Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

S
DENGAN MASALAH DEMENSIA DI WISMA DAHLIA BPSTW UNIT
BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

Disusun oleh:

LISCA INDRIANI

1910206115

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu keberhasilan terbesar kebijakan kesehatan masyarakat adalah
peningkatan harapan hidup. Pada tahun 2025 di Dunia diperkirakan terdapat sekitar
1,2 milyar penduduk dunia berusia lebih dari 60 tahun dan akan meningkat menjadi
2 milyar ditahun 2050, dimana 80% penduduk tersebut tinggal di negara
berkembang.Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 231,4 juta jiwa juga akan
mengalami peningkatan penduduk lanjut usia. Jumlah lanjut usia padatahun 2010
diperkirakan 18.575.000 jiwa, sekitar 7% dari jumlah seluruh penduduk. Proporsi
penduduk lanjut usia tersebut akan terus meningkat hingga 11,34 % ditahun 2020.
Hal yang menjadi salah satu masalah kesehatan pada lanjut usia adalah kemunduran
fungsi kognitif (Wreksoatmodjo, 2014).
Penduduk lanjut usia digolongkan menjadi 4 yaitu: pra lansia (45-59 tahun),
lansia muda (60-69 tahun), lansia madya (70-79 tahun) ,lansia tua (80-89 tahun)
(Yeni, dkk, 2014). Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun.
Lanjut usia mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial.
Perubahan yang bersifat fisik antara lain adalah penurunan kekuatan fisik stamina
dan penampilan. Hal ini dapat menyebabkan beberapa orang menjadi depresif atau
merasa tidak senang saat memasuki masa usia lanjut. Mereka menjadi tidak efektif
dalam pekerjaan dan peran sosial, jika mereka bergantung pada energi fisik yang
sekarang tidak dimiliknya lagi (Indriana, 2012).
Lanjut usia juga akan mengalami perubahan pada segi fisik,kognitif, dan
psikososialnya. Keempat dominan dalam kualitas hidup adalah kesehatan fisik,
kesehatan psikologi, hubungan sosial, danmembuat lanjut usia merasa kehidupannya
tidak berarti lagi dan putus asa dalam menjalani kehidupan. Ini adalah salah satu
tanda rendahnya kualitas hidup pada lanjut usia yaitu tidak dapat menikmati masa
tuanya. Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring dengan berjalannya waktu,
akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Penurunan fungsi ini
disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis serta berkurangnya
aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi dan radikal bebas, hal tersebut
mengakibatkan semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan
structural dan fisiologis, begitu juga otak (Bandiyah, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
masalah demensia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami demensia
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami nyeri akut.
c. Mahasiswa mampu membeikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami hambatan memori.
d. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami risiko jatuh.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjelaskan cara mengatasi terjadinya nyeri yang sering dirasakan
lansia supaya dapat mengembangkan terapi non farmakologi untuk mengatasinya.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik khususnya dengan
masalah demensia.
3. Bagi Lansia
Dapat menjadikan tambahan sedikit pengetahuan untuk mengurangi gejala
yang sering muncul pada lansia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Demensia
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari (Blocklehurst and Allen, 1987). Bisa juga Demensia
diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa
gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian ( behavioral symptom) yang
mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa
demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan
kepribadian dan tingkah laku.
Garis besar manifestasi kliniknya adalah sebagai berikut :
1. Perjalanan penyakit yang bertahap (biasanya dalam beberapa bulan atau
tahun)
2. Tidak terdapat gangguan kesadaran (penderita tetap sadar) Demensia
adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal. Namun proses penuaan bukan dengan sendirinya menjadi
penyebab dementia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari
berbagai latarbelakang pendidikan maupun kebudayaan. Bila seseorang
menderita demensia maka akan mengalami gangguan pada daya ingatan,
pemikiran, tingkah laku dan emosi. (Buku Ajar Geriatri).

B. Epidemiologi Demensia

Jumlah Lanjut usia pada tahun 1995 lebih kurang 13,2 juta jiwa dan pada
tahun 2000 meningkat menjadi 15,3 juta jiwa. Kemudian pada tahun 2005
diperkirakan meningkat menjadi 19,9 juta jiwa atau 8,48 % dari jumlah penduduk.
Sementara jumlah Lanjut Usia Terlantar berjumlah 2.848.854  jiwa (berdasarkan
data Pusdatin Kesos Tahun 2002).

Data terakhir pada tahun 2009 menunjukan penduduk Lansia di Indonesia


berjumlah 20.547.541 jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia
pada tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11% dari total penduduk
Indonesia. Pada tahun 2021 usia lanjut di Indonesia diperkirakan mencapai 30,1 juta
jiwa yang merupakan urutan keempat di dunia sesudah Cina, India dan Amerika
Serikat.

Menjelang tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi lebih dari


50 juta jiwa, Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5% usia lanjut 65 – 70 tahun
menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 %
pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5  – 1.0 % dan di
Amerika  jumlah demensia pada usia lanjut 10  –  15% atau sekitar 3  – 4 juta orang.

Prevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia.


Prevalensi demensia sedang hingga berat bervariasi pada tiap kelompok usia. Pada
kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat mencapai 5
persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun prevalensinya mencapai 20
hingga 40 persen.

 Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen


diantaranya menderita jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia
tipe Alzheimer (Alzheimer’s diseases). Prevalensi demensia tipe  Alzheimer
meningkat seiring bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun
prevalensinya adalah 0,6 persen pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90
tahun, prevalensinya mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer
membutuhkan lebih dari 50 persen perawatan rumah (nursing home bed ).
Jenis demensia yang paling lazim ditemui berikutnya adalah demensia
vaskuler, yang secara kausatif dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler. Hipertensi
merupakan factor predisposisi bagi seseorang untuk menderita demensia. Demensia
vaskuler meliputi 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia. Demensia
vaskuler paling sering ditemui pada seseorang yang berusia antara 60 hingga 70
tahun dan lebih sering pada laki-laki daripada wanita. Sekitar 10 hingga 15 persen
pasien menderita kedua jenis demensia tersebut.
 Penyebab demensia paling sering lainnya, masing-masing mencerminkan 1
hingga 5 persen kasus adalah trauma kepala, demensia yang berhubungan dengan
alkohol, dan berbagai jenis demensia yang berhubungan dengan gangguan
pergerakan, misalnya penyakit Huntington dan penyakit Parkinson. Karena demensia
adalah suatu sindrom yang umum, dan mempunyai banyak penyebab, dokter harus
melakukan pemeriksaan klinis dengan cermat pada seorang pasien dengan demensia
untuk menegakkan penyebab demensia pada pasien tertentu.

C. Etiologi Demensia

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan


timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen
diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya
(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan
membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3


golongan besar :

a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal, Sering
pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri, mungkin kelainan terdapat
pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada
metabolisme seperti yang ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia
senilis.

b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :

1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.

2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert

3) Khorea Huntington

4) penyakit jacob-creutzfeld dll

c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler

2) penyakit- penyakit metabolik

3) Gangguan nutrisi

4) Akibat intoksikasi menahun

5) Hidrosefalus komunikans

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian berat sehingga


mengganggu aktivitas hidup sehari- hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif
pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat
(pelupa). Demensia terutama yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer berkaitan
erat dengan usia lanjut. Penyakit alzheimer ini 60% menyebabkan kepikunan atau
demensia dan diperkirakan akan meningkat terus.

Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan memori (daya


ingat) yang terjadi secara bertahap, termasuk kesulitan menemukan atau
menyebutkan kata yang tepat, tidak mampu mengenali objek, lupa cara
menggunakan benda biasa dan sederhana, seperti pensil, lupa mematikan kompor,
menutup jendela atau menutup pintu, suasana hati dan kepribadian dapat berubah,
agitasi, masalah dengan daya ingat, dan membuat keputusan yang buruk dapat
menimbulkan perilaku yang tidak biasa.

Gejala ini sangat bervariasi dan bersifat individual. Gejala bertahap penyakit
alzheimer dapat terjadi dalam waktu yang berbeda- beda, bisa lebih cepat atau lebih
lambat. Gejala tersebut tidak selalu merupakan penyakit alzheimer, tetapi apabila
gejala tersebut berlangsung semakin sering dan nyata, perlu dipertimbangkan
kemungkinan penyakit alzheimer (Nugroho, 2008).

D. Tanda dan Gejala

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari..
Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam
puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala
yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya
mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh
penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa
meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri
bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai
dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir
terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga
merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka
belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang
dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah
sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang
mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif
menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus
dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik,
pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan
juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik
perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman
perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang
sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat
mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada
Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan
fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang
berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah,
agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E.
1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:


a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada

c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang


benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang
kata atau cerita yang sama berkali-kali

d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah


drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain,
rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.

e. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisa

f. Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.

g. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.

h. Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings

i. Defisit neurologik motor & fokal

j. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang

k. Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia

l. Agnosia, apraxia, afasia

m. ADL (Activities of Daily Living)susah

n. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan

o. Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian

p. Lupa meletakkan barang penting

q. Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting

r. Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang

s. Mudah terjatuh, keseimbangan buruk

t. Akhirnya lumpuh, inkontinensia urine & alvi

u. Tak dapat makan dan menelan

v. Koma dan kematian.


E. Kriteria Derajat Demensia

Kriteria derajat demensia

a. Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial,
kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian
umum yang baik.

b. Sedang : Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.

c. Berat : Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak


berkesinambungan, inkoheren.

F. Klasifikasi Demensia
Menurut Umur :
a. Demensia senilis (>65th)
b. Demensia prasenilis (<65th)
Menurut perjalanan penyakit:
a. Reversibel
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya
cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :
a. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
b. Inkontinensia urin.
c. Demensia.
Menurut kerusakan struktur otak
a. Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini.
Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer
sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :
1) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia,
gangguan fungsi eksekutif,
3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5) Kehilangan inisiatif.
b. Demensia vascular
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer 
tetapi  terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1) Peningkatan reflek tendon dalam,
2) Respontar eksensor,
3) Palsi pseudobulbar,
4) Kelainan gaya berjalan,
5) Kelemahan anggota gerak.
c. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
Demensia dengan kumpulan Lewy (Lewy bodies) disebabkan oleh
kemunduran dan matinya sel-sel syaraf diotak. Nama itu berasal dari adanya
struktur-strukturabnormal berbentuk bola, disebut kumpulan Lewy, yangtumbuh
di dalam sel-sel syaraf. Diduga struktur itu ikutmenyebabkan kematian sel-sel
otak. Orang yangmempunyai demensia dengan kumpulan Lewy
cenderungmelihat sesuatu yang tidak ada (mengalami halusinasivisual),
mengalami kekakuan atau gemetar (parkinsonisme)dan kondisi mereka
cenderung berubah-ubah secara cepat,sering dari jam ke jam atau dari hari ke
hari. Gejala itumemungkinkan dibedakannya penyakit ini dari
penyakitAlzheimer.
d. Demensia Lobus Frontal-Temporal
Ini adalah nama yang diberikan kepada sebuah kelompok demensia jika
terjadi proses kemunduran dalam satu atau keduanya dari lobus frontal atau lobus
temporal otak. Termasuk dalam kelompok ini adalah Fronto Temporal lobus
frontal dan lobus temporal), Progressive non-Fluent Aphasia (Afasia Progresif
non-Fluent, penderita secara berangsur-angsur kehilangan kemampuan
berbicara), Semantic Demensia (Demensia Semantik, penderita tidak mengerti
arti kata-kata) dan penyakit Pick. Lebih dari 50% orang penderita FTLD
mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit tersebut. Mereka yang
mewarisinya sering mengalami mutasi gen pada protein tau dalam kromosom 17
yang menyebabkan diproduksinya protein tau yang abnormal. Tidak diketahui
adanya faktor risiko lain.
e. Morbus Parkinson
Demensia ini disebabkan adanya penyakit parkinson yang menyertai dengan
gejala :
a. Disfungsi motorik.
b. Gangguan kognitif / demensia bagian dari gangguan.
c. Lobus frontalis dan defisit daya ingat.
d. Depresi.
f. Morbus Huntington
Demensia ini disebabkan penyakit herediter yang disertai dengan degenoivasi
progresif pada ganglia basalis dan kortex serebral. Transmisi terdapat pada gen
autosomal dominan fragmen G8 dari kromosom 4. Onset terjadi pada usia 35 –
50 tahun. Gejalanya :
a. Demensia progresif.
b. Hipertonisitas mascular.
c. Gerakan koreiform yang aneh.
g. Morbus Pick
Intraneunoral yang Penyakit Pick disebabkan penurunan fungsi mental dan
perilaku yang terjadi secara progresif dan lambat. Kelainan terdapat pada kortikal
fokal pada lobus frontalis. Penyakit ini juga sulit dibedakan dengan Alzheimer
hanya bisa dengan otopsi, dimana otak menunjukkan inklusi disebut “badan
Pick” yang dibedakan dari serabut neurofibrilaris pada Alzheimer.
h. Morbus Jakob-Creutzfeldt
Penyakit ini disebabkan oleh degeneratif difus yang mengenai sistim
piramidalis dan ekstrapiramidal. Pada penyakit ini tidak berhubungan dengan
proses ketuaan. Gejala terminal adalah :
a. Demensia parah.
b. Hipertonisitas menyeluruh.
c. Gangguan bicara yang berat.
G. Komplikasi Demensia
a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :
1) Ulkus Dekubitus
2) Infeksi saluran kencing
3) Pneumonia
b. Thromboemboli, infark miokardium.
c. Kejang
d. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
e. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan
menggunakan peralatan
f. Kehilangan kemampuan berinteraksi
g. Harapan hidup berkurang
H. Pemeriksaan Penunjang Demensia

a. Pemeriksaan neuropsikologis:
1) Fungsi kognitif :
- Mini Mental State Examination (MMSE)
- Clock Drawing Test (CDT)
2) Fungsi global
- Clinical Dementia Rating (CDR)
- Gangguan Neuropsikiatris (NPI)
3) Aktifitas harian
Activity of Daily Living (ADL), Functional Activity Questionaire
(FAQ), Instrumental Activity of Daily Living (IADL).
b. Pemeriksaan kognitif
Dilakukan pada penderita tersangka demensia dengan tujuan untuk :
1) Penapisan
2) Konfirmasi diagnosa dan subtipenya.
3) Derajat keparahannya.
4) Progresifitasnya
Pemeriksaan fungsi kognitif meliputi :
1) Tingkat intelektual sebelumnya
2) Mood, kooperasi dan motivasi
3) Atensi
4) Orientasi
5) Memori
6) Bahasa/komunikasi
7) Visuospasial/kemampuan konstruksi
8) Kalkulasi
9) Berfikir abstrak
10) Penilaian diri/insight
c. MMSE (Mini Mental State Examination)
1) Pemeriksaan fungsi kognitif yang paling sering digunakan.
2) Dapat membedakan gangguan fungsi organik dengan gangguan organik.
3) Singkat, dapat dipergunakan dimana saja.
4) Kualifikasi mini karena tidak menyangkut aspek mood, pengalaman mental
abnormal dan gangguan proses berpikir.
5) Dipengaruhi oleh usia, pendidikan, pekerjaan dan social.
d. CDT (Clock Drawing Test)
I. Penatalaksanaan Demensia
Walaupun penyembuhan total pada berbagai bentuk pada demensia biasanya
tidak mungkin, dengan penatalaksanaan yang optimal dapat dicapai perbaikan hidup
sehari-hari dari penderita (dan juga dari keluarga yang merawatnya). Prinsip utama
penatalaksanaan penderita adalah sebagai berikut :
1. Optimalkan fungsi dari penderita, dengan :
a. Obati penyakit yang mendasarinya
b. Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP)
c. Upayakan aktifitas mental dan fisik
d. Hindari situasi yang menekan kemampuan mental
e. Persiapkan penderita bial akan berpindah tempat
f. Perbaikan gizi
2. Kenali dan obati komplikasi
a. perilaku merusak
b. Depresi
c. Agresivitas
d. inkontinensia
3. Upayakan pengobatan berkesinambungan
a. Reakses keadaan kognitif dan fisik
b. Pengobatan gangguan medic
4. Upayakan informasi medis bagi penderita dan keluarga
a. Berbagai hal tentang penyakitnya
b. Kemungkinan gangguan / kelainan yang bisa terjadi
c. prognosis
5. Upayakan informasi pelayanan social yang ada pada penderita dan
keluarganya
a. Berbagaai pelayanan kesehatan masyarakat
b. Nasehat hukum dan atau keuangan
6. Upayakan nasehat keluarga untuk
a. Pengenalan dan cara atasi konflik keluarga
b. Penanganan rasa marah atau rasa bersalah
c. Pengambilan keputusan untuk perumahan respite atau di institusi
d. Kepentingan-kepentingan hukum/masalah etik
J. Pencegahan dan Perawatan

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :

a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan.

b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan


setiap hari.

c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif.

1) Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

2) Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang


memiliki persamaan minat atau hobi.

d. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
H. PATHWAYS
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PENGKAJIAN INDIVIDU
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK

1. Identitas Klien

Nama: Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan


Umur : 73 tahun Suku : Jawa
Alamat: Gandekanayan, Maguwoharjo, Agama : Islam

Sleman
Pendidikan : SD Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk Panti Wreda : 06-06-2018 Tanggal Pengkajian : 02/ 12/ 2019

2. STATUS KESEHATAN SAAT INI


Keluhan yang dirasakan oleh lansia saat ini: Ny. S mengatakan terkadang mengalami
susah tidur dan terkadang terbangun pada malam hari. Ny. S juga mengatakan sakit dan
kaku pada pinggangnya jika terlalu lama duduk.
P : sakit dan kaku pada pinggang
Q : seperti kram
R : pinggang
S : skala 3
T : saat duduk
3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Ny. S mengatakan menderita stroke dan pernah jatuh.
4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ny. S mengatakan bahwa keluarganya juga tidak memiliki riwayat penyakit yang serius.
5. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan umum: Composmentis (E4V5M6)
b. Integumen: Kulit terlihat keriput, warna kulot sawo matang, agak kering, keadaan
turgor kulit lambat tidak elastis.
c. Kepala: Bentuk lonjong, distribusi rambut merata, berwarna putih karena uban.
d. Mata: Simetris, penglihatan bagus, sklera warna putih, konjungtiva tidak anemis
e. Telinga: Simetris, tampak bersih, pendengaran berkurang, tidak ada benjolan, tidak
ada cairan yang keluar.
f. Mulut: Membran mukosa lembab dan bau mulut
g. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Dada: Simetris, tidak ada pembengkakan
i. Ekstremitas atas: Gerakan ekstremitas terlihat gemetaran saat beraktivitas, tidak ada
edema, tidak ada luka.
j. Ekstremitas bawah: Lutut terasa kaku dan gangguan pada ekstremitas bawah pasca
jatuh
k. Sistem pernafasan : Pernafasan normal RR: 20 x/menit
l. Sistem kardiovaskuler: 120/90 mmHg
m. Sistem gastroentestinal: Tidak ada gangguan, terdengar bising usus, makan 3x sehari
dengan porsi sedang dan tergantung lauk yang di makan, BAB 1x sehari
n. Sistem perkemihan: BAK lancar, pada malam hari juga sering terbangun untuk BAK
o. Sistem reproduksi: Tidak ada gangguan reproduksi
p. Sistem muskuluskeletal: Kaku sendi karena memiliki riwayat stroke
Kekuatan otot
4 4
4 3
q. Sistem syaraf pusat: Klien tidak memiliki riwayat cedera kepala
r. Sistem endokrin: Tidak ada keluhan.
s. Sistem pengkajian inkontinensia urine akut sebagai berikut:
Ny. S mengatakan kadang mengompol, Ny. S kadang sulit menahan dan mengatur
pola eliminasi BAK.
6. PENGKAJIAN PENGKAJIAN INKONTINENSIA URIN AKUT ATAU
PERSISTEN
Ny. S mengatakan lupa sehari BAK berapa kali, kadang- kadang klien tidak bisa
menahan BAK
7. PENGKAJIAN INKOTINENSIA URINE PERSISTEN BERIKUT:
Riwayat kesehatan, meliputi pertanyaan :
a. Apakah pernah mengeluarkan urime padahal tidak ingin kencing ? Pernah
b. Apakah pernah memiliki masalah untuk ke kamar mandi tepat pada waktunya
sehingga tidak buang air di celana atau di tempat tidur ? Pernah
c. Apakah pernah menggunakan bantalan/pempers untuk melindungi dari
ngompol ? Tidak Pernah
d. Sudah berapa lama anda memiliki masalah ngompol ini ? Lupa
e. Seberapa sering ada ngompol ? Tidak tentu
f. Ketika anda ngompol, seberapa banyak urine yang dikeluarkan ?
Sedikit, hanya netes
g. Apa yang menyebabkan anda ngompol ? Tidak bisa mengontrol
h. Seberapa sering biasanya anda secara normal buang air kecil ? Sering
i. Apakah anda bangun pada alam hari untuk buang air kecil ? Iya sering
j. Ketika anda merasa kandung kencing anda penuh, berapa lama anda
dapat menahannya ? Tidak lama
k. Apakah anda mengalami hal berikut ketika buang air kecil ? Tidak
l. Apakah anda menggunakan salah satu alat berikut ? Tidak
m. Apakah anda memerlukan evaluasi atau pengobatan lebih lanjut
mengenai masalah ngompol anda? Tidak
n. Apakah anda pernah tidak bisa mengeluarkan tinja (bebelen) ? Tidak
o. Apakah anda memiliki riwayat sakit medis lainnya ?
Stroke
p. Apakah menggunakan obat-obatan sebagai berikut ?
(diuretik/antihipertensi/obat syarat) Obat Syarat
q. Riwayat saluran kemih dan kelamin ? Tidak ada

8. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPRITUAL


a. PSIKOSOSIAL
Ny. S baik dalam bersosialisasi, Ny. S kadang mengikuti setiap kegiatan di
Panti dan Ny. S juga sering duduk di kursi depan wisma dan mengobrol dengan lansia
lain maupun dengan mahasiswa.
b. IDENTIFIKASI MASALAH EMOSIONAL
Pertanyaan Tahap I
1) Apakah klien mengalami sukar tidur?
Ya. Ny. S kadang tiba-tiba bangun pada malam hari karena ingin BAK, kemudian
Ny. S terkadang kesulitan untuk tidur kembali. Ny. S terbangun pada malam hari
setelah 3 jam tidur.
2) Apakah klien sering merasa gelisah?
Ny. S mengatakan tidak pernah merasakan gelisah.
3) Ada gangguan/masalah atau banyak pikiran?
Ny. S mengatakan tidak memiliki masalah yang mengganggu pikiran.
4) Apakah klien sering merasa was-was atau khawatir?
Ny. S tidak merasa was-was atau khawatir.
Pertanyaan Tahap II
5) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
Ny. S mengatakan keluhan pinggang sering sakit pada saat duduk lama.
6) Ada masalah atau banyak pikiran?
Ny. S mengatakan tidak ada masalah.
7) Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain?
Ny. S mengatakan tidak ada gangguan ataupun masalah dengan orang lain
8) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?
Ny. S mengatakan tidak pernah menggunakan obat tidur maupun obat penenang
9) Cenderung mengurung diri?
Ny. S tidak pernah mengurung diri.
c. SPIRITUAL
Agama yang dianut oleh Ny. S yaitu Islam. Ny. S mengatakan melakukan
ibadah setiap hari kamis pukul 09.00 WIB.
6. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN
a. KATZ Indek
Ny. A termasuk dalam kategori B dengan mandiri semuanya kecuali salah satu saja
dari fungsi diatas.
b. Modifikasi dari bartel indeks
No. Kriteria Dengan Bantuan Mandiri Keterangan
1. Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: secukupnya
Jenis:nasi, sayur, lauk dan
krupuk
2. Minum 10 Frekuensi: 4-5 gelas
sehari
Jumlah: sebotol kecil
Jenis: air putih, susu dan
teh
3. Berpindah dari 10 Bantuan
kursi roda
ketempat tidur,
sebaliknya.
4. Personal toilet 5 Frekuensi: 1x sehari
(cuci muka, Mandiri
menyisir
rambut, gosok
gigi)
5. Keluar masuk 5 2-3 kali sehari
toilet (mencuci Mandiri
pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 15 2x sehari pada pagi dan
sore hari sebelum asar
7. Jalan 0 Setiap ingin melakukan
dipermukaan sesuatu dibantu dengan
datar alat bantu jalan
8. Naik turun 5 Harus dibantu
tangga
9. Mengenakan 10 Mandiri dan rapi
pakaian
10. Kontrol bowel 10 Frekuensi: 1x sehari
(BAB) Jenis: Padat
11. Kontrol bladder 10 Frekuensi: >3x sehari
(BAK) Warna: Kuning

9. Olah 5 Frekuensi: 5 kali dalam


raga/latihan sehari
Jenis: Klien mengatakan
mengikuti senam yang
diadakan di PSTW setiap
pagi
10. Rekreasi/ Rekreasi 1 tahun sekali
pemanfaatan 5 dari BPSTW, kadang Ny.
luang S duduk saja sambil
ngobrol dengan teman dan
suami
Setelah dikaji Ny. S didapatkan skor 100 yang termasuk dalam kategori
ketergantungan sebagian.
8. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Status
Mental Questioner (SPSMQ)
Tabel 1.1 Pengkajian Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Tn.A
No Pertanyaan
Benar Salah
√ 1. Tanggal berapa hari ini ?
√ 2. Hari apa sekarang ini ?
√ 3. Apa nama tempat ini ?
√ 4. Dimana alamat anda ?
√ 5. Berapa umur anda ?
√ 6. Kapan anda lahir (minimal tahun terakhir) ?
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 8. Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 9. Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 20, dan seterusnya dikurangi 3
1 9 Jumlah

Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Kesimpulan: skor yang didapatkan dari hasil pengkajian Ny. S dari hasil skor salah 9
termasuk dalam kategori “kerusakan intelektual berat”.
b. Identifikasi Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental dengan Menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Tabel 1.2 Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Ny. Kriteria


Kognitif Maksimal S
1 Orientasi 5 0 Menyebutkan dengan benar :
Tahun: 2019
Musim: Panas
Tanggal: -
Hari: -
Bulan: -
2 Orientasi 5 1 Dimana kita sekarang?
Negara: Indonesia
Provinsi: DIY
Kota : Yogyakarta
Di: PSTW Budi Luhur Kasongan
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa) 1
detik untuk mengatakan masing-masing
obyek. Misalnya: kertas,bantal dan
bolpoint
Ny. Pmampu menyebutkan secara
keseluruhan 3 objek yang dikatakan
perawat.
4 Perhatian 5 0 Minta klien untuk memulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat.
(93, 93, 93, 93, 93)
Ny. M dapat menghitung.
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no 3 (registrasi) tadi.
Ny. M mampu mengulang 2 obyek
yang disebutkan
6 Bahasa 9 2 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan nama klien:
a. Misal jam tangan
b. Misal pensil
c. Minta klien mengulang kata
berikut: “Tak ada jika, dan,atau
tetapi”
Bila benar nilai satu point.
d. Pertanyaan benar 2 buah : “tak
ada tetapi”. Minta klien untuk
mengikuti perintah berikut terdiri
dari 3 langkah :”ambil kertas
ditangan anda, lipat dua dan
taruh di lantai”.
e. Ambil kertas ditangan anda
f. Lipat dua
g. Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point).
h. “Tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar
i. Tulis satu kalimat
j. Menyalin gambar

Ny. S bisa menyebutkan tiga benda


yang ditunjuk pemeriksa. Selain itu Ny.
S bisa mengambil kertas, melipat jadi
dua, dan menaruh dibawah sesuai
perintah.
Total Nilai 9
Interprestasi hasil:
>23: aspek kognitif dari fungsi mental baik
≤23: terdapat kerusakan aspek fungsi mental
Kesimpulan: Interprestasi hasil Ny. S yaitu 9 sehingga terdapat kerusakan
aspek fungsi mental.
9. PENGKAJIAN DEPRESI GERIATRIK (YESAVAGE)

Tabel 1.3 Pengkajian Depresi Geriatrik

Klien Ny. M
No Pertanyaan Jawaban Skor
Ya/Tidak
1. Apakah Pada dasarnya anda puas dengan kehidupan Ya 0
anda?
2. Apakah anda banyak meninggalkan banyak kegiatan atau Ya 1
minat dan kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0
4. Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
5. Apakah anda memiliki semangat baik setiap saat? Ya 0
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
7. Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup Ya 0
anda?
8. Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0
9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada pergi Tidak 0
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa memiliki banyak masalah dengan Tidak 0
daya ingat anda dibandingan dengan kebanyakan orang?
11. Apakah anda fikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya 0
menyenangkan?
12. Apakah anda merasa berharga? Ya 0
13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 1
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Tidak 0
harapan?
15. Apakah anda fikir orang lain lebih baik keadaanya dari Tidak 0
pada anda ?
Jumlah 2
Penilaian: Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut:

Tabel 1.4 Penilaian Pengkajian Depresi Geriatrik

1. Tidak 9. Ya
2. Ya 10. Ya
3. Ya 11. Tidak
4. Ya 12. Ya
5. Tidak 13. Tidak
6. Ya 14. Ya
7. Tidak 15. Ya
8. Ya

Skor 5–9 : Kemungkinan depresi


Skor 10 atau lebih : Depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian pada Ny. S yaitu 2
sehingga dapat disimpulkan Ny. S tidak depresi

10. PENGKAJIAN SKALA RESIKO DEKUBITUS

Pengkajian Resiko Jatuh menurut Braden:

Tabel 1.5 Pengkajian Skala Resiko Dekubitus

Ny. S
1 2 3 4
Presespsi Terbatas penuh Sangat terbatas Agak terbatas Tidak
sensori terbatas
Kelembaban Lembab konstan Sangat lembab Kadang Jarang
lembab lembab
Aktifitas Di tempat tidur Di kursi Kadang jalan Jalan keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat Kadang Tidak
Terbatas terbatas terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak adekuat Adekuat Sempurna
Gerakan Masalah Masalah resiko Tidak ada Sempurna
/cubitan masalah
Total skor : 21 Kesimpulan: Dari hasil skoring total = 21, dapat dikatakan bahwa
Ny. S tidak memiliki resiko terkena dekubitus.
Keterangan:
Pasien dengan total nilai:

a. <16 mempunyai resiko terkena dekubitus


b. 15/16 resiko rendah
c. 13/14 resiko sedang
d. <13 resiko tinggi
Kesimpulan: hasil pengkajian skala resiko dekubitus pada Ny. S
Kesimpulan: Dari hasil skoring total = 21, dapat dikatakan bahwa Ny. S tidak
memiliki resiko terkena dekubitus
11. PENGKAJIAN RESIKO JATUH
a. Morse Fall Scale
Faktor Skala Point Skor Pasien
Riwayat Jatuh Ya 25 25
Tidak 0
Diagnosa Medis Ya 15 0
≥ diagnosa medis Tidak 0
Alat Bantu Perabot 30
Tongkat, Kruk, Walker 15
Tidak ada/KursiRoda 0 15
Perawat/Tirah Baring
Terpasang Infus Ya 20 0
Tidak 0
Gaya Berjalan Terganggu 20
Lemah 10 20
Normal/Tirah 0
Baring/Imobilisasi
Status Mental Sering lupa respon tidak 15 15
sesuai perintah
Orientasi baik terhadap 0
diri sendiri
Nilai Total 75
Keterangan:
Resiko tinggi : >45
Resiko sedang : 25-44
Resiko rendah : 0-24
Kesimpulan: Setelah dilakukn morse fall scale Ny. S didapatkan hasil 75 yaitu dapat
disimpulkan bahwa Ny. S memiliki resiko jatuh tinggi.
ANALISIS DATA

No. Data Fokus Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Ds: Gangguan Kognitif Hambatan
- Klien mengalami penurunan daya Memori
ingat, sering mengatakan lupa.
- SPSQ Score total : 9 : Kerusakan
intelektual Berat.
- Score total MMSE : 9 : Terdapat
kerusakan aspek fungsi mental
- Tidak mampuan berkonsentrasi

DO:
-Ny. S tampak sering melamun.
- TD 130/90 mmHg
2. DS: Agen Cidera Nyeri Akut
- Ny. M mengatakan mengalami Biologis
sakit linu pada pinggangnya
jika terlalu lama duduk
P : saat duduk
Q : seperti kram
R : pinggang
S : skala 3
T: saat duduk
DO:
- Klien tampak mengusap
pinggangnya pada saat duduk
dikursi dan kesakitan
3. DS: Kelemahan otot Resiko Jatuh
- Klien mengatakan pernah jatuh

DO:
- Klien tampak mengunakan alat
bantu jalan.
- Setelah dilakukan dilakukn morse
fall scale Ny. S didapatkan hasil
75 yaitu dapat disimpulkan bahwa
Ny. S memiliki resiko jatuh tinggi.
- Kekuatan otot
4 4
4 3
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis pada
masalah persendian
2. Hambatan Memori berhubungan dengan gangguan kognitif
3. Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan otot
PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi RASIONALISASI


keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan asuhan Pain Management (1400) 1. Untuk mengetahui keadaan nyeri lansia
berhubungan keperawatan selama 1 x 7 jam klien secara komprehensif
dengan agen mencapai pain level klien dengan kriteria a. Lakukan pengkajian nyeri secara 2. Untuk membantu mengurangi nyeri yang
cidera biologis hasil: komprehensif termasuk lokasi, dirasakan
a. Meningkatnya kemampuan dalam karakteristik, durasi, frekuensi, 3. Untuk membantu mengatasi nyeri dan
mengingat (3 ke 4) kualitas dan faktor presipitasi mengoptimalkan kesehatan dengan
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang (3 b. Ajarkan tentang teknik non beristirahat
ke4) farmakologi (terapi relaksasi otot
c. Menyatakan rasa nyaman (3 ke 4) progresif, terapi nafas dalam)
d. Tanda vital dalam rentang normal (3 c. Motivasi klien dalam meningkatkan
ke 4) istirahat
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan asuhan Latihan Memori (4760) 1. Untuk merangsang ingatan klien
Memori keperawatan selama 1 x 7 menit pasien 1. Stimulasi ingatan dengan cara 2. Untuk membantu proses mengingat
berhubungan dapat mengidentifikasi orang, tempat dan mengulangi pemikirian pasien 3. Untuk mengetahui adanya perubahan
dengan gangguan waktu secara akurat dengan baik dengan 2. Kenangkan kembali mengenai dalam latihan
kognitif kriteria hasil : pengalaman pasien
a. Mengidentifikasi diri sendiri 3. Monitor perubahan dalam latihan
b. Mengidentifikasi orang-orang yang mengingat
signifikan
c. Mengidentifikasi tempat dengan
benar
d. Mengidentifikasi hari dengan benar

3. Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan asuhan Environmental Management: Safety 1. Agar memberikan lingkungan yang
berhubungan keperawatan selama 1x7 jam klien (6486) aman bagi klien
dengan mencapai Falls Occurrence klien 1. Identifikasi lingkungan yang dapat 2. Agar klien lebih aman berjalan
kelemahan otot menyebabkan jatuh
dengan kriteria hasil: 2. Pindahkan benda-benda yang 3. Agar klien tetap terjaga
1. Tidak terjatuh saat berdiri (skala dapat menyebabkan jatuh di 4. Agar klien mendapatkan informasi
3 ke 4) lingkungan klien agar klien tidak terjatuh lagi
3. Dampingi klien dalam berpindah
2. Tidak terjatuh saat berjalan
tempat
(skala 3 ke 4) 4. Edukasi klien terkait lingkungan
3. Tidak terjatuh dari tempat tidur yang dapat menyebabkan jatuh
(skala 3 ke 4)
4. Tidak terjatuh di kamar mandi
(skala 3 ke 4)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/ Diagnosa IMPLEMENTASI EVALUASI


Tanggal Keperawatan
Senin, 02 Nyeri Akut Pukul 10.00 WIB Pukul 13.00 WIB
Desember berhubungan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara S:
2019 dengan agen komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan lebih nyaman setelah melakukan
cidera biologis relaksasi nafas dalam
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
- Klien mengatakan nyeri belum berkurang
dan faktor presipitasi
Pengkajian PQRST
2. Ajarkan tentang teknik non farmakologi P : saat duduk
(terapi relaksasi otot progresif, terapi nafas Q : seperti kram
dalam) R : pinggang
3. Motivasi klien dalam meningkatkan S : skala 3
istirahat T: saat duduk

O:
- KU: composmentis
- Klien tampak sedikit lebih rileks setelah dilakukan
relaksasi nafas dalam
- TD : 120/90 mmHg
- N : 82 x/menit
- RR : 19 x/menit

A:
Masalah nyeri akut belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi:
1. Kaji nyeri klien
2. Berikan terapi nafas dalam
3. Monitor vital sign

Perawat
Lisca Indriani

Senin, 02 Hambatan Pukul 11.00 WIB Pukul: 13.10 WIB


Desember Memori 1. Menstimulasi ingatan dengan cara mengulangi
2019 berhubungan pemikirian pasien S: -
dengan 2. Mengenangkan kembali mengenai
gangguan pengalaman pasien O: Pasien masih tampak tidak nyambung dan bingung
kognitif 3. Memonitor perubahan dalam latihan TD : 120/90 mmHg, Nadi: 82x/menit
mengingat
A: Masalah hambatan memori belum teratasi.
P: Memonitor perubahan dalam latihan mengingat
Perawat

Lisca Indriani

Senin, 02 Resiko Jatuh Pukul 11.30 Pukul 13.45 WIB


Desember berhubungan 1. Mengidentifikasi lingkungan yang dapat S:
2019 dengan menyebabkan jatuh - Klien senang diajak berbincang-bincang
kelemahan 2. Memindahkan benda-benda yang dapat
kekuatan otot menyebabkan jatuh di lingkungan klien O:
3. Mendampingi klien dalam berpindah - Klien tampak duduk di kursi
tempat - KU: composmentis
4. Memberikan edukasi klien terkait - Klien sudah mengerti jika harus berhati-hati saat
lingkungan yang dapat menyebabkan berjalan
jatuh A:
5. Mendampingi klien saat akan ke toilet Masalah resiko jatuh teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi:
1. Terus damping klien
Perawat

Lisca Indriani

Tanda dan Gejala Demensia :

1. Menurunnya daya ingat


MIND MAAP
2. Gangguan orientasi waktu dan
Penyebab demensia adalah penyakit tempat
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi 3. Penurunan dan ketidakmampuan
dimana sel syaraf pada otak mati sehingga menyusun kata menjadi kalimat
yang benar
membuat signal dari otak tidak dapat di
4. Awalnya gangguan daya ingat
transmisikan sebagaimana mestinya.
jangka pendek
Demensia adalah
suatu sindroma klinik
yang meliputi
hilangnya fungsi
intelektual dan
ingatan/memori
sedemikian berat
sehingga PENATALAKSANAAN
menyebabkan
disfungsi hidup 1. Terapi Psikososial
sehari-hari 2. Farmakoterapi

KOMPLIKASI DEMENSIA : KRITERIA DERAJAT

a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh DEMENSIA DEMENSIA


bagian tubuh : 1. Ringan
1) Ulkus Dekubitus
2. Sedang
2) Infeksi saluran kencing
3. Berat
3) Pneumonia
b. Thromboemboli, infark miokardium.
c. Kejang
d. Kehilangan kemampuan untuk merawat
diri
e. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu
makan kurang dan kesulitan
menggunakan peralatan
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari ketiga keperawatan yang muncul ketiganya tidak teratasi karena pasien sulit
diajak koordinasi dan proses pikirnya sudah terganggu, dan kondisi pasien yang tidak
memungkinkan.

B. SARAN
1. Pramurukti yang berhubungan dengan klien demensia dapat memberikan pelayanan
yang lebih intensif.
2. PSTW dapat memberikan modifikasi lingkungan yang lebih baik lagi pada klien
demensia seperti menyediakan kamar mandi di kamar klien.
DAFTAR PUSTAKA

Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17277/4/Chapter%20II.pdf, diakses
tanggal 28 November 2019

Http://www.kamusilmiah.com/kesehatan/mengenal-demensia-pada-lanjut-usia/, diakses
tanggal 28 November 2019

Http://www.share-pdf.com/7f9f375584b34a34aa5df9f8515ff4a2/82.htm, diakses tanggal


28 November 2019

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika; Jakarta

Stanley. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2006


SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

I. IDENTIFIKASI MASALAH
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot,
yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan
otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode
efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan
siklus nyeri.

II. PENGANTAR
Bidang Studi : Pendidikan Kesehatan
Topik : Terapi Non-Farmakologi
Sub Topik : Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam
Sasaran : Ny. S
Hari/tanggal : Selasa, 2 Desember 2019
Jam : 11.00 WIB
Waktu : 15 menit
Tempat : Wisma Dahlia BPSTW Unit Budi Luhur

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan Ny. S
dapat mengetahui dan memahami mengenai tekhnik relaksasi nafas dalam.
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, sasaran dapat mengetahui dan dapat
menjelaskan kembali mengenai :
1) Pengertian teknik relaksasi nafas dalam
2) Tujuan teknik nafas dalam
3) Manfaat teknik nafas dalam
4) Cara teknik nafas dalam
V. MATERI
Terlampir

VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VII. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan role play model Kegiatan peserta

1. 3 menit Pembukaan 1. Menjawab


salam
1. Memberikan salam
2. Mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan
3. Menyebutkan pokok bahasan yang
memperhatikan
akan disampaikan
4. Apresiasi
5. Kontrak waktu

2. 15 menit Pelaksanaan materi penyuluhan secara Menyimak,


berurutan dan teratur memperhatikan, dan
mendemonstrasikan.

Materi:

1) Pengertian teknik relaksasi nafas dalam


2) Tujuan teknik nafas dalam
3) Manfaat teknik nafas dalam
4) Cara teknik nafas dalam

3. 5 menit Evaluasi : Bertanya dan menjawab


pertanyaan
1. Bertanya pada audien tentang materi
yang telah dijelaskan
2. Memberi kesempatan kepada audien
untuk bertanya
3. Memberikan kesempatan kepada udien
untuk menjawab pertanyaan yang
telah dilontarkan

4. 2 menit Penutup: Mendengarkan dan


menjawab salam
1. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
2. Ucapan terima kasih
3. Kontrak waktu
4. Mengucapkan salam

IX. PENGESAHAN
Yogyakarta, 2 Desember 2019

Mengetahui,
Preceptor / CI Penyuluh

Suprana Lisca Indriani

X. EVALUASI
Metode evaluasi : Tanya Jawab
Jenis pertanyaan : Lisan
Pertanyaan :
1) Pengertian teknik relaksasi nafas dalam
2) Tujuan teknik nafas dalam
3) Manfaat teknik nafas dalam
4) Cara teknik nafas dalam

LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah.

Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang


mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang
menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot

Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot,
rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode


efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri.

B. Tujuan nafas dalam


Smeltzer & bare menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi nafas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi setres baik setres fisik
maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

C. Manfaat relaksasi nafas dalam

1.   Membuat lebih mampu menghindari stress


2.   Mengurangi bahkan mengatasi masalah yang berhubungan dengan stressseperti:
sakit kepala, pusing, sulit tidur, hipertensi, mual, muntah, nyeri punggung dan
nyeri lainnya.
3.   Menurunkan dan mengatasi kecemasan
4.   Membantu menyembuhkan penyakit tertentu seperti darah tinggi dsb
5.   Meningkatkan penampilan kerja dan social
D. Penatalaksanaan Teknik relaksasi nafas dalam

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien. 
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Usahakan tetap rileks dan tenang
5. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
6. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
7. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
8. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
9. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
10. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
11. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
12. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
13. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
14. Lakukan evaluasi
15. Cuci tangan

DAFTAR PUSTAKA
Setyoadi, Kushariyadi. Terapi modalitas keperawatan pada klien psikogeriatrik. Salemba
Medika. Jakarta; 2011.

Tamsuri, A. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &


Suddarth  (Edisi 8). Jakarta: EGC.

Alimul, A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba Medika.


Teknik relaksasi nafas dalam. [diunduh pada tanggal 9 Januari 2017] tersedia
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312001/bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai