Anda di halaman 1dari 57

TUGAS PRESSUS DAN PRESJUR

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. I DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS
DI RUANG MARWAH LT. 3 RSUD HAJI PROVINSI JAWA TIMUR

DISUSU OLEH :
KELOMPOK 1
1. TRI RATNA WULANDARI (20224663056)
2. ARIS DWI PRASETYA (20224663009)
3. KAPRIT ZIANA (20224663032)
4. SRI MINARMI (20224663055)
5. SEPTI WIDAYANTI (20224663062)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi
masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat
prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2001).
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang diakibatkan oleh defek
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Kekurangan insulin pada gilirannya
menyebabkan hiperglikemia kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Ini adalah kelainan endokrin yang paling umum dan pada tahun 2010, diperkirakan
lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia akan menderita DM dan 300 juta akan mengidap
penyakit ini pada tahun 2025. Seiring perkembangan penyakit, jaringan atau kerusakan
pembuluh darah terjadi yang menyebabkan diabetes yang parah. komplikasi seperti
retinopati, neuropati, nefropati, komplikasi kardiovaskular, dan ulserasi. Dengan demikian,
diabetes mencakup berbagai macam penyakit heterogen. Diabetes mellitus dapat
dikategorikan menjadi beberapa tipe tetapi dua tipe utama adalah tipe 1 dan tipe 2 (Salim
Bastaki, 2015).
Jumlah penderita diabetes mellitus di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan adanya
peningkatan. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation atau IDF 2014),
jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 366 juta jiwa di tahun 2011 meningkat menjadi
387 juta jiwa di tahun 2014 dan diperkirakan akan bertambah menjadi 592 juta jiwa pada
tahun 2035 (www.depkes.go.id).
Jumlah kematian yang terjadi pada tahun 2014 sebanyak 4,9 juta jiwa di mana setiap
tujuh detik terdapat satu kematian dari penderita DM di dunia. Menurut WHO (2013)
sebanyak 80% pasien DM di dunia berasal dari negara berkembang salah satunya adalah
Indonesia. Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019 terdapat 8,4%
atau 21,3 juta penduduk jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia.
Insidensi tingginya angka kematian akibat penyakit ini kebanyakan disebabkan oleh
komplikasi multi organ. Selain itu, penyakit ini tidak bisa sembuh sehingga membutuhkan
terapi seumur hidup..

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus?
2. Apa saja etiologi dari Diabetes Mellitus ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Mellitus ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari DIabetes Mellitus ?
5. Bagaimana WOC dari Diabetes Mellitus ?
6. Apa saja pemeriksaan fisik dari Diabetes Mellitus ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Diabetes Mellitus ?
8. Apa saja komplikasi dari Diabetes Mellitus ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Diabetes Mellitus

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang Diabetes Mellitus dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus
2) Mengetahui etiologi dari Diabetes Mellitus
3) Mengetahui patofisiologi dari Diabetes Mellitus
4) Mengetahui manifestasi klinis dari Diabetes Mellitus
5) Mengetahui WOC dari Diabetes Mellitus
6) Mengetahui apa saja pemeriksaan fisik Diabetes Mellitus
7) Mengetahui penatalaksanaan dari Diabetes Mellitus
8) Mengetahui komplikasi dari Diabetes Mellitus
9) Mengetahui asuhan keperawatan dari Diabetes Mellitus
1.4 MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam membuat
asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes
melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin,
2009).

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan suatu
kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)

DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar


glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee
on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes,
yaitu: (Corwin, 2009)

1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin


(DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus  (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
5. Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.

C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan
abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus
tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi
terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di
samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan 
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping
itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi
vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
 hiperglikemia berpuasa
 glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
 keletihan dan kelemahan
  ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
 lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
 gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
 komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

F. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah

a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA


Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor
atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik
biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh
karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.

Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila
kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.

Penatalaksanaan kegawat daruratan:

 Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya


kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
 Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit
dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada
tingkat hipoglikemia
 Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan
pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
 Hipoglikemi IV Cairan
yang disebabkan oleh
1 sampai 12 NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau
kegagalan jam osmolitas plasma 330 mOsm/liter
glikoneogenesis NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter
yang terjadi
pada penyakit
Dibutuhkan 8 sampai 12 liter dari cairan selama
hati, ginjal, dan 24 jam menggantikan air yang hilang selama 12
jantung maka jam
harus diatasi
factor penyebab Bila gula darah 250 sampai 300 mg/dl berikan
kegagalan 5% dekstrose

ketiga organ ini. Insulin


Permulaan IV bolus 0.15 unit/kg RI
Jam
b. 5 sampai 7 unit/jam RI
berikutnya
SINDROM Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara
intravena untuk mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari KPO4

Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium


Jam kedua kurang dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30
dan jam mEq/liter K+
berikutnya
HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR NON KETOTIK (HHNC/ HONK).
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya
ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak terdapat
aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat
asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin
lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium
bervariasi.
Penatalaksanan kegawat daruratan:

Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skema

Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %.
Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi hipokalemi
dapat diberikan kalium. Insulin lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic
dan harus dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring
dengan hati – hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar
tertentu, hanya dapat diberikan 1 – 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi.
Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk
menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.

c. KETOASIDOSIS DIABETIC (KAD)


Pengertian :

DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai


dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.

Etiologi :

Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya  jumlah insulin yang nyata, yang
dapat disebabkan oleh :

1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi


2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
Patofisiologi
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis
diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga
500 mEq natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis)


menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan
keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal
akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolik.

Tanda dan Gejala

Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuri dan


polidipsi (peningktan rasa haus). Disamping itu pasien dapat mengalami
penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala. Pasien dengan penurunann
volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita hipotensi ortostatik
(penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat berdiri).
Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai denyut nadi
lemah dan cepat.

Ketosisis dan asidosis  yang merupakan ciri khas diabetes ketoasidosis


menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri
abdomen. Nyeri abdomen dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu
berat sehingga tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal yang memerlukan
tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau manis seperti
buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton. Selain itu
hiperventilasi (didertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat/sulit)
dapat terjadi. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk
mengurangi asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya.
Pasien dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung
pada osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmosis).
Pemeriksaan Penunjang

Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih
(yang biasanya bernagtung pada derajat dehidrasi) Harus disadari bahwa
ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah.
Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang
rendah ( 0- 15 mEq/L)  dan pH yang rendah  (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah
( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul)
terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan
asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.

Penatalaksanaan

 Rehidrasi
1. Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 %
bergantung pada tingkat dehidrasi
2. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung
pada tingkat dehidrasi
3. 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara 200 –
300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula darah sampai
150 mg/ 100 cc.
 Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipun konsentrasi kalium
dalam plasma normal.

Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara
secara intravena untuk
mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari
KPO4

Jam kedua
dan jam Bila jumlah urin cukup dan serum
berikutnya kalsium kurang dari 5.5 mEq/liter,
berikan 20-30 mEq/liter K+

 Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
algoritma Diabetes Melitus
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.

1. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,


vaskular perifer dan vaskular serebral.
2. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
4. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
 jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi atau ditambah
 jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
 jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

    

1. Kurus (underweight)    BBR < 90 %


2. Normal (ideal)              BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight)    BBR > 110%
4. Obesitas apabila         BBR > 120%
5. Obesitas ringan        BBR 120 % - 130%
6. Obesitas sedang      BBR 130% - 140%
7. Obesitas berat          BBR 140% -  200%
8. Morbid                    BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita   DM


yang bekerja biasa adalah :

1. Kurus (underweight)    BB X 40-60 kalori sehari


2. Normal (ideal)              BB X 30 kalori sehari
3. Gemuk (overweight)    BB X 20 kalori sehari
4. Obesitas apabila          BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :

 Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2  jam sesudah


makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas
insulin dengan reseptornya.
 Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
 Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
 Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
 Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4) Obat
 Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
 Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.

 Mekanisme kerja Biguanida


Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :

 Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik


- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
 Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
 Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
 Insulin
 Indikasi penggunaan insulin
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c. DM kehamilan
d. DM dan gangguan faal hati yang berat
e. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f. DM dan TBC paru akut
g. DM dan koma lain pada DM
h. DM operasi
i. DM patah tulang
j. DM dan underweight
k. DM dan penyakit Graves
 Beberapa cara pemberian insulin
 Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa
faktor antara lain :

5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar
identik

I. Kriteria Diagnostik
Kriteria diagnostik WHO dalam (Mansjoer, A dkk. 2008) untuk Diabetes Melitus
pada orang dewasa yang tidak hamil, Pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a) Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
b) Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75
gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp)) > 200 mg/dl (11,1mmol/L).
J. WOC

Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini hormone insulin) dan melibatkan metabolise karbohidrat dimana

Aterosklerosis Kadar gula dalam darah Insufisiensi sel beta pada Perubahan status
meningkat (hiperglikemia) pangkreas kesehatan
Mikroangiopati
Memerlukan rawat
Peningkatan rumah sakit
Pembatasan intake
Neuropati osmolalitas darah
Stressor
Penurunan Diuresis Perubahan pola diet
sensitifitas perifer osmotik
Cemas
Minat/selera terhadap
Mudah terluka Peningkatan makanan
pembentukan Kurang informasi Etiologi
menurun/anoreksia
Kerusakan urine (poliuria) DM tipe I (faktor genetic, faktor imunologi, faktor lingkungan)
integritas Intervensi DMKslhan
tipe II (faktor resikoinfo
interpretasi : obesitas, riw. Keluarga,usia)
jaringan Intake tidak adekuat DM kehamilan (peningkatan sekresi berbagai hormone disertai pengaruh metabolik t
Output cairan
berlebihan Kurang pengetahuan
Pengeluaran bradikinin, Nutrisi kurang dari mengenai penyakit
histamin, serotonin, kebutuhan prognosis dan
Defisit volume
prostaglandin cairan pengobatan

Merangsang ujung saraf Intervensi Intervensi


bebas (nociceptor) RAS teraktivasi
Klasifikasi
DM tipe I
Hipothalamus Menimbulkan DM tipe II
rasa tidak nyaman DM Kehamilan
Korteks cerebri

Gang. Pola Tidur


Persepsi nyeri

Intervensi
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut

1. PENGKAJIAN  PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
 Airway  +  cervical control
1) Airway                                   
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah pada
rongga mulut
2) Cervical Control    : -

 Breathing + Oxygenation
1) Breathing              : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
- KAD    : Pernafasan kussmaul
- HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam)
2) Oxygenation : Kanula, tube, mask

 Circulation + Hemorrhage control


1)      Circulation              :
   - Tanda dan gejala schok
   - Resusitasi: kristaloid, koloid, akses vena.
2)      Hemorrhage control : -
 Disability : pemeriksaan neurologis  GCS
A : Allert                : Sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon    : Kesadaran menurun, berespon thd suara
P: Pain Respons : Kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon
terhadap
rangsangan nyeri
U : Unresponsive  : Kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd
nyeri
2. PENGKAJIAN SEKUNDER

Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan


atau penenganan pada pemeriksaan primer.

Pemeriksaan sekunder meliputi :

1. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event


2. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya,
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.

B. Anamnese
a.    Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin
berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala
b.    Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK),
penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c.   Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d.   Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas,
riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria
selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e.   Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
f.    Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus:
Poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular,
kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
g.   Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

C. Pemriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala:
Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.
Tanda:
Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi,
disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala :
adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda :
Takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala :
Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan
berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda :
Urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare
e. Makanan dan cairan
Gejala:
Hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda:
Kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Neurosensori
Gejala:
Pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan. Tanda:
Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon
menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan
Gejala:
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda:
Pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas
Gejala:
Rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis
pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran
tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.

D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu : SDKI, SLKI,SIKI
1) (D.0080) Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d
 Gejala dan tanda mayor
 Subjektif
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapai
3. Sulit berkonsentrasi
 Objektif
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
 Gejala dan tanda minor
 Subjektif
1. Mengeluh Pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa Tidak berdaya
 Objektif
1. Frekuensi nafas Meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
 Kondisi terkait
1. Penyakit kronis progesis (kanker, penyakit auto imun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalilasasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Taham tumbuh kembang

2) (D.0032) Resiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologis


 Faktor resiko
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
 Kondisi klinis terkait
 Stroke
 Parkinson
 Mobius syndrome
 Cerebal palsy
 Cleft lip
 Cleft palate
 Amytropic lateral sclerosis
 Kerusakan neuromuskuler
 Luka bakar
 Kanker
 Infeksi
 AIDS
 Penyakit Crohn’s
 Enterokolitis
 Fibrosis kistik

E. Intervensi Keperawatan
 Diagnosa 1
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka
ansietas berkurang, dengan :
Tujuan :
1. Kontrol kecemasan diri
2. Pola tidur yang efektif
3. Koping: Keluarga Adekuat
Kriteria hasil
1. Pasien dapat menerima status kesehatan
2. Pasien dapat mengontrol diri terhadap impuls
3. Pasien dapat mengontrol tingkat Stress
OUTCOME
Tingkat Ansietas menurun (L.09093)
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. REDUKSI ANXIETAS (I.09314)

1.  Observasi
 Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
2. Terapeutik
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu

B. TERAPI RELAKSASI

1. Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2. Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil psosisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, pereganganm
atau imajinasi terbimbing )

 Diagnosa 2
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka tidak
terjadi defisit nutrisi, dengan kriteria hasil : pasien adekuat asupan nutrisi.
OUTCOME
Status Nutrisi membaik (L.09090)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)

1. Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
2. PROMOSI BERAT BADAN

1. Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
2. Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
 Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien( mis. Makanan
dengan tekstur halus, makanan yang diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau Gastrostomi, total perenteral nutritition
sesui indikasi)
 Hidangkan makan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang
dicapai
3. Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namuntetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

F. Implementasi Keperawatan
Menurut (Hutahaean, 2010) Implementasi adalah proses dalam keperawatan
untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah
rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah
diidentifikasi dalam sebuah rencana asuhan keperawatan. Tujuan implementasi
keperawatan adalah meningkatkan kesehatan Pasien, mencegah suatu penyakit, pemulihan
kesehatan Pasien, memfasilitasi koping Pasien.
Pelaksanaan adalah kegiatan dalam pelaksanaan tindakan dari suatu perencanaan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pemenuhan kebutuhan fisik dan
emosional yaitu variasi, tergantung individu dan masalah yang spesifik.(Handayaningsih,
2009). Tujuan implementasi membantu Pasien untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan dan mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, serta memfasilitasi koping. Tahap pertama dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan untuk disiapkan atau diperlukan untuk melakukan intervensi yaitu persiapan
pertama kegiatan meninjau ulang asuhan keperawatan yang sudah diidentifikasi pada tahap
perencanaan, menganalisa kemampuan atau keterampilan keperawatan, mengetahui
komplikasi dari intervensi keperawatan yang timbul, menentukan dan mempersiapkan
peralatan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan
intervensi yang akan dilakukan, mengidentifikasi aspek hokum atau kode etik keperawatan
terhadap resiko yang muncul akibat dilakukannya intervensi. (Nursalam, 2008)

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut (Hutahaean, 2010) adalah tindakan akhir dari
proses keperawatan dan merupakan suatu tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berasil dicapai. Evaluasi dilaksanakan dengan melihat respon Pasien
terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan sehingga perawat bisa mengambil suatu
keputusan. Tujuan dari evaluasi yaitu untuk mendapatkan umpan balik yang relavan
dengan cara membandingkan dengan criteria hasil. Hasil evaluasi menggambarkan tentang
perbandingan tujuan yang dicapai dengan hasil yang diproleh.
Evaluasi keperawatan menurut (Nursalam, 2008b) adalah tindakan intelektual
dalam melengkapi proses keperawatan dalam keberasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan dalam evaluasi untuk melihat
kemampuan Pasien dalam mencapai suatu tujuan. Kualitas asuhan keperawatan dievaluasi
pada saat proses (formatif) dan dilihat dari hasil (sumatif). Pada proses formatif yaitu
aktivitas dari proses keperawatan dan hasil pelayanan asuhan keperawatan. Metode
pengumpulan data dalam proses evaluasi terdiri dari analisis rencana asuhan keperawatan,
open-chart audit, pertemuan kelompok, wawancara, observasi Pasien, dan menggunakan
form evaluasi. Sistem dari penulisan tahap evaluasi dapat menggunakan sistem SOAP atau
model dokumentasi lain. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang Pasien
hadapi yang sudah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi yang
diharapkan dapat dicapai pada pasien DIEBETES dengan Ansietas adalah :
a. Pasien dapat menerima status kesehatan
b. Pasien dapat mengontrol diri terhadap impuls
c. Pasien dapat mengontrol tingkat Stress
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETE MELLITUS

1. PENGKAJIAN
IDENTITAS

Nama Pasien : Ny.I


Umur : 67 th
No. Register : 748262
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Manyar sabrangan 9/59, Surabaya
Tanggal MRS : Senin 28 November 2022 jam 19.50
Tanggal Pengkajian : 5 Desember 2022, Jam 16.30 WIB
Diagnosa Medis : DM+Gangren Pedis S + Anemia+Hiperkalemi

STATUS KESEHATAN
Keluhan utama saat Masuk RS :
Pasien mengeluh badaannya lemas dan sesak nafas mulai 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
terdapat luka di kaki kiri sejak enam bulan yang lalu,kaki terasa nyeri, mual dan mengeluh
nafsu makan menurun

Keluhan utama saat pengkajian :


Pasien mengeluh badan lemas ,sesak kadang- kadang,nyeri kaki kirir,mual dan tidak nafsu
makan
Riwayat kesehatan :
1. Riwayat Kesehatan/Penyakit sekarang :
Pasien mengeluh badan lemas ,sesak kadang-kadang,nyeri kaki kiri,nafsu makan
menurun, dan perut mual

2. Riwayat Kesehatan/Penyakit dahulu :


Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetes dan hipertensi sudah satu tahun

Riwayat Kesehatan/Penyakit keluarga :


Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien

3. Genogram

Keterangan :

x : Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
----- : Tinggal serumah

4. Vital Signs:
Kesadaran /GCS : CM / 456

Tekanan Darah : 154/71mmHg


Frekuensi Pernapasan : 26 x/ menit
Suhu : 37
Nadi : 88 /menit
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 150 cm

POLA FUNGSI KESEHATAN :


1. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Data Subyektif:

SMRS : Pasien mengatakan jarang memeriksakan kesehatannya ke pelayanan


kesehatan yang ada.
MRS : Pasien mengatakan saat sakit biasanya diobat dulu di rumah, bila keluhan
bertambah berat dan tidak kuat baru diperiksakan ke pelayanan medis di
rumah sakit.dan saat MRS sebelumnya keluarga menolak dilakukan tindakan
debridemen gangren di kamar operasi

2. Pola Nutrisi– Metabolik


Data Subyektif:
SMRS : Pasien mengatakan dirumah biasanya makan 3-4x sehari dengan porsi
sedang

MRS : selama di rumah sakit pasien mendapatkan diit dari gizi rumah sakit dengan
diit Bubur Halus
Data Obyektif:
Pemeriksaan fisik yang menunjang (IPPA)
pasien terlihat menghabiskan ¼ porsi makan yang diberikan dari rumah sakit, mukosa
bibir kering, mual (+), muntah (-), Konstipasi (-). Terpasang cairan infus NaCl 500 cc
drip KCL 50 meq dan D5 500 cc/24 jam,inj D40 3 fls, Diet G 2100 BH.
I : kulit kering, tidak terlihat distensi abdomen
Pa : supel, tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan kecuali di sekitar luka,
Pe : suara timpani
A : bising usus 10x/ menit
Masalah Keperawatan
Resiko Defisit nutrisi
3. Pola Eliminasi Alvi &Uri
Data Subyektif:
MRS : saat pengkajian Pasien mengatakan sudah BAB pagi ini dengan konsistensi
lembek, bau khas, warna kuning, tidak terdapat darah di feses

Eliminasi Uri

SMRS : pasien mengatakan selama dirumah BAK normal 7-8x per hari

MRS : pasien mengatakan selama di rumah sakit BAK menggunakan DC dengan


produksi urine 2200cc/24 jam

4. Pola Aktifitas
SMRS : Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit semua aktivitas dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain

MRS : Selama sakit aktivitas pasien yang dibantu anak di ruang Marwah 3
TABEL ADL
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi v
Berpakaian v
Mobilisasi v
Pindah tempat v
Ambulasi v
Makan dan minum v

Skore 0 = mandiri
Skore 1 = dibantu sebagian
Skore 2 = perlu dibantu orang lain
Skore 3 = perlu bantuan orang lain dan alat
Skore 4 = tergantung/tidak mampu
hasil : 4 (tergantung/tidak mampu)

5. Pola Istirahat Tidur


SMRS : Istri pasien mengatakan pasien ny.I sehari tidur 7-8 jam dan mulai tidur biasa
jam 21.00 sampai jam 04.00 pagi
MRS : anak pasien mengatakan pasien mengeluh tidak dapat tidur nyenyak dan apabila
bisa tidur sering terbangun
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola tidur

6. Pola Persepsi kognitif


SMRS : pasien mengatakan tau dengan penyakit yang dideritanya
MRS : pasien merasa sakitnya ini karena tidak menjaga kesehatannya selama masih
sehat sebelumnya
Data Objektif :
tidak terlihat ada masalah dalam kognitif pasien

7. Pola Konsep diri dan Persepsi diri


a. Gambaran diri
pasien mengatakan senang dengan anggota tubuh yang sempurna meskipun sekarang
sedang sakit

b. Harga diri
pasien mengatakan senang saat sakit banyak yang perhatian dengannya khususya
keluarga pasien.

c. Ideal diri
pasien ingin segera sembuh agar dapat bekerja seperti biasa lagi
d. Peran diri
pasien mengatakan sebagai ibu yang baik bagi anak – anaknya
e. Identitas diri
pasien bersyukur sebagai seorang wanita yang berhasil mendidik keempat anaknya

8. Pola hubungan peran


SMRS : Pasien mengatakan sebelum sakit masih berhubungan baik dengan keluarga dan
tetangganya
MRS : Pasien mengatakan selama sakit masih berhubungan baik dengan keluarga dan
tetangganya dan tidak merasa dijauhi oleh orang sekitar

9. Pola Reproduksi Seksual


Pasien mengatakan menikah 1x dengan dan dikaruniai 4 orang anak,

10. Mekanisme Koping


Pasien mengatakan sebelum atau selama sakit apabila ada masalah selalu di diskusikan
dengan anaknya agar segera mendapat penyelesaian masalah yang terbaik.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan


Pasien mengatakan beragama Islam dan selalu mengikuti ajaran – ajaran dalam
agamanya, walaupun untuk sholat 5 waktu kadang – kadang masih belum dapat
maksimal.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
tgl 28/11/2022 nilai normal
HB 4.6 g/dl 12,8-16,8
Lekosit 10.470 /mm3 4500-13.500
Hematokrit 14.3 % 35-45
Trombosit 375.000/mm3 150.000-450.000
GDA stik 254 mg/dl < 150
Albumin 2.2 gr/dl 3.5-5.2
Kalium 4.7 mmol/L 3.5-5.0
Chlorida 99 mmol/L 96-106

Tgl 30/11/2022 nilai normal


GDA 65 mg/dl 50-140
Albumin 2.2 gr/dl 3.5-5.5

Tgl 2/12/2022
HB 5.2 gr/dl 12.8-16.8
Lekosit 30.470 /mm3 4500-13.500
Hematokrit 16.4 % 33-45
Trombosit 581.000 /mm3 150.000-440.000
GDA 151 mg/dl 50-140
Albumin 2.6 gr/dl 3.5-5.0

Tgl 4/12/2022
GDA stik 93 mg/dl 50-140

Tgl 5/12/2022
GDA 49 mg/dl 50-140
GDA 65 mg/dl 50-140
Tgl 6/12/2022
GDA 110 mg/dl 50-140
2. Terapi dan Diet.
a. infus D5% : PZ 500 cc drip kcl 50 meq/ 1:1
b. Tranfusi PRC 2 kolf/hr dengan premed Lasix ½ amp
c. Tranfusi Albumin 25% 100 cc
d. Inj.Ondan 3x 4 mg
e. Inj. OMZ 2x1
f. Inj. Santagesik 3x1
g. Inj Ceftri 2x1
h. ISDN tab 2,5mg 3x1
i. Ramipril 2,5 mg 1-0-0
j. Rencana Debridemen dan amputasi Below Knee sinistra

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Defisit Nutrisi
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
3. Resiko infeksi
4. Gangguan pola tidur
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny.I No. Register : 748262
Umur : 67th Diagnosa Medis : DM+Gangren Pedis s
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Kurangnya Asupan Defisit Nutrisi
Makanan
Pasien mengatakan badan terasa lemas
Pasien mengatakan perut mual, muntah (-)
DO :
Pasien terlihat lemas dan hanya tiduran di
tempat tidur
Pasien terlihat hanya menghabiskan ¼ porsi
makannya
DS : Endokrinopati Ketidakstabilan
kadar glukosa
Pasien mengatakan badan terasa lemas darah
DO :
GDA tgl 5/12/22 : 49 mg/dl
Tekanan Darah : 154/71mmHg
Pernapasan : 26x/ menit
Suhu : 37
Nadi : 88 /menit
DS: Penyakit Kronis Resiko infeksi
Pasien mengatakan mempunyai luka di kaki kiri
sudah menghitam
DO :
Terdapat luka di kaki kiri , pus (+),Bau,basah
Leukosit : 30.470/ mm3
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.I No. Register : 748262
Umur : 67th Diagnosa Medis : DM+Gangren Pedis s
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD
1. Defisit Nutrisi b.d Kurangnya Asupan Makanan
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d. Endokrinopati
3. Resiko infeksi d.d. Penyakit Kronis
3. INTERVENSI
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.I No. Register : 748262


Umur : 67th Diagnosa Medis : DM+Gangren Pedis s
DIAGNOSA
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Defisit Nutrisi b.d Setelah - Porsi makan yang Observasi - Mengetahui status nutrisi pasien
Kurangnya Asupan dilakukan dihabiskan meningkat - Identifikasi status nutrisi - Mengetahui jenis alergi makann
Makanan tindakan - Perasaan cepat - Identifikasi alergi dan pada pasien
keperawatan kenyang menurun intoleransi makanan - Mengetahui jumlah nurtrisi
selama 3 x 24 - Berat badan membaik - Identifikasi kebutuhan kalori pasien
jam - Frekuensi makan dan jenis nutrien - Mengetahui jumlah intake
diharapkan membaik - Monitor asupan makanan pasien
status nutrisi - Nafsu makan - Monitor hasil pemeriksaan - Mengetahui data pendukung
membaik membaik laboratorium yang menyebabkan deficit
- Bising usus membaik Terapeutik nutrisi pasien
- Membran mukosa - Sajikan makanan secara - Meningkatkan nafsu makan
membaik menarik dan suhu sesuai pasien
- Berikan makanan tinggi serat - Meningkatkan jumlah kalori
untuk mencegah konstipasi pasien
Edukasi - Posisi duduk membuat proses
- Anjurkan posisi duduk, jika pencernaan lebih lancer
mampu - Meningkatkan asupan nutrisi
- Ajarkan diet yang dengan menjaga pola diit
diprogramkan - Pemberian medikasi dapat
Kolaborasi meringankan mual pasien
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan.
2. Ketidakstabilan Setelah - Kesadaran meningkat Observasi - Mengetahui penyebab
kadar glukosa darah dilakukan - Kadar glukosa dalam - Identifikasi kemungkinan hipoglikemia
b.d. Endokrinopati tindakan darah membaik penyebab hipoglikemia - Mengetahui gula darah secara
keperawatan - Monitori kadar glukosa darah real time
manajemen - Monitor tanda gejala - Mengetahui tanda dan gejala
hipoglikemia hipogliemia hipoglikemi akan mempercepat
selama 3 x 24 - Monitori intake input output proses terap
jam, cairan - Mengetahui balance cairan
diharapkan - Monitori keton urine, kadar pasien
kestabilan AGD, elektrolit, tekanan - Mengetahui data pendukung
kadar glukosa darah, nadi penyebab hipogikemia
darah Terapeutik - Meningkatkan kadar gula dalam
meningkat - Berikan asupan cairan oral darah
- Konsultasi dengan medis jika - Meningkatkan pengetahuan
tanda dan gejala pasien dan keluarga pasien
hipoglikemia tetap ada atau dalam manajemen hipoglikemia
memburuk - Cairan IV dapat dijadikan
Edukasi sumber nutrisi untuk
- Ajarkan pengelolaan diabetes meningkatkan kadar gula darah
Kolaborasi pasien
- Kolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu
3. Resiko infeksi d.d. Setelah - Kebersihan badan Observasi - Mengetahui tanda dan gejala
Penyakit Kronis dilakukan meningkat - Monitor tanda dan gejala infeksi
tindakan - Demam menurun infeksi lokal dan sistemik - Mengurangi infeksi dari luar
keperawatan - Kemerahan menurun Terapeutik lingkungan pasien
pencegahan - Kadar sel darah putih - Batasi jumlah pengunjung - Menungkatkan tingkat
infeksi selama membaik - Berikan perawatan kulit pada kesembuhan pasien
3 x 24 jam, area luka - Mengurangi infeksi nosokomial
diharapkan - Cuci tangan sebelum dan yang dapat terjadi pada pasien
tingkat infeksi sesudah kontak dengan - Teknik aseptic akan
menurun pasien dan lingkungan pasien meningkatkan tingkat
- Pertahankan teknik aseptik kesembuhan pada luka yang
pada pasien beresiko tinggi terdapat pada pasien
Edukasi - Meningkatkan pengetahuan
- Jelaskan tanda dan gejala pasien dan keluarga pasien
infeksi - Meningaktkan pengetahuan
- Ajarkan cara mencuci tangan keluarga tentang luka pasien
dengan benar - Nutrisi dan caran meningkatkan
- Ajarkan cara memeriksa kesembuhan pasien.
kondisi luka
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
4. IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Ny.I No. Register : 748262


Umur : 67th Diagnosa Medis : DM+Gangren Pedis s
TANGGAL / IMPLEMENTASI TTD
JAM

Senin, 5 /12/ 2022


Jam 14.30 Melakukan operan jaga dari perawat jaga pagi ke
perawat jaga sore
Mengobservasi TTV pasien
TD : 154/71mmHg
RR : 26x/ menit
Suhu : 37
Nadi : 88 /menit

Jam 15.00 Mengidentifikasi status nutrisi


Memonitori asupan makanan

Jam 15.30 Memonitori hasil pemeriksaan laboratorium


Menganjurkan posisi duduk
Berkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

Jam 16.00 Berkolaborasi pemberian cairan IV


Menyiapkan tranfusi darah PRC I bag
Memonitori kadar glukosa darah

Jam 16.30 Memonitori tanda gejala hipogliemia


Memonitori intake input output cairan
Memasukkan tranfusi albumin 25% 100 cc

Jam 17.00 Memonitori keton urine, kadar AGD, elektrolit,


tekanan darah, nadi

Jm 17.30 Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik


Batasi jumlah pengunjung
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Jam 18.00 Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Jam 18.10 Menganjurkan meningkatkan asupan cairan

Selasa,
6/12/ 2022
Jam 14.30 Melakukan operan jaga dari perawat jaga pagi ke
perawat jaga sore
Jam 15.30 Mengobservasi TTV pasien
TD : 144/72mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 36.5
Nadi : 74 /menit
Jam 16.10 Memonitori tanda gejala hipogliemia
Memonitori intake input output cairan
Jam 16.35 Memonitori asupan makanan
Jam 17.10 Memonitori hasil pemeriksaan laboratorium
Menganjurkan posisi duduk
Jam 17.20 Berkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Berkolaborasi pemberian cairan IV
Jam 17.30 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Batasi jumlah pengunjung
Jam 18.00 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Jam 18.10 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Rabu,
7/12/2022
Jam 14.30 Melakukan operan jaga dari perawat jaga pagi ke
perawat jaga sore
Mengobservasi TTV pasien dari OK post op amputasi
Jam 16.00 below knee sinistra
TD : 144/72mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 36.5
Nadi : 74 /menit
Memonitori tanda gejala hipogliemia
Jam 16.30
Memonitori intake input output cairan
Memonitori asupan makanan
Jam 16.45
Memonitori hasil pemeriksaan laboratorium
Jam 17.00
Menganjurkan posisi duduk
Berkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Jam 17.10
Berkolaborasi pemberian cairan IV
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Jam 17.30
Batasi jumlah pengunjung
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Jam 18.00 pasien dan lingkungan pasien
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Jam 18.10
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
5. EVALUASI
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.I No. Register : 748262


Umur : 67th Diagnosa Medis : DM+Gangren Pedis s
TGL / DIAGNOSE
EVALUASI
JAM KEPERAWATAN
Rabu, Defisit Nutrisi b.d S :
Kurangnya Asupan
7/12/22 Makanan Pasien mengatakan nafsu makan masih berkurang
Jam 18.00 Pasien mengatakan porsi makan hanya dihabiskan
½ saja
O:
Pasien terlihat masih lemas
Pasien terlihat hanya tiduran di tempat tidur
Mengobservasi TTV pasien
TD : 144/72mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 36.5
Nadi : 74 /menit
A : Masalah belum teratasi
O : Intervensi dilanjutkan
Rabu, Ketidakstabilan kadar S :
glukosa darah b.d.
7/12/22 Endokrinopati Pasien mengatakan badan terasa lemas
Jam 18.00 O:
GDA Pagi: 110mg/dl
TD : 144/72mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 36.5
Nadi : 74 /menit
A : Masalah tertasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
Rabu, Resiko infeksi d.d. S :
Penyakit Kronis
7/12/ 2022 Pasien mengatakan sudah slesai operasi amputasi
kaki kiri
Jam 18.00
O: pasien datang dari Ok jam 16.00 post amputasi
below knee sinistra
TD : 144/72mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 36.5
Nadi : 74 /menit
A : Masalah teratas sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
BAB 5
ANALISA ARTIKEL

1. Judul
Efektivitas penyembuhan luka menggunakan NaCl 0,9% dan Hydrogel pada ulkus
Diabetes Mellitus di RSU Kota Semarang
2. Clinical Question
Mengetahui keefektivitasan penyembuhan luka dengan NaCl 0,9% dan Hydrogel pada
ulkus Diabetes Mellitus
3. PICO/ PICOT/ PIO
P: Pasien Diabetes Mellitus yang mengalami ulku
I: Kompres luka ulkus dengan NaCl 0,9%
C: Kompres luka ulkus dengan Hydrogel
O: Penyembuhan luka
4. Keyword
Diabetes Mellitus, Ganggren, Perawatn Luka
5. Analisa Artikel
No Author’s Judul Studi Desain, Tujuan Hasil dan
Sample, Kesimpulan
Instrumen,
Teknik Sampling,
Variabel,
Analisis
1 S. Eko Ch. Efektivitas Studi Desain:
Untuk Hasil: Dari
Purnomo, penyembuhan Kuantitatif mengetahui hasil analisa
Sri Utami luka dengan tingkat data
Dwiningsih, menggunakan menggunakan efektivitas mengguna-kan
Kurniati NaCl 0,9% desain NaCl 0,9% Mann-
Puji Lestari dan Hydrogel Eksperimental atau Whitney U-
pada ulkus Hydrogel test dengan
Diabetes Instrumen: untuk taraf
Mellitus di Observasi penyembuhan signifikansi
RSU Kota Teknik Sampling: luka ulkus sebesar 5%
Semarang Purposive Diabetes diperoleh nilai
sampling Mellitus p = 0,000
dengan nilai Z
Variabel: hitung sebesar
 Efektivitas 6,482 dan
penyembu- mean rank
han luka 45,08:15,92
mengguna- (3:1) artinya
kan NaCl hydrogel lebih
0,9% pada efektif
ulkus dibandingkan
 Efektivitas NaCl 0,9%
penyembu- dalam
han luka penyembuhan
mengguna- luka ulkus
kan DM di RSU
Hydrogel Kota
pada ulkus Semarang.
Perbaikan
Analisis: luka ulkus
menggunakan Uji dengan
Alternative non hydrogel
Parametric mengalami
Mann-Whitney penurunan
U-test mean 10-13
poin
sedangkan
penggunaan
NaCl 0,9%
hanya
menurun
mean 2-3 poin
dalam 9 hari
(Skala Bates-
Jansen).

Kesimpulan:
Disimpulkan
bahwa
kompres
hydrogel pada
luka ulkus
diabetikum 3x
lebih
efektif/baik
daripada
menggunakan
NaCl 0,9%.
Disarankan
penggunaan
hydrogel dalam
perawatan
ulkus DM atau
luka kotor lain
yang
mengalami
kesulitan dalam
proses
penyembuhan.
BAB 6
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien Ny. I dengan
Diabetes Mellitus dan ganggren di ruang Marwah Lt. 3 RSUD HAJI PROVINSI JAWA TIMUR
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untyk di kaji dan
dianalisis sehingga masalah keperawatan dapat ditentukan. Pada kasus Diabetes Mellitus dan
ganggren perawat dalam melakukan pengkajian di tuntut harus teliti dan komprehansif,
sehingga mudah dalam menegakkan diagnose. Salah satu yang harus diperhatikan adalah
pencegahan komplikasi dari Diabetes Mellitus.
2. Diagnosa keperawatan
Seperti yang dikemukakan beberapa ahli sebelumnya daftar diagnose keperawatan pada BAB
3 sangat membantu peneliti sebagai landasan teori untuk menegakkan diagnose keperawatan
pada pasien.
3. Perencanaan
Perencanaan yang digunakan pada pasien ini disesuaikan dengan masalah keperawatan yang
ditegakkan berdasarkan kriteria tanda dan gejala mayor, minor dan kondisi pasien saat ini.
4. Pelaksanaan Tindakan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana Tindakan yang telah disusun.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny. I sesuai dengan intervensi yang
telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan pasien Diabetes
Mellitus
5. Evalusi
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang di berikan.
Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada pasien Ny. I berdasarkan kriteria yang peneliti
susun terhadap diagnose yang telah ditetapkan.

6.2 SARAN
1. Bagi perawat
Sebaiknya ditingkatkan lagi mengenai motifasi, dorongan dan edukasi selama menjalani
perawatan di ruang Marwah Lt. 3
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan dapat menambah keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan Asuhan
Keerawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus dan juga memacu pada peneliti
selanjutnya untuk menajadi bahan pembandingan dalam melakukan penelitian pada
pasien dengan Diabetes Mellitus
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai