LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
NIM : 20.0.1010
A. Masalah Utama
Resiko Perilaku Kekerasan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak
langsung dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan
yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000,
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara
verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak
adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999),
perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
Tanda dan gejala :
Muka merah dan tegang
Pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Mengepalkan tangan
Jalan mondar-mandir
Bicara kasar
Suara tinggi, menjerit atau berteriak
Mengancam secara verbal atau fisik
Melempar atau memukul benda atua orang lain
Merusak barang atau benda
Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku
kekerasan
2. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku
kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan
melalui pengkajian meliputi :
Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda
marah yang diserasakan oleh klien.
Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak:
merampas makanan, memukul jika tidak senang.
C. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah
E. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko Perilaku kekerasan
b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri,
edisi 3. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak…??? Assalamualaikum…? Kenalkan nama saya
Nirmala Erlyani, biasa dipanggil mala, saya mahasiswa program profesi
ners dari STIKES Mataram. Nama bapak siapa? Senangnya di panggil
apa? Saya praktik di sini selama 2 minggu, dan akan merawat bapak
pada sift pagi ini…”
b. Evaluasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
c. Kontrak
1. Topik : Apakah bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya hari
ini? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang apa yang bapak alami?
2. Waktu
Apakah bapak bersedia ngobrol sekarang dengan saya? Kira-kira bapak
maunya berapa lama kita berbincang-bincang? setuju kan?
3. Tempat
Kira-kira bapak mau berbincang-bincang dimana ?
2. Fase kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?”
“Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang bapak rasakan?” (tunggu
respons pasien)
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, apakah dengan cara ini yang
bapak inginkan terpenuhi ? Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul,
istri bapak jadi sakit dan takut, piring atau barang lain pecah. Menurut bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan & bapak
bisa juga memukul-mukul bantal/kasur. Bagaimana kalo bapak langsung
mempraktekan dengan panduan dari saya ? Tarik dari hidung, bagus.., tahan,
dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
b. Evaluasi Obyektif
”Menurut saya bapak mempunyai aspek positif yang perlu
dipertahankan”
TINDAKAN PEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak herman? Assalamu’alaikum… masih ingat dengan saya
mas?, saya harap mas masih mengingat nama saya, nama saya Mala,
ingatkan pak herman”?.
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?, apakah suara bisikan itu masih
muncul?, apakah sudah dipakai cara yang saya ajari kemarin pak?,
berkurangkah suara bisikan itu pak?, bagus...
c. Kontrak
Topik : masih ingat yang akan kita bicarakan sekarang pak?, sesuai dengan
kesepakatan kemarin, saya akan latih cara untuk mencegah halusinasi
dengan cara yang kedua yaitu dengan ‘bercakap-cakap dengan orang lain’
dan dengan cara yang ketiga yaitu ‘dengan melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal’.”
Waktu : “Mau berapa lama kita latihan mas? Bagaimana kalau 20 menit
kedepan”?
2. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat
kita marah. Ada tiga caranya pak:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab
marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta
uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa
dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak.”
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali
sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
b. Evaluasi Obyektif
”Menurut saya aspek positif yang bapak miliki, masih bagus”.
c. Tindak lanjut
”Saya berharap bagaimana kalau bapak lakukan terus selama di RS ini,
agar nanti di rumah bapak sudah terbiasa, setuju pak? Dan jangan lupa
bapak lakukan jadwal kegiatan hariannya”?.
d. Kontrak
Topik : ”Baiklah, waktu kita sudah habis... bagaimana kalau besok kita
lanjutkan obrolan kita untuk cara yang terakhir yaitu minum obat
secara teratur, bagaiman pak”?.
Waktu : ” bapak mau jam berapa besok?, bagaimana kalau jam 08.00
pagi?, Setuju”?.
Tempat : ” Bapak mau dimana kita akan berbincang-bincang?,
Bagaimana kalau ditempat ini lagi?, setuju?, baiklah terimakasi dan
sampai jumpa lagi besok pak”.
STRATEGIS PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak herman? Assalamu’alaikum… masih ingat
dengan saya pak?, saya harap bapak masih mengingat nama saya,
bagus… bagus sekali… apa bapak sudah mandi”?.
2. Evaluasi
3. Kontrak
Topik :”apakah pagi ini bapak sudah minum obat?, baik, sesuai
kesepakatan kita kemarin, sekarang kita akan mendiskusikan
tentang cara yang ke empat dan kelima yaitu dengan cara spritual
dan minum obat minum, bagaimana pak? Setuju”?.
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?
Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapa Bapak minum? Bagus!
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di
kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada
suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
C. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara beribadah dan minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan
bila bapak merasa marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang
telah kita buat tadi”
2. Evaluasi Obyektif
”Menurut saya, aspek positif yang bapak miliki masih baik”.