Anda di halaman 1dari 65

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


DAN SIKAP KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BENCANA
TAHUN 2020

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Mata Ajar Skripsi II


Program Pendidikan Diploma (IV) Keperawatan Mataram
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Tahun Akademik 2019/2020

DISUSUN OLEH :

BAIQ RENI KOMALA SARI


P07120316007

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi


Politeknik Kesehatan Mataram Jurusan Keperawatan dan Diterima untuk
Memenuhi Syarat Menyelesaikan Mata Ajar Skripsi
Program Studi Diploma IV Keperawatan Mataram
Jurusan Keperawatan Mataram
Tahun Akademik 2019/2020

Mengesahkan :
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI

(Rusmini, S.Kep.,Ns., MM)


NIP.197010161989031003

1. Aan Dwi Sentana M.Kep : (_____________________)


Ketua Penguji

2. Dewi Purnamawati M.Kep : (_____________________)


Penguji I

3. H. Cembun, A.Per.Pen., MPH : (_____________________)


Penguji II

Tanggal Lulus :

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh


Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana
Tahun 2020 ”, telah mendapat persetujuan untuk diseminarkan di depan tim
penguji Politeknik Kementerian Kesehatan Mataram Jurusan Keperawatan Program
Studi DIV Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020.
Hari :

Tanggal : Juni 2020

Oleh:

Baiq Reni Komala Sari


NIM:P07120316007

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dewi Purnamawati,M.Kep H.Cembun,A.Per.Pen,.MPH


NIP.197108071998032003 NIP.196512311986031020

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana

Tahun 2020 ”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan mata

ajar Skripsi Prodi Diploma IV Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan

Mataram Tahun Akademik 2019/2020. Pada kesempatan ini penulis banyak

mendapat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M.Kes selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Ibu Rusmini, S.Kep., Ns., MM. selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

3. Ibu Desty Emilyani, M.Kep. selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

4. Dewi Purnamawati M.Kep. selaku Pembimbing utama yang telah

memberikan motivasi, masukan, arahan dan solusi terhadap semua

permasalahan yang ada saat penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan usaha yang maksimal.

iv
5. Bapak H. Cembun, A.Per.Pen., MPH. selaku pembimbing pendamping

yang telah memberikan motivasi, masukan, arahan dan solusi serta

banyak memberikan semangat untuk terus maju sehingga dapat

menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

6. Aan Dwi Sentana, M.Kep. selaku Ketua Penguji Skripsi

7. Kedua Orang Tua yang kusayangi, kedua saudariku tersayang serta

keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi serta doa yang

membuat penulis bersemangat untuk menyelesaikan skripsii ini.

8. Untuk Semua teman seperjuanganku DIV Keperawatan angkatan 2016,

serta sahabat-sahabatku atas saran dan dukungan kalian selama ini.

Akhirnya semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan dapat

dicatat sebagai amal baik oleh Tuhan Yang Maha Esa. Demi kesempurnaan

skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

Mataram, Juni 2020


Penulis

v
ABSTRAK
Baiq Reni Komala Sari : Literatur Review Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi
Bencana Tahun 2020 (Dibawah bimbingan Dewi Purnamawati M.Kep dan
H. Cembun, A.Per.Pen., MPH.)
Latar Belakang: Pada umumnya siswa/siswi masih kurang diberikan
pengetahuan menenai kesiapsiagaan bencana alam khususnya gempa
bumi.
Tujuan: Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Kesiapsiagaan dalam menghadapi Tahun 2020.
Metode: Menggunakan literatur review berdasarkan referensi yang relevan
dari judul terkait kemudian dianalisis secara mendalam.
Hasil:. Berdasarkan 5 jurnal yang telah direview didapatkan hasil bahwa
terdapat pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Tahun 2020.

Keyword: Poster, kesiapsiagaan bencana, pengetahuan, sikap,

vi
ABSTRAC
Baiq Reni Komala Sari: Literature Review of the Effect of Health Education
on Knowledge and Preparedness in Facing Disasters in 2020 (Under the
guidance of Dewi Purnamawati M.Kep and H. Cembun, A.Per.Pen., MPH.)
Background: In general, students are not given enough knowledge about
natural disaster preparedness, especially the earth shepherd.
Objective: To determine the effect of health education on knowledge and
preparedness attitudes in facing the year 2020.
Method: Using literature review based on relevant references from related
titles and then analyzed in depth.
Result :. Based on the 5 reviewed journals, the results show that there is an
influence of Health Education on Knowledge and Attitudes towards Disaster
Preparedness in 2020.

Keyword: posters, disaster preparedness, knowledge, attitudes,

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
ABSTRAK.........................................................................................................vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian......................................................................................6
D. Manfaat Penelitian....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7
A. Kerangka Teori..........................................................................................7
1. Konsep Pendidikan Kesehatan..............................................................7
2. Konsep Pengetahuan...........................................................................10
4. Konsep Kesiapsiagaan........................................................................26
5. Konsep Bencana..................................................................................28
6. Mitigasi Bencana..................................................................................29
B. Kerangka Konsep Penelitian..................................................................34
C. Hipotesis.................................................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................36
A. Strategi Pencarian Literature................................................................36

viii
BAB IV LITERATUR REVIEW........................................................................39
BAB V PEMBAHASAN....................................................................................44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................49
A. Kesimpulan.............................................................................................49
B. Saran.......................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................51

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Faktor yang mempengaruhi sikap..................................20

Gambar 1.2 Kerangka Konsep Penelitian..........................................36

Gambar 1.3 DesainOne grup pretest posttest....................................40

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.2 Rangkuman Literatur Review..............................................56

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan berada pada posisi

geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan bencana.

Posisi geografis Indonesia masuk dalam pertemuan tiga lempengan

bumi, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Posisi pertemuan itu

membuat wilayah Indonesia diberkahi dengan kesuburan dan

kekayaan mineral di perut bumi, tetapi pada sisi lain posisi negara kita

labil, mudah bergeser, dan tentu saja rawan bencana. Indonesia

adalah negeri yang telah dipastikan rawan bencana (Somantrie,2010).

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis (UU No.24 Tahun 2007 dalam Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, 2016).

Gempa bumi merupakan bencana yang menimbulkan korban

luka-luka dan kematian tertinggi dibandingkan dengan bencana

lainnya (CRED, 2015). Selain itu, gempa bumi juga mengakibatkan

1
2

kerugian ekonomi, kerusaan fisik lingkungan, dan gangguan psikologi

pada korban yang mengalami bencana tersebut.

Gempa bumi 12 Mei 2008 di Sichuan, China, memberikan

gambaran besarnya dampak ketika bencana terjadi di jam sekolah.

Gempa berkekuatan 7,9 skala richter itu menewaskan 87.000 orang

dengan sedikitnya 5.335 murid. Artinya, sekitar 6% korban tewas

adalah anak-anak sekolah. Berdasar laporan media pemerintah Cina,

lebih dari 7.000 bangunan sekolah runtuh dan menimbun para pelajar

dan guru (Konsorsium Pendidikan Bencana,2011). Berdasarkan data

yang didapat oleh peneliti setiap tahun diperkirakan sekitar 66 juta

anak di seluruh dunia terkena dampak bencana (Fima & Sudaryono,

2012).

Gempa bumi Sumatera Barat, 30 September 2009, merupakan

satu gambaran betapa besar kerugian yang ditimbulkan akibat

bencana di Indonesia. Terhitung 1.195 orang meninggal dunia dan

kerusakan 249.833 unit rumah (114.797 unit rusak berat), 2.512 unit

fasilitas pendidikan (9.051 lokal), fasilitas kesehatan, 1.010 unit

fasilitas pemerintahan, 2.104 unit fasilitas ibadah, 177 km jalan, 4,980

m jembatan, 25 unit hotel, sarana irigasi, pasar, putusnya jaringan

listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih, serta sarana

infrastruktur lainnya. Bencana gempa bumi terbaru terjadi di Provinsi

Sulawesi Tengah dan Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu di Pulau

Lombok.
3

Provinsi Sulawesi Tengah telah terjadi gempa bumi

berkekuatan 7,4 Skala Richter disusul tsunami dan likuifaksi pada 28

September 2018 menimbulkan kerugian material Rp184,8 triliun serta

menelan korban jiwa 4.340 orang. Data terakhir yang dicatat Pusat

Data dan Informasi (Pusdatin) gempa Provinsi Sulteng yang dikutip di

Palu, Jumat, 3/05, mencatat gempa itu menimpa Kota Palu dan tiga

kabupaten terdekat, yakni Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.

Sedangkan di NTB tepatnya di Pulau Lombok terjadi gempa bumi

dengan kekuatan 7,0 Skala Richter yang menyebabkan 436 orang

meninggal. Sebaran korban meninggal dunia adalah di Kabupaten

Lombok Utara berjumlah 374 orang, Lombok Barat 37 orang, Kota

Mataram 9 orang, Lombok Timur 12 orang, dan Lombok Tengah 2

orang. Dampak kerugian ekonomi akibat gempa di Nusa Tenggara

Barat sangat besar mencapai lebih dari 5,04 triliun rupiah (BNPB,

2018). Dampak kerugian lainnya, yakni pada sisi psikologis

masyarakat serta sendi-sendi kehidupan lainnya, seperti pendidikan,

ekonomi, dan sosial (Konsorsium Pendidikan Bencana, 2011).

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tahun

2019 menyebutkan bahwa Pulau Lombok bagian selatan yaitu Wilayah

Kabupaten Lombok Tengah tepatnya di Kecamatan Pujut pantai Kuta

menyimpan potensi gempa Megathrust bermagnitudo 8,5 Skala

Richter dan gelombang tsunami hingga 5 kilometer dengan ketinggian

mencapai 20 meter. BMKG menegaskan bahwa untuk waktu


4

terjadinya gempa dan tsunami tersebut tidak ada yang tahu bahkan

tekhnologi secanggih apapun tidak bisa memprediksi dan mengetahui

kapan akan terjadi gempa tersebut maka dari itu perlu adanya

kesiagsiagaan bencana gempa bumi yang harus di persiapkan.

Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Darul Abror

NW Desa Kuta Kecematan Pujut Kabupaten Lombok Tengah di

peroleh informasi bahwa belum pernah dilakukan Penyuluhan

Kesehatan di sekolah tersebut sehingga kemungkinan siswa/siswi

tidak tahu mengenai kemungkinan akan terjadi bencana gempa yang

berpotensi tsunami serta langkah-langkah kesiapsiagaan bencana.

Menurut UU No.24 Tahun 2007 Kesiapsiagaan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan

berdaya guna. Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses

manajemen bencana, pentingnya kesiapsiagaan merupakan salah

satu elemen penting dari kegiatan pengurangan resiko terjadinya

bencana (Firmasnyah, 2014).

Faktor utama yang mengakibatkan timbulnya banyak korban

akibat bencana gempa adalah karena kurangnya kesiapsiagaan

masyarakat tentang bencana dan kurangnya kesiapan masyarakat

dalam mengantisipasi bencana tersebut. Faktor utama yang menjadi

kunci kesiapsiagaan adalah pengetahuan dan sikap siaga dalam

menghadapi bencana
5

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan

banyaknya korban saat terjadinya gempa bumi. Salah satunya dengan

melakukan penyuluhan kesehatan keberbagai Instansi, lembaga serta

masyarakat yang ada terutama sekolah. Sekolah dapat berfungsi

sebagai media informasi efektif untuk mengubah pola pikir dan pola

perilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan pengurangan

resiko bencana di sekolah. (Sari, 2018)

Pendidikan kebencanaan merupakan penentu dalam

pengurangan resiko bencana. Pendidikan kebencanaan ini

mempunyai tujuan umum untuk memberikan gambaran dan acuan

dalam proses pembelajaran siaga bencana. Melalui pendidikan

diharapkan siswa mampu berfikir dan bertindak cepat, tepat, dan

akurat saat menghadapi bencana. Pendidikan kebencanaan di

sekolah dasar menjadi strategi efektif, dinamis, dan

berkesinambungan dalam upaya penyebarluasan pendidikan

kebencanaan (Konsorsium Pendidikan Bencana, 2011)

Berdasarkan uraian data diatas peneliti ingin mengetahui

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap

tentang Kesiapsiagaan dalam menghadapi Bencana pada siswa SMK

Darul Abror NW Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok

Tengah, yang merupakan sasaran tepat untuk diberikan pendidikan

kesehatan kesiapsiagaan bencana.


6

B. Rumusan Masalah

Melalui reveiw jurnal maka dapat ditarik perumusan masalahnya yaitu

Bagaimanakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan dan Sikap Kesiapsiagaan dalam menghadapi Bencana

Tahun 2020.

C. Tujuan Penelitian

Melalui reveiw jurnal mengetahui Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Kesiapsiagaan dalam

menghadapi Bencana Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melalui reveiw jurnal ini memperoleh gambaran pengetahuan

tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan

mengaplikasikan ilmu yang didapat selama masa kuliah dengan

realita di lapangan.

2. Manfaat Praktis

Melalui reveiw jurnal ini sebagai bahan untuk menambah

pengetahuan dan sikap terkait dengan kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep dari pendidikan

kesehatan, konsep pengetahuan, konsep sikap, konsep kesiapsigaan,

dan konsep bencana.

1. Konsep Pendidikan Kesehatan

Dalam konsep ini diuraikan mengenai pengertian, tujuan,

sasaran, dan metode pendidikan kesehatan.

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Nyswande (1947) yang dikutip Notoadmodjo (1997)

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses

perubahan perilaku yang dinamis bukan proses pemindahan

materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur. Hal itu dapat dilihat dari definisi yang di

kemukakan, yaitu :

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan diri

seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan

kesehatan individu dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak

dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan

seperangkat prosedur yang dilaksanakan atau suatu produk

yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu

proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang

7
8

didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi,

sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan

hidup sehat. (Suliha U. dkk, 2002)

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab

terbentuknya perilaku tersebut (Green dalam Notoatmodjo,

2012) yaitu :

1) Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk menggugah

kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan bagi diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

2) Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling

(penguat)

Bentuk pendidikan kesehatan ini dilakukan agar dapat

memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan

sarana dan prasarana kesehatan dengan cara bantuan

teknik, pemberian arahan, dan cara-cara mencari dana

untuk pengadaan sarana dan prasarana.

3) Pendidikan kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Pendidikan kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk

mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh


9

masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan

agar sikap perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh

atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

c. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Susilo (2011) sasaran pendidikan kesehatan di

Indonesia, berdasarkan kepada program pembangunan di

Indonesia adalah :

1) Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat

pedesaan.

2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita,

pemuda, remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini

adalah kelompok pendidikan mulai dari TK sampai

perguruan tinggi, sekolah agama swasta maupun negeri.

3) Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan

individu.

d. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan

dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1) Metode individual (perorangan)

Metode ini dibagi menjadi 3 macam, yairtu :

a) Bimbingan dan Penyuluhan ( Guidance and counceling).

b) Wawancara (interview)
10

2) Metode Kelompok

Metode kelompok ini harus memperhatikan kelompok

tersebut besar atau kecil, karena metodenya akan lain.

Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya

sasaran pendidikan.

3) Metode Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara

tidak langsung atau menggunakan media massa.

2. Konsep Pengetahuan

Dalam konsep ini diuraikan mengenai pengertian, cara

memperoleh, proses prilaku, faktor yang mempengaruhi, dan

pengukuran pengetahuan.

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari apa yang diketahui

seseorang dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan

pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.Sebagai pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmodjo,

2010).
11

b. Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari

Notoatmodjo, (2003:11) dalam A. Wawan dan Dewi M. (2010)

adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil

maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau

informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan

berbagai prinsip orang lain yang menerima

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu

atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan

fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan dengan cara


12

mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

popular atau disebut metodologi penelitian.Cara ini mula-

mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626),

kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.

Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang

dewasa ini dikenal dengan penelitian ilmiah.

c. Proses Perilaku “TAHU”

Menurut Rongers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003) dalam A. Wawan dan Dewi M (2010), perilaku adalah

semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati

langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar, tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran)

2) Interest (merasa tertarik)

3) Evaluation (menimbang-nimbang)

4) Trial (individu mulai mencoba perilaku baru).

5) Adaption(dan sikapnya terhadap stimulus)

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor internal
13

a) Pendidikan

Menurut YB Mantra yang dikutip A. Wawan dan

Dewi M. (2010), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan

pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada

umunya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas dalam A. Wawan dan Dewi M.

(2010), pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

adalah kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan

cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH dalam A. Wawan dan Dewi

M. (2010), usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.


14

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Ann. Mariner dalam A. Wawan dan Dewi

M. (2010) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang

ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi.

e. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan.Pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diolah menggunakan rumus sebagai berikut. Menurut

Arikunto (2006) dalam A. Wawan dan Dewi M. (2010)

P=
∑ F ×100 %
N

Keterangan :
15

P : Persentase
∑ F :Jumlah nilai yang benar
N : Nilai Normal

f. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam A. Wawan dan Dewi M.

(2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil Persentasi 76%-100%

2) Cukup : Hasil Persentasi 56%-75%

3) Kurang : Hasil Persentasi < 56%

3. Konsep Sikap

Dalam konsep ini diuraikan mengenai pengertian, fungsi,

faktor yang mempunyai pembentukan dan pengubah,

konponen, cirri-ciri, tingkatan, faktor yang mempengaruhi,

pengukuran, dan cara pengukuran sikap.

a. Pengertian Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005), Sikap merupakan juga

respons tertutup seseorang terhadap simulasi atau obyek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,

baik-tidak baik, dan sebagainya).


16

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu

stimulus atau obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern

sehingga manifestasinya tidak langsung dapat dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup.Sikap secara realitas menunjukkan adanya

kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu (Sunaryo,

2004).

b. Fungsi Sikap

Menurut Katz ( Secord dan Backman, 1964) dalam A.

Wawan dan Dewi M. (2010) sikap mempunyai empat fungsi,

yaitu :

1) Fungsi instrumental atau fungsi penyusuaian, atau fungsi

manfaat.

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana –

tujuan.Disini sikap merupakan sarana mencapai tujuan.Bila

obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai

alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat

membantu dalam mencapai tujuannya, maka orang akan

bersikap positif terhadap obyek tertentu, demikian

sebaliknya bila obyek sikap yang bersangkutan.

2) Fungsi pertahanan ego


17

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang

demi untuk mempertahankan ego atau angkuhnya.Sikap ini

yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.

3) Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan

bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam

dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan

mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada

dirinya.

4) Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti,

dengan pengalaman-pengalamannya, untuk,memperoleh

pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang

tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu,

akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga

menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai

sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang

pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang

bersangkutan.

c. Faktor yang mempunyai pembentukan dan pengubah

sikap

Menurut Sunaryo (2004). Sebagaimana diketahui bahwa

sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk


18

berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan

selama hidupnya. Menurut Suryono (2004) ada dua faktor

yaitu :

1) Faktor internal

Faktor ini berasal dari individu. Dalam hal ini

individu menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu

yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan

diterima dan mana yang tidak. Hal-hal yang diterima atau

tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri

individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor

penentu pembentukkan sikap.

Berikut adalah gambar pengaruh sikap terhadap individu

FAKTOR INTERNAL
OBJEK
 Fisiologis SIKAP
 Psikologis
 Motif
SIKAP

FAKTOR EKSTERNAL

 Pengalaman
 Situasi REAKSI
 Norma
 Hambatan
 Pendorong
19

Gambar 1.1.Pengaruh sikap pada diri individu Sumber.Bimo Walgito 2001,


hlm 115 dengan beberapa modifikasi dalam Sunaryo 2004.

Faktor internal ini menyebutkan motif dan sikap

yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta

mengarahkan minat dan perhatian (faktor psikologis), juga

perasaan sakit, lapar, dan haus (faktor fisiologis).

2) Faktor ekternal

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus

untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut

dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan individu,

individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak

langsung, yaitu melalui perantara, seperti : alat komunikasi

dan media massa baik elektronik maupun non elektronik.

d. Komponen Sikap

Notoatmodjo (2005) sikap itu mempunyai 3 komponen

pokok, yakni:

1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

obyek

2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap

suatu obyek.
20

3) kecenderungan untuk bertindak (tred to behave). Ketiga

komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang

utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting.

e. Ciri-Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998:63) dalam A.

Wawan dan Dewi. (2010) adalah :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir

2) Sikap dapat berubah-berubah

3) Sikap tidak berdiri sendiri

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat

juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan.

f. Tingkatan Sikap

1) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).Misalnya

sikap seseorang terhadap berita bencana yaitu terlihat dari


21

kesediaan dan perhatiannya terhadap berita di media serta

seminar.

2) Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti

orang menerima ide tersebut

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dalam

berdiskusi mengenai suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga (menghargai). Misalnya seorang petugas

yang mengajak petugas atau pihak lain untuk menilai

resiko bencana yang ada didaerah masing-masing serta

melakukan mitigasi terhadap resiko bencana tersebut.

4) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang

paling tinggi.Pengukuran sikap dilakukan dengan secara

langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat

ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan

responden terhadap suatu obyek.


22

g. Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Yusuf (2005 dalam Saputra, 2008), ada empat

faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu :

1) faktor pengalaman khusus,

2) faktor komunikasi dengan orang lain,

3) faktor modal yaitu dengan melalui mengimitasi

4) faktor lembaga sosial (Instutional) yaitu sumber yang

mempengaruhi. Perubahan sikap dipengaruhi :

a) pendekatan teori belajar,

b) pendekatan teori persepsi,

c) pendekatan teori konsistensi,

d) pendekatan teori fungsi.

h. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap memiliki beberapa teknik menurut A.

Wawan dan Dewi M. (2010) adalah sebagai berikut :

1) Skala thurstone (Method Of Equel-Appearing Intervals)

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang

pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable

hingga sangat favorable terhadap suatu objek sikap.

Caranya dengan memberikan orang tersebut jumlah item

sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya.

Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.

2) Skala Likert (Method Of Summated Ratings)


23

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai

alternative yang lebih sederhana dibandingkan dengan

skala Thurstone.Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin

disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang

unfavorable. Sedangkan item yang netral tidak disertakan.

Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Liker

menggunakan teknik konstruksi tes yang lain. Masing-

masing responden diminta melakukan egreement dan

disagreement-nya untuk masing-masing item skala yang

terdiri dari 5 poin (Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak

setuju, Sangat tidak setuju). Semua item yang favorable

kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat

setuju nilainya 5, sedangkan yang nilainya sangat tidak

setuju 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai

skalanya sangat setuju 1 sedangkan untuk sangat tidak

setuju nilainya 5. Seperti halnya skala thurstone, skala

Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval

sama (equal-interval scale).

3) Unobstrusive Measure

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana

seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya

sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam

pertanyaan.
24

4) Multidimensial Scaling

Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih

kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang

sifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini

menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas stuktur

dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan

pada orang lain, lain isu, dan lain skala item.

5) Pengukuran inovoluntary Behavior (Pengukuran

terselubung)

i. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai

pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap mungkin berisi

atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,

yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada

obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan

favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi

hal-hal negative mengenai obyek sikap yang bersifat tidak

mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Dengan

demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan

tidak semua negative yang seolah-olah isi skala memihak atau

tidak mendukung sama sekali obyek sikap. Menurut Azwar

(2005) dalam A. Wawan dan Dewi M. (2010).


25

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau

tidak langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat/pertanyaan responden terhadap suatu obyek.Secara

tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-

pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat

responden melalui kuisioner. Menurut Notoatdmojo (2010)

dalam A. wawan dan Dewi M. (2010). Salah satu skor standar

yang digunakan untuk skala likert adalah nilai skor T, yaitu :

xn −x̅
T= 50+10 ( SD
)

Keterangan :

T : Nilai skor akhir responden


xn : Nilai skor responden
x̅ : Nilai rata-rata kelompok responden
SD : Standar devisiasi (simpanan baku/kelompok)

Dimana SD dapat dicari dengan menggunakan rumus :

SD =√ Ʃ¿ ¿ ¿
Keterangan :
n :Jumlah sampel
Ʃ :Jumlah pengamatan
x :Nilai x ke n

Setelah itu dikatakan sikap positif apabila skor T ≥mean data,

dikatakan sikap negative apabila skor T ≤ mean data. (Azwar,

2012).

4. Konsep Kesiapsiagaan
26

Dalam konsep ini diuraikan mengenai pengertian, tujuan,

dan sifat kesiapsiagaan.

a. Pengertian kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan berarti merencanakan tindakan untuk

merespon jika terjadi bencana. Kesiapsiagaan juga dapat

didefinisikan sebagai suatu keadaan siapsiaga dalam

menghadapi krisis, bencana atau keadaan darurat lainnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat

guna dan berdaya guna.

Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu

kondisi masyarakat yang baik secara individu maupun

kelompok yang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya bencana di kemudian hari (Gregg et

al., 2004; Perry dan Lindell, 2008; Sutton dan Tierney, 2006).

Menurut Sutton dan Tierney dalam (Dodon, 2013:129)

Kesiapsiagaan adalah kegiatan yang sifatnya perlindungan

aktif yang dilakukan pada saat bencana terjadi dan

memberikan solusi jangka pendek untuk memberikan

dukungan bagi pemulihan jangka panjang.

b. Tujuan Kesiapsiagaan
27

Menurut Gregg dalam (Dodon, 2013: 129) kesipasiagaan

bertujuan untuk meminimalkan efek samping bahaya melalui

tindakan pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai,

efisiensi untuk tindakan tanggap darurat dan bantuan saat

bencana.

Upaya kesiapsiagaan juga bertujuan untuk memastikan

bahwa sumber daya yang diperlukan untuk tanggap dalam

peristiwa bencana dapat digunakan secara efektif pada saat

bencana dan tahu bagaimana menggunakannya (Sutton dan

Tierney dalam Dodon, 2013:129).

c. Sifat Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan suatu komunitas selalu tidak terlepas dari

aspek-aspek lainnya dari kegiatan pengelolaan bencana

(tanggap darurat, pemulihan dan rekonstruksi, pencegahan

dan mitigasi). Untuk menjamin tercapainya suatu tingkat

kesiapsiagaan tertentu, diperlukan berbagai langkah persiapan

pra-bencana, sedangkan keefektifan dari kesiapsiagaan

masyarakat dapat dilihat dari implementasi kegiatan tanggap

darurat dan pemulihan pasca bencana.Pada saat pelaksanaan

pemulihan dan rekonstruksi pasca bencana, harus dibangun

juga mekanisme kesiapsiagaan dalam menghadapi

kemungkinan bencana berikutnya.

5. Konsep Bencana
28

Dalam konsep ini diuraikan mengenai pengertian, dan jenis-

jenis bencana.

a. Pengetian Bencana

Berdasarkan UU No.24/2007 tentang penanggulangan

bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor

alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

Bencana adalah suatu kejadian alam, buatan manusia,

atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba

sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi

kelangsungan kehidupan. Dalam kejadian tersebut, unsur

yang terkait langsung atau terpengaruh harus merespons

dengan melakukan tindakan luar biasa guna menyesuaikan

sekaligus memulihkan kondisi seperti semula atau menjadi

lebih baik (Arie Priambodo, 2009: 22).

b. Jenis–Jenis Bencana

Menurut (Joko Christanto, 2011: 75), jenis-jenis bencana

dapat dibedakan menjadi :


29

1) Bencana Alam yaitu bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain : gempa bumi, tsunami, gunung meletus,

banjir, kekeringan, angin topan/puting beliung, dan tanah

longsor.

2) Bencana Non Alam yaitu bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam antara lain

berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik dan

wabah penyakit.

3) Bencana Sosial yaitu bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh

manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau

antar komunitas masyarakat, dan teror.

6. Mitigasi Bencana

Dalam konsep ini diuraikan mengenai pengertian,

pelaksanaan, dan upaya mitigasi dan pengurangan bencana.

a. Pengertian Mitigasi

Menurut Undang-Undang No 24 Tahun 2007

menyatakan Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik

maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

ancaman bencana.
30

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk meminimalkan

dampak yang ditimbulkan oleh bencana.Mitigasi bencana

mencakup perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan

untuk mengurangi risiko-risiko dampak dari suatu bencana yang

dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapsiagaan

dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang.

Adapun upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi

struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang

berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan,

desain rekayasa dan konstruksi untuk menahan serta

memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan

penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain

itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non

struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana

dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat

diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta

dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah

(Depkominfo, 2007)

b. Pelaksanaan Mitigasi Bencana

Menurut UU No. 24 Tahun 2007 mitigasi bencana yang

efektif harus memiliki 3 (tiga) unsur utama, yaitu :

1) Penilaian bahaya (hazard assesment), dimana diperlukan

untuk mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam,


31

serta tingkat ancaman. Penilaian ini memerlukan

pengetahuan tentang karakteristik sumber bencana,

probabilitas kejadian bencana, serta data kejadian

bencana di masa lalu. Tahapan ini menghasilkan peta

potensi bencana yang sangat penting untuk merancang

kedua unsur mitigasi lainnya.

2) Peringatan (warning), diperlukan untuk memberi

peringatan kepada masyarakat tentang bencana yang

akan mengancam (seperti bahaya tsunami yang

diakibatkan oleh gempa bumi, aliran lahar akibat letusan

gunung berapi, dan sebagainya). Sistem peringatan

didasarkan pada data bencana yang terjadi sebagai

peringatan dini serta menggunakan berbagai saluran

komunikasi untuk memberikan pesan kepada pihak yang

berwenang maupun masyarakat. Peringatan terhadap

bencana yang akan mengancam harus dapat dilakukan

secara cepat, tepat dan dipercaya.

3) Persiapan (preparedness), kegiatan kategori ini tergantung

kepada unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan

peringatan), yang membutuhkan pengetahuan tentang

daerah yang kemungkinan terkena bencana dan

pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui

kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya


32

kembali ketika situasi telah aman. Tingkat kepedulian

masyarakat dan pemerintah daerah dan pemahamannya

sangat penting pada tahapan ini untuk menentukan

langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi

dampak akibat bencana. Selain itu jenis persiapan lainnya

adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi

fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya

bencana (mitigasi non struktur), serta usaha-usaha

keteknikan untuk membangun struktur yang aman

terhadap bencana dan melindungi struktur akan bencana

(mitigasi struktur).

Sebagaimana yang dimaksud dalam UU No 24 Tahun

2007, Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko

bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan

rawan bencana.

1) Kegiatan mitigasi sebagaimana dimaksud adalah

pelaksanaan penataan tata ruang;

2) Pengaturan pembangunan,pembangunan infrastruktur,

tata bangunan; dan

3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan

pelatihan baik secara konvensional maupun modern

c. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana


33

1) Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan

getaran/gempa.

2) Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas

bangunan.

3) Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas

yang tinggi.

4) Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.

5) Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi

tingkatkepadatan hunian di daerah rawan bencana.

6) Asuransi.

7) Zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan

penggunaan lahan.

8) Pendidikan kepada masyarakat tentang gempa bumi.

9) Membangun rumah dengan konstruksi yang aman

terhadap gempa bumi.

10) Masyarakat waspada terhadap risiko gempa bumi dan

mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa

bumi.

11) Masyarakat mengetahui tentang pengamanan dalam

penyimpanan barang-barang yang berbahaya bila terjadi

gempa bumi.

12) Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan

dan kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi.


34

13) Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana

dengan pelatihan pemadaman kebakaran

14) Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan

penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat

lainnya.

15) Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota

keluarga dalam menghadapi gempa bumi

B. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor predisposisi
(pengetahuan dan sikap)

Faktor
Kesiapsiagaan
pemungkin(ketersedian,
Bencana
kenyamanan dan pelatihan)

Faktor penguat (peraturan


dan pengawasan)

Keterangan

: Diteliti
: Tidak Diteliti

Gambar 1.2 : Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan


Terhadap Pengetahuan dan Sikap Kesiapsiagaan Bencana.
Sumber :Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo
(2010)
35

C. Hipotesis

Ho :Tidak Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan dan sikap kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana pada siswa Tahun 2020

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

dan sikap kesiapsiagaan dalam menhadapi bencana pada

siswa Tahun 2020


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Strategi Pencarian Literature

1. Framework yang digunakan

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework.

a) Population/problem, Populasi atau masalah yang akan di

analisis.

b) Intervention, suatu Tindakan penatalaksanaan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang

penatalaksaan.

c) Comparation , penatalaksanaan yang digunakan sebagi

pembanding.

d) Outcome, hasil atau luaran yang diperolah pada penelitian

e) Study design, Desain penelitian yang di gunkanan oleh jurnal

yang akan di review.

2. Kata Kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword yang

digunakan untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian,

sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang

digunakan. Peneliti melakukan pencarian jurnal melalui Google

Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur antara

36
37

lain:“Pendidikan kesehatan”, “media poster”, “pengetahuan”. Literatur

yang digunakan adalah literatur yang di publikasikan dari tahun 2016

sampai dengan tahun 2020.

3. Database atau Search engine

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari

pengamatan langsung. Akan tetapi data tersebut diperoleh dari hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel atau jurnal yang

relevan dengan topik dilakukan menggunakan database melalui

Google Scholar.

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Tabel 1 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi Dengan Format PICOS

Kriteria Inklusi Eksklusi

Population Siswa/Siswi. Bukan Siswa/SIswi


atau problem
Intervention Pendidikan Kesehatan Selain Memberikan
Pendidikan Kesehatan
Comparation Tidak ada pembanding atau ada pembanding atau
intervensi lainnya intervensi lainnya

Outcome Adanya pengaruh Pendidikan Tidak ada pengaruh


Kesehatan terhadap pengetahuan Pendidikan Kesehatan
dan sikap dalam menghadapi terhadap pengetahuan dan
kesiapsiagaan bencana pada sikap dalam menghadapi
siswa/siswi. kesiapsiagaan bencana
pada siswa/siswi.
Study design Eksperimental study literatur review/Systematic
Tahun terbit Artikel atau jurnal yang terbit lima Artikel atau jurnal yang terbit
38

tahun terakhir (2018-2019) sebelum lima tahun terakhir


Bahasa Indonesia Selain Bahasa indonesia
BAB IV

LITERATUR REVIEW

Literature review adalah uraian teori, temuan, dan artikel

penelitian lainnya untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian (Prof.

Dr. Nursalam, M. Nurs (Hons) & TIM, 2020). Literature review ini

sendiri berfungsi untuk mencari, mengulas, dan mengkritisi

persamaan, perbedaan, keunggulan serta kelemahan suatu jurnal

dengan penelitian usulan. Literature review ditujukan untuk

meyakinkan pembaca mengenai ide dan gagasan dari penelitian yang

akan dijalankan. Berikut beberapa jurnal yang berkaitan dengan

penelitian usulan.

39
40

Tabel 1.2Rangkuman Literatur Review Tentang Pengaruh Pendidikan


Kesehatan terhadap pengetahuan Dan Sikap Kesiapsiagaan
Dalam Menghadapi Bencana Tahun 2020.
Volume,
No Author Tahun Judul Metode Hasil Database
Angka
1 Irfan 2018 Jurnal Pengemban D :Pre Hasil dari penelitian Google
Rustanto Ilmu gan Media Eksperime tersebut menyatakan Scholar
Geograf Poster Pada nt dengan bahwa Nilai pada
Pembelajar siswa kelas VIII SMP
i Vol.2 one group
an Materi Negeri 3 Gantiwarno
No.3 Bencana pretest setelah digunakan
Gempa posttest media pembelajaran
Bumi Di poster yang telah di
SMPN 3 S : Total uji coba lapangan
Gantiwarno, Sampling didapatkan
Kabupaten sebagaimana hasil
Klaten, V : Media pengolahan data yang
Jawa didapatkan tidak ada
Poster,
Tengah nilai rendah, sebagian
besar siswa bernilai
I : Kuesioner tinggi (di atas 75)
Pretest dan sebanyak 25 (83,3%)
Posttest dan nilai sedang
sebanyak 5 siswa
A : Uji Mann – (16,7%). Berdasarkan
Whiteney hasil uji lapangan
tersebut dapat
disimpulkan bahwa
pengetahuan siswa
tentang
gempa bumi dengan
media pembelajaran
poster dapat
memberikan nilai yang
baik .
2 Revi 2018 Jurnal Pengaruh D :Quasi Dari Hasil penelitian ini Google
Neini Ilmu Penyuluhan Eksperime kesiapsiagaan Siswa Scholar
Ikbal, Kesehat Kesehatan nt SMPN13 Padang
Rebbi an Terhadap dalam menghadapi
Permata Vol.2 Kesiapsiaga S :Purposive bencana gempa bumi
Sari No.2 an Sampling dengan Hasil uji
Menghadapi statistic didapatkan
Bencana V:Penyuluhan nilai p value 0,000
41

Gempa Kesehatan, (P<0,05).Dapat


Bumi Pada kesiapsiag disimpulkan Ada
Siswa aan pengaruh atau
SMPN 13 bencana perbedaan yang
Padang gempa singnifikan antara
bumi pengukuran
kesiapsiagaan
I :Kuesioner menghadapi bencana
Pretest dan pada Siswa SMPN 13
Posttest Padang.

A: uji T-Tes
Dependent
3 Nyoma 2018 Jurnal Pengaruh D :Pre Hasil Penelitian Google
Wita Kepera Pemberian Eksperime Menunjukkan bahwa Scholar
Wihayati watan Pelatihan ntal dari uji normalitas
Vol.3 Siaga menggunakan uji
No. 2 Bencana S :Simple Kolmogorov-Smirnov
Terhadap random Didapatkan nilai ρ-
Kesiapsiaga sampling value pada kolom Sig.
an Siswa = 0,000 (< alpha (0,5))
Dalam V :pemberian maka dapat
Menghadapi pelatihan disimpulkan hipotesa
Bencana Siaga ditolak yang berarti
Gempa Bencana, data yang di uji
Bumi Di kesiapsiag memiliki distribusi
SMPN 1 aan tidak normal sehingga
Kerambitan bencana. diturunkan ke uji non
parametric yaitu uji
I :Kuesioner Wilcoxon.
Pretest dan Interpretasi dari
Posttest analisis bivariat yaitu
p-value pada kolom
A: Uji Sig. (2-tailed) < alpha
Kolmogoro (0,05) berarti
v-Smirnov menyatakan ada
dan Uji pengaruh pemberian
Wilcoxon pelatihan Siaga
Bencana
42

Terhadap
kesiapsiagaan siswa
dalam menghadapi
bencana gempa bumi
4 Wardha 2019 Jurnal Efektivitas D :Quasi Hasil penelitian Google
Wati Kesehat Media Eksperime berdasarkan Scholar
Sukma an Booklet nt pengetahuan siswa
Tawulo , Masyar “Gercep menunjukan bahwa t
Fikki akat Kebumi” S : Simple hitung -13,56 dan
Prasetya, Volume Terhadap random p=0,000, atau p value
Farit 11, Pengetahua sampling <0,05, artinya ada
Rezal. Nomor n Dan Sikap perbedaan yang
1 Tentang V:Media bermakna sebelum
Kesiapsiaga Booklet dan sesudah
an Tanggap simulasi, pemberian Media
Bencana Sikap Booklet “Gercep
Gempa Kesiapsiag Kebumi” dengan
Bumi Pada aan pengetahuan siswa
Siswa-Siswi Bencana Sedangkan
Sd Negeri 2 Gempa berdasarkan sikap
Baruga Di Bumi menunjukan bahwa t
Kota hitung -12,59 dan p=
Kendari I : Pretest dan 0,000, atau p value
Posttest <0,05 artinya ada
perbedaan yang
A: uji Pariet t bermakna sebelum
test dan sesudah
pemberian Media
Booklet “Gercep
Kebumi dengan sikap
siswa. Sehingga pada
variabel pengetahuan
dan sikap keduanya
ada pengaruh yang
terjadi
5 Ardita 2017 Jurnal Pengemban D :Quasi Hasil penelitian Google
Primaver Geograf gan Media Eksperime diperoleh bahwa Scholar
a i Poster nt pemahaman siswa
Vol.1.N Sebagai pada materi mitigasi
43

o.1 Pembelajar S :Purposive bencana banjir


an Mitigasi Sampling menggunakan media
Bencana poster mengalami
Banjir Pada V:Metodesim peningkatan hasil nilai
Siswa ulasi, presentase rata-rata
Ekstrakuliku Kesiapsiag pre test pembelajaran
ler SSB Di aan tanpa menggunakan
SMPN 1 Bencana poster 74%,
Karangdow Gempa sedangkan nilai
o, Klaten Bumi presentase rata-rata
post test sebesar
I: Kuesioner 90,6%. Media
Pretest dan pembelajaran dapat
Posttest digunakan untuk
meningkatkan
A: uji pemahaman peserta
Wilcoxon didik pada materi
mitigasi bencana banjir
pada siswa
ekstrakulikuler SSB
SMP Negeri 1
Karangdowo.
BAB V

PEMBAHASAN

Indonesia sebagai negara kepulauan berada pada posisi

geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan bencana.

Posisi geografis Indonesia masuk dalam pertemuan tiga lempengan

bumi, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Posisi pertemuan itu

membuat wilayah Indonesia diberkahi dengan kesuburan dan

kekayaan mineral di perut bumi, tetapi pada sisi lain posisi negara kita

labil, mudah bergeser, dan tentu saja rawan bencana termasuk gempa

bumi. Oleh karena itu untuk menghadapi ancaman bencana diperlukan

adanya kesiapsiagaan yang tinggi dalam menjamin keselamatan

seluruh rakyat terlebih lagi bagi siswa dan siswi mulai dari jenjang

Pendidikan Anak Usia Dini sampai Sekolah Menengah Atas. Mereka

menghabiskan waktu sebagian besar di sekolah dan jauh dari

pantauan orang tua. Salah satu cara untuk memberikan suatu

pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap siswa dan siswi

terkait dengan kesiapsiagaan dalam bencana gempa ini adalah

melalui penyuluhan dengan menggunakan media poster.

Penelitian yang dilakukan juga oleh Rustanto (2018) melakukan

pengembangan media poster pada pembelajaran materi bencana

gempa bumi di SMPN 3 Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

44
memperlihatkan hasil bahwa pada produk poster yang dikembangkan

setelah

45
45

digunakan sebagai media pembelajaran dalam uji coba

lapangan diketahui pengetahuan siswa cukup tinggi dari 30 siswa

sebanyak 25 siswa mendapat nilai tinggi, dan hanya 5 siswa yang

memiliki nilai sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media

poster dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang mampu

memberikan pengetahuan siswa tentang bencana gempa bumi

dengan baik. Pengembangan poster pun dapat menjadi opsi untuk

melakukan penyuluhan lebih baik lagi sehingga lebih efektif dan efisien

dalam menyampaikan materi penyuluhan yang diinginkan serta dapat

dipahami secara cepat dan tepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Primavera (2017) menggunakan

media poster sebagai pembelajaran mitigasi bencana banjir pada

siswa ekstrakulikuler SSB di SMPN 01 Karangdowo, Klaten. Hasil

yang didapatkan menyatakan bahwa pemahaman siswa pada materi

mitigasi bencana banjir menggunakan media poster mengalami

peningkatan. Hasil presentase nilai rata-rata pre test pembelajaran

tanpa menggunakan poster 74%, sedangkan nilai presentase rata-rata

post test sebesar 90,6%. Perubahan yang signifikan dengan

menggunakan media poster oleh penyuluh membuat siswa lebih

tertarik dengan materi yang disampaikan, siswa lebih komunikatif,

serta proses penyuluhan menjadi lebih menyenangkan dan siswa

memahami penyampaian materi dengan mudah. Berdasarkan hasil

data kebutuhan siswa yang Primavera (2017) ambil dapat disimpulkan


46

bahwa media poster yang dibutuhkan adalah poster yang berwarna,

menggunakan bahasa yang formal, terdapat banyak tulisan dan

gambar, penjelasan materi terperinci dan jelas.

Kedua penelitian tersebut memberikan suatu gambaran besar

bahwa poster merupakan media penyuluhan yang sangat baik untuk

kalangan siswa dan siswa karena memiliki kelebihan yaitu poster

berwarna, menggunakan bahasa yang formal, terdapat banyak tulisan

dan gambar, penjelasan materi terperinci dan jelas sehingga dapat

menarik perhatian siswa dan siswi serta dapat dikembangkan sesuai

yang diinginkan oleh penyuluh.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikbal (2018) menyatakan bahwa

rata-rata kesiapsiagaan Siswa SMPN 13 Padang dalam menghadapi

bencana gempa bumi sebelum diberikan penyuluhan adalah 17,36

dan rata-rata Kesiapsiagaan Siswa SMPN13 Padang setelah diberikan

penyuluhan adalah 56,20 dan ada pengaruh atau perbedaan yang

singnifikan antara pengukuran kesiapsiagaan menghadapi bencana

pada Siswa SMPN 13 Padang dengan nilai p value 0,000. Dapat

disimpulkan ada pengaruh atau perbedaan yang singnifikan antara

pengukuran kesiapsiagaan menghadapi bencana pada Siswa SMPN

13 Padang pada pengukuran pertama dan kedua. Diharapkan kepada

pihak sekolah SMPN 13 Padang membentuk tim siap siaga bencana

dan meningkatkan keterampilan siswa terhadap mitigasi bencana.


47

Ikbal (2018) menitikberatkan kepada penyuluhan yang dilakukan dapat

memberikan pengaruh yang cukup baik pada tiap siswa. Hal ini

memberikan gambaran bahwa pada kurikulum sekolah tidak diberikan

tentang mitigasi bencana. Hal ini juga jadi perhatian peneliti bahwa

seharusnya pada tiap sekolah harus ada kurikulum khusus yang

membahas mitigasi bencana.

Pelatihan siaga bencana menghadapi gempa bumi yang

dilakukan oleh Wihayati(2018) di SMPN 1 Kerambitan Kota Denpasar

menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada pemberian

pelatihan Siaga Bencana terhadap kesiapsiagaan siswa dalam

menghadapi bencana gempa bumi ρ-value pada kolom Sig.(2-tailed)

0,000. Hal ini juga sangat diperlukan setelah dilakukan penyuluhan

menggunakan poster karena pelatihan sangat mendukung

pemahaman siswa terhadap apa yang disampaikan penyuluh ketika

memberikan penyuluhan.

Berbeda halnya dengan hasil penelitian Indriasari (2016)

melakukan hal yang sama yaitu memberian metode simulasi siaga

bencana gempa bumi terhadap kesiapsiagaan anak di Yogyakarta

dengan hasil bahwa pemberian metode simulasi siaga bencana

gempa bumi memberikan pengaruh positif dengan kategori lemah

terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi pada

anak-anak. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman anak-anak masih

dibawah rata-rata pemahaman orang dewasa. Maka dari itu sebelum


48

melakuakn simulasi sebaiknya seorang penyuluh atau pemateri

pemberi simulasi harus melakukan penyuluhan terlebih dahulu dengan

menggunakan media yang menarik salah satunya media poster.

Peneliti memiliki gambaran bahwa dari hasil beberapa jurnal

tersebut, penyuluhan menggunakan media poster terlihat sangat

efektif dan dibuktikan dengan beberapa persentase kenaikan

pengetahuan berbagai siswa dari beberapa macam sekolah yang

meningkat setelah diberikan penyuluhan tentang mitigasi bencana

dengan menggunakan media poster. Selanjutnya peneliti berharap

sekolah mewajibkan adanya kurikulum yang membahas tentang

mitigasi bencana khsususnya pada daerah rawan bencana yaitu

daerah dekat pantai seperti SMK Darul Abror NW.


49
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal yang telah

dikemukakan tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana

secara umum, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media

poster sangat membantu anak-anak maupun remaja dalam

memahami kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran dari peneliti yang

diantaranya :

1. Bagi Para Siswa-siswi

Siswa-siswi dapat mensosialisasikan kepada teman-teman

dilingkungannya mengenai materi yang didapat dari penyuluhan

Siaga Bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan dikehidupan

sehari-hari.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan ataupun referensi bagi

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai

pengaruh pemberian pelatihan siaga bencana dalam menghadapi

49
50

bencana dengan menggunakan variabel yang berbeda dan

bervariasi seperti penggunaan media audiovisual, permainan dan

table top sehingga dapat meningkatkan pengetahuan khususnya

pada kelompok siswa-siswi tentang kebencanaan.


51

DAFTAR PUSTAKA

A.Wawan dan Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Penlaku Manusia Dilengkapi Contoh Kuesioner. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Azwar, Saituddin, 2012. Sikap Manusia Teori dan


Pengukurannya.Yogyakarta:Liberty

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008.Pedoman Penyusunan


Rencana Penanggulangan Bencana.Jakarta:BNPB

Indriasari.F.N. 2016. Pengaruh Pemberian Metode Simulasi Siaga Bencana


Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Anak Di Yogyakarta. Jurnal
Keperawatan. Vol.11(3):1-7

Iqbal, R.N., dan R.P. Sari. 2018. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Gempa Bumi Pada
Siswa SMPN 13 Padang. Jurnal Keperawatan. Vol.2(2): 1-7

Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan lImu Perilaku. Jakarta:PT.


Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2010. lImu Perilaku Kesehatan. Jakarta:PT. Rineka Cipta

Notoatmdjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta

Notoatmodjo S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta

Nursalam dan Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan.


Surabaya:Salemba Medika

Nursalam. 2016, Metode Penelitian limu Keperawatan Pendekatan


Praktis.Jakarta:Salemba Medika

Primavera, A. 2017. Pengembangan Media Poster Sebagai Pembelajaran


Mitigasi Bencana Banjir Pada Siswa Ekstrakulikuler SSB
di SMPN 1 Karangdowo, Klaten. Jurnal Geografi. Vol.1(1): 1-11
Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Madika
52

Republik Indonesia.2007. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 dalam Badan


Nasioanl Penanggulangan Bencana 2016.Jakarta:Sekretariat
Kenegaraan Republik Indonesia

Rustanto.I. 2018. Pengembangan Media Poster Pada Pembelajaran Materi


Bencana Gempa Bumi Di Smp N 3 Gantiwarno, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah. Jurnal Geografi. Vol.2.(3): 1-12

Setiadi.2013.Konsep dan praktik dan praktek penulisan riset keperawatan


(Ed.2).Yogyakarta:Graha Ilmu

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk pendididikan. Jakarta: EGC.

Susilo. R. 2011. Pendidikan Kesehatan Dalam


Keperawatan.Yogyakarta:Muha Medika

Suliha. Uha. 2002. Pendidikan Kesehatan: Pendidikan Kesehatan.


Jakarta:EGC Buku Kedokteran

Wihayati.N.W. 2018. Pengaruh Pemberian Pelatihan Siaga Bencana


Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi di SMPN 1 Kerambitan. Jurnal Keperawatan. Vol.1.
(1):1-7

Anda mungkin juga menyukai