Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL


Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa Profesi Ners 16

Dosen Pembimbing: Rita Tri Subekti S.Kep.,Ns

Disusun oleh:
ADITYA PATRIA NEGARA
SN221002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

A. MASALAH UTAMA

Isolasi sosial : menarik diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Kusumawati, 2018).
2. Tanda dan gejala
a. Subjektif
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Pasien merasa tidak berguna
7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
b. Objektif
1) Tidak memiliki teman dekat
2) Menarik diri
3) Tidak komunikatif
4) Tindakan berulang dan tidak bermakna
5) Asyik dengan pikirannya sendiri
6) Tak ada kontak mata
7) Tampak sedih, afek tumpul (Trimelia, 2015).
3. Penyebab terjadinya masalah
a. Faktor predeposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian,
dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa
tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri
dan dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan
sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan
pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial
terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan struktur
limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
(Damaiyanti, 2016).
4. Akibat terjadinya masalah
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri
atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa
dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan (Eko, 2017).
C. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi Effect

Isolasi sosial: menarik diri Core Problem

Gangguan konsep diri : harga diri rendah Cause


Sumber: Fitria (2012)
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
a. Isolasi sosial : menarik diri
1. Data subjektif
Apatis, ekspresi sedih, berdiam diri dikamar, banyak diam,
menyendiri dan menolak berhubungan dengan orang lain.
2. Data objektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat (ya/ tidak)
b. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
1. Data subjektif
Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya, mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli dan mengkritik dirinya sendiri
2. Data objektif
Merusak diri sendiri dan orang lain
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1: isolasi sosial
Tujuan Umum:
klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka keterlibatan
sosial meningkat dengan kriteria hasil :
a. Minat interaksi meningkat
b. Verbalisasi isolasi sosial meningkat
c. Verbalisasi ketidak amanan di tempat umum meningkat
Intervensi : Terapi aktivitas
Observasi
a. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpasrtisipasi dalam aktivitas tertentu
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
d. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas rutin dan waktu luang
f. Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
a. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentan aktivitas
b. Fasilitasinmemilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
c. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
d. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
e. Fasilitasi aktivitas rutin
Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
b. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipillih
c. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
d. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompook atau terapi
e. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas
b. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas
2. Diagnosa 2: Harga diri rendah kronis
Tujuan umum :
Pasien dapat dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria
hasil harga diri meningkat:
a. Penilaian diri positif meningkat
b. Perasaan meliliki kelebihan atau kemampuan positif meningkat
c. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat
d. Monat mencoba hal baru meningkat
e. Berjalan menampakkan wajah meningkat
f. Postur tubuh menampakkan wajah meningkat
Intervensi : Manajemen perilaku
Observasi
a. Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik
a. Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
b. Jadwalkan kegiatan terstruktur
c. Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten
setiap dinas
d. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
e. Batasi jumlahengunjung
f. Bicara dengan nada rendah dan tenang
g. Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
h. Cegah perilaku pasif dan agresif
i. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
j. Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
k. Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
l. Hindari sikap mengancam dan berdebat
m. Hindari berdebat atau menawar bata perilaku yang telah ditetapkan
Edukasi
a. Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan
kognitif
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti., Mukhripah., & Iskandar. (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung: PT Refika Aditama.

Eko, Prabowo. (2017). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan  Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.

STRATEGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL
Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)
A. PROSES KEPERAWATAN
1 Kondisi klien

2 Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
3 Tindakan keperawatan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
c. Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
d. Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi (Perkenalan)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat disini,Siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini“Apa keluhan Bapak hari
ini?”
c. KontrakWaktu
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-
teman Bapak?Mau dimanakita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
di ruang tamu? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit.”
2. Fase Kerja
(jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan
Bapak? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan Bapak? Apa yang
membuat Bapak jarang bercakap-cakap dengannya?”
(jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? O.. Bapak
merasa sendirian? Siapa saja yang Bapak kenal di ruangan ini”
“Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan pasien yang lain?”
”Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman?
kalau kerugiannya tidak punya teman bagaimana Pak?”
”Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan
orang lain”
”Begini lho Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan
dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi.
”Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.”
”Setelah Bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak
bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kitalatihan berkenalan?”
b. Evaluasi Obyektif
”Bapak tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik
sekali. Selanjutnya Bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita
pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga Bapak lebih siap
untuk berkenalan dengan orang lain.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bapak mau praktikkan lagi....Mau jam berapa mencobanya. Mari
kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
d. Kontrak
1) Topik
“Bapak besok kita bertemu lagi ya..untuk mengajak Bapak
berkenalan dengan teman saya perawat N“
2) Waktu
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini. Bagaimana,
bapak mau kan?”
3) Tempat
”Disini saja ya pak....”Baiklah, Wassalamualaikum wr.wb.”

Anda mungkin juga menyukai