Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN & STRATEGI PELAKSANAAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH :
CHAFI DHOTUNNISA
190104019

PROGRAM PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN JIWA


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,baik kepada diri
sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai
ancaman(Kartika Sari, 2015:137).
Resiko perilku kekerasan adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol (Keliat,2011 : 181)
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2009).

B. JENIS RESIKO PERILAKU KEKERASAN


Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl
meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting
out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan

C. PENYEBAB
Menurut Stuart & Sundeen (2012) ada beberapa penyebab perilaku kekerasan
yang dibagi menjadi tiga factor yaitu: faktor predisposisi, faktor presipitasi
dan perilaku.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis (Frustasi)
b. Faktor Sosio Kultural
1) Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah
2) Perilaku agresif dapat dipelajari sebagai bagian dari proses
sosialisasi.
1. Faktor Presipitasi
a. Kehilangan cita seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan.
c. Peran besar dalam kehidupan.
d. Perubahan fisiologis oleh karena obat-obatan, penyakit (infeksi,
neoplasma, gangguan metabolik).
e. Sumber-sumber koping meliputi: Status sosial ekonomi jaringan
interpersonal dengan organisasi yang dinaungi lingkungan sosial
yang lebih luas.
2. Faktor Perilaku
a. Fisiologi (Menyerang atau menghindar)
b. Menyatakan dengan jelas (Asertiviness)
c. Memberontak (Acting Out)

D. TANDA DAN GEJALA


1. Data Subjektif
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya (Kartika
Sari,2015: 138) :
a) Klien mengungkapkan perasaan jengkel, dan tidak berguna
b) Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
c) Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-
debar, rasa tercekik danbingung
d) Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
e) Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
2. Data Objektif
Tanda dan gejala perilaku kekerasan (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal9)
meliputi Muka merah dan tegang, Mata melotot atau pandangan tajam,
Tangan mengepal, Rahang mengatup, Wajah memerah dan tegang,
Postur tubuh kaku, Pandangan tajam, dan Jalan mondar mandir.

E. POHON MASALAH
EFEK Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan

CORE PROBLEM Perilaku kekerasan

CAUSA Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


F. PENATALAKSANAAN
1. Psikoterapi
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
2. Psikofarmaka
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
3. Psikosomatik
a. Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan kardiazol
10% sehingga timbul konvulsi
b. Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien
menjadi koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian dibangunkan
dengan suntikan gluk

G. PENGKAJIAN FOKUS
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
c. Data Subyektif :
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika    sedang kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
d. Data Obyektif :
a. Mata merah, wajah agak merah.
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d. Merusak dan melempar barang-barang.
4. Perilaku kekerasan
a. Data Subyektif :
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika    sedang kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif ;
a. Mata merah, wajah agak merah.
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d. Merusak dan melempar barang-barang.
5. Gangguan harga diri : harga diri rendah
a. Data Subyektif:
a. Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
b. Data Obyektif:
a. Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :Resiko Perilaku Kekerasan
TujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang   dialami
klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
Diagnosa II Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
a) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
c) Utamakan memberi pujian yang realistik.
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4) Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat
klien dengan harag diri rendah.
b) Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Diagnosa III   : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan


lingkungan
Tujuan umum : Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :                                                       
1. Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
2. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
3. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
4. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
a. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang
laain dan lingkungan
b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
1) Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
2) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif
3) Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
4) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
5) Merencanakan yang dapat pasien lakukan
c. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara
penyelesian masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


TransInfo Media.
Mukhripah Damaiyanti. (2012).Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka
Aditama.
Eko Prabowo. (2014).Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nuraenah. (2012).Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam
Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di
RS. Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, 29-37.
Stuart dan Sundeen. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
EGC. Jakarta.
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan ke 1
1. Kondisi pasien
a. Data subjektif :
b. Data objektif :
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan (tuk/sp)
SP 1 Pasien : Mengenal penyebab, tanda gejala, apa yang dilakukan akibat
marah, respon dan latihan fisik 1 dan 2.
a. Tujuan umum
Klien dapat mengenal masalah resiko perilaku kekerasan dan cara
mengontrol perilaku kekerasan
b. Tujuan khusus
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala
- Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
- Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
- Menyebutkan cara megontrol perilaku kekerasan
- Membantu pasien mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1 dan 2
- Memganjurkan pasien memasuk kedalam jadwal kegiatan harian
4. Strategi pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
“Assalamualaikum/Selamat pagi..”perkenalkan saya perawat Chafi
dhotunnisa yang berdinas pada pagi hari ini, bapak/ibu bisa
menyebutkan nama? Senang dipanggil siapa?”
2) Evaluasi/Validasi
a) Perasaan pasien saat ini
“Bagaimana perasaan bapak/ibu saat ini? Apa yang bapak/ibu
rasakan? Apa yang terjadi dirumah sampai bapak/ibu dibawa ke
rumah sakit?”
b) Kondisi pasien saat ini
c) Latihan sebelumnya
“Untuk mengatasi itu apa yang sudah bapak/ibu lakukan?
bapak/Ibu sudah dilatih apa saja?”
3) Kontrak (topik, waktu, tempat)
“Baiklah sekarang kita akan bercakap-cakap tentang cara mengatasi
marah, tujuannya jika bapak/ibu marah dapat mengontrol marahnya
dengan baik. Kira-kira waktunya mau berapa menit? Mau dimana?”
a. Fase Kerja
- Evaluasi kondisi klien saat ini, misal tadi bapak/ibu mengatakan sering
marah-marah kepada suami/isteri
- Gali penyebab klien sering marah-marah
- Tanyakan kepada klien tanda-tanda sewaktu klien ingin marah
- Tanyakan kepada klien akibat marah
- Tanyakan kepada klien perasaan setelah itu, apakah menyesal
- Jelaskan kepada klien untuk mengontrol marah ada beberapa cara yaitu
latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul bantal atau kasur, kedua
latihan minum obat secara teratur, ketiga latihan berbicara yang benar,
keempat latihan melakukan kegiatan spiritual.
- Jelaskan dan contohkan kepada klien cara yang pertama yaitu latihan
tarik nafas dalam, “caranya coba ibu hirup udara melalui hidung, tahan
sebentar kemudian keluarkan dari mulut dilakukan sehari 5x”.
- Dorong klien untuk mempraktekkan cara yang pertama
- Beri pujian kepada klien setelah dapat melakukannya
- Jelaskan dan contohkan cara kedua yaitu latihan pukul bantal dan kasur,
misal jadi kalau bapak/ibu lagi kesal ingin memukul seseorang, luapkan
marahnya pada bantal dan kasur yang ada diruangan ini, cara seperti
ini, bapak/ibu perhatikan saya dulu baru ibu melakukannya.
- Dorong klien untuk mempraktekkan cara yang pertama
- Beri pujian kepada klien setelah dapat melakukannya
- Bantu klien untuk membuat jadwal kegiatan (berapa kali dalam sehari,
jam berapa saja, dan bantu beri tanda M (mandiri), B (dibantu), T (tidak
melakukan))
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
cara mengontrol perasaan marah dengan latiham fisik tarik nafas
dalan dan pukul bantal?
b) Evaluasi Objektif
“Coba bapak/ibu sebutkan kembali ada berapa cara mengontrol
marah denga latihan fisik? bagus bapak/ibu..”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Baik bapak/bu bagaimana kalau latihan tarik nafas dalam dan pukul
bantal kasur kita masukkan kejadwal kegiatan bapak/ ibu?”
3) Kontrak yang akan datang
“Baik bapak/ibu..., besok kita akan bertemu lagi, saya akan melatih
cara mengontrol perasaan marah dengan cara minum obat yang benar,
bapak/ibu mau jam berapa?dimana? kalau begitu saya rasa sudah cukup
pertemuan hari ini, saya pamit permisi dulu Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai