubuh, baik yang beradaptasi dengan kebutuhan tubuh akan zat besi
sebagian besar zat gizi, kecuali asupan protein, tidak menunjukkan peran yang
desain penelitian.
15
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau
besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan
Saluran cerna akibat dari tukak peptik asam lambung, kanker kolon,
2. Faktor nutisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
4.2 Saran
memahami tentang macam-macam penyakit yang terjadi pada anak usia sekolah
16
lingkungan sekitar dapat menjaga atau memperhatikan factor- factor yang dapat
mengakibatkan seseorang itu dapat terjadi anemia pada anak usia sekolah
faktor- faktor antara lainnya adalah faktor kekurangan vitamin a dan faktor gizi.
17
Daftar Pustaka
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-
diseases/anemia-defisiensi-besi-_-9510001031689
http://www.academia.edu/9928096/Makalah_Anemia_Defisiensi_Besi
18