Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. Z DENGAN GIZI BURUK DISERTAI DIARE


DI BANGSAL MELATI 3 RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA

Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS (1910206027)
DWI ASTUTI (1910206097)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. Z DENGAN GIZI BURUK DISERTAI DIARE
DI BANGSAL MELATI 3 RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA

Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS (1910206027)
DWI ASTUTI (1910206097)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA AN. Z DENGAN GIZI BURUK DISERTAI DIARE
DI BANGSAL MELATI 3 RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA

Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS (1910206027)
DWI ASTUTI (1910206097)

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Melengkapi Tugas Profesi Ners
pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Pada tanggal:

Clinical Instruction Preceptor

(……………………………) (……………………………)

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Armenia Diah Sari, S.Kep.Ns., M.Kep.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada An. Z dengan
Gizi Buruk disertai Diare di Bangsal Melati 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”, sholawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan umat yang istiqomah
di jalan-Nya.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan untuk lebih
menyempurnakan penyusunan laporan ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Yogyakarta, November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi .............................................................................................................. 3
B. Etiologi .............................................................................................................. 3
C. Klasifikasi ......................................................................................................... 3
D. Tanda dan Gejala............................................................................................... 4
E. Patofisiologi ...................................................................................................... 5
F. Pathway ............................................................................................................. 7
G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 7
H. Komplikasi ........................................................................................................ 8
I. Penatalaksanaan ................................................................................................ 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ......................................................................................................... 9
B. Diagnosa ............................................................................................................ 11
C. Rencanaan Asuhan Keperawatan ...................................................................... 11
BAB IV LAPORAN PENDAHULUAN
A. Mind Map .......................................................................................................... 14
BAB V ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 33

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga
(kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya), masalah kesehatan,
kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi
ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara
menyeluruh sudah muncul masalah baru. Sekarang ini masalah gizi mengalami
perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit
dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Keadaan kesehatan gizi
tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua
kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit
gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk Hubungan antara
kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik sangat erat.
Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibatnya tidak baiknya mutu/jumlah
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing – masing orang. Masalah
gizi semula dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi
dengan pengobatan medis/kedokteran. Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap
prestasi kerja dan produktivitas. Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak.
Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi
pada anak yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalam
kandungan. Berbagai factor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya
gangguan gizi terutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan
kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya
kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan
tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat
Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil
penduduk dunia berpikir “hendak makan dimana” sementara kelompok lain masih
berkutat memeras keringat untuk memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan orang
dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak – anak boleh dibilang
sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat badan, kebutuhan akan zat gizi
bagi bayi, balita, dan anak – anak ternyata melampaui orang dewasa nyaris dua kali

1
lipat. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas permukaan
tubuh/menghitung secara langsung konsumsi energi itu (yang hilang atau terpakai).
Asupan energi dapat diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energi
yang dikeluarkan. Jumlah keluaran energi dapat ditentukan secara sederhana
berdasarkan berat badan. Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang
sedang tumbuh merupakan masalah serius.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi gizi buruk?
2. Apa etiologi gizi buruk?
3. Apa saja klasifikasi gizi buruk?
4. Apa saja tanda dan gejala gizi buruk?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya gizi buruk?
6. Bagaimana pathway terjadinya gizi buruk?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang gizi buruk?
8. Apa saja komplikasi dari gizi buruk?
9. Bagaimana penatalaksanaan gizi buruk?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada gizi buruk?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi gizi buruk.
2. Mengetahui etiologi gizi buruk.
3. Mengetahui klasifikasi gizi buruk.
4. Mengetahui tanda dan gejala gizi buruk.
5. Mengetahui patofisiologi gizi buruk.
6. Mengetahui pathway gizi buruk.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang gizi buruk.
8. Mengetahui komplikasi gizi buruk.
9. Mengetahui penatalaksanaan gizi buruk.
10. Mengetahui asuhan keperawatan gizi buruk.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi Buruk
1. Definisi
Gizi buruk adalah suatu gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah severly underweight
(Kemenkes RI, 2011). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), gizi buruk adalah
keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai
dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
disebabkan oleh banyak faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan
pendekatan medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012).
2. Etiologi
Menurut Hasaroh (2010) masalah gizi buruk pada balita dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak
langsung. Depkes RI (1997) dalam Mastari (2009), faktor penyebab langsung
timbulnya masalah gizi pada balita adalah penyakit infeksi serta kesesuaian pada
konsumsi makanan dengan kebutuhan anak, sedangkan faktor tidak langsung yaitu
sosial ekonomi, pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan panganditingkat
keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu,
pemeliharaan kesehatan memang peranan penting.
3. Klasifikasi
Menurut Liansyah TM (2015), klasifikasi gizi buruk antara lain sebagai berikut:
a. Marasmus
Terjadi disebabkan oleh asupan kalori yang tidak cukup. Marasmus sering
sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus marasmus, anak terlihat
kurus kering sehingga wajah seperti orang tua, kulit keriput, cengeng dan
rewel meskipun setelah makan perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam,
tulang iga tampak jelas dan pantat kendur dan keriput (baggy pant).

3
b. Kwashiorkor
Merupakan salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun asupan protein yang
inadekuat. Beberapa tanda khusus antaralain rambut berubah menjadi
kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok, apabila rambut kering
menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia, terjadi
dermatitis (radang pada kulit), terjadi pembekakan, terutama pada kaki dan
tungkai bawah sehingga balita terlihat gemuk. Pembekakan yang terjadi
disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan. Balita memiliki selera yang
berubah-ubah dan mudah terkena gangguan pencernaan.
c. Marasmus-Kwashiokor
Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor. Makanan
sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan energy untuk pertumbuhan
normal. Pada penderita berat badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan
tanda-tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut kelainan kulit serta
kelainan biokimia (Pudjiadi S, 2010).
4. Tanda dan Gejala
a. Kwashiorkor
Tanda-tanda kwashiorkor meliputi:
1) Edema di seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki
2) Wajah membulat dan sembab
3) Pandangan mata sayu
4) Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
5) Rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut
6) Otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk
7) Bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas
8) Menolak segala jenis makanan (anoreksia)
9) Sering disertai anemia, diare, dan infeksi.
b. Marasmus
Gejala yang timbul diantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak terlihat
lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah
patah berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran hati, sangat kurus karena
kehilangan sebagian lemak dan otot . Anak-anak penderita marasmus secara
fisik mudah dikenali. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan

4
mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak
umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa
lapar. Ketidakseimbangan elektrolit juga terdeteksi dalam keadaan marasmus.
Upaya rehidrasi ( pemberian cairan elektrolit ) atau transfusi darah pada
periode ini dapat mengakibatkan aritmia (tidak teraturnya denyut jantung)
bahkan terhentinya denyut jantung. Karena itu, monitoring klinik harus
dilakukan seksama. Ada pun ciri-ciri lainnya adalah:
1) Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
2) Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
3) Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
4) Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
5) Sering menderita diare atau konstipasi.
6) Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar
hemoglobin yang juga lebih rendah dari semestinya.
7) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
8) Wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung, dan kulit keriput.
c. Marasmus-Kwashiokor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiokor
dengan gabungan gejala yang menyertai :
1) Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal.
Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan
rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
2) Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan
otot.
3) Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan
metabolic seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
4) Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya
kadar natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
5) Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari
gejala-gejala masing-masing penyakit tersebut.
5. Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi (Gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang
terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor
penting yaitu host, agent, environment (Supariasa, 2002). Memang faktor diet

5
makanan memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan dalam
keadaan keluarga makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energy. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak, merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibat katabolisme protrein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera di ubah menjadi karbohidrat di hepar dan
di ginjal selama puasa jaringan lemak di pecah jadi asam lemak, gliseraal dan
keton bodies, asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energy kalau
kekurangan makan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri
jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh tubuh.
Proses energi terlihat pada faktor lingkungan dan manusia (host dan
environment) yang didukung oleh asupan-asupan zat-zat gizi, akibat kekurangan
zat gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan, apabila keadaan ini berlangsung lama. Maka simpanan zat gizi ini akan
habis ahirnya terjadi pemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat
digolongkan sebagai malnutrisi, walaupun hanya baru dengan ditandai dengan
penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.
Patofisiologi menurut Nurcahyono (2007), Pada keadaan ini yang muncul
adalah pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan
menghilangnya lemak di bawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses
psikologis untuk kelangsungan jaringan hidup. Tubuh memerlukan energy dan
dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kwashiorkor
Pemeriksaan darah seperti albumin; globulin; protein total; elektrolit
serum; dan biakan darah, pemeriksaan urine seperti urine lengkap dan kultur
urine, uji faal hati, EKG, foto paru (Nurarif, A. 2015).
b. Marasmus
Pemeriksaan fisik, mengukur TB dan BB, menghitung indeks massa
tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter). Mengukur
ketebalan lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik

6
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah
kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar
1,25 cm pada laki – laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita (Nurarif. 2015).
7. Komplikasi
a. Hipotemi
b. Hipoglikemi.
c. Infeksi
d. Diare dan Dehidrasi
e. Syok
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gizi buruk dapat dengan sebagai berikut:
a. Perbaikan status gizi dan konsumsi zat gizi (energi dan protein) tidak berbeda
pada kelompok F-100 dan RUFT setelah intervensi 6 minggu. Konsumsi zinc
pada sampel kelompok F-100 tinggi mencapai 202 persen AKG dan konsumsi
vitamin A pada kelompok RUTF mencapai 170 persen AKG (Amelia, Irawati
dan Lamid, 2012).
b. Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dengan osmolarita rendah dan
rendah laktosa (F-75), pemberian makanan secara oral atau melalui NGT,
hindari penggunakan parentral, energy: 80-100 kkal/BB/hari, protein: 1-1.5
g/kgBB/hari, cairan: 130 ml/kgBB/hari( bila ada edema berat beri 100
ml/kgBB/hari), jika anak masih mendapat ASI lanjutkan tetapi pastikan bahwa
jumlah F-75 yang ditentukan harus terpenuhi (IDAI, 2011).
c. Pemberian Vitamin A secara oral (hari 1), pemberian asam folat 1mg/hari,
suplemen multivitamin, Zinc (2mg Zn elemental/kgBB/hari), tembaga (0.3 mg
Cu/kgBB/hari), Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik .
B. Diare
1. Definisi
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi
defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per
hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair
atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum, 2008).

7
Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari dan
diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis.
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
atau tanpa lendir dan darah.
2. Etiologi
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-
Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
1) feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan

8
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil)
dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau
diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat
muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2008):
1) obat anti sekresi : Asetosal 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg,
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2) obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3) antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas: paling sering terjadi pada anak-anak laki-laki maupun perempuan.
b. Keluhan utama: Kelelahan dan kekurangan energy, pusing, sistem kekebalan
tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan
infeksi), kulit yang kering dan bersisik, gusi bengkak dan berdarah, gigi yang
membusuk, sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat,
berat badan kurang, pertumbuhan yang lambat, kelemahan pada otot, perut
kembung, tulang yang mudah patah, tertdapat masalah pada fungsi organ tubuh.
c. Riwayat penyakit sekarang: Kelelahan dan kekurangan energy, pusing, sistem
kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi), kulit yang kering dan bersisik, gusi bengkak dan berdarah,
gigi yang membusuk, sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang
lambat, berat badan kurang, pertumbuhan yang lambat, kelemahan pada otot,
perut kembung, tulang yang mudah patah, terdapat masalah pada fungsi organ
tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu:
 Penyebab langsung: Kurangnya asupan makanan, adanya penyakit.
 Penyebab tidak langsung: Kurangnya ketahanan pangan keluarga
(keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan), kualitas
perawatan ibu dan anak, buruknya pelayanan kesehatan, sanitasi
lingkungan yang kurang.
e. Riwayat keluarga
Mengidentifikasi komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tetang penyakit pasien (abayomi, 2004)
f. Pola ADL:
 Nutrisi seperti mengeluh sering buang air besar, melaporkan penurunan
berat badan terus-menerus meskipun meningkatkan asupan nutrisi oral,
mual, muntah, riwayat kekurangan protein dan kalori relative lama.

10
 Eliminasi seperti mengeluh sering buang air besar, melaporkan sering
diare.
 Aktivitas seperti kelelahan, kelemahan otot, merasa pusing atau lemah
ketika berdiri.
 Hygiene seperti kurang kebersihan diri.
2. Pengkajian Fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah,
dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan
tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
 Penurunan ukuran antropometri
 Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah
dicabut)
 Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
 Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal)
 Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila
terjadi diare.
 Edema tungkai
 Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut,
ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
 Inspeksi
 Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
 Lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut
 Mata cekung dan pucat
 Pada marasmus terlihat pergerakan usus
 Auskultasi
 dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta S4
 bagaimana dengan tekanan darahnya
 dengarkan juga bunyi peristaltik usus
 bunyi paru – paru terutama weezing dan ronchi

11
 Perkusi
 perut apakah terdengar adanya shitting duilnees
 bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi
 Palpasi
 Hati: bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaan.
Berapa besarnya dan apakah ada nyeri tekan
 pada marasmus usus terasa dengan jelas
 limpa: apakah terjadi pembesaran limpa
 tungkai: apakah ada pembesaran pada tungkai
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang
tidak adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status cairan ditandai dengan kerusakan
lapisan kulit, gangguan permukaan kulit.
4. Resiko infeksi b/d daya tahan tubuh menurun
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare.
Tujuan: Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.
Kriteria:
a. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami
klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan
sehat seimbang.
b. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian
diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi:
Intervensi Rasional
a. Jelaskan kepada keluarga tentang a. Meningkatkan pemahaman keluarga
penyebab malnutrisi, kebutuhan tentang penyebab dan kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu nutrisi untuk pemulihan klien
dan pengolahan makanan sehat sehingga dapat meneruskan upaya

12
seimbang, tunjukkan contoh jenis terapi dietetik yang telah diberikan
sumber makanan ekonomis sesuai selama hospitalisasi.
status sosial ekonomi klien b. Meningkatkan partisipasi keluarga
b. Tunjukkan cara pemberian makanan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
per sonde, beri kesempatan keluarga klien, mempertegas peran keluarga
untuk melakukannya sendiri. dalam upaya pemulihan status
c. Laksanakan pemberian roborans nutrisi klien.
sesuai program terapi. c. Roborans meningkatkan nafsu
d. Timbang berat badan, ukur lingkar makan, proses absorbsi dan
lengan atas dan tebal lipatan kulit memenuhi defisit yang menyertai
setiap pagi. keadaan malnutrisi.
d. Menilai perkembangan masalah
klien.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang
tidak adekuat
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Intervensi:
Intervensi Rasional
a. Ajarkan kepada orang tua tentang a. Meningkatkan pengetahuan
standar pertumbuhan fisik dan tugas- keluarga tentang keterlambatan
tugas perkembangan sesuai usia pertumbuhan dan perkembanga
anak. anak.
b. Lakukan pemberian makanan/ b. Diet khusus untuk pemulihan
minuman sesuai program terapi diet malnutrisi diprogramkan secara
pemulihan bertahap sesuai dengan kebutuhan
c. Lakukan pengukuran antropo-metrik anak dan kemampuan toleransi
secara berkala. sistem pencernaan
d. Lakukan stimulasi tingkat c. Menilai perkembangan masalah
perkembangan sesuai dengan usia klien.
klien. d. Stimulasi diperlukan untuk
mengejar keterlambatan
perkembangan anak dalam aspek
motorik, bahasa dan personal/sosial.
3. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status cairan ditandai dengan kerusakan
lapisan kulit, gangguan permukaan kulit.
Tujuan: Integritas kulit kembali normal
Intervensi:
Intervensi Rasional
a. Anjurkan pada keluarga tentang a. Untuk mencegah terjadinya infeksi
pentingnya merubah posisi sesering dekubitus
mungkin. b. Agar kulit anak tetap terjaga
b. Anjurkan keluarga lebih sering kebersihannya dan mencegah
mengganti pakaian anak bila basah terjadinya infeksi pada kulit
atau kotor dan kulit anak tetap kering c. Untuk mengatasi masalah yang

13
c. Kolaborasi dengan dokter untuk dihadapi klien
pengobatan lebih lanjut
4. Resiko infeksi b/d daya tahan tubuh menurun
Tujuan: Bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi:
Intervensi Rasional
a. Pantau terhadap tanda infeksi (mis; a. Pemantauan lebih dini bisa
letargi, kesulitan makan, muntah, mengurangi resiko
ketidak stabilan suhu, dan perubahan b. Nutrisi yang cukup bisa
warna tersembunyi) meningkatkan daya tahan tubuh
b. Kaji status nutrisi c. Infeksi nosokomial adalah yan g
c. Identifikasi individu yang beresiko didapat dari proses perawatan
terhadap infeksi nosokomial dirumah sakit
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
 Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan
 Dapat mengulangi isi penyuluhan
 Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah
Intervensi:
Intervensi Rasional
a. Tentukan tingkat pengetahuan dan a. Agar proses pembelajaran berjalan
kesiapan untuk belajar dengan efektif
b. Jelaskan tentang nama penyakit anak, b. Meningkatkan pengetahuan dan
penyebab penyakit, akibat yang pemahaman orang tua tentang
ditimbulkan, dan pengobatan yang penyakit anak.
dilakukan. c. Membantu memulihkan kondisi anak
c. Jelaskan tentang pengertian nutrisi d. Dapat membantu mempertahankan
dan pentingnya pola makan yang status gizi anak dengan pengetahuan
betul untuk anak sesuai umurnya, yang ada.
dan bahan makanan yang banyak
mengandung vitamin terutama
banyak mengandung protein.
d. Anjurkan keluarga untuk membawa
anak kontrol di poli gizi setelah
pulang dari rumah sakit.

14
BAB IV
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Mind Map

Definisi Klasifikasi
Gizi buruk adalah suatu gizi yang 1. Marasmus
didasarkan pada indeks berat badan 2. Knowhokor
menurut umur (BB/U) yang 3. Marasmus knowhokor
merupakan padanan istilah severly
underweight (Kemenkes RI, 2011).
Tanda dan Gejala
1. Berat badan dibawah 60% dari
Penatalaksanaan normal memperlihatkan tanda-tanda
1. Pemberian F-100, F-75 kwashiorkor seperti edema, kelainan
2. Pemberian asam folat 1mg/hari, rambut kelainan kulit serta kelainan
Suplemen multivitamin, Zinc biokimia
(2mg Zn elemental/kgBB/hari), 2. Rambut berubah menjadi kemerahan
tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari), atau abu-abu, menipis dan mudah
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah rontok, apabila rambut kering
berat badan naik . menjadi lurus, kulit tampak pucat
dan biasanya disertai anemia, terjadi
GIZI dermatitis(radang pada kulit), terjadi
pembekakan, terutama pada kaki dan
Pemeriksaan Penunjang BURUK tungkai bawah sehingga balita
1. Pemeriksaan darah: albumin, terlihat gemuk
globulin, protein total, elektrolit 3. anak terlihat kurus kering sehingga
serum, biakan darah wajah seperti orang tua, kulit
2. Pemeriksaan urine: urine lengkap keriput, cengeng dan rewel
dan kultur urine meskipun setelah makan perut
3. Uji faal hati, EKG, foto paru cekung, rambut tipis, jarang dan
4. Pemeriksaan fisik (Nurarif, A. kusam, tulang iga tampak jelas dan
2015). pantat kendur dan keriput (baggy
pant).

Etiologi
1. Penyakit, infeksi Diagnosa Keperawatan
2. Sosial ekonomi 1. Perubahan nutrisi kurang dari
3. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan tubuh
kesehatan 2. Gangguan pertumbuhan dan
4. Ketersediaan pangan ditingkat perkembangan
keluarga 3. Kerusakan integritas kulit
5. Akses ke fasilitas pelayanan 4. Resiko infeksi
5. Kurang pengetahuan

15
B. Pathway

16
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal pengkajian 11 November 2019 jam 07.00 WIB
I. DATA IDENTITAS
Nama : An. Z
Tempat/tanggal lahir : Sleman/ 24 September 2019
Nama ayah/ibu : Tn. A/Ny. N
Pekerjaan ayah : Pegawai Swasta
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Sanggrahan Rt 04/02, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia/Jawa
Pendidikan ayah : S1
Pendidikan ibu : S1
II. KELUHAN UTAMA
1. Alasan utama dibawa ke rumah sakit
Pasien dirawat di RSKIA Sadewa 1 minggu karena mengalami penurunan BB
disertai dengan diare dengan dehidrasi berat. Pasien dirujuk ke RSUP Dr.Sardjito
pada tanggal 5 November jam 07.00 WIB.
2. Tanda dan gejala yang dilihat oleh orang tua
Orang tua pasien mengatakan anaknya jadi kurus dan diare sampai 30 kali dalam 1
hari, warna kuning cair disertai dengan lendir dan darah.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Ibu hamil usia 23 tahun, usia kehamilan 38+5 minggu saat melahirkan. Saat
hamil ibu mengatakan flu selama 2 hari. Rutin ke dokter dan bidan,
mendapatkan suplemen kehamilan rutin minum.
b. Intranatal
Bayi lahir secara facum, bayi langsung menangis. BB: 2735 gram. PB: 47,5
cm. ketuban tidak pecah dini. Setelah bayi lahir langsung rawat gabung dengan
ibu.

17
c. Posnatal
Setelah lahir langsung diberikan injeksi vitamin K, injeksi Hepatitis B.
2. Penyakit waktu kecil: Ibu mengatakan usia 5 minggu bayi mengalami diare 1 hari
sampai 30 kali.
3. Pernah dirawat dirumah sakit
Pasien pernah dirawat di RSKIA Sadewa karena diare akut dengan dehidrasi berat.
4. Obat-obat yang digunakan: tidak terkaji obat apa yang sudah digunakan
sebelumnya.
5. Tindakan operasi : pasien belum pernah melakukan tindakan operasi
6. Alergi : pasien tidak ada alergi obat
7. Kecelakaan : pasien tidak pernah mengalami kecelakan
8. Imunisasi yang telah didapatkan : imunisasi yang telah didapatkan yaittu HB-0.
IV. RIWAYAT KELUARGA
1. Penyakit yang pernah/sedang diderita oleh keluarga:
Ibu mengatakan keluarga tidak ada riwayat sakit diare sampai parah, kanker,
hipertensi, tumor maupun diabettus mellitus.
2. Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi):

23 tahun 27 tahun

1 bulan 2 minggu 5 hari


Keterangan:
: Garis keturunan
: laki-laki
: Perempuan
: Pasien

V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh anak dan alasannya
Yang mengasuh pasien yaitu orang tuanya sendiri

18
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Pasien maupun orang tua tidak mempunyai masalah dengan anggota keluarga
lainnya dari pihak suami maupun istri.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Pasien tidak memiliki masalah dengan teman sebaya karena belum mampu
melakukan interaksi sosial kepada orang lain. Orang tua pasien mengatakan tidak
mempunyai masalah hubungan dengan temannya.
4. Pembawaan secara umum
Pasien belum bisa miring kanan kiri, kepala belum tegap, pasien hanya mampu
menggegam tangan atau memegang tangan ibu saat diberikan jari ibu.
5. Lingkungan rumah
Orang tua mengatakan lingkungan rumahnya bersih dan aman.
VI. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi metabolik
a. Pemberian ASI/PASI
Riwayat : ASI di tambah susu formula.
Sekarang: pasien minum melalui OGT dengan susu f-75 30cc/2 Jam sekali.
b. Makanan dan minuman selama 24 jam: Pasien baru bisa minum susu formula
30cc/2 jam sekali.
c. Kebiasaan makan: pasien minum susu 2 jam sekali sebanyak 30 cc dan
diselingi dengan ASI dari ibu.
d. Alat makan yang digunakan: OGT
e. BB lahir: 2735 gram dan BB saat ini: 2600 gram
f. Masalah di kulit: Pasien tidak ada jejas, tidak ada udem dan turgor kulit pasien
lambat (> 3 detik)
2. Pola istirahat tidur
a. Ritual/ kebiasan sebelum tidur: Pasien tidak memiliki ritual atau kebiasaan
tidur yang khusus.
b. Tidur siang: Ibu pasien mengatakan bayi sering tidur siang.
3. Mandi
a. Rutinitas mandi
Ibu pasien mengatakan bayi mandi 2x sehari, dilap tetapi tetap menggunakan
sabun, mandi setiap pagi dan sore.
b. Kebersihan sehari-hari: Bayi terlihat bersih

19
4. Aktivitas
a. Aktivitas sehari-hari: bayi bermain dengan orang tuanya, biasanya diajak
berinteraksi dan bicara, bayi hanya bisa merespon dengan pergerakan lambat
dan pergerakan mata.
b. Tingkat aktivitas: tingkat aktivitasnya ringan.
c. Persepsi terhadap kekuatan: lemah
d. Kemampuan kemandirian: anak sepenuhnya di bantu oleh orang tua.
5. Eliminasi (BAB dan BAK)
a. Pola defekasi: pasien defekasi khas bau feses tetapi lembek karena hanya
minum susu. Saat ini BAB tidak bercampur lendir dan darah.
b. Mengganti pakaian dalem/ pampers: bayi selalu dijaga kebersihannya setiap
BAK penuh dan BAB selalu di ganti pampers.
c. Pola eleminasi urin: bayi sehari bisa ganti popok sampai 10-14 kali, urin keluar
dengan normal kuat pancurannya, urin berwarna khas urin warna kuning, bau
khas urin
6. Kenyamanan: bayi tidak nyeri, skala 0
7. Pola kognitif-persepsi
a. Responsive secara umum anak: respon anak terhadap rangsangan cukup baik,
ketika diajak berbicara mata bisa mengikuti pergerakan
b. Response bicara, sentuhan: anak belum bisa berbicara, bayi menangis lemah,
reflek sentuhan baik
c. Apakah anak mengikuti objek dengan mainan: bayi mampu mengikuti objek
ketika dikasih mainan
d. Vocal suara: bayi belum mampu berbicara, hanya dengan tangisan lemah
e. Kemampuan untuk mengatakan nama, waktu, alamat: bayi belum mampu
mengatakan nama, waktu, alamat
f. Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan: bayi hanya mampu
menangis untuk isyarat lapar, nyeri maupun ketidaknyamanan
8. Keamanan dan perlindungan
Risiko jatuh, skor 18 (risiko tinggi ≥ 12 skala Humpty Dumpty)
VII. KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa Medis:
2. Tanggal masuk RS: 05 November 2019
3. Tindakan Operasi: Pasien tidak dan belum pernah operasi

20
4. Status Nutrisi/gizi: ( BB: 2600 gram, PB; 47cm)
IMT = (2,6 : (0,47)2 ) = (2,6 : 0,2209) = 11,77 (gizi buruk/ gizi kurang sekali)
5. Status cairan
a. Tanggal 11 November 2019: Input: 360 cc Output: 425 cc, Balance cairan: -65
b. Tanggal 12 November 2019: Input: 360 cc Output: 400 cc, Balance cairan: -65
c. Tanggal 13 November 2019: Input: 360 cc Output: 400 cc, Balance cairan: -65
6. Obat-obatan
NO. NAMA OBAT DOSIS RUTE INDIKASI

1 Zinc 10 mg/ PO Digunakan untuk


24 jam mengganti cairan tubuh
yang hilang
2 Oralit 50 PO Mengobati kondisi tubuh
ml/kali yang kekurangan cairan
atau dehidrasi yang
disebabkan oleh diare,
mencret atau mutaber.
3 Lacto B 1 x 1 PO Membantu daya tahan
sachet dipencernaan
4 Resomal (Rehidration OBH PO Kekurangan gizi parah.
Resolution for
Malnutrion)

7. Aktivitas : bayi untuk aktivitas di bantu total oleh orang tuanya


8. Tindakan keperawatan : memberikan obat sesuai intruksi dokter, memonitor
TTV, memantau intake dan output, memasang IV line dan OGT.
9. Hasil Laboratorium
Tanggal 7 November 2019
NAMA HASIL NILAI METODE
PEMERIKSAAN RUJUKAN
Hemoglobin 11.5 g/Dl 10.6-16.4 Spektrofometri
Hematokrit 35.2 % 32.0-50.0 Kalkulasi
Eritrosit 3.93 10 6/uL 3.40-5.00 Flowcytometry
MCV 89.6 fL 83.0-107.0 Kalkulasi
MCH 29.3 pg 27.0-37.0 Kalkulasi
MCHC 32.7 g/dL 31.0-36.0 Kalkulasi
RDW-SD 49.8 fL 35.0-45.0 Kalkulasi
RDW-CV 15.1 % 11.5-14.5 Kalkulasi
Leukosit 31.92 10 3/ µL 6.00-18.00 Flowcytometry
Netrofil # 24.59 10 3/ µL 0.20-8.10 Flowcytometry
Limfosit # 4.49 10 3/ µL 5.39-7.21 Flowcytometry
Monosit # 2.82 10 3/ µL 0.30-0.80 Flowcytometry
Eosinophil # 0.00 10 3/ µL 0.00-0.20 Flowcytometry

21
Basophil # 0.02 10 3/ µL 0.00-0.10 Flowcytometry
IG (immature 1.70 % 0.00-1.00 Flowcytometry
granulocyte)
Netrofil % 77.0 % 20.0-40.0 Flowcytometry
Limfosit % 14.1 % 42.0-72.0 Flowcytometry
Monosit % 8.8 % 3.0-14.0 Flowcytometry
Eosinophil % 0.0% 1.0-4.0 Flowcytometry
Basophil % 0.1% 00.0-2.0 Flowcytometry
IG % 0.53 % 0.00-10.00 Flowcytometry
Trombosit 982 x 10 3/uL 150-450 Flowcytometry

10. Hasil rontgen : belum ada


11. Data tambahan : belum ada data tambahan
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
Data klinis: PB: 47,5 cm, BB:2600 gram, kesadaran: composmentis, GCS : E;4. M;5,
V;6. Suhu: 36,40 C, RR: 30 x/menit, Nadi: 124 x/menit
a. Keadaan umum: pucat dan kurus.
b. Kulit: Warna: putih, Suhu: 36,40 C, turgor kulit lambat, tidak ada jejas, tidak ada
udem, tidak ada nyeri tekan.
c. Kepala: bentuk: bulat, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan luka. Rambut:
distribusi rambut tidak merata, warna hitam, bersih.
d. Mata: Jernih, Reaksi terhadap cahaya: Positif, konjungtiva: tidak anemis. Kedua
mata simetris, tidak ada benjolan, luka dan nyeri tekan.
e. Telinga: simetris antara kanan dan kiri, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada luka, pendengaran baik.
f. Hidung: kedua hidung simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, hidung
terlihat bersih
g. Mulut: Bibir: pucat, Gusi: baik, normal, terlihat ada bekas susu, Gigi: belum
tumbuh gigi dan terpasang OGT.
h. Tenggorokan: ada tonsil tetapi tidak terdapat tongsilitis
i. Leher: tidak ada pembekakan/ pembesaran kelenjar betah bening, bentuk simetris
j. Dada: terlihat kurus sehingga terlihat tulangnya rusuknya, dada kanan dan kiri
simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada retraksi dinding
dada.
Paru-paru: suara sonor, vesicular, taktil fremitus baik. Tidak ada suara napas
tambahan. RR:30 x/menit
Jantung: S1 lup tunggal, S2 dup, bising jantung tidak ada. Nadi: 124 x/menit.

22
k. Abdomen: bentuk cekung, peristaltic tidak terkaji.
l. Genetalia dan anus: genetalia laki- laki, skrotum pada tempatnya, normal, tidak
ada pembekakan, nyeri tekan, maupun luka. Untuk anus pada tempatnya tidak ada
luka, nyeri tekan dan pembekakan.
m. Ekstermitas: kekuatan lemah, gerakan bebas, tonus normal, tonus atrofi negative,
reflek fisiologi: f3, reflek patologis negative, sensibilitas normal. Bentuk kaki dan
tangan simetris, jari lengkap, tidak ada nyeri tekan, pembekakan maupun luka,
terpasang IV line di kaki kiri.
IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
1. Kemandirian dan bergaul : pasien belum mampu bergaul dengan sesama, aktivitas
di bantu total
2. Motorik halus : mata bayi mengikuti arahan saat diberikan mainan
3. Bernalar dan berbahasa : pasien baru bisa menangis belum mampu berbicara
4. Motorik kasar : memiringkan kepala ke kiri dan kanan, menarik kaki keatas
dan menggenggam kedua tangan
X. INFORMASI LAIN
Perhitungan risiko jatuh dapat disimpulkan bahwa klien risiko jatuh tinggi dengan
skor 18 sebagai berikut:
SKALA RESIKO JATUH HUMPTY DUMPTY UNTUK PEDIATRIK
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia < 3 tahun 4 4
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Laki-laki 2 2
Jenis kelamin Perempuan 1
Diagnosis neurologi 4 3
Diagnosis Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, 3
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dll
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatsan lainnya 3 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan Riwayat jatuh 4 2
Pasien menggunakan alat bantu/bayi diletakan 3
dalam tempat tidur bayi/perabot rumah
Pasien diletakan pada tempat tidur 2

23
Area diluar rumah sakit 1
Pembedahan/sedasi/ane Dalam 24 jam 3 1
stesi Dalam 48 jam 2
>48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestesi
Pengguanaan medika Penggunaan multiple: sedative, obat hipnosis, 3 1
mentosa barbiturate, fenotiazi, antidepresan, pencahar,
diuretik, narkose
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada medikasi 1
Jumlah skor Humpty Dumpty 16

Skor Assessment Resiko Jatuh : (Skor Minimum 7, Skor Maksimum 23)


Skor 7-11 : Resiko Rendah
Skor ≥12 : Resiko Tinggi

XI. RINGKASAN RIWAYAT KESEHATAN


bayi laki-laki usia 1 bulan 2 minggu 5 hari, lahir dari ibu P1A0AH1, usia 23 tahun,
umur kehamilan 38+5 minggu secara normal dengan vakum. BB awal 2700, namun
saat usia 4 minggu BB nya menurun disertaai dengan BAB sebanyak 30 kali disertai
lender dan darah. Dirawat di RSKIA Sadewa selama 1 minggu dan dirujuk ke RSUP
Dr.Sardjito.
XII. DATA SENJANG
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Ibu mengatakan sejak tanggal 28 1. Capillary refil > 3 detik
Oktober 2019 bayinya BAB 1 2. Nampak tangisan dan gerakan
hari sebanyak 25-30 kali disertai lemah
dengan lendir dan darah 3. BB lahir: 2735 gram dan BB saat
2. Ibu mengatakan dalam satu ini: 2600 gram
minggu ini bayinya 1 hari BAB 4. Nampak kurus, terlihat tulang
10 kali, cair dadanya
3. Ibu mengatakan BB nya semakin 5. Membrane mukosa pucat
menurun dan terlihat jadi kurus 6. Skor humpty dumpty 16: resiko
sekali tinngi jatuh
7. Terpasang OGT
8. Terpasang 3 w di kaki kiri
9. Asupan nutrisi dengan susu F-75
10. Input: 360 cc Output: 500 cc,
Balance cairan: -140
11. Kesadaran: composmentis
12. Hasil pemeriksaan lab tanggal 5
November 2019 leukosit: 31.92 10

24
3/ µL

XIII. ANALISIS DATA


NO TANGGAL DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 11 Ds: Asupan Diet Ketidakseimbangan
November - Ibu mengatakan BB Yang Kurang Nutrisi: Kurang Dari
2019 nya semakin Kebutuhan Tubuh
menurun dan terlihat
jadi kurus sekali
- Ibu mengatakan
dalam satu minggu
ini bayinya 1 hari
BAB 10 kali, cair
-
Do:
- Nampak tangisan dan
gerakan lemah
- Membrane mukosa
pucat
- BB lahir: 2735 gram
dan BB saat ini: 2600
gram
- Terpasang OGT
- Terpasang 3 w di
kaki kiri
- Capillary refil > 3
detik
- Asupan nutrisi
dengan susu F-75
2 11 ovem Ds: Kehilangan Defisien Volume
ber - Ibu mengatakan sejak Cairan Cairan
2019 tanggal 28 Oktober Sekunder:Diare
2019 bayinya BAB 1
hari sebanyak 25-30
kali disertai dengan
lendir dan darah
- Ibu mengatakan
dalam satu minggu
ini bayinya 1 hari
BAB 10 kali, cair
Do:
- Capillary refil > 3
detik
- BB lahir: 2735 gram
dan BB saat ini: 2600
gram
- Nampak tangisan dan
gerakan lemah

25
- Input: 360 cc Output:
425 cc, Balance
cairan: -65
3 11 Ds: Penyakit Resiko Infeksi
November - Ibu mengatakan Akut:Diare
2019 dalam satu minggu
ini bayinya 1 hari
BAB 10 kali, cair
Do:
- Hasil pemeriksaan
lab tanggal 5
November 2019
leukosit: 31.92 10 3/
µL
4 11 Ds: Usia < 2 Tahun Resiko Jatuh
November Do:
2019 - Usia 1 bulan 2
minggu 5 hari
- Didapatkan skor
humpty dumpty 16
dimana risiko jatuh
tinggi
- Bayi nampak lemas
dan menangis lemah
- Kesadaran:
composmentis
XIV. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Asupan Diet Yang Kurang
2. Defisien Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan Sekunder:Diare
3. Risiko Infeksi berhubungan degan Penyakit Akut:Diare
4. Resiko jatuh berhubungan dengan usia < 2 tahun

26
XV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Status Nutrisi Bayi (1020) Manajemen Nutrisi (1100)
Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Tentukan status gizi pasien dan
Asupan Diet Yang Kurang ditandai dengan selama 3x24 jam diharapkan kemampuan pasien untuk
Ds: kebutuhan nutrisi bayi mampu memenuhi kebutuhan gizi
- Ibu mengatakan BB nya semakin terpenuhi dengan kriteria hasil: 2. Monitor asupan makanan/susu
menurun dan terlihat jadi kurus 1. Intake nutrisi 1-2 (Tidak 3. Monitor berat badan
sekali adekuat-Sedikit adekuat) 4. Memonitor pemberian ASI
- Ibu mengatakan dalan satu minggu 2. Intake cairan lewat selang 2-4 5. Edukasi keluarga manfaat
ini bayinya 1 hari BAB 10 kali cair (Sedikit adekuat-Sbagian besar pemberian nutrisi pada bayi dan
Do: adekuat) waktu untuk memberikan susu
- Nampak tangisan dan gerakan lemah 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
- Membrane mukosa pucat mengenai diet yang tepat untuk
- BB lahir: 2735 gram dan BB saat ini: pasien
2600 gram
- Terpasang NGT
- Terpasang 3 w di kaki kiri
- Capillary refil > 3 detik
- Asupan nutrisi dengan susu F-75
Defisien Volume Cairan berhubungan Status Nutrisi Asupan Makanan Manajemen Cairan (4120)
dengan Kehilangan Cairan Sekunder:Diare dan Cairan (1008) 1. Jaga intake atau asupan yang akurat
ditandai dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan dan catat output
Ds: selama 3x24 jam diharapkan Status 2. Monitor ttv
- Ibu mengatakan sejak tanggal 28 Nutrisi Asupan Makanan dan Cairan 3. mencatat input output
Oktober 2019 bayinya BAB 1 hari bayi mampu terpenuhi dengan kriteria 4. Edukasi ibu untuk menetei setiap 2
sebanyak 25-30 kali disertai dengan hasil: jam
lendir dan darah 1. Asupan cairan lewat selang 1-2 5. Kolaborasikan dengan dokter
- Ibu mengatakan dalan satu minggu (Tidak adekuat-Sedikit mengenai pemberian obat oralit
ini bayinya 1 hari BAB 10 kali cair adekuat)
Do:
- Capillary refil > 3 detik

27
- BB lahir: 2735 gram dan BB saat ini:
2600 gram
- Nampak tangisan dan gerakan lemah
- Input: 360 cc Output: 425 cc,
Balance cairan: -65
Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit
Keparahan Infeksi (0703) Kontrol Infeksi (6540)
akut: diare ditandai dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Observasi adanya darah dan lender
- Ibu mengatakan dalam satu minggu selama 3x24 jam diharapkan masalah saat BAB
ini bayinya 1 hari BAB 10 kali, cair
risiko infeksi mampu teratasai dengan 2. Cuci tangan sebelum dan sesudan
- Hasil pemeriksaan lab tanggal 5 kriteria hasil: tindakan
November 2019 leukosit: 31.92 10 3/ 1. Masalah gastrointestinal 1-3 3. Eedukasi keluarga tanda dan gejala
µL (Berat – Sedang) infeksi pada pencernaan
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antibiotik
5. Mengkolaborasikan cek lab feses
kultur
Resiko jatuh berhubungan dengan usia < 2 Kontrol Risiko (1902) Pencegahan Jatuh (6490)
tahun ditandai dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi perilaku dan faktor
- Usia 1 bulan 2 minggu 5 hari selama 3x24 jam pasien/ keluarga yang mempengaruhi risiko jatuh
- Didapatkan skor humpty dumpty 16 mampu mencegah, mengurangi, 2. Jaga posisi rel dalam posisi yang
dimana risiko jatuh tinggi mengeleminiasi ancaman tinggi saat cargiver tidak ada,
- Bayi namppak lemas dan menangis kesehatan/terjatuh dengan kriteria dengan tepat
lemah hasil: 3. Memasang gelang kuning sebagai
- Kesadaran: composmentis 1. Klien terbebas dari risiko identitas risiko jatuh
cidera 3-4 (Kadang-kadang 4. Identifikasi bersama keluarga
menunjukkan – Sering karakteristik lingkungan yang
menunjukkan) mungkin meningkatkan potensi
2. Keluarga mampu menjelaskan jatuh
bagaimana cara mencegah
cidera/jatuh 3-4 (Kadang-
kadang menunjukkan – Sering
menunjukkan)

28
XVI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
11 November Ketidakseimbangan Jam 08.00 WIB S:
2019 Nutrisi Kurang Dari 1. Menimbang berat badan - Ibu mengatakan dalam 1 minggu BB nya
Kebutuhan Tubuh 2. Menyiapkan alat pemberian mengalami peningkatan dari 2600 ke 2699,4
berhubungan dengan nutrisi melalui OGT gram
Asupan Diet Yang Jam 09.00 WIB - Ibu mengatakan ingin memberikan ASI
Kurang 1. Memberikan nutrisi susu F- namun ASI keluarnya tidak lancar
75 melalui OGT 30 cc/2 O:
jam - BB 2700-0,5= 2699,4 gram (BB kotor
2. Edukasi keluarga manfaat dikurangi beratnya pampers)
pemberian nutrisi pada bayi - Bayi menghisap kurang kuat
dan waktu untuk - Penyerapan lambung bayi bagus
memberikan susu - Sebelum di sonde ibu nampak menyusui
Jam 11.00 WIB bayinya
1. Memonitor pemberian ASI A:
2. Mengevaluasi hisapan bayi - Ketidakseimbangan nutrisi kurang
pada saat menyusu darikebutuhan tubuh teratasi sebagian
3. Menyiapkan alat pemberian P:
nutrisi susu F-75 melalui - Lanjutkan intervensi
NGT - Berikan f-75 setiap 2 jam
4. Memberikan nutrisi melalui - Kaji tanda-tanda dehidrasi
ngt 30 cc/2 jam
Jam 13.00 WIB
1. Menyiapkan alat pemberian
nutrisi melalui OGT Yogyakarta, 11 November 2019
2. Memberikan nutrisi susu F-
75 melalui OGT 30 cc/2
jam

29
Dwi Astuti
11 November Defisien Volume Jam 08.10 WIB S:
2019 Cairan berhubungan 1. Mengkaji capillary refil - Ibu mengatakan BAK nya hari ini 7 kali
dengan Kehilangan 2. Mengkaji BAB - Ibu mengatakan hari ini BAB nya 10 kali
Cairan Jam 11.00 WIB: O:
Sekunder:Diare 3. Mengkaji TTV - Input 360 cc, output 425
4. Edukasi ibu untuk menetei - Capillary refil >3 detik
setiap 2 jam - N: 120 kali/menit, S: 36,30 C, RR: 40
5. Kolaborasikan dengan kali/menit
dokter mengenai pemberian - Ibu nampak sedang menetei bayinya
oralit 50 ml - BAB nampak lembek, tidak ada darah dan
Jam 13.02 WIB lendir
1. Mencatat input dan output A:
2. Mengkaji BAB - Defisien Volume Cairan teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
- Kaji capillary refil setiap tindakan
- Monitor input dan output

Yogyakarta, 11 November 2019

Hanif Prasetyaningtyas
11 November Resiko Infeksi Jam 08.00 wib S:
2019 berhubungan dengan 1. Mengobservasi adanya - Ibu mengatakan hari ini BAB nya 10 kali
penyakit akut:diare darah dan lender saat BAB nampak ada lendir
2. Mencuci tangan sebelum O:
dan sesudan tindakan - BAB cair, kekuningan dan tidak ada darah
Jam 10.00 wib dan lendir
1. Mengkolaborasi dengan A:
dokter untuk pemberian - Resiko infeksi teratasi sebagian
antibiotik P:

30
- Lanjutkan intervensi
- Kolaborasikan pemberian antibiotic
- Pertahankan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan

11 November 2019

Dwi Astuti
11 November Resiko jatuh Jam 08.30 WIB S:
2019 berhubungan dengan 1. Mengidentifikasi perilaku - Ibu mengatakan biasanya lupa menaikkan
usia < 2 tahun dan faktor yang rel saat mencuci tempat minum bayi
mempengaruhi risiko jatuh O:
2. Menjaga posisi rel dalam - ibu nampak tidur di sebelah kanan bayi agar
posisi yang tinggi saat tidak jatuh
cargiver tidak ada, dengan - Hand rell tempat tidur telah dinaikan
tepat - Melindungi bayi disisi bayi dengan guling
3. Memasang gelang kuning dan bantal
sebagai identitas risiko jatuh - Memberikan tanda gelang kuning ke bayi
4. Mengidentifikasi bersama - Melindungi bayi dari bahan atau alat
keluarga karakteristik berbahaya.
lingkungan yang mungkin - Memberikan penerangan yang cukup
meningkatkan potensi jatuh A:
- Resiko jatuh teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
- Pertahankan hand rell

Yogtyakarta, 11 November 2019

Hanif Prasetyaningtyas

31
TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
12 November Ketidakseimbangan Jam 08.00 WIB S:
2019 Nutrisi Kurang Dari 1. Menimbang berat badan - Ibu mengatakan bayinya seperti mau muntah
Kebutuhan Tubuh 2. Menyiapkan alat pemberian O:
berhubungan dengan nutrisi melalui OGT - Nampak bayi mual tapi tidak muntah keluar
Asupan Diet Yang Jam 09.00 WIB cairan
Kurang 1. Memberikan nutrisi susu F- - Input 360 cc
75 melalui ngt 30 cc/2 jam A:
2. mengganti plaster OGT - Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P:
- Lanjutkan intervensi
- Kaji muntah
- Kaji BAB
Yogyakarta, 12 november 2019

Dwi Astuti
12 November Defisien Volume Jam 08.10 WIB S:
2019 Cairan berhubungan 1. Mengkaji capillary refil - Ibu mengatakan anaknya mau menyusu
dengan Kehilangan 2. Mengkaji BAB - Ibu mengatakan anaknya hari ini BAB 8 kali
Cairan Jam 11.00 WIB: O:
Sekunder:Diare 3. Mengkaji TTV - Capillary refil >3 detik
4. Mencatat input output - Input 360
5. Memonitor ibu menetei setiap - Output 400 cc
2 jam sebelum diberikan - N: 120 kali/menit, S: 36,40 C, RR: 38
melalui NGT kali/menit
Jam 21.00 WIB A:

32
6. Menyiapkan alat pemberian - Defisien Volume Cairan tratasi sebagian
nutrisi melalui OGT
7. Memberikan nutrisi susu F- P:
75 melalui ngt 30 cc/2 jam - Lanjutkan intervensi
Jam 23.00 WIB - Monitor intake output
8. Menyiapkan alat pemberian - Monitor capillary refil
nutrisi melalui OGT - Berikan nutrisi tiap 2 jam
9. Memberikan nutrisi susu F- Yogyakarta, 12 November 2019
75 melalui ngt 30 cc/2 jam
10. Mengkaji BAB
Hanif Prasetyaningtyas
12 November Risiko Infeksi Jam 08.00 wib S:
2019 berhubungan dengan 1. Mengobservasi adanya darah - Ibu mengatakan BAB nya 8 kali tidak ada
penyakit akut:diare dan lender saat BAB darah dan lender
2. Mencuci tangan sebelum dan - Ibu nampak paham dan mengerti tanda dan
sesudan tindakan gejala infeksi
Jam 10.00 wib O:
1. Mengedukasi keluarga tanda - Nampak tidak ada darah dan lender
dan gejala infeksi pada - Bab cair
pencernaan - Saat dievaluasi tanda dan gejala infeksi
2. Mengkolaborasi dengan pencernaan ibu dapat menjawab
dokter untuk pemberian A:
antibiotik - Resiko infeksi teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
- Observasi darah dan lender saat bab
- Kolaborasi pemberian antibiotic
- Pertahankan cucui tangan sebelum dan
sesudah tindakan
Yogyakarta, 12 November 2019

33
Dwi Astuti
12 November Resiko jatuh Jam 08.55 wib S:
2019 berhubungan dengan 1. Mengedukasi keluarga untuk - Ibu mengatakan memasang hand rell saat
usia < 2 tahun mempertahankan hand rell ditinggal kekamar mandi
tempat tidur dan menjaga O:
keamanan bayi - Hand rell nampak terpasang
2. Kunjungi dan amati pasien - Melindungi bayi disisi bayi dengan guling
selama shift periodic dan bantal
Jam 21.00 WIB A:
1. Kunjungi dan amati pasien - Resiko jatuh teratasi sebagian
selama shift periodic P:
- Lanjutkan intervensi
- Pertahankan hand rell
Yogyakarta, 12 November 2019

Hanif Prasetyaningtyas

TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
13 November Ketidakseimbangan Jam 01.00 WIB S:
2019 Nutrisi Kurang Dari 1. Menyiapkan alat pemberian - Ibu mengatakan anaknya ditetei sebelum
Kebutuhan Tubuh nutrisi melalui OGT diberikan nutrisi melalui selang dan
berhubungan dengan 2. Memberikan nutrisi susu F- terkadang sesudah diberikan nutrisi melalui
Asupan Diet Yang 75 melalui ngt 30 cc/2 jam selang bayinya masih mau menyusu
Kurang Jam 03.00 WIB O:
1. Menyiapkan alat pemberian - Hisapan bayi kuat
nutrisi melalui OGT - Nampak menyusu sesekali
2. Memberikan nutrisi susu F- - Tidak ada muntah
75 melalui ngt 30 cc/2 jam - Input 360 cc Output: 400 cc
Jam 05.00 WIB A:
1. Menyiapkan alat pemberian - Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

34
nutrisi melalui OGT kebutuhan tubuh teratasi sebagian
2. Memberikan nutrisi susu F- P:
75 melalui ngt 30 cc/2 jam - Lanjutkan intervensi
Jam 06.00 WIB - Pantau kepatenan fiksasi OGT
1. Menimbang berat badan - Monitor input dan output

Yogyakarta, 13 November 2019

Dwi Astuti
13 November Defisien Volume Jam 08.10 WIB S:
2019 Cairan berhubungan 2. Mengkaji capillary refil - Ibu mengatakan bayinya tidak mual
dengan Kehilangan 3. Mengkaji BAB dan BAK - BAB 7 kali dan BAK 8 kali
Cairan Jam 09.00 WIB O:
Sekunder:Diare 1. Menyiapkan alat pemberian - N: 120 kali/menit, S: 36,60 C, RR: 40
nutrisi melalui NGT kali/menit
2. Memberikan nutrisi susu F- - Capillary refil >3 detik
75 melalui ngt 30 cc/2 jam - input 360 cc Output: 400 cc
Jam 11.00 WIB A:
1. Menyiapkan alat pemberian - Defisien Volume Cairan teratasi sebagian
nutrisi melalui OGT P:
2. Memberikan nutrisi susu F- - Lanjutkan intervensi
75 melalui ngt 30 cc/2 jam - Monitor capillary refil
Jam 11.00 WIB: - Monitor mual atau muntah
1. Mengkaji TTV - Berikan nutrisi tiap 2 jam
2. Mencatat input output
3. Memonitor ibu menetei setiap Yogyakarta 13 November 2019
2 jam sebelum diberikan
melalui NGT
Hanif Prasetyaningtyas
13 November Risiko Infeksi Jam 08.00 wib S:
2019 berhubungan dengan 1. Mengobservasi adanya darah - Ibu mengatakan hari ini BAB nya 7 kali

35
penyakit akut:diare dan lender saat BAB tidak ada lender dan darah
2. Mencuci tangan sebelum dan O:
sesudan tindakan - Tidak nampak lender dan darah, BAB cair
3. Membatasi jumlah A:
pengunjung - Resiko infeksi teratasi sebagian
Jam 10.00 wib P:
1. Mengkolaborasi dengan - Lanjutkan intervensi
dokter untuk pemberian - Mengkolaborsikan pemberian antbiotik
antibiotic - Mengkolaborasikan ceklab feses kultur
2. Mengolaborasikan cek lab - Pertahankan cuci tangan sebelum dan
feses kultur sesudah tindakan
- Obervasi BAB
Yogyakarta 13 November 2019

Dwi Astuti
13 November Resiko jatuh Jam 08.55 WIB S:
2019 berhubungan dengan 1. Menjaga posisi rel dalam - Ibu mengatakan selalumemasang han rell
usia < 2 tahun posisi yang tinggi saat O:
cargiver tidak ada, dengan - Hand rell nampak terpasang
tepat - Melindungi bayi disisi bayi dengan guling
2. Kunjungi dan amati pasien dan bantal
selama shift periodic A:
- Resiko jatuh teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
- Pertahankan hand rell

Yogyakarta, 13 November 2019

Hanif Prasetyaningtyas

36
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI
Jakarta.

Hasaroh, Yunita, (2010). Perubahan Berat Badan Anak Balita Gizi Buruk yang dirawat di
RSUP H. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2008). Buku Ajar Respirologi anak, edisi pertama.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2011). Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Kemenkes RI. (2011). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat
Bina Gizi.

Liansyah, T.M., Kurniawan, H. (2015). Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Primer. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol 15. No.2.

Moorhead, Sue. dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.

NANDA Internasional. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC
NOC Jilid 2. Jakarta: Mediaction.

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

35

Anda mungkin juga menyukai