Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh:

Nama : Elvin anggrianti

NIM : SN221049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMI 2021/2021


A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan hubungan dengan
orang lain (Rawlins, 2015). Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Hubungan yang sehat dapat digambarkan dengan adanya komunikasi yang terbuka, mau
menerima orang lain, dan adanya rasa empati. Pemutusan hubungan interpersonal berkaitan erat
dengan ketidakpuasan individu dalam proses hubungan yang disebabkan oleh kurang terlibatnya dalam
proses hubungan dan respons lingkungan yang negatif. Hal tersebut akan memicu rasa tidak percaya
diri dan keinginan untuk menghindar dari orang lain.
2. Tanda dan gejala
a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2018) ada beberapa faktor predisposisi penyebab isolasi
sosial, meliputi:
1) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon sosial
maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah
orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin
tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga.
2) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari
transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang
cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan
ini.
3) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti terdahulu
menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap
diperlukan penelitian lebih lanjut.
4) Faktor presipitasi
Menurut direja, (2018) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial, meliputi sebagai
berikut:
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditinggalkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan individu.
3. Penyebab terjadinya masalah
a. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari orang lain.
b. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
d. Berdiam diri di kamar.
e. Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan pembicaraan, atau pergi saat diajak
bercakap-cakap.
f. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang, dan kegiatan rumah
tangga tidak dilakukan.
g. Sikap tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
h. Rendah diri
i. Aktivitas menurun ((Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)
4. Akibat terjadinya masalah
a) Menarik diri: menemukan kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain.
b) Individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak dicapainya tanpa mempedulikan
orang lain dan lingkungan dan cenderung menjadikan orang lain sebagai objek.

C. POHON MASALAH

Risiko perubahan persepsi sensori:


halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


a. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama klien
b. Panggilan klien
c. Usia
d. Tanggal pengkajian
e. Informan
f. No. RM
2. Keluhan utama/alasan masuk (ditanyakan klien/keluarga)
3. Faktor predisposisi
a. Riwayat mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan hasil pengobatan.
b. Riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan lingkungan kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
c. Riwayat keluarga.
d. Riwayat pengalaman yang tidak menyenagkan.
4. Aspek fisik/biologis
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungi organ:
a. Mengukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
klien.
b. Mengukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Keluhan fisik yang dirasakan oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai degan keluhan yang
ada.
5. Aspek psikososial
a. Genogram,
b. Konsep diri,
c. Hubungan sosial,
d. Spiritual
6. Status mental
a. Penampilan, pembicaraan,
b. Aktivitas motorik,
c. Alam perasaan,
d. Afek,
e. Interaksi selama wawancara,
f. Proses pikir,
g. Persepsi halusinasi,
h. Waham, memori,
i. Tigkat konsentrasi dan berhitung,
j. Kemampuan dalam menilai,
k. Daya titik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan,
b. BAB/BAK,
c. Mandi,
d. Berpakaian,
e. Kebersihan diri,
f. Istirahat tidur,
g. Penggunaan obat,
h. Pemeliharaan kesehatan,
i. Kegiatan didalam dan luar rumah
8. Mekanisme koping
a. Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah
besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas)
b. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan menempatkan
tanggung jawab kepada orang lain)
c. Menarik diri
d. Pengingkaran
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan (penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik,
obat-obatan)
11. Aspek medis
a. Menuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat.
b. Menuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi
klien.
12. Daftar masalah keperawatan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Menarik diri
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
1) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
2) diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
3) beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:

a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :


1) Salam, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu
kali seminggu
e. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
Diagnosa 2 : Harga Diri Rendah

Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan:

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien


b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
c. Utamakan memberikan pujian yang realistik
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan:

a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4) Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Tindakan:

a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan:

a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah


direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

b. Intervensi

Hari/ Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intervensi TTD


tgl keperawatan
Isolasi sosial Setelah dilakukan Intervensi yang dapat
intervensi selama dilakukan yaitu:
2x24jam diharapkan Pasien
klien membaik dengan SP I P
kriteria hasil: 1) Mengidentifikas
 Klien dapat i penyebab
berinteraksi isolasi sosial
dengan orang 2) Berdiskusi
lain. dengan pasien
 Klien tidak tentang
merasa malu keuntungan
dengan dirinya berinteraksi
sendiri. dengan orang
 Klien mampu lain
mengenali 3) Berdiskusi
potensi pada dengan pasien
dirinya sendiri. tentang kerugian
tidak
berinteraksi
dengan orang
lain
4) Mengajarkan
pasien cara
berkenalan
dengan satu
orang
5) Menganjurkan
pasien
memasukkan
kegiatan latihan
berbincang-
bincang dengan
orang lain dalam
kegiatan harian
SP II P
1) Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
memberikan
kesempatan
kepada pasien
mempraktekkan
cara berkenalan
dengan satu
orang
2) Membantu
pasien
memasukkan
kegiatan
berbincang
bincang dengan
orang lain
sebagai salah
satu kegiatan
harian

SP III P
1) Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2) Memberikan
kesempatan
kepada
berkenalan
dengan dua
orang atau lebih
a. Menganjurkan
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian

Keluarga
SP I K
1) Mendiskusikan
masalah yang
dirasakan
keluarga dalam
merawat pasien
2) Menjelaskan
pengertian
isolasi sosial,
tanda dan gejala,
serta proses
terjadinya isolasi
sosial
3) Menjelaskan
cara merawat
pasien dengan
isolasi sosial
SP II K
1) Melatih keluarga
mempraktekkan
cara merawat
pasien dengan
isolasi sosial
SP III K
1) Melatih keluarga
melakukan cara
merawat
langsung kepada
pasien sosial
SP IV K
1) Membantu
keluarga
membuat jadwal
aktivitas
dirumah
termasuk minum
obat (discharge
planning)
Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang

c. Evaluasi

Diagnosa keperawatan Evaluasi


Isolasi sosial A. Evaluasi kemampuan pasien
- Pasien menunjukkan rasa
percayanya kepada saudara
sebagai perawat dengan ditandai
dengan pasien mau bekerja sama
secara aktif dalam melaksanakan
program yang saudara usulkan
kepada pasien.
- Pasien mengungkapkan hal-hal
yang menyebabkan tidak mau
bergaul dengan orang lain,
kerugian tidak mau bergaul, dan
keuntungan bergaul dengan orang
lain.
- Pasien menunjukkan kemajuan
dalam berinteraksi dengan orang
lain secara bertahap.
B. Evaluasi kemampuan keluarga
- Keluarga ikut bekerja sama
merawat pasien sesuai anjuran
yang Anda berikan.

G. DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

Ns. Nurhalimah, S.Kep, M. K. S. K. . (2016). Keperawatan jiwa. Kementrian kesehatan


republik Indonesia.
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum ibu, perkenalkan nama saya Anugrah Verdiana , saya
dipanggil Dina, saya perawat yang akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa
dan senang dipanggil siapa ? “

b. Evaluasi
1) Bagaimana perasaan ibu S saat ini ?
2) Masih ingat ada kejadian apa sampai ibu S dibawa kerumah sakit ini ?
3) Apa keluhan ibu S hari ini ? Dari tadi saya perhatikan ibu S duduk
menyendiri, ibu S duduk menyendiri, ibu S tidak tampak ngobrol dengan
teman-teman yang lain ? Ibu S sudah mengenal teman-teman yang ada
disini ?

c. Kontrak
1) Topik
“ Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman
ibu S? Juga tentang apa yang menyebabkan ibu S tidak mau ngobrol dengan
teman-teman ?
2) Waktu
“ Ibu mau berapa lama bercakap-cakap ? Bagaimana kalau 15 menit.”
3) Tempat
“Bagaimana kalau disini saja? “

2. Fase kerja
Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan ibu S? siapa yang paling dekat
dengan ibu S? siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu S? Apa yang
membuat ibu S jarang bercakap-cakap dengannya?
Apa yang ibu S rasakan selama dirawat disini? O... ibu S merasa sendirian? Siapa
saja yang ibu S kenal diruangan ini? O... belum ada? Apa yang menyebabkan ibu S
tidak mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung atau ngobrol dengan
teman-teman yang ada disini?
Kalau ibu S tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang lain, tanda-
tandanya apa saja? mungkin ibu S selalu menyendiri ya... terus apalagi bu...
(sebutkan)
Ibu S tahu keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman? coba sebutkan apa
saja? keuntungan dari mempunyai banyak teman itu bu S adalah... (sebutkan)
Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman ibu S tahu tidak? coba
sebutkan apa saja? Ya ibu S kerugian dari tidak mempunyai banyak teman adalah...
(sebutkan). Jadi banyak juga ruginya ya kalau kita tidak punya banyak teman.
Kalau begitu inginkan ibu S berkenalan dan bergaul dengan orang lain ?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain.
Begini ibu S, untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah : pertama kita
mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bilang “ perkenalkan nama
lengkap, terus bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan yang
disukai, asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini “ assalamualaikum,
perkenalkan nama saya Febriana, saya lebih senang dipanggil Febri, asal saya dari
Bandung dan hobby nya membaca.
Selanjutnya ibu S menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan, nama
panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya. Contohnya seperti
ini nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana dan hobbynya apa?
Ayo ibu S dicoba! misalnya saya belum kenal dengan ibu S. Coba berkenalan
dengan saya! ya bagus sekali! coba sekali lagi bu S. Bagus sekali!. Setelah ibu S
berkenalan dengan orang tersebut, ibu S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-
hal yang menyenangkan misalkan tentang hobi, keluarga, pekerjaan dan
sebagainya
3. Terminasi
a. Evaluasi respon
1) Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu S setelah berbincang-bincang tentang penyebab ibu S
tidak mau bergaul dengan orang lain dan berlatih cara berkenalan
2) Evaluasi obyektif
Coba ibu S ibu sebutkan kembali penyebab ibu S tidak mau bergaul dengan
orang lain? apa saja tanda-tandanya bu? terus keuntungan dan kerugianya apa
saja ? Coba ibu S sebutkan cara berkenalan dengan orang lain, yaitu... ya bagus -
Nah sekarang coba ibu S praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Iya bagus
b. Rencana tindak lanjut
Selanjutnya ibu S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi. Sehingga
ibu S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu S bisa praktikkan
dengan teman-teman yang lain.
Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau berlatih
berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja bu? coba tulis disini. Oh jadi mau
tiga kali ya bu.
Ya bagus bu S dan jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai jadwal latihanya dan
ibu S bisa berkenalan dengan teman-teman yang ada di ruangan ini. Besok saya
akan lihat catatan ibu ya.

c. Kontrak yang akan datang


1) Topik
“ Baik bu S sekarang bincang-bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau 2 jam
lagi sekitar jam 11 saya akan datang kesini lagi untuk melatih ibu S berkenalan
dengan perawat lain yaitu teman saya perawat N “
2) Waktu
“ kita berbincang-bincang 15 menit ya bu “
3) Tempat
“ nanti kita berbincang-bincang disini ya

Anda mungkin juga menyukai