SURABAYA
DISUSUN OLEH:
SURABAYA
Disusun Oleh
2231003
Mengetahui
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
Isolasi sosial
1. Definisi
Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan
hubungan dengan orang lain. Isolasi social adalah keadaan seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Yusuf, Fitriyasari & Nihayati, 2015).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk.
2008).
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku islasi sosial
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menaarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjaadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga
bekerjasama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran
yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaboratif dapat memengurangi masalah respon sosial menarik
diri.
2) Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur
otak, seperti atropi, pembesara ventrikel, penurunan berat dan volume otak
serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkanskizofrenia.
3) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia,
orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengaadopsi
norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart dan Sundeen, 1998).
b. Faktor Presipitasi
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam
perasaan adalah:
a. Kehilangan ketertaarikan yang nyataatau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep
persepsi merupakan hal yang sangat penting.
b. Peristiwa besar dalm kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi
terutama pada wanita.
d. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat
mencetus gangguan alam perasaan. (Stuart, 1998)
3. Tanda dan Gejala
Menurut Damaiyanti & Iskandar, 2012), tanda dan gejala isolasi social dibagi
sebagai berikut:
Gejala subjektif:
Gejala obyektif:
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
7. Kurang spontan
18. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
4. Rentang Respon
III. A. POHON MASALAH
Koping individu
inefektif
1. Masalah Keperawatan
g. Defisit pengetahuan
Menurut Yusuf &Nihayati,2015 data yang perlu dikaji dibagi sebagai berikut:
Data Subjektif
Data Objektif
Tujuan:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
5. Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain.
Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung: PT Refikasi
Aditama.
Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
SP3P SP3K
1. Menevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara aktivitas di rumah termasuk minum
verbal obat
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam 2. Menjelaskan follow up klien setelah
jadwal kegiatan harian pulang
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara
spiritual
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP5P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan
minum obat
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
Isolasi Sosial
Tabel 1.1 Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri (Damaiyanti & Iskandar,
2012)
KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
diri klien keluarga dalam merawat klien
2. Berdiskusi dengan klien tentang pentingnya 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
kebersihan diri defisit perawatan diri, dan jenis defisit
3. Berdiskusi dengan klien tentang cara menjaga perawatan diri yang dialami klien beserta
kebersihan diri proses terjadinya
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien
jadwal kegiatan harian defisit perawatan diri
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
2. Menjelaskan cara mandi yang baik merawat klien dengan defisit perawatan
3. Membantu klien mempraktekkan cara mandi diri
yang baik 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam langsung kepada klien defisit perawatan
jadwal kegiatan harian diri
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Membantu keluarga membuat jadual
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik aktivitas di rumah termasuk minum obat
3. Membantu klien mempraktekkan cara (discharge planning)
eliminasi yang baik dan memasukkan dalam 2. Menjelaskan follow up klien setelah
jadual pulang
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu klien mempraktekkan cara
berdandan
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
6. Tahapan Halusinasi
Tabel 1.2 Tahapan Halusinasi (Damaiyanti & Iskandar, 2012)
Tahapan Halusinasi Karakteristik
Stage I : Sleep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin menghindari
Fase awal seseorang dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
sebelum muncul halusinasi dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit
karena berbagai stressor terakumulasi sedangkan
support sistem kurang dan persepsi terhadap
masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsung
terus-menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien
menganggap lamunan-lamunan awal tersebut
sebagai pemecahan masalah.
Stage II : Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti
Halusinasi secara umum ia adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
terima sebagai sesuatu yang berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan
alami. pemikiran pada timbulnya kecemasan. Sensorinya
dapat di kontrol bila kecemasannya diatur, dalam
tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman
dengan halusinasinya.
Stage III : Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering datang
Secara umum halusinasi dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak
sering mendatangi klien. mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya
Tahapan Halusinasi Karakteristik
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang
lain, dengan intensitas waktu yang lama.
Stage IV : Controlling Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori
Severe Level of Anxiety abnormal yang datang. Klien dapat merasakan
Fungsi sensoti menjadi tidak kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
relevan dengan kenyataan. dimulai fase gangguan psikotik.
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realitas.
4) Perilaku.
Gangguan orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses
pikir, afektif persepsi, motorik dan sosial.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengenali jenis halusinasinya.
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI
Tabel 1.1 Faktor Risiko Bunuh Diri Menurut Stuart dan Sundeen (Yusuf,
Fitriyasari & Nihayati, 2015).
Faktor Risiko Tinggi Risiko Rendah
Umur > 45 tahun atau remaja 25-45 tahun atau < 12 tahun
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Status perkawinan Cerai, pisah, janda/duda Kawin
Jabatan Profesional Pekerja kasar
Pekerjaan Pengangguran Pekerja
Penyakit kronis Kronik, terminal Tidak ada yang serius
Gangguan mental Depresi, halusinasi Gangguan kepribadian
Tabel 1.2 Rencana Keperawatan Risiko Bunuh Diri (Damaiyanti & Iskandar, 2012)
KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi benda-benda yang 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
dapat membahayakan klien keluarga dalam merawat klien
2. Mengamankan benda-benda yang 2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala
dapat membahayakan klien resiko bunuh diri dan jenis prilaku bunuh
3. Melakukan kontrak treatment diri yang dialami klien beserta proses
4. Mengajarkan cara mengendalikan terjadinya menjelaskan cara-cara
dorongan bunuh diri merawat klien resiko bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien
bunuh diri resiko bunuh diri
SP2P SP2K
1. Mengidentifikasi aspek positif klien 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
2. Mendorong apsien untuk berpikir merawat klien dengan resiko bunuh diri
positif terhadap diri 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Mendorong klien untuk menghargai merawat langsung kepada klien resiko
diri sebagai individu yang berharga dunuh diri
SP3P SP3K
1. Mengidentivikasi pola koping yang 1. Membantu keluarga membuat jadwal
biasa diterapkan klien aktivitas dirumah termasuk minum obat
2. Menilai pola koping yang biasa 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang
dilakukan biasa dijangkau oleh keluarga
3. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4. Mendorong klien memilih pola koping
yang konstruktif
5. Menganjurkan klien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan
harian
SP4P
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama klien
2. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan klien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
2) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
b. Faktor Presipitasi
a. Kognitif
2) Afek tumpul
1) Hipersensitif
3) Depresif
4) Ragu-ragu
7) Streotif
8) Impulsif
9) Curiga
d. Fisik
1) Kebersihan kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur
sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam
makanan saya”.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk
surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.”
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit
menderita penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang
kanker.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya,
semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
5.Rentang Respon
KLIEN KELUARGA
SP 1P SPIK
Membantu orientasi realita. Mendiskusikan masalah yang
Mendiskusikan kebutuhan yang dirasakan keluar dalam merawat
tidak terpenuhi. pasien.
Membantu pasien memenuhi Menjelaskan pengertian, tanda dan
kebutuhannya gejala, dan jenis waham yang
Menganjurkan pasien memasukkan dialami pasien serta proses
dalam jadwal kegiatan harian terjadinya.
SP 2P SP 2K
Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikkan
harian pasien. cara merawat pasien dengan waham
Berdiskusi tentang kemampuan yang
dimiliki Melatih keluarga mempraktikkan
4. Melatih kemampuan yang cara merawat langsung kepada
dimiliki pasien waham
SP 3P SP 3K
Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktifitas di rumah termasuk
Memberikan pendidikan kesehatan minum obat
tentang penggunakan obat secara Menjelaskan follow up pasien
teratur setelah pulang
6. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian Menganjurkan klien
menerapkan pola koping konstruktif
dalam kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Yusuf, F., & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.