Disusun Oleh :
LISCA INDRIANI
1910206115
A. Latar Belakang
Cedera serebrovaskuler atau stroke terjadi akibat iskemik atau
perdarahan (Tambayong, 2000). Stroke dibedakan menjadi stroke
hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang
pecah dan stroke non hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan pada
pembuluh darah otak.
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama satu tahun di sebuah
rumah sakit di Amerika, menyebutkan bahwa dari 757 pasien penderita
stroke yang terdiri dari 41,9% stroke hemoragik dan 58,1% stroke
iskemik. Hal ini menunjukkan peningkatan angka penderita stroke
hemoragik yang sangat tinggi bila dibandingkan pada tahun 1970 dan
1980, yaitu 73% hingga 86% stroke iskemik daan 8% sampai 18% stroke
hemoragik (Shiber dkk, 2008).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju,
setelah penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Laju mortalitas
pada stroke hemoragik sangat tinggi, pada perdarahan intraserebrum
hipertensif mendekati 50%, sedangkan untuk perdarahan subarakhnoid
sekitar 50% pada bulan pertama setelah perdarahan (Price, 2006).
Di Indonesia sendiri, stroke merupakan penyebab kematian dan
kecacatan neurologis yang utama (Mansjoer, 2000). Kira-kira 200.000
kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap
tingkat umur, tetapi yang paling sering pada usia 75-85 tahun (Muttaqin,
2008).
Saat ini, stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namun
cenderung menyerang generasi muda yang masih produktif. Stroke juga
tak lagi menjadi milik warga kota yang berkecukupan, namun juga dialami
oleh warga pedesaan yang hidup dengan keterbatasan. Hal ini dapat terjadi
karena life style atau gaya hidup yang berhubungan dengan faktor
pencetus stroke, seperti makan makanan yang banyak mengandung lemak
dan kolesterol tinggi serta malas berolahraga.
Mengingat akibat yang ditimbulkan oleh penyakit stroke sangat
berbahaya, maka penderita stroke memerlukan penanganan dan perawatan
yang bersifat umum, khusus, rehabilitasi, serta rencana pemulangan klien.
Usaha yang dapat dilakukan mencakup pelayanan kesehatan secara
menyeluruh, mulai dari promotif, preventif, kuratif, sampai dengan
rehabilitatif.
Hasil wawancara dengan 1 pasien lansia dengan stroke yang
merupakan pasien kelolaan kami mengatakan bahwa strokenya membuat
ekstermitas sebelah kiri pasien lemah dan pasien terhambat untuk
melakukan aktivitasnya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami stroke.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
penyakit stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami stroke.
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
stroke yang mengalami hambatan mobilitas fisik.
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
stroke yang mengalami gangguan tidur.
C. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam hal pemahaman
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke.
2. Untuk Institusi
Dapat dijadikan sebagai referensi untuk dapat menambah wawasan
tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi
tambahan informasi bagi petugas kesehatan khususnya mengenali
hambatan mobilitas fisik dan gangguan tidur pada pasien stroke.
4. Bagi lansia
Dapat menjadikan ROM sebagai upaya untuk melakukan kontrol
atau untuk mengatasi penyakit stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan
harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama
beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
B. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,
yaitu: (Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering
dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim
otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau
di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
D. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/
cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal
dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang
otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan
mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya
drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron
di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah
lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan
dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan
serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan
kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons
sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008).
E. PATHWAYS Thrombosis Embolisme Iskemia Hemoragik
STROKE
Disfagia Afasia Kelainan Hemipelgi Hemipelgi Nervus Nervus Nervus Nervus Nervus Nervus 5 9 Nervus
visual kanan kanan kiri 1 2 346 7 8 10 11 12
Mk:
Gangguan Kelemahan fisik Daya Penuru Penurunan Menutup Pandangan Kemampuan Reflek
Komunikasi penciuman nan lapang kelopak dan menelan mengunyah
Verbal menurun daya pandang mata keseimban menurun menurun
penglih fungsi gan tubuh
MK: Mk:
atan pengecap menurun
Kurangnya Gangguan
menurun
Kerusakan perawatan Mobilitas Fisik Perubahan Obstruksi
menelan diri bentuk jalan nafas
MK: pupil
Resiko
Tinggi
Cedera Mk:
Bola mata tidak
Bersihan
mengikuti perintah
Jalan
Nafas
Mk:
Tidak
Gangguan
Efektif
MK: Resiko Gangguan Nutrisi Kurang Persepsi Sensori
Dari Kebutuhan Tubuh
F. MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan
gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
G. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi
komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi
sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus Individu yang menderita stroke berat pada bagian
otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat
meninggal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan
bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah
ulserasi alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik.
7. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.
8. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
K. MIND MAPPING STROKE
BAB III
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. I
Alamat : Srandakan, Bantul, DIY
Usia : 60 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status : Kawin
Tanggal pengkajian : 26 November 2019
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Kesimpulan: skor yang didapatkan dari hasil pengkajian Tn. I dari
hasil skor salah 0 dan benar 10 sehingga dikategorikan “fungsi
intelektual utuh”.
Klien Tn. I
No Pertanyaan Jawaban Skor
Ya/Tidak
1. Apakah Pada dasarnya anda puas dengan kehidupan Ya 0
anda?
2. Apakah anda banyak meninggalkan banyak kegiatan atau Ya 1
minat dan kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0
4. Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
5. Apakah anda memiliki semangat baik setiap saat? Ya 0
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
7. Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup Ya 0
anda?
8. Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0
9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada pergi Tidak 0
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa memiliki banyak masalah dengan Tidak 0
daya ingat anda dibandingan dengan kebanyakan orang?
11. Apakah anda fikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya 0
menyenangkan?
12. Apakah anda merasa berharga? Ya 1
13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Tidak 0
harapan?
15. Apakah anda fikir orang lain lebih baik keadaanya dari Tidak 0
pada anda ?
Jumlah 2
Penilaian: Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut:
1. Tidak 9. Ya
2. Ya 10. Ya
3. Ya 11. Tidak
4. Ya 12. Ya
5. Tidak 13. Tidak
6. Ya 14. Ya
7. Tidak 15. Ya
8. Ya
Tn. I
1 2 3 4
Presespsi Terbatas penuh Sangat Agak terbatas Tidak
sensori terbatas terbatas
Kelembaban Lembab konstan Sangat lembab Kadang Jarang
lembab lembab
Aktifitas Di tempat tidur Di kursi Kadang jalan Jalan keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat Kadang Tidak
Terbatas terbatas terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak adekuat Adekuat Sempurna
Gerakan Masalah Masalah resiko Tidak ada Sempurna
/cubitan masalah
Total skor : 21 Kesimpulan: Dari hasil skoring total = 21, dapat dikatakan bahwa
Tn. I “tidak memiliki resiko terkena dekubitus”.
Keterangan:
Pasien dengan total nilai:
ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS : Penurunan Hambatan
Tn. I mengatakan merasa lemah untuk kekuatan otot mobilitas
bergerak dibagian tubuh sebelah kiri. fiisik
DO : (00085)
Pasien tampak lemah pada ekstermitas
kiri, TD: 130/80 mmHg, Nadi:
80x/menit, RR : 24x/menit.
P : Penyakit Stroke
Q : Seperti ditahan
R : Ekstermitas kiri
S : Skala 3
T : Terus menerus
Kekuatan otot :
5 4
5 4
2 DS: Faktor resiko : Risiko Jatuh
Tn I mengatakan saya merasa agak Hambatan (00155)
kesulitas ketika berjalan karena kaki mobilitas,
kiri saya agak sulit digerakkan. penurunan
DO: kekuatan
Pasien jalan terlihat tidak seimbang, ekstermitas
hasil pengkajian morse fall scale : 35
(resiko jatuh sedang), TD: 130/80
mmHg, Nadi: 80x/menit, RR :
24x/menit.
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
yang ditandai dengan Tn. I mengatakan merasa lemah untuk bergerak
dibagian tubuh sebelah kiri.
2. Risiko jatuh ditandai faktor resiko hambatan mobilitas fisik dan penurunan
kekuatan otot ekstermitas yang ditandai dengan hasil pengkajian morse
fall scale : 35.
NURSING CARE PLAN
1 Hambatan Rabu, 27 10.00 1. Menjelaskan pada pasien atau Jam 10.30 WIB
mobilitas fisik November keluarga manfaat dan tujuan
berhubungan 2019 melakukan latihan sendi. S: Klien mengatakan sudah
dengan penurunan 2. Menentukan batasan pergerakan mengetahui latihan pergerakan
kekuatan otot yang sendi dan efeknya terhadap sendi dan sendinya jadi tidak
ditandai dengan Tn. fungsi sendi terasa kaku.
I mengatakan 3. Mengobservasi dan monitor O: Klien kooperatif, Klien tampak
merasa lemah untuk lokasi dan kecenderungan tenang
bergerak dibagian adanya nyeri, dan P : Penyakit Stroke
tubuh sebelah kiri. ketidaknyamanan selama Q : Seperti ditahan
pergerakan atau aktivitas. R : Ekstermitas kiri
4. Mengedukasi pasien dan S : Skala 3
keluarga untuk menggunakan T : Terus menerus
baju yang tidak menghambat
pergerakan pasien.
5. Melindungi pasien dari trauma
selama latihan. Kekuatan otot :
6. Melakukan latihan ROM aktif 5 4
secara mandiri pada pasien. 5 4
TTV :
TD pre: 130/80 mmHg,
TD post : 130/85 mmHg,
Nadi: 80x/menit.
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Kaji kemampuan klien
mengaplikasikan ROM aktif
untuk latihan pergerakan sendi.
TTD
(Lisca Indriani)
A. Kesimpulan
Lansia yang menderita stroke selain activity daily living juga perlu
diperhatikan untuk latihan pergerakan sendi sebagai terapi non farmakologis..
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan klien (Tn.I) setelah diberikan ROM
aktif, klien mengatakan sudah mengetahui latihan pergerakan sendi dan
sendinya jadi tidak terasa kaku. Hal ini diperkuat dengan hasil evidence
based yang menerangkan tentang pengaruh latihan ROM aktif terhadap
keaktifan fisik pada lansia. Oleh karena itu, ROM aktif perlu dilakukan untuk
latihan pergerakan sendi.
B. Saran
Bagi Perawat akan pentingnya memberikan ROM aktif kepada lansia yang
memiliki masalah ekstermitas sebagai terapi non farmakologis. Latihan ini
dapat dilakukan setiap harinya sebagai bagian dari intervensi kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto. 2010. Cekal (Cegah Dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: C.V
Andi Offset
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi
Action.
Imron, Junaidi; Asih, Sri. 2015. Pengaruh Latihan ROM Aktif Terhadap
Keaktifan Fisik Pada Lansia Di Dusun Karang Templek Desa
Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Jurnal Edu Health,
Vol. 5 No 1, April 2015.
https://www.academia.edu/36471716/LAPORAN_PENDAHULUAN_stroke
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RANGE OF MOTION (ROM)
Pokok bahasan : Latihan Gerak Aktif-Pasif ROM pada pasien bed rest
Waktu : 30 menit
Kegiatan
No. Waktu Kegiatan
penyuluh
Penyuluh Pasien
1. 5 menit Orientasi a. Membuka acara dengan a. menjawab
mengucapkan salam salam
terapeutik b. menjawab
b. Memperkenalkan diri ketersedian
c. Meminta kesediaan klien dilakukan
untuk memulai melakukan diskusi atau
pendidikan kesehatan pendidikan
d. Menyampaikan topik dan kesehatan
tujuan penkes kepada
pasien
e. Kontrak waktu untuk
kesepakatan penkes
2. 15 menit Tahap Kerja a. Mengkaji ulang tentang a. Menjawab
pengetahuan pasien pertanyaan
terkait materi pendidikan dan
kesehatan mengikuti
b. Menjelaskan materi kegiatan
pendidikan kesehatan dengan baik.
kepada pasien dengan b. Mengajukan
menggunakan lefleat pertanyaan
c. Mendemonstrasikan
langkah-langkah latihan
gerak aktif-pasif
d. Memberikan kesempatan
pada klien dan keluarga
untuk mengajukan
pertanyaan
3. 10 menit Penutup a. Evaluasi pemahaman
klien terkait materi yang
disampaikan
b. Meminta klien untuk
mendemonstrasikan
b. Bahu
gerakan penjelasan rentang
c. Siku
gerakan penjelasan rentang
d. Lengan bawah
gerakan penjelasan rentang
supinasi Memutar lengan bawah dan tangan 70°-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas
pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak 70°-90°
tangan menghadap kebawah
e. Pergelangan tangan
gerakan penjelasan rentang
Fleksi Menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian 80°-90°
dalam lengan bawah
Ekstensi Menggerakkan jari-jari tangan sehingga 80°-90°
jari-jari tangan, lengan bawah dalam arah
yang sama
Hiperekstensi Membawa telapak tangan kebagian bawah 80°-90°
sejauh mungkin
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke 30°
arah ibu jari
adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke 30°-50°
arah lima jari
f. Jari-jari tangan
gerakan penjelasan rentang
Feksi Membuat genggaman 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan 90°
Hiperakstensi Menggerakkan jari-jari tangan kebelakang 30°-60°
sejauh mungkin
Abduksi Merenggangkan jari-jari tangan yang satu 30°
dengan yang lainnya
adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan 30°
g. Pinggul
gerakan penjelasan rentang
h. Lutut
gerakan penjelasan rentang
i. Kaki
gerakan penjelasan rentang
j. Jari-jari kaki
gerakan penjelasan rentang