Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI ASKEP ANEMIA

DEFISIENSI BESI

MAKALAH
GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
ASKEP ANEMIA DEFISIENSI BESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI


STIKBA
PRODI S1 KEPERAWATAN
2009-2010
K ATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Hemetologi & Imunologi yang berjudul ”
Askep Anemia Defisiensi Besi ” tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih
banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Jambi,14 Desember 2009

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian Anemia Defisiensi Besi ................................................ 3
2.2 Etiologi........................................................................................... 4
2.3 Patofisiologi.................................................................................... 4
2.4 Manifestasi klinis............................................................................ 7
2.5 Penatalaksanaan.............................................................................. 7
2.6 Komplikasi ..................................................................................... 9
2.7 Asuhan Keperawatan...................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN KASUS ........................................................... 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 27
4.2 Saran .............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak. Kekurangan atau
defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah. Di dunia, defisiensi
besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia, ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2%
usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah
yang dilakukan oleh IDAI di 11 propinsi menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah
anak yang mengalami defisiensi besi tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi.
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah dikemukakan oleh para
penulis. Berdasarkan penyelidikan data dari Dep.Kes anemia dalam kehamilan dapat dibagi
menjadi:
1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia megaloblastik
3. Anemia hipopalstik
4. Anemia hemolitik
Anemia yang langsung berhubungan dengan kehamilan adalah anemia defisiensi besi,
yang merupakan 95% dari anemia pada wanita hamil.
Dalam makalh ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta asuhan
keperawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Defisiensi Besi ?
2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi ?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ?
4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Besi ?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi
& Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Defisiensi Besi ”. Tujuan khusus penulisan
makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar
penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan
pengkajiannya.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang paling
sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan
nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa
kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari
selama 15 tahun pertam kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil
diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu
untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus
direabsorbsi setiap hari.
Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar
berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di
antaranaya menderita ADB.
ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini disebabkan karena
defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan kuku
(kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan pemberian
besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan tubuh
terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau gangguan mental yang lainnya yang dapat
berlangsung lama bahkan menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus
dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada tahap
awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika kekurangan
berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan
hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi.
Anemia yang disebabkan kekurangan besi untuk sintesa Hemoglobin.
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa
bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
2.2 Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
 Saluran cerna  Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid, dan infeksi cacing tambang
 Saluran genetalia wanita  menoragi atau metroragi
 Saluran kemih  hematuria
 Saluran nafas  hemoptoe
2. Faktor nutrisi  akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang
tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat  seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi  gastrekotomi, kolitis kronis

2.3 Patofisiologi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi semakin
menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila
kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang.
Sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum
terjadi, keadaan ini disebut iron deficien erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia
hipokromik mikrositer, sehingga disebut iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi
kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada
kuku epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe
mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit
mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.
1. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang
2. Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan menimbulkan
simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia
3. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok
4. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat kompensasi
adalah:
 Peningkatan curah jantung dan pernafasan
 Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
 Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, redistribusi
aliran darah ke organ vital.
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya sering
di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk
memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi
kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna
kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan
membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai
kepucatan.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SS
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb
6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan
saja. Bila kadar Hb turun <> 100 µg/dl eritrosit
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah sebagai berikut :
a. Koilorikia  Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan
menjadi cekung seperti sendok.
b. Atrofi papilla lidah  Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis  adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia  nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
2.5 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi
ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15
mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
 Pemberian preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering dipakai
adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa
tetes (drop). Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4-6 mg
besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus
diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.1,2
 Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat
menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar
Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi.
Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung berdasarkan :
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
 Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia
yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi.
Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar
Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita
anemia berat dengan kadar Hb < style="font-weight: bold;">II.
2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber
dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)

Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta
memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat
diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat
secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya
dengan pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita
yang tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
4. Pencegahan
Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada masa awal
kehidupan adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda penggunaan susu sapi
sampai usia 1 tahun, memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang
kaya dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6
bulan, memberikan suplementasi Fe kepada bayi yang kurang bulan, serta pemakaian PASI
(susu formula) yang mengandung besi.
2.6 Komplikasi
1.Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
2.Daya konsentrasi menurun
3.Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.
2.7 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Defisiensi Besi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1) Anamnesa
a. Identitas Pasien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing.
c. Riwayat Kesehatan.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan apakah pasien dulu pernah
kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia defisiensi
besi yang cenderung diturunkan secara genetik.
2. Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
 Keletihan, kelemahan, malaise umum.
 Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja
 Toleransi terhadap latihan rendah
 Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
 Takikardia/taipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat
 Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
 Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
 Ataksia, tubuh tidak tegak
 Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang menunjukkan
keletihan
b. Sirkulasi
Gejala :
 Riwayat kehilangan darah kronis, mis, perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina,
CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
 Riwayat endokarditis infektif kronis
 Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda :
 TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural
 Disritmia Abnormalitas EKG, misl. depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T : takikardia
 Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB)
 Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring,
bibir) dan dasar kuku (Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-
abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA)
 Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)
 Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi
kompensasi)
 Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)
 Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur (AP)
c. Integritas Ego
Gejala :
 Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal : penolakan transfuri
darah
Tanda :
 Depresi

d. Eliminasi
Gejala :
 Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
 Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB)
 Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
 Diare atau konstipasi
 Penurunan haluaran urine

Tanda :
 Destensi abdomen
e. Makanan/Cairan
Gejala :
 Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi
(DB)
 Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
 Mual/muntah dispepsia, anoreksia
 Tidak pernah puas mengunyah atau jika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat tanah liat dan
sebagainya (DB)
Tanda :
 Lidah tampak merah daging/halus 9AP : defisiensi asam folat dan vitamin B12.
 Membran mukosa kering pucat
 Turgor kulit : Buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB)
 Stomatis dan glositis (status defisiensi)
 Bibir : Selitis, mis. Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)
f. Higiena
Tanda :
 Kurang bertenaga, penampilan tak rapih
g. Neurosensori
Gejala :
 Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
 Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
 Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki (AP): KLAUD
 Sensasi menjadi dingin
Tanda :
 Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis
 Mental tak mampu berespon lambat dan dangkal
 Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP)
 Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)
 Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg positif,
paralisis (AP)
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
 Nyeri abdomen samar; sakit kepala (DB)
i. Pernapasan
Gejala :
 Riwayat TB, abses paru
 Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda :
 Takipnea, ortopnea dan dispnea
j. Keamanan
Gejala :
 Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis. Benzen, insektisida, fenilbutazon,
naftalen
 Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan
 Riwayat kanker, terapi kanker
 Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas
 Transfusi darah sebelumnya
 Gangguan penglihatan
 Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Tanda :
 Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam
 Limfadenopati umum
 Petekie dan ekimosis (aplastik)
k. Seksualitas
Gejala :
 Perubahan aliran menstruasi, mis. Menoragin atau amenore (DB)
 Hilang libido (pria dan wanita)
 Impoten
Tanda :
 Serviks dan dinding vagina pucat
3. Pemeriksaan SADT
Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat hipokrom, mikrositik,
kadang ditemukan target cell dan poikilosit berbentuk pensil/ pencil cell. Jumlah retikulosit
rendah sebanding dengan derajat anemia.
4. Pemeriksaan Fisik
 Anemis, tidak disertai ikterus.
 Organomegali dan limphadenopati
 Stomatitis angularis, atrofi papil lidah
 Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
 jantung
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke jaringan
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, tidak mau
makan
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai oksigen deng
kebutuhan miokard
5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah

C. NCP
NO Diagnosa Keperawatan tujuan Intervensi Rasional
 Nyeri pada anemia
1. Gangguan rasa nyaman Klien akan menunjukan Kaji keluhan nyeri, lokasi
nyeri b.d penurunan O2 kebutuhan Oksigen dan lamanya (skala 0-10). membuat hipoksia dan
ke jaringan terpenuhi dapat menimbulkan
KH: Observasipetunjuk nyeriinfark.
 Menunjukkan postur non verbal.  Petunjuk non verbal yang
Misal:
badan rileks. denggan bergerak,dapat membantu
 Bebas bergerak. ekspresi wajah. mengevaluasi nyeri dan
 Mampu istirahat keefektifan terapi.
dengan tepat.  Meningkatkan
Biarkan anak mengambil
posisi yang nyaman misalkenyamanan dan resiko
gunakan posisi miring,terjadinya cedera
tinggikan kepala sedikitmenurunkan nyeri dan
pada tempat tidur tanpameningkatkan
menggunakan bantal. kenyamanan.

Lakukan pijatan lokal


hati-hati pada area luka. Membantu menurunkan
Lakukan kompres hangat,tegangan otot.
 Hangat menyebabkan
basah untuk sendi yang
sakit/nyeri vasodilatasi,
meningkatkan sirkulasi.
Dingin menyebabkan
vasokontriksi.
2. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan  Observasi adanya tanda
 Merencanakan intervensi
berhubungan dengan tindakan keperawatan kerja fisik (dispnea, sesakyang tepat.
kelemahan umum selama 1 x 24 jam nafas, kunang-kunang,
 Untuk mencegah
diharapkan klien keletihan.
kelelahan.
melaporkan  Antisipasi dan bantu
peningkatan intoleransi dalam aktifitas kehidupan
 Meningkatkan istirahat
aktifitas. sehari-hari.
dengan tenang serta
 Beri pengalihan aktifitas
mencegah kebosanan dan
KH : bermain.
menarik diri.
 Menunjukkan
 Untuk mendorong
pernafasan normal.
kepatuhan pada kebutuhan
 Mendapatkan istirahat  Pilih teman sekamar yang
istirahat.
yang cukup. sesuai dengan usia dan

 TD dalam keadaan minat yang sama.
 Untuk pertukaran udara
normal  Pertahankan posisi fowler
ug optimal.
tinggi
 Untuk menentukan nilai
 Ukur tanda vital selama
dasar perbandingan
istirahat
selama periode aktifitas.

3. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan  Berikan susu pada bayi  Terlalu banyak minum
kebutuhan berhubungan asuhan keperawatan sebagai makanan susu, akan menurunkan
dengan anoreksia, mual, selama 1 x 24 jam suplemen setelah masukan makanan padat.
muntah, tidak mau diharapkan anak  Mengurangi resiko
makanan padat diberikan.
makan mendapatkan kebutuhan
 Sajikan makanan sedikit penurunan terjadi muntah.
nutrisi yang tepat. tapi sering dari pada 3 
KH : kali dalam porsi besar.  Untuk memenuhi
 Berat badan anak
 Instruksikan keluarga kebutuhan nutrisi dan
kembali normal. untuk memberikan asupan suplemen yang
 Anak mendapatkanmakanan yang cukup dan dibutuhkan oleh tubuh.
suplemen yangsuplemen (Fe). 
dibutuhkan missal (Fe) Dorong klien untuk  Klien mungkin hanya
 Tidak mengalami tandamakan semua makanan makan sedikit karena
malnutrisi. atau makanan tambahan. kehilangan minat pada
makanan serta mengalami
 Berikan pilihan makanan mual.
yang mereka sukai.  Makanan yang mereka
 Ukur masukan diet harian makan pasti dihabiskan.
dengan jumlah kalori.  Memberikan informasi
tentang kebutuhan
pemasukan atau defisiensi.

4. Pola nafas tidak efektifSetelah dilakukan Auskultasi bunyi nafas. Indikasi dema paru,
b.d Ketidak seimbanganperawatan selama sekunder akibat
suplai oksigen deng2x24jam tidak terjadi dekompensasi jantung.
kebutuhan miokard perubahan pola nafas dg Curiga gagal
k.h: kongestif/kelebihan
TD: 120/80mmHg Kaji adanya edema. volume cairan
Suhu : 37 C Agar memaksimalkan
HR : 60 x/i ekpansi paru
RR: 20x/i Memenuhi kebutuhan
Posisikan pasien padaoksigen
keadaan semi fowler Diuretik bertujuan untuk
menurunkan volume
Berikan oksigen sesuaiplasma dan menurunkan
indikasi retensi cairan dijariangan,
sehingga menurunkan
Kolaborasi pemberianresiko terjadi edema paru
diuretik.
5. Resiko tinggi terjadinya Setelah  Tingkatkan cuci tangan
dilakukan  Mencegah terjadinya
infeksi berhubungan tindakan keperawatanyang baik oleh pemberikontaminasi bakterial.
dengan sistem selama 1 x 24 jamperawatan dan klien.  Menurunkan resiko
pertahanan tubuh mampu untuk
 Pertahankan teknikinfeksi bakteri.
mengidentifikasi aseptik ketat 
pada Menurunkan resiko
perilaku untukprosedur perawatan. kerusakan kulit atau
mencegah menurunkan
 Berikan perawatan kulit. jaringan.
infeksi.  Lindungi klien dari  Untuk meminimalkan
KH : kontak dengan individupemejanan pada
 Klien dan keluarga. yang terinfeksi. organisme infektif
 Kliwn  Pantau suhu.
tidak  Adanya bukti infeksi dan
menunjukkan bukti membutuhkan
infeksi. pengobatan.
6. Resiko perdarahan b/d Setelah diberikan  Awasi nadi, TD, dan CVP Peningkatan nadi dengan
penurunan faktor asuhan keperawatan bila ada. penurunan TD dan CVP
pembekuan darah selama 24 jam dapat menunjukkan
diharapkan anak dapat kehilangan volume darah
mnurunkan resiko sirkulasi, memerlukan
perdarahan.  Catat perubahan mentalevaluasi lanjut.
KH : atau tngkat kesadaran Perubahan dapat
 Mempertahankan menunjukkan perbahan
homeastasis dengan perfusi jaringan serebral
tanpa perdarahan.  Dorong menggunakansekunder terhadap
 Menunjukkan perilaku sikat gigi halus hipoolemia, hipoksemia.
penurunan resiko Pada adanya gangguan
perdarahan. faktor pembekuan, trauma
minimal dapat
 Gunakan jarum kecilmenyebabkan perdarahan
untuk injeksi, tekan lebihmukosa.
lama pada bagian bekas
Meminimalkan kerusakan
suntikan.
jaringan, menurunkan
 resiko
 Hindarkan penggunaanperdarahan/hematoma
produk yang mengandung Koagulasi memanjang,
aspirin berpotensi untuk resiko
kolaborasi perdarahan.
 Awasi Hb/Ht dan faktor
pembekuan Indikator anemia,
perdarahan aktif/
 Berikan obat sesuaiterjadinya komplikasi
indikasi. Vitamin(contoh: KID)
tambahan (contoh: vit K, Menungkatkan sintesis
D, C) protombin dan koagulasi
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS :
Ny.K 35 tahun datang ke RS Raden, dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri, sakit
kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan
berkurang dan berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah,
sesak napas, dan klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva
tampak pucat, pada sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan, kuku pasien tampak
melengkung seperti sendok.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD : 110/70 mmHg, Suhu : 350 C, HR :
89x/i, RR : 25x/i, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.

A. PENGKAJIAN
DS :
 Klien mengatakan dadanya nyeri, sesak nafas
 Klien mengatakan sesak napas dan lemas, cepat lelah pada saat beraktivitas
 Klien mengatakan nafsu makan berkurang
 Klien mengatakan berat badan sebelum sakit 50 Kg
DO :
 Klien tampak pucat, kuku pasien tampak melengkung
 TD : 110/70
 Suhu : 350 C
 HR : 89x/i
 RR : 25x/i
 BB : 45 Kg

B. ANALISA DATA
NO SIGN & SYMTOMP ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Penurunan O2 ke jaringan. Gangguan rasa
Klien Mengatakan nyeri nyaman nyeri
Do :
Klien Tampak meringis
TD : 110/70mmHg
HR : 89x/i
RR : 25x/i
2 DS : Nafsu makan menurun, mual Gangguan nutrisi
Klien mengatakan nafsu makan kurang dari kebutuhan
berkurang, mual tubuh.
Klien mengatakan sebelum sakit BB
nya 50 Kg
DO :
Klien tampak pucat
klien tampak lemas
BB 50 Kg
3 DS : Ketidakseimbangan antaraIntoleransi aktifitas
Klien Mengatakan sesak nafas dansuplai oksigen (pengiriman)
lemas, cepat lelah pada Saatdan kebutuhan.
beraktifitas.
DO :
Klien Tampak Pucat
Klien tampak lemah
HR : 89x/i
RR : 25x/i

C. NCP
NO Diagnnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman Klien akan Kaji keluhan nyeri, lokasiNyeri pada anemia membuat
nyeri b.d penurunan O2 menunjukan dan lamanya (skala 0-10). hipoksia dan dapat
ke jaringan kebutuhan Oksigen Observasipetunjuk nyeri nonmenimbulkan infark.
terpenuhi verbal. Misal: dengganPetunjuk non verbal yang dapat
KH: bergerak, ekspresi wajah. membantu mengevaluasi nyeri
 Menunjukkan Biarkan anak mengambildan keefektifan terapi.
postur badan rileks. posisi yang nyaman misalMeningkatkan kenyamanan dan
 Bebas bergerak. gunakan posisi miring,resiko terjadinya cedera
 Mampu istirahat tinggikan kepala sedikitmenurunkan nyeri dan
pada tempat tidur tanpameningkatkan kenyamanan.
dengan tepat. menggunakan bantal.
Lakukan pijatan lokal hati-
hati pada area luka. Membantu menurunkan
Lakukan kompres hangat,tegangan otot.
basah untuk sendi yangHangat menyebabkan
sakit/nyeri vasodilatasi, meningkatkan
sirkulasi. Dingin menyebabkan
vasokontriksi.
2. Gangguan nutrisi Nutrisi terpenuhi Jelaskan tentang manfaatDengan pemahaman klien akan
kurang dari kebutuhan sesuai denganmakan bila dikaitkanlebih kooperatif mengikuti
tubuh. kebutuhan tubuh dengan kondisi klien saataturan.
Nafsu makan menurun, ini.
mual KH : Anjurkan agar klien Untuk menghindari makanan
DS : Nafsu makanmemakan makanan yangyang justru dapat mengganggu
Klien mengatakanmembaik tersedia di RS. proses penyembuhan klien.
nafsu makan berkurang,BB 50 Kg Untuk meningkatkan selera dan
mual Keadaan umum Beri makanan dalammencegah mual, mempercepat
Klien mengatakanmembaik keadaan hangat dan porsiperbaikan nutrisi, serta
sebelum sakit BB nya kecil serta diet TKTP. mengurangi beban kerja
50 Kg jantung.
DO : Libatkan keluarga pasienDengan bantuan keluarga dalam
 Klien tampak dalam penuhan nutrisipemenuhan nutrisi dengan
pucat tambahan yang tidaktidak bertentangan dengan pola
 Klien tampak bertenangan dengandiet akan meningkatkan
lemas penyakitnya. pemenuhan nutrisi.
 BB 50 Kg Higiene oral yang baik akan
Lakukan dan ajarkanmeningkatkan nafsu makan
perawatan mulut sebelumklien.
dan sesudah makan serta
sebelum dan sesudah
intervensi/periksaan
peroral.
Beri motivasi dan dukungan
fsikologis. Meningkatkan secara
Kolaborasi tentangfsikologis .
pemenuhan diet klien
Meningkatkan pemenuhan
sesuai dengan kondisi klien
3. Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukanCatat frekuensi dan iramaRespon klien terhadap aktivitas
ketidakseimbangan perawatan selamajantung serta perubahandapat mengindikasikan
antara suplai oksigen 2x24jam aktivitastekanan darah selama danpenurunan oksigen
(pengiriman) dan klien sehari-harisesudah beraktivitas miokardium.
kebutuhan terpenuhi dan Tingkatkan istirahat,batasi
DS : meningkatnya aktivitas,dan berikan Menurunkan kerja
Klien Mengatakankemampuan aktivitas senggang yangmiokardium/konsumsi
sesak nafas dan lemas,beraktivitas tidak berat. oksigen.
cepat lelah pada SaatKH Anjurkan klien untuk
beraktifitas. menghindari peningkatan
DO : Klien bisa tekanan abdomen,misalnya
Klien Tampak Pucat melakukan aktivitas mengejan saat defekasi. Dengan mengejan dapat
Klien tampak lemah dengan normal Jelaskan pola peningkatanmeningkatkan takikardia serta
HR : 89x/i Keadaan umum bertahap dari tingkatpeningkatan tekanan darah.
RR : 25x/i membaik aktivitas.
HR : 60-80x/i
RR : 12-20x/i Pertahankan klien tirah
baring sementara sakit. Aktivitas yang maju
Pertahankan rentan gerakmemberikan kontrol
pasif selama sakit kritis. jantung,meningkatkan dan
Evaluasi tanda vital saatmencegah aktivitas berlebihan.
kemajuan aktivitas terjadi. Untuk mengurangi beban
Berikan waktu istirahat dijantung.
antara waktu aktivitas.
Meningkatkan kontraksi otot
sehingga membantu aliran
Selama aktivitas kajivena balik.
EKG,dispnea,sianosis,kerja Untuk mengetahui fungsi
dan frekuensi nafas,sertajantung bila dikaitkan dengan
keluhan subjektif. aktivitas.
Untuk mendapatkan cukup
waktu resolusi bagi tubuh dan
tidak terlalu memaksa kerja
jantung.
Melihat dampak dari aktivitas
terhadap fungsi jantung

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa
bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
 Saluran cerna  Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid, dan infeksi cacing tambang
 Saluran genetalia wanita  menoragi atau metroragi
 Saluran kemih  hematuria
 Saluran nafas  hemoptoe
2. Faktor nutrisi  akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang
tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat  seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi  gastrekotomi, kolitis kronis

3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta

: EGC

Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to

Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.

Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New

York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.

Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1.

Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html

Anda mungkin juga menyukai