Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Oleh :
LINA SOLIHAN
P07120421105N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama Klien : Halusinasi Pendengaran


B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian.
a. Perubahan Sensori Persepsi
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekati (yang diprakarsai secara
internal / eksternal)disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan
distorsi atau kelainan berespon terhadap suatu stimulus. (Townsend,
1998)
b. Halusinasi
Adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata
artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus /
rangsangan dari luar. (Maramis, 1980)
c. Halusinasi
Merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam tak sadar untuk
melindungi egonya atau pernyataan simbolik dari gangguan psikotik
individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari Skizofrenia dank lien
dengan skizofrenia 70 % mengalami halusinasi pendengaran dan 20 %
mengalami campuran antara halusinasi pendengaran dan halusinasi
penglihatan. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi
dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara–
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun
dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan.
seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh.
Seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine.
2. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada
klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan
delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan
alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan
epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi
juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang
meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,
sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi
sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat
keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi,
perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya
permasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui
namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis,
psikologis, sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf
pusat dapat menimbulkan gangguan realita
 Gejala yang mungkin muncul adalah: hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri dan
prilaku kekerasan.
2) Psikologis
 Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan
 Psikologis klien : pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak
adekuat, misalnya tidak ada kasih sayang dan diwarnai
kekerasan dalam keluarga.
 Orientasi realita adalah: penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
3) Sosial budaya
 Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita
 Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam, kerawanan keamanan)
 Kehidupan yang terisolir disertai stress yang menumpuk
b. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu
c. Patopsikologi
Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :
1) Fase pertama / Tahap comforting (ansietas sedang)
Yaitu fase menyenangkan
a. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
b. Karakteristik : Klirn mengalami stress, cemas ringan, perasaan
perpisahan, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan.
c. Gejala : Klien mulai melamun, memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
d. Perilaku klien : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, menggerakkan mata cepat,
respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
2) Fase kedua / Tahap condemming (ansietas berat)
Yaitu halusinasi menjadi menjijikkan
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik ringan
b. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir
sendiri jadi dominan.
c. Gejala : Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien
tidak ingin ada orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
d. Perilaku klien : Meningkatnya tanda-tanda system saraf
otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah,
klien asyik dengan halusinasinya, dan tidak bisa membedakan
realitas.
3) Fase ketiga / Tahap controling (ansietas berat)
Yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
a. Pada tahap ini termasuk dalam gangguan psikotik
b. Karakteristik : Klien mendengar bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien
c. Gejala : Klien menjadi terbiasa, dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
d. Perilaku klien : Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik, tanda-tanda fisik
berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi
perintah.
4) Fase keempat / Tahap conquering (panik)
Yaitu Klien lebur dengan halusinasinya
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik berat
b. Karakteristik : Halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien
c. Gejala : Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan
tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan
lingkungan.
d. Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri tau katatonik, tidak
mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.

3. Identifikasi adanya perilaku halusinasi


a. Isi halusinasi
1) Menanyakan suara siapa yang didengar
2) Apa bentuk bayangan yang dilihat
3) Bau apa yang tercium
4) Rasa apa yang dikecap
5) Merasakan apa dipermukaan tubuh
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
1) Kapan pengalaman halusinasi itu muncul
2) Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu
terjadinya halusinasi tersebut
c. Situasi pencetus halusinasi
1) Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami
sebelum halusinasi muncul
2) Mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
halusinasi
d. Respon klien
1) Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi
2) Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi terhadap halusinasi.

4. Rentang respon halusinasi / neurobiologik


R. Adaptif R. Maladaptif

a. Pikiran logis a. Distorsi pikiran a. Gangguan pikiran


b. Persepsi akurat b. Ilusi b. Halusinasi
c. Emosi konsisten c. Reaksi emosi berlebihan c. Kesukaran proses
d. Dengan pengalaman atau kurang d. Emosi
e. Perilaku sesuai d. Perilaku yang tidak biasa e. Perilaku disorganisasi
f.Berhubungan sosial e. Menarik diri f. Isolasi sosial

(Stuart dan Laraia, 1998)


5. Tanda dan Gejala
a. Bicara dan senyum sendiri
b. Mendengar suara-suara
c. Marah-marah, gelisah
d. Merusak / menyerang, bermusuhan
e. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
f. Lebih banyak berdiam diri / menyendiri
g. Tidak bisa membedakan hal-hal (stimulus) nyata dan tidak nyata.
h. Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi
i. Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung
6. Akibat
a. Mencederai diri / orang lain / lingkungan
b. Bermusuhan dan perilaku kekerasan

C. Pohon Masalah

Risiko menciderai diri sendiri dan orang lain

Ketidak efektifan Gangguan


penatalaksanaan perubahan pemeliharaan
program terapeutik sensori/persepsi : halusinasi kesehatan
pend

Isolasi sosial : menarik Defisit


diri perawatan diri :
Ketidak efektifan mandi dan
koping keluarga : berhias
ketidak mampuan Gangguan konsep diri :
keluarga merawat harga diri rendah kronis
klien di rumah

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
7. Ketidakefektifan keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien
dirumah
8. Gangguan pemeliharaan kesehatan
E. Diagnosa keperawatan dan prioritas
1. Resiko menciderai pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi
2. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam merawat diri
5. Perubahan proses pikir: Waham berhubungan dengan harga diri rendah
kronis
6. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping
keluarga tak efektif
7. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri.
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan harga diri rendah.

F. Rencana tindakan keperawatan


1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi
a. Tujuan Umum : klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, menjawab
salam, duduk berdampingan dengan perawat, dan mau
mengutarakan masalah yang dihadapinya.
Intervensi :
Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengnramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan memerima klien apa danya
f. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
2) Klien dapat mengenal halusinasinya
Kriteria hasil:
a.) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya
halusinasi
b.) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya
Intervensi:
a) Adakan kontak sering dan singkat
b) Observasi perilaku (verbal/non verbal) yang berhubungan
dengan halusinasinya
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
1 Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan
apakah ada suara yang terdengar
2 Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan
oleh suara tersebut
3 Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu, namun perawat tidak mendengar
4 Katakan bahwa klien yang lain juga ada yang seperti
klien
5 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d) Diskusikan dengan klien
1. situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan
halusinasi
2. waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang,
malam, atau jika sendiri, jengkel atau sedih)
3. diskusikan dengn klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, sedih, senang) beri kesemapatan
mengungkapkan perasaanya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria hasil:
a.) Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengontrol halusinasinya
b.) Klien dapat menyebutkan cara baru
c.) Klien dapat memilih cara untuk mengatasi halusinasi seperti
yang telah didiskusikan dengan klien
d.) Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya
e.) Klien dapat mengikuti TAK
Intervensi:
a. Identifikasi bersama klien tindakan yng bisa dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya
b. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian
c. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya
halusinasi:
1) Katakan “saya tidak mau dengan kamu” (nada saat
halusiansi terjadi)
2) Menemui perawat atau teman dan keluarga untuk
bercakap-cakap dan untuk mengatakan halusinasi yang
didengar
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi
tidak muncul
d. Bantu klien untuk memilih dan melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih,
evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
f. Anjurkan klien mengikuti TAK
4) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
Intervensi:
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika
mengalami halusinasi
b) Lakukan kunjungan rumah: Diskusikan dengan keluarga
tentang:
1) Halusinasi klien
2) Cara memutuskan hausinasi
3) Cara merawat anggota keluarga halusinasi
4) Cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan
kejadian halusinasi
5) Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pada
saat mengalami halusinasi

5) Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya


Intervensi:
a) Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk
mengontrol halusinasi
b) Bantu klien menggunakan obat secara benar
DAFTAR PUSTAKA

Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa.
Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa, Jakarta, 2000.
Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa, EGC, Jakarta, 1995.
Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.
Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maramis, W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, Surabaya,
1990.
Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga, CV. Sagung Seto, Jakarta, 2001.
Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC, 1997
Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, Jakarta, 1998.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP I P HALUSINASI
a. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien bicara sendiri, gelisah, dan pernah melakukan tindakan
kekerasan (memukul temannya)
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien mampu untuk mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi dengan cara pertama menghardik.
4. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
h. Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian
i. Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis.
b. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu Alaikum Kak, selamat pagi. saya perawat yang akan
bekerjasama dengan Kakak untuk membantu menyelesaikan
masalahnya Kakak”. Nama saya Abcdefghijk biasa dipanggil
Abcd, nama Kakak siapa? Senang dipanggil siapa?
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Kakak hari ini? Apa keluhan Kakak saat
ini”?
c. Kontrak
1. Topik
“Baiklah, sekarang kita akan bercakap-cakap tentang suara-
suara yang selama ini Kakak dengar tapi tak nampak
wujudnya”.
2. Tempat
“Dimana kita bisa berbincang-bincang Kak? Disini saja Kak
ya”?
3. Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang Kak? Sekarang
hari Sabtu 24 Maret 2012 jam 10.00 WITA. Bagaimana kalau
15 menit saja Kak? Apakah Kakak setuju”?
2. Fase kerja
“Apakah Kakak mendengar suara tanpa dengan wujud? Apa yang
dikatakan suara itu? Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-
waktu? Kapan suara itu paling sering Kakak dengar? Berapa kali
sehari Kakak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
pada waktu sendiri? Apa yang Kakak rasakan pada saat mendengar
suara-suara itu? Apa yang Kakak lakukan pada saat mendengar suara-
suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana
kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul”?
Kak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal. Dan yang ke empat, minum obat dengan teratur.
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan cara
menghardik. Caranya sebagai berikut : saat suara-suara itu muncul,
langsung Kakak bilang pergi, saya tidak mau dengar, saya tidak mau
dengar kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba Kakak peragakan! Nah, begitu.. bagus sekali Kak!
Coba lagi! Ya,,, bagus, Kakak bisa”.
3. Fase terminasi.
a. Evaluasi
Subjek: “Bagaimana perasaan Kakak setelah peragaan tadi”?
Objek : “Apa yang Kakak lakukan jika suara-suara itu muncul”?
b. Rencana tindak lanjut
“Jika suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya “?
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik : “Bagaimana kalu kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua”?
2. Waktu : “Jam berapa Kak? Bagaimana kalau hari Senin 26
Maret 2012 jam 10.00 WITA seperti hari ini ya Kak, hari ini
kan hari Sabtu, dan besok hari Ahad saya libur, bagaimana”?
3. Tempat : Dimana Kak kita bisa berbincang-bincang lagi?
Bagaimana kalau di ruangan ini saja!
STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP II P HALUSINASI
a. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien bicara sendiri, marah-marah dan tertawa sendiri.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien mampu untuk mengenal halusinasi, cara-cara mengontrol halusinasi
dengan cara kedua, bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tindakan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
c. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
b. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik.
“assalamu alaikum Kak Abc, bagaimana perasaan Kak Ab hari ini?
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah suara-suara yang biasa
Kakak dengar masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang kita
latih kemarin? Apakah berkurang suara-suaranya?
c. Kontrak.
1) Topik : “Baikalah, sekarang kita akan bercakap-cakap tentang
cara kedua yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain”.
2) Tempat: “Dimana kita bisa berbincang-bincang? Bagaimana
kalau disini saja Kak!
3) Waktu : “Berapa lama kita akan latihan? Sekarang hari Senin
26 Maret 2012 jam 10.00 WITA. Bagaimana kalau 15
menit saja Kak”?
2. Fase kerja.
“Jadi cara kedua untuk mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Kakak mendengar
suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta
teman untuk berbicara dengan Kakak. Contohnya begini, “Tolong,
saya mulai dengar suara-suara, bisa ngobrol dengan saya”? coba
Kakak lakukan seperti itu! Ya,, begitu..!! bagus,,! Coba sekali lagi
Kak! Bagus,,,! Kakak harus latihan terus ya!!
3. Fase terminasi.
a. Evaluasi
Subjek : “Bagaimana perasaan Kakak setelah latihan tadi”?
Objek : “Jadi sudah berapa cara yang Kakak pelajari untuk
mencegah suara-suara itu? Bagus,,!!
b. Rencana tindak lanjut.
“Cobalah kedua cara ini Kakak lakukan jika mengalami halusinasi
lagi. Bagaimana kalau kita masukan dalam kegiatan sehari-hari
Kakak”? Nah, nanti lakukan secara teratur dan gunakan sewaktu-
waktu bila suara itu muncul”.
c. Kontrak yang akan datang.
1) Topik : “Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga yaitu
melakukan aktifitas yang terjadwal”?
2) Waktu: “Jam berapa Kakak mau? Bagaimana kalau hari Selasa
27 Maret 2012 besok di jam yang sama, jam 10.00 WITA ya
Kak?
3) Tempat: “ Mau dimana kita berbincang-bincang? Bagaiman
kalau disini saja Kak”? sampai ketemu besok ya Kak!!
Wassalamu alaikum…
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP III P HALUSINASI
a. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien marah-marah, bicara sendiri dan gelisah.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien mampu untuk mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu
melaksanakan aktifitas yang terjadwal.
4. Tindakan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan dirumah.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian.
b. Strategi pelaksaan tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik.
“Assalamu Alaikum, selamat pagi Kak. Asih ingat dengan saya kan?
Bagaimana perasaanya hari ini?
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan Kakak hari ini?. Apa Kakak sudah mandi dan
sarapan pagi? Apakah suara-suara yang Kakak dengar masih muncul?
Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih? Bagaimana
hasilnya? Bagus…!!!
c. Kontrak
1. Topik : “Sesuai janji kita kemarin, kita akan belajar cara yang
ketiga untuk mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan
yang terjadwal”.
2. Tempat : Dimana kita bisa berbincang-bincang? Bagaimana kalau
disini saja?
3. Waktu : “Berapa lama kita berbincang-bincang Kak? Sekarang kan
hari Selasa 27 Maret 2012 jam 10.00 WITA. Bagaimana kalau 10
menit saja Kak? Atau 15 menit ya?”
2. Fase kerja
“Kegiatan apa saja yang biasa Kakak lakukan pagi-pagi? Terus jam berapa
kegiatan berikutnya? Wah, ternyata banyak sekali kegiatannya. Apa Kakak
sudah melakukan kedua cara yang telah kita pelajari kemarin saat
mendengar suara-suara? Bagus…sekarang kita akan melatih cara ketiga
yaitu melakukan kegiatan pada saat suara-suara itu terdengar, jadi Kakak
bisa melakukan kegiatan-kegiatan Kakak tadi untuk mencegah halusinasi.
Coba Kakak ulangi. “Bagus sekali…!! Kakak bisa lakukan kegiatan ini?
Kegiatan ini dapat Kakak lakukan untuk mencegah suara-suara yang
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan yang Kakak lakukan.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi/validasi
Subjek : “Bagaimana perasaan Kakak setelah kita bercakap-cakap
tentang cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus
sekali…!!!
Objek : “Coba Kakak sebutkan tiga cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara! Bagus sekali….!!!
b. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Kakak. Coba
Kakak lakukan sesuai jadwal ya!
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik : “Kita akan membahas cara minum obat yang baik serta
kegunaan obat”!
2. Waktu : “Jam berapa Kakak mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau besok? Besok hari Rabu 28 Maret 2012 jam 14.00 WITA ya
Kak? Karena besok Saya dinas siang. Bagaimana? Kakak setuju”?
3. Tempat : “Mau dimana Kak? Bagaimana kalau disini lagi! Sampai
ketemu ya Kak, Assalamu Alaikum.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDKAN KEPERWATAN
SP I K HALUSINASI
A. Proses keperawatan
1. Kondisi keluarga
Keluarga tampak sedih melihat keadaan Kakak “M”
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Keluarga mampu mengenal masalah yang diraskan keluarga dalam
merawat klien, mengetahui pengertian halusinasi, tanda dan gejala
halusinasi, jenis halusinasi serta proses terjadinya halusinasi dan cara
merawat klien halusinasi.
4. Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi serta proses
terjadinya halusinasi.
c. Menjelaskan cara merawat klien halusinasi
B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu alaikum, selamat pagi. Saya mahasiswa stikes nani
hasanuddin yang sedang praktek di Rskd abcdefgh, nama saya
“Abcdefghijk” senang dipanggil “Abcd”. nama anda siapa, senang
dipanggil siapa?
b. Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan semua (keluarga) hari ini”?
c. Kontrak
1. Topik: “hari ini kita akan berbincang-bincang dan belajar
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien,
mengetahui pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis
halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi dan cara merawat
klien halusinasi dalam keluarga.
2. Waktu : Berapa lama keluarga bersedia berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit saja? Apakah semuanya setuju?
3. Tempat : dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
disini saja?
2. Fase kerja
1. Apa masalah keluarga dalam merawat klien?
2. Saya akan menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan gejala,
jenis halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi dan cara
merawat pasien halusinasi. Apakah semuanya setuju?
3. Pertama-tama apa itu halusinasi? Halusinasi yaitu penerapan
(persepsi) tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra
seseorang yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun dasarnya
mungkin organik, fungsional, psikotik atau histerik.
4. Apa tanda dan gejalanya? Yaitu berbicara sendiri, mendengar
suara-suara yang tak nampak wujudnya, marah-marah, dan
melakukan perilaku kekerasan pada orang disekitarnya.
5. Jenis-jenis halusinasi? Yaitu :
a. Halusinasi penglihatan, yang dilihat seolah-olah berbentuk
orang, binatang atau benda.
b. Halusinasi pendengaran, seolah-olah mendengar suara
manusia, suara hewan, suara mesin, suara musik, dan suara
kejadian alami.
c. Halusinasi penciuman, seolah-olah mencium bauan tertentu.
d. Halusinasi pengecap, seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa
tentang sesuatu yang dimakan.
e. Halusinasi perabaan, seolah-olah merasa diraba, disentuh,
dicolek, ditiup, dirambati ular.
6. Proses terjadinya halusinasi adalah pada waktu klien lagi sendiri,
dia biasanya bicara sendiri, marah-marah dan juga tertawa sendiri.
7. Bagaimana cara merawat klien halusinasi? Yaitu caranya pertama-
tama kita ajak berbicara kepada klien dan berkenalan setelah itu
kita Tanya kepada klien apa yang biasa klien dengar, terus kita
dengar, dan kita bilang suara-suara itu palsu atau tidak nyata.
Kakak bisa mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Setelah Kakak bisa mengontrol halusinasinya kita ajak Kakak
untuk merawat diri sendiri secara perlahan-lahan, kita ajar cara
makan, mandi, mencuci tangan, dan menyisir rambut. Apa
semuanya bisa dimengerti?
3. Fase terminasi.
a. Evaluasi/validasi
1. Subjektif : “Bagaimana perasaannya setelah kita berbincang-
bincang”?
2. Objektif: “Coba ulangi kembali apa itu halusinasi, tanda dan
gejala, jenis halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi dam
cara merawat klien halusinasi.
b. Rencana tindak lanjut.
“Baikalah semua, kalau begitu saya harap apa yang sudah saya
ajarkan dapat diulang dan kita akan melanjutkan cara melatih atau
mempraktekkan cara merawat klien halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang.
1. Topic : “Bagaimana kalau besok kita akan mempraktekkan
langsung cara merawat klien halusinasi, apa semua setuju?
2. Waktu : “Bagaimana kalau kita ketemu jam 10.00 wita.
3. Tempat : “Kita senang berbincang-bincang dimana?
Bagaimana kalau diruang tamu saja?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP II K HALUSINASI
A. Proses keperawatan
1. Kondisi keluarga
Keluarga sudah mulai tenang melihat keadaan Kakak “M”
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Keluarga dapat mempraktekan cara merawat klien dengan halusinasi
4. Tindakan keperawatan
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan
halusinasi
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien
halusinasi.
B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu Alaikum, selamat pagi semua”?
b. Evaluasi /validasi
“Bagaimana kabarnya hari ini? Apa masih ingat dengan apa yang saya
ajarkan kemarin?
c. Kontrak.
1. Topik : “Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan
mempraktekkan dan lelatih langsung kepada pasien cara merawat
dirinya”.
2. Waktu : “Berapa lama bersedia berbincang-bincang dengan saya”?
Bagaimana kalau 20 menit? Setuju?
3. Tempat : “Dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
disini lagi?
2. Fase kerja
a. Kegiatan apa saja yang telah keluarga lakukan hari ini? Apakah telah
melakukan kegiatan yang saya ajarkan kemarin?
b. Baikalah saya akan memberikan kesempatan menjelaskan arti
halusinasi, tanda dan gejala, jenis halusinasi, dan cara merawat pasien
halusinasi serta mempraktekkan cara merawat langsung klien
halusinasi. Yang mana prinsip pelatihan merawat diri agar klien dapat
mandiri seperti kebersihan badan, yaitu cuci tangan, cuci muka, mandi,
serta menyisir rambut dan mengenal keluarga dekat.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
1. Subjektif: “Bagaimana perasaanya setelah berbincang-bincang?
2. Objektif : “Coba jelaskan kembali apa itu halusinasi, tanda dan
gejala, jenis halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi dan cara
merawat klien halusinasi”.
b. Rencana tindak lanjut.
“Baikalah kalau begitu, saya berharap apa yang saya ajarkan kepada
keluarga tentang halusinasi dan cara merawat klien bisa anda
masukkan dalam jadwal aktifitas di rumah.
c. Kontrak yang akan datang.
1. Topik : “Bagaimana kalau besok kita lanjutkan dengan pembuatan
jadwal aktifitas dirumah, serta menjelaskan tentang pentingnya
pemeriksaan (follow up) pada klien, setuju???
2. Tempat : “dimana kita akan berbincang-bincang, bagaimana kalau
disini lagi”?
3. Waktu : “ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi jam 10.00 wita?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP III K HALUSINASI
A. Proses keperawatan
1. Kondisi keluarga
Keluarga sudah tenang, tidak gelisah lagi melihat keadaan Kakak “M”
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Keluarga dapat mengetahui pentingnya follow up bagi klien dirumah.
4. Tindakan keperawatan
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat.
b. Menjelaskan follow up klien ketempat kesehatan.
B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik.
“Assalamu Alaikum, selamat pagi semua?
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabarnya hari ini? Apa masih ingat dengan apa yang saya
ajarkan kemarin”?
c. Kontrak
1. Topik : “Sesuai persetujuan kita kemarin, hari ini kita akan
menjelaskan pentingnya pemeriksaan kesehatan klien”.
2. Waktu : “Berapa lama bersedia berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 20 menit? Setuju??
3. Tempat: “Dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
diruangan ini lagi?
2. Fase kerja.
“Kegiatan apa saja yang keluarga lakukan hari ini? Apa telah melakukan
kegiatan yang saya ajarkan kemarin? Sekarang kita akan membuat jadwal
aktifitas di rumah termasuk minum obat sehingga keluarga mudah
mengontrol aktifitas klien.. Adapun pentingnya pemeriksaan kesehatan
(follow up) yaitu agar kita tahu tanda-tanda vital klien misalnya tekanan
darah, apakah dia tekanan darah tinggi atau tekanan darah rendah, untuk
mengetahui apakah dia demam atau tidak, apa keluarga mengerti?
3. Fase terminasi.
a. Evaluasi/validasi
1. Subjektif : “Bagaimana perasaannya setelah berbincang-bincang?
2. Objektif : “Coba ulangi kembali cara membuat jadwal dan
pentingnya follow up klien!
b. Rencana tindak lanjut.
“Baikalah kalau begitu saya harapkan apa yang saya ajarkan kepada
keluarga hari ini tentang membuat jadwal dan pentingnya follow up
pada klien, saya harapkan keluarga bisa melakukan kegiatan ini”.
c. Kontrak.
“Berhubung waktu praktek saya di RSKD abcdefg ini sudah selasai,
kita akhiri pertemuan kita hari ini, saya berharap apa yang sudah di
ajarkan dapat dilakukan dirumah dan dimasukan dalam jadwal
kegiatan harian. Mudah-mudahan klien cepat sembuh. Sampai ketemu
lagi dilain kesempatan, Assalamu Alaikum dan selamat siang.

Anda mungkin juga menyukai