OLEH:
Mahasiswa
( ) ( )
NIP. NIP.
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
ASI dapat diartikan sebagai makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga
bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening
berwarna kekuningan (kolostrum) sangat baik untuk kesehatan karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).
ASI berfungsi memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. ASI juga sangat kaya akan
sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan
perkembangan sistem saraf. Dianjurkan setiap ibu hanya memberikan ASI
(eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan (Rosita, 2008).
Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan
kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air
susu Ibu (ASI) kepada bayi. ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi,
sebab ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan
energi dalam susunan yang diperlukan (Pudjiadi, 2000).
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI
bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI
memberikan semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan oleh bayi
selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya.
Aktivitas menyusui bayi seringkali menemui berbagai kendala. Salah
satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah ibu yang
bekerja di luar rumah, sehingga tidak dapat memberikan ASI eksklusif selama
6 bulan kepada bayinya. Faktor ini terkait kurangnya pengetahuan ibu.
Sesungguhnya, ibu yang bekerja tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya selama 6 bulan. Bahkan, ibu yang bekerja tidak memerlukan
tambahan waktu setelah memperoleh cuti hamil 3 bulan. Ibu yang bekerja
dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan cara memeras ASI,
dan memberikannya kepada bayi saat ibu bekerja (Prasetyono, 2009).
Pekerjaan seringkali menjadi alasan yang membuat seorang ibu
berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada
ibu menyusui yang bekerja. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menyusui bayi sebelum ibu bekerja dan menyimpan ASI di lemari
pendingin kemudian dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja (Kristiyansari,
2009).
Rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai
pentingnya ASI bagi bayi mengakibatkan program pemberian ASI eksklusif
tidak berlangsung secara optimal. Rendahnya tingkat pemahaman tentang
pemberian ASI eksklusif dikarenakan kurangnya informasi atau pengetahuan
yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat
yang terkandung dalam ASI. Seorang ibu yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi kemungkinan pengetahuan dan wawasannya pun akan semakin
luas, termasuk juga pengetahuan dan wawasan dalam masalah pemenuhan
gizi yang baik bagi bayi atau balitanya (Prasetyono, 2009).
Terkait dengan data–data tersebut penulis tertarik untuk mengetahui
sejauh mana pengelolaan keluarga terhadap masalah pemenuhan ASI
dalam lingkup asuhan keperawatan keluarga. Dalam bentuk “Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan Pemenuhan ASI
Ekslusif”.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana konsep mendasar konsep keluarga secara umum?
b. Apakah definisi manajemen laktasi ?
c. Apakah penyebab ketidakefektifan ASI ?
d. Apakah patofisiologi ketidakefektifan ASI ?
e. Apakah manifestasi ketidakefektifan ASI ?
f. Bagaimana penatalaksanaan manajemen laktasi ?
g. Bagaimana konsep asuhan keperawatan keluarga pada bayi dengan
ketidakefektifan pemenuhan ASI ekslusif?
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Menjelaskan secara mendasar konsep keluarga secara umum
2. Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan keluarga pada bayi
dengan ketidakefektifan pemenuhan ASI ekslusif.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui secara mendasar konsep keluarga secara umum.
2. Mengetahui dan memahami definisi manajemen laktasi.
3. Mengetahui dan memahami penyebab ketidakefektifan ASI.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi ketidakefektifan ASI
5. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis ketidakefektifan ASI.
6. Mengetahui dan memahami pentalaksanaan manajemen laktasi.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan bayi
ketidakefektifan pemenuhan ASI ekslusif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP KELUARGA
a. Pengertian Keluarga
b. Tipe Keluarga
- Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
b. The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri
(tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang
sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
d. The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya,
yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll).
f. The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h. Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar
mandi, televisi, telpon, dll).
j. Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone / single-adult family: keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati.
- Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
b. The stepparent family : keluarga dengan orangtua tiri.
c. Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-
istri (marital partners).
f. Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family : beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
k. Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
c. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi
d. Faktor Keturunan
Menurut Friedman ( 1998) keluarga mempunyai lima (5 )
tugas memelihara kesehatan keluarga khususnya keluarga yang
anggotanya menderita penyakit hipertensi yaitu :
1. Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga tentang gejala hipertensi
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
terhadap angota keluarga yang menderita penyakit hpertensi
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita
hipertensi
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepada anggota keluarganya
5. Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas
kesehatan yang dapat mengatasi penyakit hipertensi.
b. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini
masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga
turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi
primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain- lain. Karena golongan terbesar
dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat hipertensi terjadi peningkatan
tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya. Terjadi penebalan dan
kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Bertambahnya
cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan
banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dibedakan atas
yang tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan
keturunan. Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan
riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi
primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya
menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor
genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti
kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta
konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan
antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf para simpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal
di kota.
Berdasarkan penyelidikan kegemukan merupakan ciri
khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini
mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal.
c. Patofisiologi Hipertensi
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk
memompakan darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung
pada factor cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan normal
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang
meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan tekanan perifer
menurun.
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan
mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga
meningkatkan cardiac output . Dalam sistim renin - angiotensien -
aldosteron pada patogenesis hipertensi, glandula supra renal juga
menjadi faktor penyebab oleh karena faktor hormon. Sistim renin
mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angoitensin I
menjad angiotensin II oleh Angitensi Convertion Enzym (ACE).
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan
nervus perifer yang mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan
retensi vaskuler perifer meningkat . Disamping itu angiotensin II
mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk
vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal untuk
mengeluarkan aldosteron yang akan meningkatkan extra fluid volume
melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan meningkatkan
tekanan darah melalui peningkatan cardiac output (Jurnlistik
international cardiovaskuler,1999 ).
f. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Non-Farmakologis
a. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan
dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
b. Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita
hipertensi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
yaitu: keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan
ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada
penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan tentang jumlah
kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa
( untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg
per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari garam
dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu
memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan
makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat)
macam diit untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan tekanan darah yaitu :
- Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan
diet dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam.
Garam dapur mempunyai kandungan 40% natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang
mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono
Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium
benzoat biasanya terdapat dalam
saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari
mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang sedang
menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal
sebagai berikut :
1. Jangan menggunakan garam dapur.
2. Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin,
mentega, keju, terasi, petis, biscuit, ikan asin,
sarden, sosis dan lain-lain.
3. Hindari bahan makanan yang diolah dengan
menggunakan bahan makanan tambahan atau
penyedap rasa seperti saos.
4. Hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan
yang mengandung sodium.
5. Batasi minuman yang bersoda.
- Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu
kolesterol, trigliserida, dan fospolipid. Sekitar 25 – 50 %
kolesterol berasal dari makanan dapat diabsorbsi oleh
tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa
makanan yang mengandung kolesterol tinggi yaitu
daging, jeroan, keju, susu, kuning telur, ginjal, kepiting,
hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan berat
badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengatur nutrisi pada hipertensi adalah :
1. Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak,
margarine dan mentega.
2. Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis
jeroan.
3. Gunakan susu full cream.
4. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga
butir per minggu.
5. Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis
kacang-kacang lainnya.
6. Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-
manis seperti sirup, dodol.
7. Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan
buah – buahan.
- Diet kalori bila kelebihan berat badan.
Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh
seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat
badan akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Salah satu
cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet
rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga
normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal
berikut :
1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari
kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan
0,5 kg berat badan per minggu.
2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi
kebutuhan zat gizi.
3. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
2. Farmakologis
b. Komplikasi Hipertensi
c. Faktor lingkungan
- Perumahan: luas rumah, pengaturan dalam rumah,
persediaan sumber air, adanya bahan kecelakaan, dan
pembuangan sampah.
- Macam lingkungan / daerah rumah
- Fasilitas social dan lingkungan
- Fasilitas transportasi dan kesehatan
d. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
- Upaya pencegahan terhadap penyakit
- Sumber pelayanan kesehatan
- Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas
kesehatan.
- Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
b. Analisa Data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan
typologi masalah dalam family health care. Permasalahan dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai
potensi kesehatan. Contoh :
- Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi.
- Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet.
2. Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan
kesehatan. Contoh:
- Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
- Siapakah yang menderita penyakit hipertensi.
3. Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak
dari indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun
sumber daya mereka. Contoh :
4. Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
c. Prioritas Malahah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga
menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan
pedoman sebagai berikut:
K riteria Bobot
1. Sifat masalah 1
Skala : ancaman kesehatan 2
Tidak/kurang sehat(aktual) 3
Krisis 1
2. Kemungikan masalah dapat diubah 2
Skala : Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensia masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus 2
ditangani 1
Ada masalah tapi tidak
perlu segera ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
Skoring :
1. 1.Tentukan skor untuk tiap kriteria
2. 2.Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot.
3. Skor X bobot
Angka tertinggi
4. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria , skor tertinggi 5
sama dengan seluruh bobot.
d. Intervensi
e. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan
kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal- hal yang
peru diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga adalah:
- Sumber daya keluarga (keuangan)
- Tingkat pendidikan keluarga
- Adat istiadat yang berlaku
- Respon dan penerimaaan keluarga
- Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
f. Evaluasi
Tolok ukur yang dipergunakan dalam evaluasi adalah:
- Kriteria keberhasilan
- Standar keperawatan
- Perubahan perilaku