Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Definisi
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

B. Etiologi
a. Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan – perubahan
stuktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis)
di dinding pembuluh darah. Organ sasaran utamanya adalah jantung, otak, ginjal dan
mata.
Aterosklerosis ginjal akibat hipertensi lama menyebabkan nefrosklerosis benigna.
Gangguan ini merupakan akibat langsung dari iskemia renal. Ginjal mengecil, biasanya
simetris dan permukaan berlubang – lubang dan bergranula. Secara histology lesi yang
esensial adalah sklerosis arteri arteri kecil serta arteriol yang paling nyata pada arteriol
eferen. Penyumbatan arteri dan arteriol akan menyebabkan kerusakan glomerulus dan
atrofi tubulus, sehingga seluruh nefron rusak (price, 2005:933).
b. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan pada glomerulus yang
diakibatkan karena adanya pengendapan kompleks antigen antibody. Reaksi peradangan
di glomerulus menyebabkan pengaktifan komplemen, sehingga terjadi peningkatan
aliran darah dan peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi glomerulus.
Protein-protein plasma dan sel darah merah bocor melalui glomerulus.
Glomerulonefritis dibagi menjadi dua yaitu:
a)    Gomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak.
b)   Glomerulonefritis Kronik
Glomerulonefritis kronik adalah pradangan yang lama dari sel-sel glomerulus. (Price,
2005. 924)
c. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Nefritis lupus disbabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang terperangkap dalam
membrane basalis glomerulus dan menimbulkan kerusakan. Perubahan yang paling dini
sering kali hanya mengenai sebagian rumbai glomerulus atau hanya mengenai beberapa
glomerulus yang tersebar. (Price, 2005:925)
d. Penyakit Ginjal Polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PKD) ditandai dengan kista-kista multiple, bilateral, dan
berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal
akibat penekanan. Semakin lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal,
sehingga ginjal akan menjadi rusak (GGK) (Price, 2005:937)
e. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis itu sendiri
dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut juga bisa terjadi melalui infeksi
hematogen. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang-ulang dan biasanya
dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau repluks vesikoureter.
(Price, 2005: 938)
f. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyebab tunggal ESRD yang tersering, berjumlah 30% hingga
40% dari semua kasus. Diabetes mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam
bentuk nefropati diabetic. Nefropati diabetic adalah istilah yang mencakup semua lesi
yang terjadi di ginjal pada diabetes mellitus (Price, 2005:941). Riwayat perjalanan
nefropati diabetikum dari awitan hingga  ESRD dapat dibagi menjadi lima fase atau
stadium:
a)    Stadium 1 (fase perubahan fungsional dini) ditandai dengan hifertropi dan hiperfentilasi
ginjal, pada stadium ini sering terjadi peningkatan GFR yang disebabkan oleh banyak factor
yaitu, kadar gula dalam darah yang tinggi, glucagon yang abnormal hormone pertumbuhan,
efek rennin, angiotensin II danprostaglandin.
b)   Stadium 2 (fase perubahan struktur dini) ditandai dengan penebalan membrane basalis
kapiler glomerulus dan penumpukan sedikit demi sedikit penumpukan matriks mesangial.
c)    Stadium 3 (Nefropati insipient)
d)   Stadium 4 (nefropati klinis atau menetap)
e)    Stadium 5 (Insufisiensi atau gagal ginjal progresif)
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kenta, napas dangkal.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

D. Pathway
E. Komplikasi 
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra
(2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
d. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
e. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
f. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
b. Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat pendarahan saluran
cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet
rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi
pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3
pada GGK.
e. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
f. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal
( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).
g. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian
hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.

G. Penatalaksanaan Medis
a.    Dialisis (cuci darah)
b.    Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
c.    Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
d.    Transfusi darah
e.    Transplantasi ginjal
Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien CKD biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan
gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit saat ini
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas
berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien
meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya adanya riwayat penyakit DM, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme,
obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat
infeksi system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan
penyakit menular pada keluarga.
6. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
7. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidakseimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
8. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas,
pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah),
terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan
terjadi perikarditis.

A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
3. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.

B. Rencana Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Kelebihan Tujuan: Fluid Management
volume cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status cairan ; timbang
b.d penurunan keperawatan selama 3x24 jam berat badan, keseimbangan
haluaran urin volume cairan seimbang. masukan dan haluaran,
dan retensi Kriteria Hasil: turgor kulit dan adanya
cairan dan NOC : Fluid Balance edema
natrium.  Terbebas dari edema, efusi, 2. Batasi masukan cairan
anasarka 3. Identifikasi sumber
 Bunyi nafas bersih,tidak potensial cairan
adanya dipsnea 4. Jelaskan pada pasien dan
 Memelihara tekanan vena keluarga rasional
sentral, tekanan kapiler pembatasan cairan
paru, output jantung dan 5. Kolaborasi pemberian
vital sign normal. cairan sesuai terapi.

Hemodialysis therapy
1. Ambil sampel darah dan
meninjau kimia darah
(misalnya BUN, kreatinin,
natrium, pottasium, tingkat
phospor) sebelum perawatan
untuk mengevaluasi respon
thp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat
badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan
darah untuk mengevaluasi
respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi
untuk menghilangkan jumlah
yang tepat dari cairan
berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif
dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang
dialisis, peraturan diet,
keterbatasan cairan dan obat-
obatan untuk mengatur
cairan dan elektrolit
pergeseran antara
pengobatan
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Nutritional Management
nutrisi kurang keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya mual dan
dari kebutuhan nutrisi seimbang dan adekuat. muntah
tubuh b.d Kriteria Hasil: 2. Monitor adanya kehilangan
anoreksia mual NOC : Nutritional Status berat badan dan perubahan
muntah.  Nafsu makan meningkat status nutrisi.
 Tidak terjadi penurunan BB 3. Monitor albumin, total

 Masukan nutrisi adekuat protein, hemoglobin, dan

 Menghabiskan porsi makan hematocrit level yang


menindikasikan status nutrisi
 Hasil lab normal (albumin,
dan untuk perencanaan
kalium)
treatment selanjutnya.
4. Monitor intake nutrisi dan
kalori klien.
5. Berikan makanan sedikit tapi
sering
6. Berikan perawatan mulut
sering
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian diet sesuai
terapi
3 Perubahan pola Setelah dilakukan asuhan Respiratory Monitoring
napas keperawatan selama 1x24 jam 1.Monitor rata – rata, kedalaman,
berhubungan pola nafas adekuat. irama dan usaha respirasi
dengan Kriteria Hasil: 2.Catat pergerakan dada,amati
hiperventilasi NOC : Respiratory Status kesimetrisan, penggunaan otot
paru - Peningkatan ventilasi dan tambahan, retraksi otot
oksigenasi yang adekuat supraclavicular dan intercostal
- Bebas dari tanda tanda 3. Monitor pola nafas :
distress pernafasan bradipena, takipenia, kussmaul,
- Suara nafas yang bersih, hiperventilasi, cheyne stokes
tidak ada sianosis dan 4. Auskultasi suara nafas, catat
dyspneu (mampu area penurunan / tidak adanya
mengeluarkan sputum, ventilasi dan suara tambahan
mampu bernafas dengan Oxygen Therapy
mudah, tidak ada pursed 1. Auskultasi bunyi nafas, catat
lips) adanya crakles
- Tanda tanda vital dalam 2. Ajarkan pasien nafas dalam
rentang normal 3. Atur posisi senyaman
mungkin
4. Batasi untuk beraktivitas
5. Kolaborasi pemberian
oksigen
4 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Circulatory Care
perfusi jaringan keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan penilaian secara
berhubungan perfusi jaringan adekuat. komprehensif fungsi sirkulasi
dengan Kriteria Hasil: periper. (cek nadi
penurunan NOC: Circulation Status priper,oedema, kapiler refil,
suplai O2 dan - Membran mukosa merah muda temperatur ekstremitas).
nutrisi ke - Conjunctiva tidak anemis 2. Kaji nyeri
jaringan - Akral hangat 3. Inspeksi kulit dan Palpasi
sekunder. - TTV dalam batas normal. anggota badan
- Tidak ada edema 4. Atur posisi pasien,
ekstremitas bawah lebih
rendah untuk memperbaiki
sirkulasi.
5. Monitor status cairan intake
dan output
6. Evaluasi nadi, oedema
7. Berikan therapi antikoagulan.

DAFTAR RUJUKAN
Doengoes E. M (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta ; EGC

Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Disease pada Ny. M
di Ruang 24B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

Fita Purnamasari R

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

________________ _________________

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


CHRONIC KIDNEY DISEASE
DI RUANG 24B RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH:
FITA PURNAMASARI RAHMADHANI
1401470027

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN LAWANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai