ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. I DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS
DI RUANG MARWAH LT. 3 RSUD HAJI PROVINSI JAWA TIMUR
DISUSU OLEH :
KELOMPOK 1
1. TRI RATNA WULANDARI (20224663056)
2. ARIS DWI PRASETYA (20224663009)
3. KAPRIT ZIANA (20224663032)
4. SRI MINARMI (20224663055)
5. SEPTI WIDAYANTI (20224663062)
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes
melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin,
2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan suatu
kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)
B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee
on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes,
yaitu: (Corwin, 2009)
C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di
samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping
itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi
vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
hiperglikemia berpuasa
glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
keletihan dan kelemahan
ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
F. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila
kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %.
Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi hipokalemi
dapat diberikan kalium. Insulin lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic
dan harus dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring
dengan hati – hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar
tertentu, hanya dapat diberikan 1 – 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi.
Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk
menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.
Etiologi :
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang
dapat disebabkan oleh :
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih
(yang biasanya bernagtung pada derajat dehidrasi) Harus disadari bahwa
ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah.
Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang
rendah ( 0- 15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah
( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul)
terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan
asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.
Penatalaksanaan
Rehidrasi
1. Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 %
bergantung pada tingkat dehidrasi
2. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung
pada tingkat dehidrasi
3. 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara 200 –
300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula darah sampai
150 mg/ 100 cc.
Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipun konsentrasi kalium
dalam plasma normal.
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara
secara intravena untuk
mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari
KPO4
Jam kedua
dan jam Bila jumlah urin cukup dan serum
berikutnya kalsium kurang dari 5.5 mEq/liter,
berikan 20-30 mEq/liter K+
Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
algoritma Diabetes Melitus
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar
identik
I. Kriteria Diagnostik
Kriteria diagnostik WHO dalam (Mansjoer, A dkk. 2008) untuk Diabetes Melitus
pada orang dewasa yang tidak hamil, Pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a) Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
b) Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75
gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp)) > 200 mg/dl (11,1mmol/L).
J. WOC
Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini hormone insulin) dan melibatkan metabolise karbohidrat dimana
Aterosklerosis Kadar gula dalam darah Insufisiensi sel beta pada Perubahan status
meningkat (hiperglikemia) pangkreas kesehatan
Mikroangiopati
Memerlukan rawat
Peningkatan rumah sakit
Pembatasan intake
Neuropati osmolalitas darah
Stressor
Penurunan Diuresis Perubahan pola diet
sensitifitas perifer osmotik
Cemas
Minat/selera terhadap
Mudah terluka Peningkatan makanan
pembentukan Kurang informasi Etiologi
menurun/anoreksia
Kerusakan urine (poliuria) DM tipe I (faktor genetic, faktor imunologi, faktor lingkungan)
integritas Intervensi DMKslhan
tipe II (faktor resikoinfo
interpretasi : obesitas, riw. Keluarga,usia)
jaringan Intake tidak adekuat DM kehamilan (peningkatan sekresi berbagai hormone disertai pengaruh metabolik t
Output cairan
berlebihan Kurang pengetahuan
Pengeluaran bradikinin, Nutrisi kurang dari mengenai penyakit
histamin, serotonin, kebutuhan prognosis dan
Defisit volume
prostaglandin cairan pengobatan
Intervensi
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
1. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
Airway + cervical control
1) Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah pada
rongga mulut
2) Cervical Control : -
Breathing + Oxygenation
1) Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
- KAD : Pernafasan kussmaul
- HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam)
2) Oxygenation : Kanula, tube, mask
Pemeriksaan sekunder meliputi :
B. Anamnese
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin
berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK),
penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas,
riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria
selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus:
Poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular,
kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
C. Pemriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala:
Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.
Tanda:
Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi,
disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala :
adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda :
Takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala :
Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan
berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda :
Urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare
e. Makanan dan cairan
Gejala:
Hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda:
Kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Neurosensori
Gejala:
Pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan. Tanda:
Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon
menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan
Gejala:
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda:
Pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas
Gejala:
Rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis
pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran
tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu : SDKI, SLKI,SIKI
1) (D.0080) Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapai
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Mengeluh Pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa Tidak berdaya
Objektif
1. Frekuensi nafas Meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi terkait
1. Penyakit kronis progesis (kanker, penyakit auto imun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalilasasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Taham tumbuh kembang
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka
ansietas berkurang, dengan :
Tujuan :
1. Kontrol kecemasan diri
2. Pola tidur yang efektif
3. Koping: Keluarga Adekuat
Kriteria hasil
1. Pasien dapat menerima status kesehatan
2. Pasien dapat mengontrol diri terhadap impuls
3. Pasien dapat mengontrol tingkat Stress
OUTCOME
Tingkat Ansietas menurun (L.09093)
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
1. Observasi
Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
2. Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
Pahami situasi yang membuat anxietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
B. TERAPI RELAKSASI
1. Observasi
Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2. Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil psosisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, pereganganm
atau imajinasi terbimbing )
Diagnosa 2
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka tidak
terjadi defisit nutrisi, dengan kriteria hasil : pasien adekuat asupan nutrisi.
OUTCOME
Status Nutrisi membaik (L.09090)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
1. Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
2. PROMOSI BERAT BADAN
1. Observasi
Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-hari
Monitor berat badan
Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
2. Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien( mis. Makanan
dengan tekstur halus, makanan yang diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau Gastrostomi, total perenteral nutritition
sesui indikasi)
Hidangkan makan secara menarik
Berikan suplemen, jika perlu
Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang
dicapai
3. Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namuntetap terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
F. Implementasi Keperawatan
Menurut (Hutahaean, 2010) Implementasi adalah proses dalam keperawatan
untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah
rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah
diidentifikasi dalam sebuah rencana asuhan keperawatan. Tujuan implementasi
keperawatan adalah meningkatkan kesehatan Pasien, mencegah suatu penyakit, pemulihan
kesehatan Pasien, memfasilitasi koping Pasien.
Pelaksanaan adalah kegiatan dalam pelaksanaan tindakan dari suatu perencanaan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pemenuhan kebutuhan fisik dan
emosional yaitu variasi, tergantung individu dan masalah yang spesifik.(Handayaningsih,
2009). Tujuan implementasi membantu Pasien untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan dan mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, serta memfasilitasi koping. Tahap pertama dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan untuk disiapkan atau diperlukan untuk melakukan intervensi yaitu persiapan
pertama kegiatan meninjau ulang asuhan keperawatan yang sudah diidentifikasi pada tahap
perencanaan, menganalisa kemampuan atau keterampilan keperawatan, mengetahui
komplikasi dari intervensi keperawatan yang timbul, menentukan dan mempersiapkan
peralatan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan
intervensi yang akan dilakukan, mengidentifikasi aspek hokum atau kode etik keperawatan
terhadap resiko yang muncul akibat dilakukannya intervensi. (Nursalam, 2008)
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut (Hutahaean, 2010) adalah tindakan akhir dari
proses keperawatan dan merupakan suatu tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berasil dicapai. Evaluasi dilaksanakan dengan melihat respon Pasien
terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan sehingga perawat bisa mengambil suatu
keputusan. Tujuan dari evaluasi yaitu untuk mendapatkan umpan balik yang relavan
dengan cara membandingkan dengan criteria hasil. Hasil evaluasi menggambarkan tentang
perbandingan tujuan yang dicapai dengan hasil yang diproleh.
Evaluasi keperawatan menurut (Nursalam, 2008b) adalah tindakan intelektual
dalam melengkapi proses keperawatan dalam keberasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan dalam evaluasi untuk melihat
kemampuan Pasien dalam mencapai suatu tujuan. Kualitas asuhan keperawatan dievaluasi
pada saat proses (formatif) dan dilihat dari hasil (sumatif). Pada proses formatif yaitu
aktivitas dari proses keperawatan dan hasil pelayanan asuhan keperawatan. Metode
pengumpulan data dalam proses evaluasi terdiri dari analisis rencana asuhan keperawatan,
open-chart audit, pertemuan kelompok, wawancara, observasi Pasien, dan menggunakan
form evaluasi. Sistem dari penulisan tahap evaluasi dapat menggunakan sistem SOAP atau
model dokumentasi lain. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang Pasien
hadapi yang sudah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi yang
diharapkan dapat dicapai pada pasien DIEBETES dengan Ansietas adalah :
a. Pasien dapat menerima status kesehatan
b. Pasien dapat mengontrol diri terhadap impuls
c. Pasien dapat mengontrol tingkat Stress
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETE MELLITUS
1. PENGKAJIAN
IDENTITAS
STATUS KESEHATAN
Keluhan utama saat Masuk RS :
Pasien mengeluh badaannya lemas dan sesak nafas mulai 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
terdapat luka di kaki kiri sejak enam bulan yang lalu,kaki terasa nyeri, mual dan mengeluh
nafsu makan menurun
3. Genogram
Keterangan :
x : Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
----- : Tinggal serumah
4. Vital Signs:
Kesadaran /GCS : CM / 456
MRS : selama di rumah sakit pasien mendapatkan diit dari gizi rumah sakit dengan
diit Bubur Halus
Data Obyektif:
Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
pasien terlihat menghabiskan ¼ porsi makan yang diberikan dari rumah sakit, mukosa
bibir kering, mual (+), muntah (-), Konstipasi (-). Terpasang cairan infus NaCl 500 cc
drip KCL 50 meq dan D5 500 cc/24 jam,inj D40 3 fls, Diet G 2100 BH.
I : kulit kering, tidak terlihat distensi abdomen
Pa : supel, tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan kecuali di sekitar luka,
Pe : suara timpani
A : bising usus 10x/ menit
Masalah Keperawatan
Resiko Defisit nutrisi
3. Pola Eliminasi Alvi &Uri
Data Subyektif:
MRS : saat pengkajian Pasien mengatakan sudah BAB pagi ini dengan konsistensi
lembek, bau khas, warna kuning, tidak terdapat darah di feses
Eliminasi Uri
SMRS : pasien mengatakan selama dirumah BAK normal 7-8x per hari
4. Pola Aktifitas
SMRS : Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit semua aktivitas dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain
MRS : Selama sakit aktivitas pasien yang dibantu anak di ruang Marwah 3
TABEL ADL
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi v
Berpakaian v
Mobilisasi v
Pindah tempat v
Ambulasi v
Makan dan minum v
Skore 0 = mandiri
Skore 1 = dibantu sebagian
Skore 2 = perlu dibantu orang lain
Skore 3 = perlu bantuan orang lain dan alat
Skore 4 = tergantung/tidak mampu
hasil : 4 (tergantung/tidak mampu)
b. Harga diri
pasien mengatakan senang saat sakit banyak yang perhatian dengannya khususya
keluarga pasien.
c. Ideal diri
pasien ingin segera sembuh agar dapat bekerja seperti biasa lagi
d. Peran diri
pasien mengatakan sebagai ibu yang baik bagi anak – anaknya
e. Identitas diri
pasien bersyukur sebagai seorang wanita yang berhasil mendidik keempat anaknya
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
tgl 28/11/2022 nilai normal
HB 4.6 g/dl 12,8-16,8
Lekosit 10.470 /mm3 4500-13.500
Hematokrit 14.3 % 35-45
Trombosit 375.000/mm3 150.000-450.000
GDA stik 254 mg/dl < 150
Albumin 2.2 gr/dl 3.5-5.2
Kalium 4.7 mmol/L 3.5-5.0
Chlorida 99 mmol/L 96-106
Tgl 2/12/2022
HB 5.2 gr/dl 12.8-16.8
Lekosit 30.470 /mm3 4500-13.500
Hematokrit 16.4 % 33-45
Trombosit 581.000 /mm3 150.000-440.000
GDA 151 mg/dl 50-140
Albumin 2.6 gr/dl 3.5-5.0
Tgl 4/12/2022
GDA stik 93 mg/dl 50-140
Tgl 5/12/2022
GDA 49 mg/dl 50-140
GDA 65 mg/dl 50-140
Tgl 6/12/2022
GDA 110 mg/dl 50-140
2. Terapi dan Diet.
a. infus D5% : PZ 500 cc drip kcl 50 meq/ 1:1
b. Tranfusi PRC 2 kolf/hr dengan premed Lasix ½ amp
c. Tranfusi Albumin 25% 100 cc
d. Inj.Ondan 3x 4 mg
e. Inj. OMZ 2x1
f. Inj. Santagesik 3x1
g. Inj Ceftri 2x1
h. ISDN tab 2,5mg 3x1
i. Ramipril 2,5 mg 1-0-0
j. Rencana Debridemen dan amputasi Below Knee sinistra
Selasa,
6/12/ 2022
Jam 14.30 Melakukan operan jaga dari perawat jaga pagi ke
perawat jaga sore
Jam 15.30 Mengobservasi TTV pasien
TD : 144/72mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 36.5
Nadi : 74 /menit
Jam 16.10 Memonitori tanda gejala hipogliemia
Memonitori intake input output cairan
Jam 16.35 Memonitori asupan makanan
Jam 17.10 Memonitori hasil pemeriksaan laboratorium
Menganjurkan posisi duduk
Jam 17.20 Berkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Berkolaborasi pemberian cairan IV
Jam 17.30 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Batasi jumlah pengunjung
Jam 18.00 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Jam 18.10 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Rabu,
7/12/2022
Jam 14.30 Melakukan operan jaga dari perawat jaga pagi ke
perawat jaga sore
Mengobservasi TTV pasien dari OK post op amputasi
Jam 16.00 below knee sinistra
TD : 144/72mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 36.5
Nadi : 74 /menit
Memonitori tanda gejala hipogliemia
Jam 16.30
Memonitori intake input output cairan
Memonitori asupan makanan
Jam 16.45
Memonitori hasil pemeriksaan laboratorium
Jam 17.00
Menganjurkan posisi duduk
Berkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Jam 17.10
Berkolaborasi pemberian cairan IV
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Jam 17.30
Batasi jumlah pengunjung
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Jam 18.00 pasien dan lingkungan pasien
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Jam 18.10
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
5. EVALUASI
EVALUASI KEPERAWATAN
1. Judul
Efektivitas penyembuhan luka menggunakan NaCl 0,9% dan Hydrogel pada ulkus
Diabetes Mellitus di RSU Kota Semarang
2. Clinical Question
Mengetahui keefektivitasan penyembuhan luka dengan NaCl 0,9% dan Hydrogel pada
ulkus Diabetes Mellitus
3. PICO/ PICOT/ PIO
P: Pasien Diabetes Mellitus yang mengalami ulku
I: Kompres luka ulkus dengan NaCl 0,9%
C: Kompres luka ulkus dengan Hydrogel
O: Penyembuhan luka
4. Keyword
Diabetes Mellitus, Ganggren, Perawatn Luka
5. Analisa Artikel
No Author’s Judul Studi Desain, Tujuan Hasil dan
Sample, Kesimpulan
Instrumen,
Teknik Sampling,
Variabel,
Analisis
1 S. Eko Ch. Efektivitas Studi Desain:
Untuk Hasil: Dari
Purnomo, penyembuhan Kuantitatif mengetahui hasil analisa
Sri Utami luka dengan tingkat data
Dwiningsih, menggunakan menggunakan efektivitas mengguna-kan
Kurniati NaCl 0,9% desain NaCl 0,9% Mann-
Puji Lestari dan Hydrogel Eksperimental atau Whitney U-
pada ulkus Hydrogel test dengan
Diabetes Instrumen: untuk taraf
Mellitus di Observasi penyembuhan signifikansi
RSU Kota Teknik Sampling: luka ulkus sebesar 5%
Semarang Purposive Diabetes diperoleh nilai
sampling Mellitus p = 0,000
dengan nilai Z
Variabel: hitung sebesar
Efektivitas 6,482 dan
penyembu- mean rank
han luka 45,08:15,92
mengguna- (3:1) artinya
kan NaCl hydrogel lebih
0,9% pada efektif
ulkus dibandingkan
Efektivitas NaCl 0,9%
penyembu- dalam
han luka penyembuhan
mengguna- luka ulkus
kan DM di RSU
Hydrogel Kota
pada ulkus Semarang.
Perbaikan
Analisis: luka ulkus
menggunakan Uji dengan
Alternative non hydrogel
Parametric mengalami
Mann-Whitney penurunan
U-test mean 10-13
poin
sedangkan
penggunaan
NaCl 0,9%
hanya
menurun
mean 2-3 poin
dalam 9 hari
(Skala Bates-
Jansen).
Kesimpulan:
Disimpulkan
bahwa
kompres
hydrogel pada
luka ulkus
diabetikum 3x
lebih
efektif/baik
daripada
menggunakan
NaCl 0,9%.
Disarankan
penggunaan
hydrogel dalam
perawatan
ulkus DM atau
luka kotor lain
yang
mengalami
kesulitan dalam
proses
penyembuhan.
BAB 6
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien Ny. I dengan
Diabetes Mellitus dan ganggren di ruang Marwah Lt. 3 RSUD HAJI PROVINSI JAWA TIMUR
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untyk di kaji dan
dianalisis sehingga masalah keperawatan dapat ditentukan. Pada kasus Diabetes Mellitus dan
ganggren perawat dalam melakukan pengkajian di tuntut harus teliti dan komprehansif,
sehingga mudah dalam menegakkan diagnose. Salah satu yang harus diperhatikan adalah
pencegahan komplikasi dari Diabetes Mellitus.
2. Diagnosa keperawatan
Seperti yang dikemukakan beberapa ahli sebelumnya daftar diagnose keperawatan pada BAB
3 sangat membantu peneliti sebagai landasan teori untuk menegakkan diagnose keperawatan
pada pasien.
3. Perencanaan
Perencanaan yang digunakan pada pasien ini disesuaikan dengan masalah keperawatan yang
ditegakkan berdasarkan kriteria tanda dan gejala mayor, minor dan kondisi pasien saat ini.
4. Pelaksanaan Tindakan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana Tindakan yang telah disusun.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny. I sesuai dengan intervensi yang
telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan pasien Diabetes
Mellitus
5. Evalusi
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang di berikan.
Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada pasien Ny. I berdasarkan kriteria yang peneliti
susun terhadap diagnose yang telah ditetapkan.
6.2 SARAN
1. Bagi perawat
Sebaiknya ditingkatkan lagi mengenai motifasi, dorongan dan edukasi selama menjalani
perawatan di ruang Marwah Lt. 3
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan dapat menambah keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan Asuhan
Keerawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus dan juga memacu pada peneliti
selanjutnya untuk menajadi bahan pembandingan dalam melakukan penelitian pada
pasien dengan Diabetes Mellitus
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia