Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN
“HALUSINASI”

DISUSUN OLEH :
NAMA : Rizky Agung Triantama

NIM : 20.0.1010

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN (D III)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
A. Masalah Utama Klien : Halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian.
a. Perubahan Sensori Persepsi
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah
dan pola dari stimulus yang mendekati (yang diprakarsai secara internal /
eksternal)disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan distorsi atau
kelainan berespon terhadap suatu stimulus. (Townsend, 1998)
b. Halusinasi
Adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya
klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus / rangsangan
dari luar. (Maramis, 1980)
c. Halusinasi
Merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam tak sadar untuk
melindungi egonya atau pernyataan simbolik dari gangguan psikotik
individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari Skizofrenia dank lien
dengan skizofrenia 70 % mengalami halusinasi pendengaran dan 20 %
mengalami campuran antara halusinasi pendengaran dan halusinasi
penglihatan. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi
dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara–suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan.
seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhidu bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat.
Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh.
Seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
2. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada pasien
dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium,
demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan
substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi
sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek
samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik,
anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat
membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi
dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang
mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran
atau adanya permasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis, sosial
budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis, pemicu
masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf pusat
dapat menimbulkan gangguan realita
 Gejala yang mungkin muncul adalah: hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri dan prilaku
kekerasan.
2) Psikologis
 Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan
 Psikologis pasien : pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak
adekuat, misalnya tidak ada kasih sayang dan diwarnai kekerasan
dalam keluarga.
 Orientasi realita adalah: penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup pasien
3) Sosial budaya
 Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
 Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam, kerawanan keamanan)
 Kehidupan yang terisolir disertai stress yang menumpuk
b. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu
c. Patopsikologi
Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :
1) Fase pertama / Tahap comforting (ansietas sedang)
Yaitu fase menyenangkan
a. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
b. Karakteristik : pasien mengalami stress, cemas ringan, perasaan
perpisahan, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.
c. Gejala : pasien mulai melamun, memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
d. Perilaku pasien : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, menggerakkan mata cepat, respon
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka
menyendiri.
2) Fase kedua / Tahap condemming (ansietas berat)
Yaitu halusinasi menjadi menjijikkan
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik ringan
b. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,
kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan.
c. Gejala : Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, pasien tidak
ingin ada orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
d. Perilaku pasien : Meningkatnya tanda-tanda system saraf otonom
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, pasien asyik
dengan halusinasinya, dan tidak bisa membedakan realitas.
3) Fase ketiga / Tahap controling (ansietas berat)
Yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
a. Pada tahap ini termasuk dalam gangguan psikotik
b. Karakteristik : pasien mendengar bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengontrol pasien.
c. Gejala : pasien menjadi terbiasa, dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
d. Perilaku pasien : Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik, tanda-tanda fisik berupa pasien
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
4) Fase keempat / Tahap conquering (panik)
Yaitu Klien lebur dengan halusinasinya
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik berat
b. Karakteristik : Halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi pasien
c. Gejala : pasien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkungan.
d. Perilaku pasien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri tau katatonik, tidak mampu
merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon
lebih dari satu orang.
Identifikasi adanya perilaku halusinasi
a. Isi halusinasi
 Menanyakan suara siapa yang didengar
 Apa bentuk bayangan yang dilihat
 Bau apa yang tercium
 Rasa apa yang dikecap
 Merasakan apa dipermukaan tubuh
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
 Kapan pengalaman halusinasi itu muncul
 Bila mungkin pasien diminta menjelaskan kapan persis waktu terjadinya
halusinasi tersebut
c. Situasi pencetus halusinasi
 Menanyakan kepada pasien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi muncul
 Mengobservasi apa yang dialami pasien menjelang munculnya halusinasi
d. Respon pasien
 Apa yang dilakukan oleh pasien saat mengalami pengalaman halusinasi
 Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya
lagi terhadap halusinasi.
3. Rentang respon halusinasi / neurobiologik

R. Adaptif R. Maladaptif

a. Pikiran logis a. Distorsi pikiran a. Gangguan pikiran


b. Persepsi akurat b. Ilusi b. Halusinasi
c. Emosi konsisten c. Reaksi emosi berlebihan c. Kesukaran proses
d. Dengan
(Stuart pengalaman
dan Laraia, 1998) atau kurang d. Emosi
e. Perilaku sesuai d. Perilaku yang tidak biasa e. Perilaku disorganisasi
f.Berhubungan sosial e. Menarik diri f. Isolasi sosial

4. Tanda dan Gejala


a. Bicara dan senyum sendiri
b. Mendengar suara-suara
c. Marah-marah, gelisah
d. Merusak / menyerang, bermusuhan
e. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
f. Lebih banyak berdiam diri / menyendiri
g. Tidak bisa membedakan hal-hal (stimulus) nyata dan tidak nyata.
h. Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi
i. Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung
5. Akibat
a. Mencederai diri / orang lain / lingkungan
b. Bermusuhan dan perilaku kekerasan

Pohon Masalah
RPK

HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

C. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Isolasi sosial
2. halusinasi pendengaran
3. RPK

D. Diagnosa keperawatan dan prioritas


HALUSINASI

E. Rencana tindakan keperawatan


DIAGNOSA : halusinasi pendengaran
a. Tujuan Umum : pasien
Tindakan :

Pasien Keluarga
SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
pasien dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien merawat pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi 2. Menjelaskan pengertian, tanda
pasien dan gejala halusinasi, dan
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi jenis halusinasi yang dialami
pasien pasien beserta proses
5. Mengidentifikasi situasi yang terjadinya
menimbulkan halusinasi 3. Menjelaskan cara-cara
6. Mengidentifikasi respons pasien merawat pasien halusinasi
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik SP II k
halusinasi 1. Melatih keluarga
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara mempraktekkan cara merawat
menghardik halusinasi dalam jadwal pasien dengan Halusinasi
kegiatan harian 2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
SP II p pasien Halusinasi
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien SP III k
2. Melatih pasien mengendalikan 1. Membantu keluarga membuat
halusinasi dengan cara bercakap-cakap jadual aktivitas di rumah
dengan orang lain termasuk minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan (discharge planning)
dalam jadwal kegiatan harian 2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien)
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA
Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa.
Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa, Jakarta, 2000.
Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,
EGC, Jakarta, 1995.
Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.
Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maramis, W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, Surabaya, 1990.
Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga,
CV. Sagung Seto, Jakarta, 2001.
Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC, 1997
Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, Jakarta, 1998.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN
(PERTEMUAN PERTAMA)

Masalah utama :
Pertemuan :
Hari / Tanggal :

A. PROSES KEPERAWATAN

Kondisi pasien
Ds :

Do :

Diagnosa keperawatan
Halusinasi dengar

Tujuan khusus
- Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
- Pasien dapat mengenal halusinasinya
- Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara pertama ( menghardik )

Tindakan keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan salam terapeutik
- Bantu pasien mengenali halusinasinya (jenis,isi,waktu,frekwensi,situasi dan respon)
- Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

B. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
”Selamat pagi !! saya perawat melati yang akan merawat bapak pagi ini......,dari
jam 08.00 – 14.00,.....”nama saya yogi wicaksana biasa dipanggil yogi,.....kalau
boleh tahu nama bapak siapa ? senangnya dipanggil siapa ?”
b. Evaluasi / Validasi
”Bagaiman perasaan bapak pagi ini....? apa keluhan bapak pagi ini ? apakah suara
– suara itu masih sering muncul.....?”
c. Kontrak
Topik : ”Baiklah bagaimana pagi ini kita membicarakan tentang suara –suara
yang selama ini bapak dengar,....tetapi tidak ada ujudnya?”
Waktu : ”Kira – kira bapak mau berapa lama kita ngobrol 5 menit?”
Tempat :”dimana kita duduk di ruang tamu atau di sini saja ?”

2. Kerja
“Apakah bapak pagi ini mendengar suara tanpa ada ujudnya ?.....apa yang dikatakan
suara itu ?” Apakah terus menrus terdengar atau sewaktu waktu ?....kapan bapak
paling sring mendengar suara itu ?Berapa kali sehari bapak alami?....Pada keadaan apa
suara itu terdengar ? apakah bapak waktu sendiri ?”
“Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suaraitu ? apa yang bapak lakukan saat
mendengar suara itu ? apakah dengan cara itu suara –suara itu hilang ? bagaimana
kalau kita belajar cara – cara untuk mencegah suara – suara itu muncul?”
“Bapak,....ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.......,pertama dengan
menghardik suara tersebut,....kedua,dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain,.....ketiga,melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,.....keempat,minum obat
dengan teratur.”
“Bagaiman kalau kita belajar satu cara dulu,dengan cara menghardik.,...”caranya
adalah saat suara itu muncul, langsung bapak bilang,”pergi saya tidak mau
dengar,.....saya tidak mau dengar!!...”kamu suara palsu ! sambil bapak menutup
telinga, “begitu diulang –ulang sampai suara itu tidadak terdengar lagi.”
“Coba bapak peragakan sekarang !...”nah begitu,......bagus sekali ! coba lagi ! ya
bagus, bapak sudah bisa.”

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Baiklah karena waktunya sudah habis,....”bagaimana perasaan bapak setelah kita
ngobrol tentang suara –suara yang sering bapak dengar,....”tadi ada berapa cara
untuk mencegah suara – suara itu, coba sebutkan ?
b. Evaluasi obyektif
Coba bapak ulang kembali bagaimana cara menghardik...........? bagus sekali !
bapak masih ingat.”

Rencana tindak lanjut


“Bapak, kalau suara –suara itu muncul lagi,silakan coba cara tersebut!....Oh ya
bagaimana kalau kita buat jadwal latihanya, mau berapa kali dan jam berapa saja ?”

Kontrak yang akan datang


Topik : “ Bagaiman kalau kita bertemu lagi,untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara –suara dengan cara yang kedua ( bercakap cakap dengan orang
lain ), ...”Apakah bapak bersedia ?”
Waktu : “Mau jam berapa pak ? bagaimana sebelum makan siang ?”
Tempat : “Kira – kira dimana tempatnya,disini atau disana ?”

Anda mungkin juga menyukai