Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH:

RAYSELLA NADAA SAUSAN

I4B017087

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
PURWOKERTO
2018
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada
waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura
tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung
pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan
secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara
yang tidak adekuat. Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan
adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya
kontrol diri atau kendali diri.

B. Tanda dan gejala :


1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat dan mengepalkan tangan
4. Jalan mondar-mandir dan bicara kasar
5. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
6. Mengancam secara verbal atau fisik
7. Melempar atau memukul benda atua orang lain
8. Merusak barang atau benda
9. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku
kekerasan

C. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
2. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
3. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
4. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

D. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien
dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan
lingkungan.

E. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain


dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah


F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
d. Koping Individu Tidak Efektif
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
1) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
1) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

H. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Resiko Perilaku Kekerasan
TujuanUmum :Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami
klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
e. Tindakan:
f. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
g. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
h. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
4. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
5. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
7. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
I. Peran keluarga
1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial
kepada pasien
2. Mengawasi kepatuhan pasien dalam minum obat.
3. Bantu pasien untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah.
5. Jangan biarkan pasien menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari.
6. Memberikan pujian jika pasien melakukan hal yang positif.
7. Jangan mengkritik pasien, jika melakukan kesalahan.
8. Menjauhkan pasien dari pengalaman atau keadaan yang
menyebabkan pasien merasa tidak berdaya dan tidak berarti
9. Membawa pasien untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan.

J. Daftar Pustaka
Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta:
EGC

Keliat, B., A. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai