Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

“Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan Pemenuhan Asi Ekslusif”


Di RW 1 Kelurahan Dinoyo, Kota Malang

OLEH:

Fita Purnamasari Rahmadhani


P17211186027

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan “Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan


Pemenuhan Asi Ekslusif” dan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada An.B dengan
Ketidakefektifan Pemenuhan Asi Ekslusif di RW 1 Kelurahan Dinoyo Kota
Malang telah diperiksa dan disetujui

Malang, Februari 2019

Mahasiswa

(Fita Purnamasari Rahmadhani)


NIM: P17211186027

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
NIP. NIP.
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
ASI dapat diartikan sebagai makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga
bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening
berwarna kekuningan (kolostrum) sangat baik untuk kesehatan karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).
ASI berfungsi memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. ASI juga sangat kaya akan
sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan
perkembangan sistem saraf. Dianjurkan setiap ibu hanya memberikan ASI
(eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan (Rosita, 2008).
Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan
kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air
susu Ibu (ASI) kepada bayi. ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi,
sebab ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan
energi dalam susunan yang diperlukan (Pudjiadi, 2000).
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI
bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI
memberikan semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan oleh bayi
selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya.
Aktivitas menyusui bayi seringkali menemui berbagai kendala. Salah
satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah ibu yang
bekerja di luar rumah, sehingga tidak dapat memberikan ASI eksklusif selama
6 bulan kepada bayinya. Faktor ini terkait kurangnya pengetahuan ibu.
Sesungguhnya, ibu yang bekerja tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya selama 6 bulan. Bahkan, ibu yang bekerja tidak memerlukan
tambahan waktu setelah memperoleh cuti hamil 3 bulan. Ibu yang bekerja
dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan cara memeras ASI,
dan memberikannya kepada bayi saat ibu bekerja (Prasetyono, 2009).
Pekerjaan seringkali menjadi alasan yang membuat seorang ibu
berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada
ibu menyusui yang bekerja. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menyusui bayi sebelum ibu bekerja dan menyimpan ASI di lemari
pendingin kemudian dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja (Kristiyansari,
2009).
Rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai
pentingnya ASI bagi bayi mengakibatkan program pemberian ASI eksklusif
tidak berlangsung secara optimal. Rendahnya tingkat pemahaman tentang
pemberian ASI eksklusif dikarenakan kurangnya informasi atau pengetahuan
yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat
yang terkandung dalam ASI. Seorang ibu yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi kemungkinan pengetahuan dan wawasannya pun akan semakin
luas, termasuk juga pengetahuan dan wawasan dalam masalah pemenuhan
gizi yang baik bagi bayi atau balitanya (Prasetyono, 2009).
Terkait dengan data–data tersebut penulis tertarik untuk mengetahui
sejauh mana pengelolaan keluarga terhadap masalah pemenuhan ASI
dalam lingkup asuhan keperawatan keluarga. Dalam bentuk “Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan Pemenuhan ASI
Ekslusif”.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana konsep mendasar konsep keluarga secara umum?
b. Apakah definisi manajemen laktasi ?
c. Apakah penyebab ketidakefektifan ASI ?
d. Apakah patofisiologi ketidakefektifan ASI ?
e. Apakah manifestasi ketidakefektifan ASI ?
f. Bagaimana penatalaksanaan manajemen laktasi ?
g. Bagaimana konsep asuhan keperawatan keluarga pada bayi dengan
ketidakefektifan pemenuhan ASI ekslusif?

3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Menjelaskan secara mendasar konsep keluarga secara umum
2. Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan keluarga pada bayi
dengan ketidakefektifan pemenuhan ASI ekslusif.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui secara mendasar konsep keluarga secara umum.
2. Mengetahui dan memahami definisi manajemen laktasi.
3. Mengetahui dan memahami penyebab ketidakefektifan ASI.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi ketidakefektifan ASI
5. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis ketidakefektifan ASI.
6. Mengetahui dan memahami pentalaksanaan manajemen laktasi.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan bayi
ketidakefektifan pemenuhan ASI ekslusif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP KELUARGA
a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,


kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan,
1986 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Bailon dan Maglaya, 1978 ).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI,1988 ).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah terdiri
dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau
jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain, keluarga
berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial
(suami, istri, anak, kakak dan adik) dan mempunyai tujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis, dan sosial anggota.

b. Tipe Keluarga
- Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
b. The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri
(tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang
sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
d. The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya,
yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll).
f. The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h. Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar
mandi, televisi, telpon, dll).
j. Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone / single-adult family: keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati.

- Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
b. The stepparent family : keluarga dengan orangtua tiri.
c. Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-
istri (marital partners).
f. Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family : beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
k. Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

c. Tahap Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya


secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang
sama (Friedman, 1998):
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)


Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30
bulan :
1. Persiapan menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

c. Keluarga dengan anak pra-sekolah


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot).
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga

e. Keluarga dengan anak remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)


Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada
anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
3. Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat
salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal damapi keduanya meninggal :
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

d. Keluarga Sebagai Unit Keperawatan

Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Friedman, 1998 ) adalah


sebagai berikut:

1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga


yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan
atau memperbaiki masalah – masalah dalam kelompoknya.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan
apabila salah satu angota keluarganya mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain.
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
( pasien ) keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan anggota keluarganya yang menderita
hipertensi.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya
kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita sakit hipertensi.

e. Faktor yang Mempengaruhi Sehat Sakit

Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan


keluarga menurut H. L Bloom yaitu :
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit
hipertensi adalah dengan cara menghindari adanya stres

b. Faktor Sosial Budaya


Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi penyakit
hipertensi adalah :
1. Kebiasaan merokok
2. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
garam
3. Pola diet tidak teratur
4. Bila sakit tidak segera berobat
Status sosial budaya yang dapat meningkatkan stasus
kesehatan pada kasus hipertensi adalah :
1. Menghindari kebiasaan merokok
2. Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung garam
3. Menjaga berat badan dan olah raga yang teratur
4. Melakukan konril yang teratur

c. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi

d. Faktor Keturunan
Menurut Friedman ( 1998) keluarga mempunyai lima (5 )
tugas memelihara kesehatan keluarga khususnya keluarga yang
anggotanya menderita penyakit hipertensi yaitu :
1. Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga tentang gejala hipertensi
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
terhadap angota keluarga yang menderita penyakit hpertensi
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita
hipertensi
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepada anggota keluarganya
5. Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas
kesehatan yang dapat mengatasi penyakit hipertensi.

f. Tugas Keluarga dalam Memelihara Kesehatan

Menurut Friedman ( 1998) keluarga mempunyai lima (5 ) tugas


memelihara kesehatan keluarga khususnya keluarga yang anggotanya
menderita penyakit hipertensi yaitu :
1. Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga tentang gejala hipertensi
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
terhadap angota keluarga yang menderita penyakit hpertensi
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita
hipertensi
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepada anggota keluarganya
5. Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas
kesehatan yang dapat mengatasi penyakit hipertensi.

g. Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada


Keluarga
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit
hipertensi maka peran perawat diperlukan sebagai berikut :
1. Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala
penyakit hipertensi .
2. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi . Dalam memberikan perawatan pada anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi, perawat
memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembangkan
kemampuam mereka dalam melaksanakan perawatan dan
memberikan demonstrasi kepada keluarga bagaimana merawat
anggota keluarga yang menderita hipertensi.
3. Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi .
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan
kelurga yang menderita penyakit hipertensi, sehingga dapat
menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan keluarga serta
mencari cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang
dihadapi
4. Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal
masalah pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi dan
mencari alternatif pemecahanya .
5.   Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku
keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi sehat dalam mencegah
penyakit hipertensi
6.  Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan
dasar terhadap keluarga yang anggotanya mederita penyakit
hipertensi.
2. KONSEP DASAR HIPERTENSI
a. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan


sistolik dan diastolik serta merupakan suatu faktor terjadinya
kompilikasi penyakit kardiovaskuler (Soekarsohardi :1999).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan
diastolik diatas standar dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin :
1993).
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolic diatas normal sesuai umur dan merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskuler.

b. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini
masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga
turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi
primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.

2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain- lain. Karena golongan terbesar
dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat hipertensi terjadi peningkatan
tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya. Terjadi penebalan dan
kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Bertambahnya
cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan
banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dibedakan atas
yang tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan
keturunan. Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan
riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi
primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya
menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor
genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti
kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta
konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan
antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf para simpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal
di kota.
Berdasarkan penyelidikan kegemukan merupakan ciri
khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini
mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal.

c. Patofisiologi Hipertensi
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk
memompakan darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung
pada factor cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan normal
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang
meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan tekanan perifer
menurun.
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan
mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga
meningkatkan cardiac output . Dalam sistim renin - angiotensien -
aldosteron pada patogenesis hipertensi, glandula supra renal juga
menjadi faktor penyebab oleh karena faktor hormon. Sistim renin
mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angoitensin I
menjad angiotensin II oleh Angitensi Convertion Enzym (ACE).
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan
nervus perifer yang mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan
retensi vaskuler perifer meningkat . Disamping itu angiotensin II
mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk
vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal untuk
mengeluarkan aldosteron yang akan meningkatkan extra fluid volume
melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan meningkatkan
tekanan darah melalui peningkatan cardiac output (Jurnlistik
international cardiovaskuler,1999 ).

d. Maifestasi Klinis Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi gejala-gejala hipertensi antara


lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada
selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta
kelumpuhan.

e. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer (penyebab).
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24
jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila
hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar
renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area
katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; pembesaran
jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

f. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Non-Farmakologis
a. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan
dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
b. Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita
hipertensi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
yaitu: keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan
ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada
penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan tentang jumlah
kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa
( untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg
per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari garam
dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu
memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan
makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat)
macam diit untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan tekanan darah yaitu :
- Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan
diet dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam.
Garam dapur mempunyai kandungan 40% natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang
mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono
Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium
benzoat biasanya terdapat dalam
saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari
mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang sedang
menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal
sebagai berikut :
1. Jangan menggunakan garam dapur.
2. Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin,
mentega, keju, terasi, petis, biscuit, ikan asin,
sarden, sosis dan lain-lain.
3. Hindari bahan makanan yang diolah dengan
menggunakan bahan makanan tambahan atau
penyedap rasa seperti saos.
4. Hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan
yang mengandung sodium.
5. Batasi minuman yang bersoda.
- Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu
kolesterol, trigliserida, dan fospolipid. Sekitar 25 – 50 %
kolesterol berasal dari makanan dapat diabsorbsi oleh
tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa
makanan yang mengandung kolesterol tinggi yaitu
daging, jeroan, keju, susu, kuning telur, ginjal, kepiting,
hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan berat
badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengatur nutrisi pada hipertensi adalah :
1. Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak,
margarine dan mentega.
2. Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis
jeroan.
3. Gunakan susu full cream.
4. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga
butir per minggu.
5. Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis
kacang-kacang lainnya.
6. Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-
manis seperti sirup, dodol.
7. Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan
buah – buahan.
- Diet kalori bila kelebihan berat badan.
Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh
seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat
badan akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Salah satu
cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet
rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga
normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal
berikut :
1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari
kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan
0,5 kg berat badan per minggu.
2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi
kebutuhan zat gizi.
3. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

2. Farmakologis

Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.

b. Komplikasi Hipertensi

Organ- organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain


mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
3. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
 Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui
masalah yang dihadapi oleh keluarga
1. Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah
kesehatan ,status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga.
a. Struktur dan sifat anggota keluarga
- Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala
keluarga.
- Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam
keluarga.
- Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.
- Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat
berkumpul atau menyebar.
- Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan
keputusan.
- Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dala
perselisihan yang nyata ataupun tidak nyata.
- Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan
makan dan penggunaan waktu senggang.

b. Faktor sosial budaya dan ekonomi


Pekerjaan, penghasilan, kesanggupan untuk memenuhi
kebutuhan primer, jam kerja ayah dan ibu, siapa yng
menentukan keuangan dan penggunaannya.

c. Faktor lingkungan
- Perumahan: luas rumah, pengaturan dalam rumah,
persediaan sumber air, adanya bahan kecelakaan, dan
pembuangan sampah.
- Macam lingkungan / daerah rumah
- Fasilitas social dan lingkungan
- Fasilitas transportasi dan kesehatan

d. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
- Upaya pencegahan terhadap penyakit
- Sumber pelayanan kesehatan
- Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas
kesehatan.
- Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.

e. Cara pengumpulan data


1. Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara
langsung.
Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga, komunikasi dari
tiap anggota keluarga, peran dari tiap anggota keluarga,
keadaan rumah dan lingkungan.
2. Wawancara (Aspek fisik, aspek mental, sosial budaya,
ekonomi, kebiasaan, lingkungan.
3. Studi dokumentasi antara lain : perkembangan kesehatan
anak, kartu keluarga, catatan kesehatan lainnya.
4. Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan dan keperawatan antara lain : tanda-
tanda penyakit dan kelainan organ tubuh.

b. Analisa Data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan
typologi masalah dalam family health care. Permasalahan dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai
potensi kesehatan. Contoh :
- Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi.
- Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet.
2. Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan
kesehatan. Contoh:
- Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
- Siapakah yang menderita penyakit hipertensi.
3. Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak
dari indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun
sumber daya mereka. Contoh :
4. Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
c. Prioritas Malahah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga
menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan
pedoman sebagai berikut:

K riteria Bobot
1. Sifat masalah 1
Skala : ancaman kesehatan 2
Tidak/kurang sehat(aktual) 3

Krisis 1
2. Kemungikan masalah dapat diubah 2
Skala : Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1

Tidak dapat 0
3. Potensia masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2

Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus 2
ditangani 1
Ada masalah tapi tidak
perlu segera ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
Skoring :
1. 1.Tentukan skor untuk tiap kriteria
2. 2.Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot.
3. Skor X bobot
Angka tertinggi
4. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria , skor tertinggi 5
sama dengan seluruh bobot.

 Penjajakan pada tahap kedua


Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat
melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan
ancaman kesehatan, kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami
oleh keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama. Pada
tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk
melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan masalah
yang dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-
tugas kesehatan dan keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi antara lain :
1. Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala
hipertensi.
2. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan
dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat
kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat
berobat kesarana kesehatan.
3. Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .
4. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak
dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan
penyakit hipertensi.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di
masyarakat guna memelihara kesehatan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya
fasilitas kesehatan seperti JPS,dana sehat dan tidak memahami
manfaatnya.

d. Intervensi

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan


keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 ) .
Ciri- ciri rencana perawatan keluarga:

1. Berpusat pada tindakan- tindakaan yang dapat memecahkan atau


meringankan masalah yang sedang dihadapi.
2. Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah
dipelajari dengan pikiran yang logis.
3. Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan
datang.
4. Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang diidentifikasi.
5. Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.
6. Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.
Perumusan Tujuan:

- Tujuan jangka panjang mengacu pada penyelesaian masalah.


- Tujuan jangka pendek mengacu pada penyelesaian etiologi.
Kriteria Evaluasi:
- Kriteria
- Standar
Hal yang perlu dipertimbsngksn sebelum menetspksn intervensi, yaitu:

- Apakah pendekatan itu menyebabkan meningkatnya ketergantungan atau


kemandirian keluarga?
- Apakah tindakan tersebut menurunkan atau meningkatkan keterampilan
keluarga?
- Apakah tindakan tersebut menurunkan atau meningkatkan koping
keluarga?
- Apakah keluarga punya komitmen dan motivasi yg memadai terhadap
perencanaan tersebut ?
- Apakah keluarga punya sumber-sumber yang memadai untuk
melaksanakan perencanaan tersebut ?
Tipologi Intervensi:

- Kognitif: mengemukakan informasi dan gagasan serta pengalaman


contohnya pengajaran.
- Afektif : tindakan dirancang untuk mengubah emosi dari anggota
keluarga sehingga dapat memecahkan masalah secara lebih efektif.
Orang tua membantu mengurangi ansietas thd perawatan anak sakit.
- Perilaku : strategi perawatan yang diarahkan untuk membantu anggota
keluarga berinteraksi/ bertingkah laku dengan anggota keluarga lain.

e. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan
kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal- hal yang
peru diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga adalah:
- Sumber daya keluarga (keuangan)
- Tingkat pendidikan keluarga
- Adat istiadat yang berlaku
- Respon dan penerimaaan keluarga
- Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
f. Evaluasi
Tolok ukur yang dipergunakan dalam evaluasi adalah:
- Kriteria keberhasilan
- Standar keperawatan
- Perubahan perilaku

Anda mungkin juga menyukai