Nim : 20224663009
Institusi : UM Surabaya
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
III.
1. POHON MASALAH
SP IIIp :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan kesempatan
kepada pasien cara berkenalan
dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
2. Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: PT
Refikasi Aditama.
3. Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI
3. Penyebab
Menurut (Damaiyanti & Iskandar, 2012) resiko bunuh diri dapat
terjadi karena beberapa faktor, yaitu
a. Faktor Predisposisi
1) Diagnosa Psikiatri
Gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia
2) Sifat Kepribadian
Antisipatis, impulsif, dan depresi
3) Lingkungan Psikososial
Perceraian, perpisahan, penyakit kronis, peristiwa tidak
menyenangkan dalam hidup, kehilangan dukungan sosial
4) Riwayat Keluarga
Keluarga dengan riwayat bunuh diri
5) Faktor Biokimia
Peningkatan serotonin, adrenalin, dan dopamine dalam otak
b. Faktor Presipitasi
Individu dengan stress yang berlebihan dan individu dengan
emosi yang labil (berubah-ubah) sering kali menjadi penyebab timbulnya
risiko bunuh diri. Bisa juga melalui membaca atau melihat seseorang
yang melakukan bunuh diri baik langsung maupun melalui media
komunikasi.
c. Faktor Perilaku Koping
Pasien dengan penyakit kronis yang mengancam kehidupannya,
struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan sikap isolasi sosial
adalah perilaku yang rentan terjadi risiko bunuh diri
d. Faktor Mekanisme Koping
Denial, rasionalization, regression, dan magical thinking adalah
mekanisme koping yang umum digunakan oleh individu dengan resiko
bunuh diri
4. Proses Terjadinya Bunuh Diri
Adanya motivasi bunuh diri dengan segala alasan, niat untuk
melakukan bunuh diri, memantapkan keputusan sampai akhirnya
melakukan bunuh diri.
5. Tanda dan Gejala (menurut Damaiyanti & Iskandar, 2012)
a. Adanya ide untuk bunuh diri.
b. Ungkapan keinginan untuk mati.
c. Ungkapan rasa bersalah atau keputusasaan.
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya sangat patuh).
f. Ada riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan
tentang obat dosis mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik,
marah, dan mengasingkan diri).
i. Usia 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
j. Konflik interpersonal.
k. Pekerjaan.
l. Latar belakang keluarga.
m. Orientasi seksual.
n. Sumber-sumber personal.
o. Sumber-sumber sosial.
p. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
6. Jenis (menurut Yusuf & Nihayati, 2015)
a. Bunuh diri egoistik (akibat hubungan sosial yang buruk)
b. Bunuh diri altruistik (akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan)
c. Bunuh diri anomik (akibat lingkungan tidak dapat memberikan
kenyamanan bagi individu)
III.
1. POHON MASALAH
(effect) Bunuh diri Resiko perilaku kekerasan
↑
(core problem)Resiko bunuh diri
↑
(causa) Harga diri rendah→isolasi
sosial→halusianasi→waham
↑
Koping keluarga & individu tidak efektif
1. Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
2. Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: PT
Refikasi Aditama.
3. Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
1. Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
2. Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: PT
Refikasi Aditama.
3. Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
2) Faktor Presipitasi
a) Trauma
b) Ketegangan peran perkembangan
c) Transisi peran situasi
d) Transisi peran sehat saki
3) Perilaku
a) Citra Tubuh
Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
Menolak bercermin.
Tidak mau mendiskusikan kerterbatasan atau cacat tubuh.
Menolak usaha rehabilitasi.
Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
Menyangkal cacat tubuh.
b) Harga Diri Rendah
Mengkritik diri sendiri/orang lain
Produktivitas menurun
Gangguan hubungan
Merasa diri paling penting
Desktruktif pada orang lain
Merasa tidak mampu
Merasa bersalah dan khawatir
Mudah tersinggung/marah
Perasaan negatif terhadap tubuh
c) Kerancuan Identitas
Tidak ada kode moral
Kepribadian yang bertentangan
Hubungan interpersonal yang eksploitatif
Perasaan hampa
Perasaan mengambang tentang diri
Kerancuan gendur
d) Depersonalisasi (menurut Yusuf & Nihayati, 2015)
Afektif Perseptual Kognitif Perilaku
Kehilangan identitas. Halusinasi dengar dan Bingung. Pasif.
Perasaan terpisah dari lihat. Disorientasi waktu. Komunikasi tidak
diri. Bingung tentang Gangguan berpikir. sesuai.
Perasaan tidak realistis.seksualitas diri. Gangguan daya ingat. Kurang spontanitas.
Rasa terisolasi yang Sulit membedakan diriGangguan penilaian. Kehilangan kendali
kuat. dari orang lain. Kepribadian ganda. terhadap impuls.
Kurang rasa Gangguan citra tubuh. Tidak mampu
berkesinambungan. Dunia seperti dalam memutuskan.
Tidak mampu mencari mimpi. Menarik diri secara
kesenangan. sosial.
4) Mekanisme Koping
a) Aktivitas yang dapat memberian pelarian sementara dari krisis,
seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
seperti ikut kegiatan sosial, politik, dan lain-lain.
c) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat.
d) Penutupan identitas.
e) Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi,
dan potensi individu.
f) Identitas negatif.
g) Asumsi identitas yang tidak wajarr untuk dapat diterima oleh nilai-
nilai harapan masyarakat.
h) Fantasi.
i) Disosiasi.
j) Isolasi.
k) Proyeksi.
l) Displacement.
m) Marah/amuk pada diri sendiri.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (menurut Damaiyanti &
Iskandar, 2012)
Tujuan :
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3) Pasien mampu menilai kemampuan yang digunakan
4) Pasien mampu menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuannya yang
dimiliki
5) Pasien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
6) Pasien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada
KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek 1. Mendiskusikan masalah ynag dirasakan
positif yang dimiliki klien. keluarga dalam merawat klien.
2. Membantu klien menilai kemampuan 2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala harga
klien yang masih dapat digunakan. diri rendah yang dialami klien beserta
3. Membantu klien memilih kegiatan yang proses terjadinya.
akan dilatih sesuai dengan kemampuan 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien harga
klien. diri rendah.
4. Melatih klien sesuai dengan kemampuan
yang dipilih.
Memberikan pujian yang wajar terhadap
keerhasilan klien.
Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
klien. merawat klien dengan harga diri rendah.
2. Melatih kemampuan kedua. 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
3. Menganjurkan klien memasukkan langsung kepada klien harga diri rendah.
kedalam jadwal kegiatan harian.
SP3K
1. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up klien setelah
pulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
2. Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: PT
Refikasi Aditama.
3. Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
2. Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: PT
Refikasi Aditama.
3. Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
III.
1. POHON MASALAH
(effect) Resiko perilaku kekerasan Waham
2) Faktor Presipitasi
a) Stressor sosial budaya
Penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat meningkatkan stress dan kecemasan
sehingga timbulnya halusinasi.
b) Faktor biokimia
Dopamin, neropinetrin, indolamin, serta zat halusigenik diduga
berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
c) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realitas.
d) Perilaku.
Gangguan orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir,
afektif persepsi, motorik dan sosial.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (menurut Damaiyanti &
Iskandar, 2012)
Tujuan :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenali jenis halusinasinya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien 1. Mendiskusikan maslah yang dirasakan
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien keluarga dalam merawat klien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien 2. Menjelaskan pengertian, tand gejala dan
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien jenis halusinasi yang dialami klien beserta
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan proses terjadinya
halusinasi 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi halusinasi
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan merawat klien dengan halusinasi
cara bercakap-cakap dengan oang lain 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal langsung kepada klien halusinasi
kegiatan harian
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan aktivitas dirumah termasuk minum obat
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan klien 2. Menjelaskan follow up klien setelah
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal pulang
kegiatan harian
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratut
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
2. Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: PT
Refikasi Aditama.
3. Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem
saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan
korteks limbic
3) Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan
glutamat.
4) Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
b. Faktor Presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3) Adanya gejala pemicu
5. Rentang Respon
VIII.
1. POHON MASALAH
(effect) Resiko kerusakan komunikasi verbal
↑
(core problem)Perubahan proses pikir : waham
↑
(causa) Harga diri rendah kronis
2. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU
DIKAJI
a. Masalah Keperawatan
Perubahan proses pikir : Waham
b. Data Yang Perlu Dikaji (menurut Yusuf & Nihayati, 2015)
1) Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2) Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi
wajah klien tegang, mudah tersinggung.
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan proses pikir : Waham
X. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (menurut Damaiyanti &
Iskandar, 2012)
Tujuan :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
4) Klien dapat berhubungan dengan realitas
5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
6) Klien dapat dukungan dari keluarga
KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
Membantu orientasi realita. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
Mendiskusikan kebutuhan yang tidak keluar dalam merawat pasien.
terpenuhi. Menjelaskan pengertian, tanda dan
Membantu pasien memenuhi gejala, dan jenis waham yang dialami
kebutuhannya pasien serta proses terjadinya.
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam Menjelaskan cara merawat pasien waham
jadwal kegiatan harian
SP2P SP2K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikkan cara
pasien. merawat pasien dengan waham
Berdiskusi tentang kemampuan yang Melatih keluarga mempraktikkan cara
dimiliki merawat langsung kepada pasien waham
4. Melatih kemampuan yang dimiliki
SP3P SP3K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal
pasien aktifitas di rumah termasuk minum obat
Memberikan pendidikan kesehatan Menjelaskan follow up pasien setelah
tentang penggunakan obat secara teratur pulang
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian Menganjurkan klien
menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
2. Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: PT
Refikasi Aditama.
3. Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.