Anda di halaman 1dari 6

BAB IX

ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian
Menurut beberapa ahli menguraikan tentang pengertian menarik diri yaitu :
1. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Damaiyanti,2008)
2. Isolasi sosial suatau gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan prilaku maladaptive dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (depkes,2000)
3. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari hubungan dengan orang lain
(keliat,1998)
4. Menurut balitbang (2007) merupakan upaya menghindari sesuatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa pikiran dan kegagalan.

B. Rentang Respons Hubungan Sosial


Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari stuart (2006) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif.
Respons adapif adalah reapons individu dalam penyelesaian masalah yang amsi dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku, respons ini meliputi :
1. Menyendiri (solitude) merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
menuangkan apa yang telas dilakukan dilingkuangan sosialnya dan juga suatu
mengevaluasi diri untuk menentukan Langkah-langkah selanjutnya.
2. Otonomi, merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, petasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan merupakan suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana indivu
mampu untuk saling member dan menerima.
4. Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling tergantung antara individu
dengan orang lain dalam rangka hubungan interpersonal.

Respons maladtif adalah respons individu dalam penyelesaian masalah yang


menyimpang dari norma norma sosial dan budaya dilingkungannya. Respons ini meliputi:

1. Manipulasi ; pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlukan sebagai objek
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pda orang lain.
2. Impulsive ;inidividu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mempu belajar
dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
3. Narkisismen; pada individu narkisismen trdapat harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris,
pencemburu, marah jika orang tidak mendukung.
C. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial menurut mustika sari (2002) yaitu :
1. Kurang spontan
2. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan);
3. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi kurang)
4. Afek tumpul;
5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri;
6. Kuminaksi verbal menurun atau tidak ada.
7. Mengisolasi (menyendiri)
8. Kurang energi
9. Tidak atau kuarang sadar terhadap lingkungan sekitar.

D. Penyebab
Bahwa terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor pressipits
menurut nanda-l (2012). Beberapa faktor predisposisi 9faktor pendukung) terjadinya
gangguan hubungan sosial adalah :
1. Faktor perkembangan
2. Faktor biologis
3. Faktor sosial budaya

Adapun faktor presipitasi terjadinya gangguan hubungan sosial menurut nanda-l (2012)

1. Stressor sosial budaya


2. Stressor psikologis

E. Asuhan keperawatan isolasi sosial


1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien penderita gangguan jiwa adalah :
a. Biodata
1. Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
Pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
2. Identitas penanggung jawab terdiri dari nama,umur,jenis
kelamin,Pendidikan,pekerjaan,alamat,hubungan dengan klien.
3. Alas an masuk dan keluhan utama saat dikaji
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan pada saat sekarang, riwayat Kesehatan keluarga
5. Fisik
Tanda tanda vital,tinggi badan,dan berat badan
b. Psikososial
1. Genogram,pola asuhan keluarga,pola pengembalian keputusan keluarga
2. Konsep diri
3. Hubungan sosial
4. Spiritual
c. Status mental
Bagaimana penampilan klien, pembicaraannya, aktivitas motoriknya, efek
interaksi selama wawancara, tingkat kesadaran, memori, kemampuan, penilaian,
daya tilik diri.
d. Kebutuhan sehari hari
Makan, BAB/BAK, ,mandi, berpakaian/berhias, istrhat dan tidur, pengunaan
obat, pemeliharaan Kesehatan, aktivitas didalam maupun diluar rumah.
e. Mekanisme koping
Mengenai reaksi klien dalam mengatasi masalah.
f. Masalah psiko sosial terutama mengenai dukungan kelompok, hubungan
dengan lingkungan, Pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan ekonomi.
g. Kurang pengetahuan klien
Mengenai hal hal yang berhubungan dengan penyakit jiwa, factor
pressitipasi,koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat obatan.
2. Masalah keperwatan
Menurut kliet,2006 masalah keperwatan yang dapat muncul pada klien dengan isolasi sosial
adalah :
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri; harga diri rendah
c. Resiko perubahan sensorik persepsi;halusinasi pendengaran
d. Resiko perilaku kekerasan
e. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapi unik
f. Deficit perawatan diri mandi dan berhias
g. Ketidak efektifan koping keluarga; ketidak mampuan keluarga merawat klien dirumah
h. Gangguan pemeliharaan Kesehatan
F. Diagnose keperwatan
Diagnose keperwatan merupakan suatu pernyataan masalah klien yang mencakup baik
respon sehat adpti atau maladaptive serta stressor yang menunjang.
Pedoman diagnose keperwatan
Petunjuk :
1. Diagnose keperwatan adalah pernyataan tunggal problem keperwatan
2. Untuk perumusan diagnose keperwatan maka menggunakan data mayor dan data minor
3. Data mayor adalah data yang harus ada untuk merumuskan diagnosis keperwatan
(minimal l data mayor)
4. Data minor adalah data yang boleh ada
G. Rencana Tindakan
Menurut Dwi sukatno, 2013 rencana Tindakan keperwatan yang berhubungan isolasi sosial
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum : klien mampu mencapai kepuasan interpersonal yang maksimal dengan
membina dan mempertahankan hubungan peningkatan diri dengan orang lain.
2. Tujuan khsus :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
c. Berinteraksi dengan orang lain
d. Keluarga mampu merawat dirumah.
H. Hasil akhir yang diharapkan (evaluasi)
Isolasi sosial (sujono,2009) adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi kemampuan klien :
a. Klien menjelaskan kebiasaan berinteraksi
b. Klien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain
c. Klien menyebut keuntunganm bergaul dengan orang lain
d. Klien menyebvutkan kerugian kepda orang lain
2. Evaluasi kemampuan keluarga
a. Keluarga menyebutkan masalah isolaso sosial dan akibatnya
b. Keluarga menyebutkan penyebab dan proses terjafinya isolasi sosial
c. Kluarga membantu klien berinteraksi dengan orang lain
d. Keluarga melibatkan klien melakukan kegiatan dirumah tangga
BAB X
HARGA DIRI RENDAH
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan yang negative terhadap diri sendiri, termaksud hilangnya
percaya diri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan (keliat B.A 1999 dalam nur
fajariyah 2012).
Menurut stuart dan sundeen, 1998 dalam deden dermawan dan rusdi 2013, respon individu
terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptive
:
1. Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalam nyata yang
sukses diterima
2. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang psotof dalam beraktualisasi diri
3. Harga diri rendah adalah transisi acara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptive
B. Penyebab
Menurut stuart 2006dalam mukhripah Damayanti dan Iskandar 2014, fakyor faktor yang
mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presip[itasi
sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak beralistis, kegagalan yang berulang, kurang memounyai tanggung
jawab personal, keterganttungan pada orang lain dan idela diri yang tidak realistis
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tutunan peran kerja, dam harapan peran budaya
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidak kepercyaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubagan struktur sosial.
2. Faktor presipitasi
Menurut yosep, 2009;faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan agtau
produkivitasi yang menurun.
C. Tanda Dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah ( deden dermawan dan rusdi 2013):
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mempu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
D. Akibat dari harga diri rendah
Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolaso sosial :menarik diri.menati diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993 dalam nur fajariyah 2012)
Tanda dan gejala :
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
3. Komunikasi kiurang/tidak ada.
4. Tidak ada mkontak mata
5. Berdiam diri dikamar
6. Menolak berhubungan dengan orang lain
E. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
2. Therapy
a. Therapy elektrokonvulsif (ECT)
b. Psikoterapi
c. Therapy lainnya :
1. Terapi psikomotor
2. Terapi rekreasi
3. Terapi tingkah laku
4. Terapi keluarga
5. Rehabilitasi
F. Asuhan keperwatan harga diri rendah
Dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperwatan untuk meningkatkan,
mencegah, mengatasi dan memulihkan Kesehatan melalui empat tahap proser keperwatan
yang terdiri dari: pengkajian 9assessment), perencanaan 9plening), pelaksanaan
(implementation), dan penilaian (evaluasi)
1. Pengkajian

a. Mengkritik diri sendiri atau oaring lain


b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlih lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negative pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
2. Diagnose keperwatan
Diagnose keperwatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah :
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
3. Intervensi keperwatan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusu
c. Tindakan keperwatan dengan menggunakan strategi pelaksanaan (sp)
4. Implementasi keperwatan
Implementasi adalah asuhan keperwatan yang actual, yang diberikan perwat kepada
klien dan respon klien terhadap asuhan tersebut, di implemntasi ini asuhan yang telah
direncanakan dilaksanakan secara nyata, dalam hubungan perawat-klien sesui dengan
kondisi klien.
Implemntasi Tindakan keperwatan disesuaikan dengan rencana Tindakan keperwatan.
5. Evaluasi keperwatan
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperwatan, yang berkelanjutan untuk
m,eneliti efek dari Tindakan keperwatan pada klien yang dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap Tindakan keperwatan yang telah dilaksanakan.]
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola piker :
S :Respon subjektif pasien terhadap Tindakan keperwatan yang telah dilaksanakan
dapat diukur dengan memberikan pasien pertanyaan
O :respon objektif pasien terhadap Tindakan keperwatan yang telah dilajsanakan.
A :analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalsh
masi tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kjontrakdisi dengan masalah
yang ada
P :perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang
terdiri darti Tindakan lanjut psien dan Tindakan lanjut oleh perawat.

Evaluasi pada klien harga diri rendah umumnya :


a. Klien dapat mengadakan hubungan dengan interpersonal yang efektif
b. Klien dapat menyalurkan aktivitas fisiknya kerah yang psotoif
c. Klien dapat mengembangkan dan meningkatkan harga dirinya
d. Klien dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya, baik verbal maupun
nonverbal
e. Klien dapat meningkatkan atau mengungkapkan perasaan positif baik verbal dan
nonverbal
f. Klien dapat melakukan Tindakan keperwatan secara mandiri
g. Klien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan maslah.

Anda mungkin juga menyukai