Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN


Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Jiwa

Dosen Pembimbing:
Ns. Suci Ratna Estria., M.Kep

Disusun Oleh:
HANING TYAS QOTRUNADA
2211040023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
I. MASALAH UTAMA
Resiko Perilaku Kekerasan
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi
dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan
terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika
Sari, 2015).
B. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan
adalah :
a. Teori Biologis
1) Neurologic Faktor
Lobus frontalis memegang peranan penting sebagai penengah antara
perilaku yang berarti dan pemikiran rasional, yang merupakan bagian
otak dimana terdapat interaksi antara rasional dan emosi. Kerusakan
pada lobus frontal dapat menyebabkan tindakan agresif yang
berlebihan.
2) Genetik Faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif. Dalam gen manusia terdapat dorman (potensi) agresif
yang sedang tidur akan bangun jika stimulasi oleh faktor eksternal.
3) Cycardian Rhytm
Irama sikardian memegang peranan individu.
4) Faktor Biokimia
Peningkatan hormone androgen dan norepineprin serta penurunan
serotonin dan GABA (Gamma Aminobutyric Acid) pada cerebrospinal
vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresig.
5) Brain Area Disorder4
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, dindrom otak tumor
otak, penyakit ensepalitis, epilepsy ditemukan sangat berpengaruh
terhadap perilaku agresif.
b. Faktor Psikologi
1) Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang.
2) Imitation, modeling and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekrasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentoleir kekerasan.
3) Leaming Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya.
C. Faktor Presipitasi
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbol solidaritas.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai orang dewasa.
d. Adanya riwayat perilaku antisocial meliputi penyalahgunaan obat dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, perubahan tahap perkembangan
keluarga.
f. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan tidak social
ekonomi.
D. Tanda dan Gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan (Mukripah, 2012)
1. Muka marah dan tegang
2. Mata melotot atau pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Wajah memerah dan tegang
6. Postur tubuh kaku
7. Pandangan tajam
8. Jalan mondar-mandir
III. DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN
A. Data Subjektif dan Objektif dalam masalah keperawatan
a. Data Subjektif :
- Klien mengancam klien mengumpat dengan kata-kata kasar
- Klien mengatakan dendam dan jengkel
- Klien mengatakan ingin berkelahi
- Klien menyalahkan dan menuntut
- Klien meremehkan
b. Data Objektif :
- Mata melotot, pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup
- Wajah merah dan tegang
- Postur tubuh kaku
- Suara keras
c. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Resiko Perilaku Kekerasan Core Problem

Harga Diri Rendah


B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
DIAGNOSA
1. Perilaku kekerasan
2. Risiko mencederai dri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepri sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi diri
6. Berdua disfungsional
7. Penatalaksanaan reigmen terapeuti inefektif.
C. RENCANA TINDAKAN
1. Risiko Perilaku Kekerasan
a. Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
b. Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran interaksi
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya :
1) Beri salam terapeutik
2) Perkenalan diri
3) Tanyakan nama dan nama panggilan
4) Jelaskan tujuan interaksi
5) Buat kontrak setiap interaksi (topik, waktu, tempat)
6) Bicara dengan rileks dan tenang tanpa menantang
b. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
c. Lakukan kontak singkat tetapi sering
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Rasional : Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan
titik awal penanganan.
Tindakan :
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan
jengkel/kesal
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan
dengan sikap tenang
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Rasional : Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat
melakukan perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan
dirasakannya saat jengkel/marah
b) Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang
diaami klien.
4) Klien dapat megidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Rasional : Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien
lakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku
konstruktif dengan destruktif.
Tindakan :
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada
lingkungan dan pada diri sendiri)
b) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
5) Kliend dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Rasional : Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan
diharapkan klien dapat mengubah perilaku destruktif menjadi
konstruktif.
Tindakan :
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang telah dilakukan klien
b) Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh
klien
c) Tanyakan pada klien apakah “apakah ingin mempelajari cara
baru yang sehat”
6) Klien dapat mendemostrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
Rasional : Penyaluran rasa marah yang konstruktif dapat
menghindari perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
b) Beri reinforcement positif atas kegiatan fisik yang biasa
dilakukan klien
c) Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan, yaitu : tarik nafas dalam dan
pukul kasul dan bantal
d) Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien
e) Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafadalam
f) Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak
5 kali
g) Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemostrasikan
cara menarik nafas dalam
h) Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan
dilaksanakan sendiri oleh klien
i) Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
j) Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara pencegahan
perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi
jadwal kegiatan harian.
7) Klien dapat mendemostrasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan
Rasional : Dengan berbicara yang baik (meminta, menolak, dan
mengungkapkan perasaan) dapat menghindari perilaku kekerasan
Tindakan:
a) Diskusikan cara bicara yang baik pada klien
b) Beri contoh cara bicara yang baik: meminta dengan baik,
menolak dengan baik dan mengungkapkan perasaan yang
baik)
c) Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
d) Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara
yang dapat dilakukan diruangan
e) Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik
dengan mengisi jadwal kegiatan harian
8) Klien dapat mendemostrasikan cara spiritual untuk mencegah
perilaku kekerasan
Rasional : Ibadah yang biasa dilakukan dapat digunakan untuk
menetramkan jiwa sehingga perilaku kekerasan dapat terhindar
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien tentang kegiatan ibadah yang pernah
dilakukan
b) Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan
c) Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan
ibadah
d) Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan
mengisi jadwal kegiatan harian
9) Klien mendemostrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan
Rasional : Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat
dan bersedia minum obat dengan kesadaran sendiri
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang dimunumnya
(nama, warna, besar); waktu minum obat; cara minum obat
b) Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara
teratur
c) Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara
minum)
d) Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu
e) Anjurkan klien melapor kepada perawat/dokter bila
merasakan efek yang tidak menyenangkan
f) Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar
10) Klien dapat mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) :
stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan
Rasional : Dengan mengikuti TAK klien bisa mengungkapkan
perasaan yang berhubungan dengan perilaku kekerasan kepada
teman dan perawat
Tindakan :
a) Anjurkan klien untuk ikut TAK : stimulasi persepsi
pencegahan perilaku kekerasan
b) Fasilitasi klien untuk mempraktikkan hasil kegiatan TAK dan
beri pujian atas keberhasilannya.
11) Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan pencegahan
perilaku kekerasan
Rasional : keluarga adalah orang yang terdekat dengan klien,
dengan melibatkan keluarga, maka mencegah klien kambuh
Tindakan :
a) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai
dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama
ini
b) Jelaskan cara-cara merawat klien terkait dengan cara
mengontrol perilaku marah secara konstruktif, sikap dan cara
bicara
c) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah,
penyebab marah dan cara menghadapi klien saat marah
d) Beri reinforcement positif pada hal-hal yang dicapai keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Kartika Sari. 2015. Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP. Press
Semarang
Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Edisi revisi, cetakan III. Bandung: PT
Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai