Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH SELF REGULATED LEARNING (SRL)


TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA
PASIEN HIPERTENSIDI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SIGERONGAN
TAHUN 2022

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Serjana Terapan/


Program Pendidikan Diploma IV (D IV) Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Mataram
Kemenkes RI Tahun Akademik
2021/2022

OLEH :

RIAN ZULKARNAIN
NIM: P07120421025A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Serjana


Terapan/Program Pendidikan Pendidikan Diploma IV (D IV)
Jurusan Keperawatan Tahun Akademik 2021/2022

Oleh :
RIAN ZULKARNAIN
P07120421025A

Mataram, Agustus 2022

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

A’an Dwi Sentana, M.Kep Mas’adah, M.Kep


NIP.197303202002121001 197912202002122001

i
LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Proposal Poltekkes Kemenkes


Mataram Jurusan Keperawatan dan Diterima untuk Menyelesaikan
Sarjana Terapan/Program Pendidikan Jurusan Keperawatan Program
Studi Sarjana Keperawatan Mataram
Tahun Akademik 2021/2022

Mengesahkan :
Ketua Jurusan Keperawatan

Rusmini, S.KepNers., MM
NIP. 197010161989032001

Tim Penguji

1. Ni Putu Sumartini, M.Kep


197905132002122001
(Ketua Penguji) (___________________)

2. A’an Dwi Sentana,M.Kep


197303202002121001
(Penguji I) (___________________)

3. Mas’adah, M.Kep
197912202002122001
(Penguji II) (___________________)

Tanggal Ujian :

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga

penulisan Proposal Skripsi yang berjudul “Pengaruh Self Regulated

Learning Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien HipertensiDi

Wilayah Kerja Puskesmas SigeronganTahun 2022” dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan Proposal Skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M.Kes., selaku Direktur

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Ibu Rusmini, S.Kep.Ns.MM., selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Mataram Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

3. Ibu Desty Emilyani, M.Kep selaku Ketua Program Studi D.IV

Keperawatan Mataram.

4. Bapak A’an Dwi Sentana, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan masukan, arahan, dan saran-saran yang

bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.

5. Bapak Ibu Mas’adah, M.Kep selaku pembimbing II yang telah

memberikan memberikan masukan, arahan, dan saran-saran yang

iii
bermanfaat serta motivasi demi kesempurnaan Proposal Skripsi

ini.

6. Ibu Putu Sumartini, M.Kep selaku penguji dalam ujian Proposal

Skripsi yang telah memberikan masukan dan sarannya.

7. Dosen-dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.

8. Kedua orang tua tercinta terima kasih atas kasih sayang, doa,

dukungan dan pengorbanannya, sehingga penulis bisa tetap

semangat dan terus maju dalam penyusunan Proposal Skripsi.

Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Demikian, semoga Proposal Skripsi ini bisa bermanfaat dan

menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada

umumnya.

Mataram, Agustus 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................8
1. Tujuan Umum.........................................................................................8
2. Tujuan Khusus........................................................................................8
D. Manfaat penelitian...................................................................................8
1. Teoritis....................................................................................................8
2. Praktis.....................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................10
A. Kerangka Teoritis..................................................................................10
1. Konsep Hipertensi................................................................................10
2. Konsep Kepatuhan...............................................................................21
3. Konsep SRL (Self Regulated Learning)...............................................26
B. Kerangka Konsep..................................................................................34
C. Hipotesis Penelitian...............................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................36
A. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................36
B. Desain Penelitian..................................................................................36
C. Populasi dan Sampel............................................................................37
1. Populasi................................................................................................37
2. Sampel..................................................................................................38
3. Sampling...............................................................................................40
D. Variable Penelitian................................................................................40

v
1. Variabel independen.............................................................................40
2. Variable dependen................................................................................40
E. Data Yang Dikumpulkan.......................................................................41
F. Cara Pengumpulan Data.......................................................................42
G. Cara Pengolahan Data.........................................................................42
H. Analisa Data..........................................................................................45
I. Prosedur Penelitian...............................................................................45
J. Definisi Operasional..............................................................................47
K. Kerangka Kerja......................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................49

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang

berlebihanan dan hampir tidak konstan pada arteri

(Ramatillah.2020). Hipertensi dikatakan sebagai penyebab utama

penyakit kardiovaskuler dan kematian didunia. Lebih lanjut,

prevalensi hipertensi semakin meningkat kejadiannya terutama di

Negara-negara yang tergolong dalam low and middle income

countries (LMICs) (Mils et al, 2020). Kepatuhan minum obat bagi

pasien penyakit kronis seperti hipertensi sangat penting karena

dengan minum obat secara teratur dapat mengontrol tekanan darah

pasien. Sehingga resiko kerusakan organ yang lain akibat

meningkatnya tekanan darah dapat dikurangi (BPOM, 2006).

Penderita hipertensi di Indonesia yang telah mengalami penyakit

hipertensi selama 1-5 tahun lebih mematuhi proses mengkonsumsi

obat, sedangkan pasien yang telah mengalami hipertensi 6-10

tahun cendrung memiliki kepatuhan mengkonsumsi obat yang lebih

buruk, hal tersebut dikarenaan faktor lama penderita jenuh minum

obat (WHO 2010).

Menurut Badan Kesehatan Dunia, dari 50% penderita

hipertensi yang terdeteksi hanya 25% yang mendapat pengobatan

dan hanya 12,5% yang bisa diobati dengan baik. Berdasarkan hasil

1
2

riset kesehatan dasar Depkes (Riskesdas) tahun 2018 mengatahan

dalam hal kepatuhan minum obat sebagian besar penderita

hipertensi rutin minum obat sebanyak 54,4%. Sementara penduduk

yang tidak rutin minum obat dan tidak minum obat sama sekali

masing-masing 32,27% dan 12,33%.

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa

hipertensi terus meningkat setiap tahunnya dan diperkerikan akan

ada 1,5 miliar orang akan menderita hipertensi di tahun 2025 dan

juga diperkirakan 10,44 juta orang meninggal karena hipertensi

dan komplikasi hipertensi setiap tahunnya (Kemenkes RI,2019).

Badan kesehatan dunia atau WHO menjelaskan bahwa hipertensi

menyerang 22% penduduk dunia (WHO, 2014),sedangkan di Asia

Tenggara kejadian hipertensi mencapai 36% (Tirtasari &Kodim,

2019).

Riset Kementerian Kesehatan RI, tahun 2019 penyakit

hipertensi menjadi penyebab kematian dengan 23,7% dari total 1,7

juta kematian di Indonesia tahun 2018 (Adam, 2019). Sedangkan di

tahun 2019 jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebanyak

63.902.620 jiwa dan dengan angka kematian akibat hipertensi

sebesar 427.218 kematian. Hipertensi yang terjadi dengan

kelompok umur yaitu 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun

(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan kejadian

hipertensi pada tahun 2017 menyerang 22% penduduk dunia, dan


3

mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara.Penelitian WHO-

Comunity Study of the Elderly. Central Java menemukan bahwa

tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskuler merupakan

penyakit kedua terbanyak yang diderita lansia setelah artritis, yaitu

sebesar 15,2%.

Prevalensi Hipertensi yang tinggi tidak hanya terjadi di

negara maju tetapi juga negara berkembang seperti Indonesia.

Penyakit hipertensi menjadi penyebab kematian dengan angka

23,7% dari total 1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2018 (Adam,

2019) Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 juga

menunjukkan angka prevalensi hipertensi mengalami peningkatan

dari 25,8% menjadi 34,1%, dengan angka prevalensi tertinggi di

Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan terendah di

Provinsi Papua sebesar 22,2%.

Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 juga menunjukkan

bahwa penderita hipertensi di Indonesia berdasarkan kelompok

usia 45-54 tahun sebanyak 45,3%, usia 55-64 tahun sebanyak

55,2%, usia 65-74 tahun sebanyak 63,2% dan pada usia ≥ 75

tahun sebanyak 69,5%. Berdasarkan data-data yang diperoleh

menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia menempati urutan

pertama jenis penyakit kronis tidak menular yang dialami pada

kelompok usia dewasa, yaitu sebesar 26,5%. Data yang diperoleh

dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB (2017), dari 2.981.909


4

penduduk usia 18 tahun ke atas, sebanyak 100.114 jiwa (24,90%)

mengalami hipertensi.

Profil kesehatan provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun

2018 menunjukan penyakit yang menempati peringkat kedua

terbanyak di provinsi NTB adalah hipertensi usia ≥18 tahun di

provinsi NTB sebanyak 358.110 jiwa dan mendapatkan pelayanan

sebesar 56.107 jiwa (15,7%). Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Lombok barat dari 10 penyakit terbanyak yang ada di

Lombok barat tahun 2021 , Puskesmas Sigerongan menempati

urutan pertama di Lombok Barat dengan jumlah kasus hipertensi

dengan 2045 jiwa. Dan data 3 bulan terakhir dari bulan mei, juni,

juli di temukan sebanyak 48 penderita hipertensi yang tidak patuh

meminum obat.

Dampak yang terjadi jika pasien hipertensi tidak patuh dalam

mengkonsumsi obat dapat mengakibatkan masalah kesehatan

yang serius diantaranya terjadi komplikasi dan dapat berakibat fatal

atau kematin

a Hipertensi juga dapat meningkatkan resiko mengenai

jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard, jantung koroner,

gagal jantung kongestif, bila mengenai otak akan terjadi sturk,

apabila mengenai ginjal akan menyebabkan ginjal kronis,

sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif.

Dan berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan penyakit

yang sangat serius dan berdampak pada psikologis penderita


5

karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus struk, gagal

ginjal, dan gagal jantung (Nuraini, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh

peneliti diwilayah kerja Puskesmas Sigerongan pada bulan Juni

tahun 2022 dengan tehnik wawancara kepada 15 responden

didapatkan hasil bahwa terdapat 9 atau 60 % penderita yang tidak

patuh, dikarenakan kesibukan sehari-hari sehingga lupa untuk

minum obat, sementara 6 atau 40 % penderita patuh minum obat.

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan, akan tetapi penanganan yang tepat dapat

mengurangi resiko berbahaya yang diakibatkan oleh hipertensi

yang tidak terkontrol atau ditangani dengan benar. Penanganan

pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologi

dan non farmakologi. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat

mengakibatkan komplikasi bahkan kematian. Kurangnya

berolahraga, stress yang tidak teratur, komsumsi lemak dan garam

berlebihan merupakan faktor-faktor penyebab yang berbahaya bagi

penderita hipertensi. Penyempitan pembuluh darah akibat

hipertensi dapat menyebabkan berkurangnya suplai darah dan

oksigen ke jaringan yang akan mengakibatkan mikroinfark pada

jaringan. Komplikasi berat hipertensi adalah kematian karena

obstruksi dan rupturnya pembuluh darah otak (Price & Wilson,

2009).
6

Pada umumnya hipertensi dapat ditangani dengan cara

farmakologi dan non farmakologi. Penangan hipertensi lebih sering

menggunakan cara farmakologi dengan obat-obatan. Namun

karena kondisi saat ini penderita takut berkunjung ke layanan

kesehatan untuk mendapatkan pengobatan, sehingga peneliti

memberikan intervensi non farmakologi seperti pola makan dengan

diet seimbang, berhenti merokok, berhenti merokok, berenti

mengonsumsi alkohol, mengendalikan stress, terapi herbal, terapi

pijat, senam yoga, olahraga atau aktivitas fisik, dan Self Regulated

Learning.

Pengobatan hipertensi dipengaruhi oleh kepatuhan

penderita mengkonsumsi obat darah tinggi dan melakukan

modifikasi gaya hidup (Harijanto 2015). Kepatuhan penderita

hipertensi dalam menjalani pengobata hipertensi sangat di perlukan

agar di dapatkan kualitas hidup penderita hipertensi yang lebih

baik. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan

minum obat antara lain pengalaman pengguna obat terhadap efek

samping dan kenyamanan obat, terhadap kemanjuran obat atau

tingkat kesembuhan yang telah di capai, system pelayanan

kesehatan yang baik, kurangnya edukasi yang efektif dari tenaga

kesehatan, subsitusi obat menggunakan bahan alam, kurang

motivasi, kondisi penyakit pasien tentang sikap dan gejala, ekonomi

kurang, kendala psikologis (Ayudya, 2017).


7

Ada beberapa cara yang dapat di lakukan agar

meningkatkan kepatuhan minum obat adalah dengan cara

memberikan Pendidikan Kesehatan, dukungan keluarga, dan Self

Regulated Learning. Self Regulated Learning merupakan suatu

konsep yang penting dalam teori latihan dan belajar kognitif yang

mendasarkan pada banyak prinsip-prinsip belajar perilakuan tetapi

memberi perhatian besar pada dampak tanda-tanda terhadap

perilaku dan pada proses mental internal serta menekankan

dampak pikiran terhadap tindakan. (Slavin,2019).

Secara internal Self Regulated Learning mensyaratkan

sejumlah proses internal dasar seperti memori, perhatian, kapasitas

untuk mengatasi gangguan terhadap apa yang sedang dilakukan,

dan kemampuan untuk memonitor keberhasilan dan atau

kegagalan terkait dengan apa yang sedang dilakukan. (Bukatko &

Daehler, 2018).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul

“Pengaruh Self Regulated Learning Terhadap Kepatuhan Minum

Obat Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sigerongan”

B. Rumusan Masalah

“Apakah Ada Pengaruh Self Regulated Learning Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sigerongan ?”
8

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Self Regulated Learning Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Sigerongan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kepatuhan minum obat sebelum dilakukan

self regulated learning di wilayah puskesmas sigerongan.

b. Mengidentifikasi kepatuhan minum obat penderita hipertensi

setelah diberikan self regulated learning diwilayah kerja

puskesmas sigerongan.

c. Menganalisis pengaruh Self Regulated Learning Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi di wilayah

kerja puskesmas sigerongan.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan perawat, serta sebagai bahan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya dalam bidang

keperawatan.
9

2. Manfaat praktis

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan yang

bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dalam upaya

penanganan hipertensi secara mandiri.

b. Bagi Tempat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

pihak puskesmas dalam memberikan tindakan kepada pasien

hipertensi yang tidak patuh meminum obat.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap peneliti seputar self regulated learning yang

berhubungan dengan perubahan kepatuhan minum obat.

Semoga dengan penelitian ini dapat memperkaya penelitian

ilmiah tentang self regulated learning di Indonesia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Konsep Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu

peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah

arteri secara terus-menerus, baik tekanan systolic dan atau

diastolic. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih

dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah

yang ≥140/90 mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi

b. Etiologi

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat

mempengaruhi satu sama lain, kondisi masing-masing orang tidak

sama sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang

sangat berlainan.

Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

hipertensi secara umum (Susilo, 2010):

1) Faktor resiko tidak terkendali

a) Faktor Genetik

Adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita

hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai

resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi

10
11

daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan

hipertensi.

b) Umur

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring

dengan bertambahnya umur seseorang. Individu yang

berumur diatas 60 tahun, 50 - 60% mempunyai tekanan

darah lebih besar dari 140/90 mmhg. Hal itu merupakan

pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

bertambah usianya.

c) Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon

yang berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-

laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko

lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki

juga mempunyai risiko yang lebih besar terhadap

morbiditas dan mortalitas kardivaskuler. Sedangkan pada

perempuan biasa lebih rentan terhadap hipertensi ketika

mereka sudah berumur diatas 50 tahun.

d) Etnis

Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing yang

menyebabkan ciri khas dan pembeda satu dengan yang

lainnya. Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit

hitam daripada yang berkulit putih. Belum diketahui secara

pasti penyebabnya, tetapi pada orang kulit hitam ditemukan


12

kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap

vasopressin yang lebih besar.

2) Faktor resiko terkendali

a) Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh perifer dan

curah jantung sehingga akan menstimulus aktivitas saraf

simpatik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan

pekerjaan, kelas social, ekonomi, dan karakteristik

personal. Stress yang dialami seseorang akan

membangkitkan saraf simpatis yang akan memicu kerja

jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.

b) Obesitas

Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit

berat, salah satunya hipertensi. Penelitian epidomologi

menyebutkan adanya hubungan berat badan dengan

tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun

normotensi.

c) Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi

primer.Asupan garam tinggi akan menyebabkan

pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang

secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.

Asupan garam tinggi dapat menimbulkan perubahan


13

tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14

gram per hari atau jika di konversi ke dalam takaran sendok

makan adalah lebih dari 2 sendok makan.

d) Merokok

Penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi

salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodikasi.

Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk

ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan

hipertensi khususnya dan penyakitnya kardiovaskuler

secara umum di Indonesia.

e) Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu

tekanan darah seseorang. Selain tidak bagus bagi tekanan

darah, alkohol juga membuat kita kecanduan yang akan

sangat menyulitkan untuk lepas.

f) Kurang olahraga

Karena banyak kesibukan yang luarbiasa, manusia pun

merasa tidakpunya waktu lagi untuk berolahraga.

Akibatnya, kita menjadi kurang gerak dan kurang olahraga.

Kondisi inilah yang memicu kolesterol tinggi dan juga

adanya tekanan darah yang terus menguat sehingga

memunculkan hipertensi.
14

c. Klasifikasi Hipertensi

Para ahli memberikan klasifikasi tekanan darah yang

berbeda –beda, namunpada dasarnya seseorang dikatakan

menderita tekanan darah tinggi jika tensinya diatas 140/90

mmHg. Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila

kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari

140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut digolongkan normal

tinggi.

Seventh Report of the Joint National Committee VIII (JNC

V11) on Prevention, Detection, Evaluation and Treathmet of High

Blood Pressure memberikan klasifikasi tekanan darah bagi

dewasa usia 18 tahun ke atas yang tidak sedang dalam

pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit

serius dalam jangka waktu tertentu (Myra Puspitorini, 2009).

Tabel 1 : Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 8

Tekanan Darah
Kategori QA
Sistolik Diastolik
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 160 100

Sumber : JNC 8 ( The Eight Report Of The Joint National


Committee On Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment Of Hight Blood Pressure
15

d. Manifestasi Klinis

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan

tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti

hipertensi arrterial tidakakan pernah terdiagnosa jika tekanan

arteri tidak terukur.

2) Gejala yang lazim

Menurut Nurarif Huda, A. (2015) Sering dikatakan bahwa

gejala yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan

kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim

yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a) Mengeluh sakit kepala, pusing.

b) Lemas, kelelahan, gelisah

c) Sesak nafas.

d) Mual.

e) Muntah.

f) Epistaksis.

g) Kesadaran menurun
16

e. Penatalaksanaan hipertensi

Secara umum pengobatan hipertensi dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu tanpa obat-obatan (pengobatan secara

non farmakologi) dan dengan obat-obatan (pengobatan secara

farmakologi) (Nurarif Huda, 2015).

1) Pengobatan Secara Nonfarmakologi

Pengobatan secara non farmakologi atau lebih dikenal

dengan pengobatan tanpa obat-obatan, pada dasarnya

merupakan tindakan yang bersifat pribadi atau perseorangan.

Artinya ada tindakan yang bagi sebagian penderita hipertensi

tidak menimbulkan pengaruh yang berarti. Namun, bagi

penderita lain tindakan itu cukup signifikan dalam

mengendalikan tekanan darah. seseorang yang terbukti

menderita hipertensi sulit untuk sembuh, tetapi ia dapat

berusaha mengendalikan tekanan darahnya agar tidak terlalu

berdampak pada kesehatannya. Pada dasarnya pengobatan

hipertensi tanpa obat-obatan lebih menekankan pada

perubahan pola makan dan gaya hidup.

a) Mengurangi Konsumsi Garam

Garam dapur mengandung 40% natrium. Oleh karena itu,

tindakan mengurangi garam juga merupakan usaha

mencegah sedikit mungkin natrium masuk ke dalam tubuh.

b) Mengendalikan Berat Badan


17

Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Misalnya mengurangi porsi makanan yang

masuk dalam tubuh atau mengimbangi dengan melakukan

banyak aktivitas. Seorang Kepala Klinik Hipertensi pada

Veteran Administrator Center di Washington DC

menyatakan, perlindungan terbaik terhadap hipertensi

adalah pertama jangan sampai kegemukan. Terdapat

bukti yang nyata bahwa setiap penurunan 1 kg berat

badan, tekanan darah mengalami penurunan 1 mmHg.

Kalaupun susah untuk menurunkan berat badan, paling

tidak penderita dapat mengendalikan berat badan agar

tekanan darahnya tidak terus naik.

c) Mengendalikan Minum (Kopi dan Alkohol)

Beberapa referensi kesehatan menyatakan kopi tidak

baik bagi penderita tekanan darah tinggi. Senyawa kafein

terdapat pada kopi dapat memacu meningkatkan denyut

jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan

darah. Tentang minuman beralkohol, terdapat bukti yang

kuat dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Selain

itu, konsumsi alkohol yang berlebih dapat mengakibatkan

kerusakan organ hati dan sistem saraf.

d) Membatasi Konsumsi Lemak

Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolesterol dalam

darah. Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi dapat


18

mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Jika endapan

itu semakin banyak, dinding pembuluh darah makin kaku

atau berkurang kelenturannya. Kondisi ini akan

memperparah jantung karena jantung bekerja semakin

berat saat memompa darah sehingga memperparah

penderita hipertensi.

e) Berolahraga Secara Teratur

Olahraga yang efektif dalam menurunkan tekanan darah

padapasien hipertensi adalah olahraga dinamis sedang.

Olahraga seperti senam, jalan cepat, berenang dapat

menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. (Arcole

Margatan, 2009) menyatakan berolahraga secara teratur

dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol

pada dinding pembuluh darah.

f) Menghindari Stres

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Cornell Medical

Collage menyatakan bahwa seseorang yang mengalami

tekanan jiwa (stres) selama bertahun-tahun ditempat kerja

dapat mengalami hipertensi sebanyak tiga kali lebih besar.

Sebaliknya orang-orang yang berpikiran positif dan optimis

mempunyai peluang lebih kecil terkena hipertensi. Namun,

demikian jika tidak mungkin keluar dari bidang kerja yang

selalu mengalami tekanan, perlu dilakukan perubahan

pola berpikir agar tekanan darahnya stabil. Beberapa cara


19

dapat dilakukan untuk menghindari stres, diantaranya

dengan melakukan relaksasi atau meditasi serta berusaha

dan membina hidup yang positif. Relaksasi dapat

dilakukan dengan mengencangkan otot dan

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu

yang damai.

g) Terapi Komplementer

Terapi komplementer merupakan usaha pengobatan

hipertensi untuk menunjang penyembuhan hipertensi yang

telah dilakukan secara kedokteran. Jadi, terapi ini bukan

untuk mengganti pengobatan konvensional (kedokteran),

melainkan sebagai pelengkap untuk mempercepat

penyembuhan. Beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan,

yaitu terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi otot progresif,

meditasi atau yoga.

2). Pengobatan Secara Farmakologi

Saat ini terdapat banyak pilihan jenis obat anti hipertensi.

Obat-obat itu terbukti menurunkan hipertensi, termasuk

penyakit akibat hipertensi seperti stroke dan gagal jantung.

Namun demikian, pemakaian obat-obatan antihipertensi itu

memerlukan pengawasan dokter.

a) Kepatuhan Minum Obat

(1) Tepat dosis


20

Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk

obat yang dengan rentang tetapi yang sempit akan

sangat berisiko timbulnya efek samping. Sebaliknya

dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin

tercapainya kadar terapi yang di harapkan (Anonima,

2006).

(2) Cara pemberian obat

Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan

farmakokinetik, yaitu cara atau rute pemberian obat,

besar dosis, frekuensi pemberian, sampai kepemilihan

cara pemakaian yang paling mudah diikuti pasien,

aman dan efektif untuk pasien (Munaf,2004).

(3) Waktu pemberian obat

Cara pemerian obat hendaknya dibuat sesederhana

mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien.

Makin sering frekuensi pemberian obat perhari

semakin rendah tingkat ketaatan minum obat

(Anonima, 2006).

(4) Periode minum obat

Lama pembiaran obat harus tepat sesuai penyakit

masing-masing (Anonima, 2006).


21

2. Konsep Kepatuhan

a. Pengertian

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat

adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien

sehingga pasien mengerti rencana dengan segala

konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta

melaksanakannya (Kemenkes R.I 2011)

Jenis ketidakpatuhan pada terapi obat, mencakup

kegagalan menebus resep, melalaikan dosis, kesalahan dalam

waktu pemberian konsumsi obat, dan penghentian obat

sebelum waktunya. Ketidakpatuhan akan mengakibatkan

penggunaan suatu obat yang kurang. Dengan demikian, Pasien

kehilangan manfaat terapi dan kemungkinan mengakibatkan

kondisi secara bertahap memburuk. Ketidakpatuhan juga dapat

berkibat dalam penggunaan suatu obat berlebih. Apabila dosis

yang digunakan berlebihan atau apabila obat dikonsumsi lebih

sering daripada dimaksudkan, terjadi resiko reaksi merugikan

yang meningkat. Masalah ini dapat berkembang, misalnya

seorang klien mengetahui bahwa dia lupa satu dosis obat dan

menggandakan dosis berikutnya untuk mengisinya (Padila,

2012).

b. Faktor Ketidakpatuhan Terhadap Pengobatan

1) Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan.


22

Alasan utama untuk tidak patuh adalah kurang mengerti

tentang pentingnya manfaat terapi obat dan akibat yang

mungkin jika obat tidak digunakan sesuai dengan instruksi.

2) Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti

aturan pengobatan yang ditetapkan

3) Sukanya memperoleh obat diluar rumah sakit.

4) Mahalnya harga obat. Pasien akan lebih enggan mematuhi

instruksi penggunaan obat yang mahal, biaya penghentian

penggunaan sebelum waktunya sebagai alasan untuk tidak

menebus resep.

Sementara menurut Notoatmodjo (2007) factor yang

mempengaruhi kepatuhan terbagi menjadi :

1) Faktor predisposisi (faktor pendorong)

a) Kepercayaan atau agama yang dianut

Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual

yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang

berpegang teguh terhadap agamanya akan memiliki jia

yang tabah dan tidak mudah putus asa serta menerima

keadaanya, demikian juga cara akan lebih baik.

Kemauan untuk melakukan control penyakitnya dapat

dipengaruhi oleh kepercayaan penderita dimana

penderita yang memiliki kepecayaan yang kuat akan

lebih patuh terhadap anjuran dan larangan kalau tahu

akibatnya.
23

b) Faktor geografi

Lingkungan yang jauh jarak yang jauh dari

pelayanan kesehatan memberikan kontribusi

rendahnya kepatuhan.

c) Individu

(1) Sikap individu yang ingin sembuh

Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri

individu sendiri keinginan untuk tetap

mempertahankan kesehatan sangat berpengaruh

terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan

penderita dalam control penyakit

(2) Pengetahuan

Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka

yang tidak terindentifikasi mempunyai gejala sakit.

Mereka berfikir bahwa dirinya sembuh dan sehat dan

sehat sehingga tidak perlu melakukan control

terhadap kesehatannya.

2) Faktor Reinforcing (Faktor penguat)

a) Dukungan petugas

Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi

penderita sebab petugas adalah pengelola penderita

yang sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap

kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering

berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan


24

selalu menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk

anjuran-anjuran yang diberikan.

b) Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling

dekat dan tidak dapat dipaksakan. Penderita akan

merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian

dan dukungan dari keluarganya. Karena dengan

dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan

dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakit

dengan baik, serta penderita mau menuruti saran-saran

yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang

pengelolaan penyakitnya (Fredman, 1998).

3) Faktor enabling (Faktor pemungkin)

Fasilitas kesehatan merupakan saran penting dalam

memberikan penyuluhan terhadap penderita yang

diharapkan dengan prasarana kesehatan yang lengkap dan

mudah terjangkau oleh penderita dapat lebih mendorong

kepatuhan penderita.

a. Kepatuhan Minum Obat

1) Tepat dosis

Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat

yang dengan rentang tetapi yang sempit akan sangat

beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang

terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi


25

yang diharapkan (Anonima, 2006).

2) Cara pemberian obat

Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan

farmakokinetik, yaitu cara atau rute pemberian, besar

dosis, frekuensi pemberian, sampai kepemilihan cara

pemakaian yang paling mudah diikuti pasien, aman dan

efektif untuk pasien (Munaf, 2004).

3) Waktu pemberian obat

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana

mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien.

Makin sering frekuensi pemberian obat perhari semakin

rendah tingkat ketaatan minum obat (Anonima, 2006).

4) Priode minum obat

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakit

masing-masing.

5) Alat Ukur Kepatuhan

Alat ukur kepatuhan yang digunakan untuk

mendapatkan data dalam penelitian ini adalah questioner

kepatuhan minum obat menggunakan MMAS-8 (Morisky

Medication Adherence Scale). Questioner data demografi

berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,

pekerjaan, lama menderita hipertensi, jenis obat yang

dikomsumsi, edukasi minum obat dan keluarga.


26

MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale)

setiap pertanyaan akan diberikan scoring masing-masing

8 pertanyaan skala dikotomi, satu pertanyaan skala likert.

Dari perhitungan skor akan didapat tiga kategori

kepatuhan yaitu skor perhitungan sama dengan 8

termasuk kategori kepatuhan tinggi, skor perhitungan 6 -

<8 termasuk kepatuhan sedang, dan untuk skor

perhitungan <6 termasuk kepatuhan rendah (Morisky, et

al.,2008; krousel Wood, et al., 2009; Morisky and

DiMatteo, 2011).

3. Konsep SRL (Self Regulated Learning)

a. Pengertian SRL (Self Regulated Learning)

SRL merupakan suatu konsep yang penting dalam teori

belajar, kognitif sosial yang mendasarkan pada banyak prinsip-

prinsip belajar perilaku tetapi memberi perhatian besar pada

dampak tanda-tanda pada perilaku dan pada proses mental

internal serta menekankan dampak pikiran terhadap tindakan

dan tindakan terhadap yang terbukti paling penting dalam

menyumbang pikiran (Kristiyani,2016)

b. Komponen-komponen Self-Regulated Learning (SRL)

Dari banyak definisi mengenai SRL, terdapat komponen-

komponen performansi siswa di kelas menurut (Kristiyani,

2016) yaitu:
27

1) Komponen metakognitif

Secara umum metakognisi dipandang sebagai

pengetahuan tentang apa yang diketahui seseorang. Dalam

hubungannya dengan belajar, metakognisi diartikan

sebagai kemampuan untuk memantau seberapa baik

seseorang memahami sesuatu dan kemampuan untuk

meregulasi aktivitas belajar. Pengetahuan metakognitif

siswa memiliki pengaruh penting dalam mencapai prestasi.

Inti dari metakognitif adalah pengelolaan diri dalam belajar.

Metakognitif merupakan kesadaran siswa tentang

kelebihan dan kelemahannya dalam bidang akademik

secara umum dan sumber-sumber kognitif yang dapat

diterapkan ketika berhadapan dengan tuntutan tugas

tertentu. Metakognitif juga diartikan sebagai pengetahuan

dan keterampilan siswa mengenai bagaimana meregulasi

keterlibatannya dalam suatu tugas untuk mengoptimalkan

proses dan hasil belajar. Komponen ini berfungsi untuk

merencanakan, memonitor. memodifikasi, dan

mengevaluasi cara berpikir. Komponen metakognitif

meliputi merencanakan, menetapkan tujuan,

mengorganisir, memonitor diri, dan mengevaluasi diri.

Komponen ini memungkinkan siswa menyadari kondisi diri,


28

menyadari pengetahuan yang dimiliki, dan mampu

menentukan pendekatan belajar sendiri.

2) Komponen motivasional

Komponen motivasional disebut juga dengan

variabel afektif. Dalam SRL, tidak cukup hanya mengetahui

strategi yang efektif, tetapi siswa juga perlu memiliki

motivasi untuk menggunakannya. Komponen motivasi

dalam SRL meliputi efikasi diri dan minat intrinsik terhadap

tugas, Motivasi, yaitu keinginan atau dorongan siswa untuk

terlibat dan berusaha komit untuk menyelesaikan tugas,

merupakan komponen yang penting untuk meregulasi diri

dalam pembelajaran di kelas.Motivasi siswa nampak dari

pilihan siswa untuk terlibat dalam aktivitas tertentu dan

intensitas dari usaha dan ketekunannya terhadap aktivitas

tersebut.

3) Komponen Strategi Kognitif

Komponen strategi kognitif merupakan tindakan

nyata yang digunakan siswa untuk belajar, mengingat, dan

memahami materi. Beberapa strategi kognitif seperti

rehearsal, elaboration, dan organizational telah terbukti

meningkatkan komitmen kognitif dalam belajar dan

menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Strategi-strategi

tersebut dapat diterapkan pada tugas-tugas mengingat


29

sederhana maupun tugas tugas yang lebih kompleks yang

mensyaratkan pemahaman informasi.

4) Komponen Kelola Sumber Daya

Komponen kelola sumber daya meliputi menyeleksi,

mengatur, dan mengendalikan lingkungan untuk

mengoptimalkan belajar. Komponen ini juga meliputi

mencari bantuan ahli, informasi, dan tempat yang paling

ideal untuk belajar, menginstruksikan diri sendiri saat

belajar, serta memberikan penguatan diri. Contoh dari

kegiatan yang dilakukan dalam komponen ini adalah

mengelola dan mengontrol waktu, usaha, lingkungan

belajar, dan juga orang-orang lain di sekitarnya, termasuk

guru dan teman-teman, serta menggunakan strategi

mencari bantuan. Strategi ini membantu siswa untuk

beradaptasi dengan lingkungan mereka dengan mengubah

lingkungan sesuai tujuan dan kebutuhan belajar mereka.

c. Teori-teori Self-Regulated Learning (SRL)

SRL memiliki konsep teoritis yang beragam. Dalam buku ini

dibahas lima teori utama dalam SRL yaitu teori perilakuan

operan, teori kognitif sosial, teori kognitif-pengolahan informasi,

teori perkembangan, dan teori sosiokultural.

1) Teori Perilakuan Operan

Secara umum, teori operan berbicara tentang

bagaimana suatu perilaku terjadi tergantung pada


30

konsekuensi yang dihasilkan dari lingkungan, yaitu adanya

hadiah atau hukuman. Dari teori operan yang ditemukan

oleh Skinner (1953), seseorang memutuskan perilaku yang

akan diregulasi, menetapkan stimuli, mengevaluasi

performansi sesuai standar, dan mengatur penguat yang

akan diberikan jika suatu hadiah diperoleh. Regulasi diri

dalam teori operan terkait dengan pengalaman pengalaman

seperti komitmen, kontrol diri, atau impulsivitas. Ketika

siswa atau guru terlibat dalam regulasi diri, mereka memilih

di antara berbagai alternatif perilaku.

2) Social Cognitive Theory

Dalam kerangka teoritis kognitif sosial regulasi diri

diterangkan sebagai hal yang khusus dalam situasi

tertentu, yaitu, pembelajar tidak diharapkan untuk memiliki

regulasi diri yang seimbang dalam semua domain. Menurut

Bandura (1986), keberfungsian manusia mencakup

interaksi resiprokal antara perilaku, variabel lingkungan,

serta kognis.

d. Strategi-strategi dalam Self-Regulated Learning (SRL)

Di dalam SRL terdapat strategi-strategi yang dilakukan

ketika siswa berhadapan dengan tugas tertentu. Strategi -

strategi dalam SRL sebagai berikut:

1) Organizing and transforming, yaitu inisiatif untuk

mengorganisasikan materi pelajaran. Ketika menerima


31

materi, siswa dengan SRL tinggi akan membuat klasifikasi

materi terlebih dahulu. Hal ini akan membantunya dalam

mempelajari materi.

2) Goal-setting and planning, yaitu penetapan tujuan belajar

beserta perencanaan terkait konsekuensi, waktu, dan

penyelesaian aktivitas yang terkait tujuan yang telah

ditetapkan. Sebelum proses belajar dimulai, perlu

ditetapkan terlebih dahulu tujuan beserta target target untuk

mencapainya.

3) Seeking information, yaitu informasi lebih lanjut terkait

dengan tugas-tugas belajarnya melalui sumber-sumber non

sosial. Pencarian informasi ini dilakukan dengan asumsi

siswa sudah mempelajari materi tertentu dan membutuhkan

pendalaman terhadap materi tertentu atau penjelasan

terhadap materi yang belum dipahami. Berbagai sumber

dapat digunakan, seperti buku, internet, dan sebagainya.

4) keeping records and monitoring, yaitu usaha untuk

mencatat kejadian kejadian dan hasil-hasil belajar. Proses

belajar pada siswa dengan SRL tinggi tidak lepas dari

pantauan. Siswa mencatat setiap kejadian yang muncul

sehingga kemajuan belajar dapat diketahui.

5) environmental structuring, yaitu usaha untuk mengatur

lingkungan secara fisik supaya proses belajar menjadi lebih

mudah. Lingkungan belajar merupakan hal yang penting


32

dalam memengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan

yang kondusif akan mendukung proses belajar, dan ini

dapat diciptakan oleh siswa sendiri.

6) self-consequating, yaitu upaya menyusun atau

membayangkan hadiah dan hukuman atas keberhasilan

dan kegagalan yang dialami dalam belajar. Supaya menjadi

pengalaman mengesankan sehingga terus dapat diingat,

setiap hasil belajar perlu diberi konsekuensi. Pemberian

konsekuensi ini akan memudahkan siswa mengingat apa

yang sudah baik dalam dirinya dan apa yang masih perlu

diperbaiki.

7) rehearsing and memorizing, yaitu usaha untuk mengingat

materi dengan mempraktekkan, baik dalam bentuk perilaku

terbuka maupun tertutup. Agar dapat dipanggil kembali jika

diperlukan, materi pelajaran perlu disimpan baik-baik dalam

ingatan siswa. Terdapat banyak sekali metode mengingat

materi, dan siswa dapat mengenali metode manakah yang

paling sesuai untuk pelajaran tertentu dan sesuai dengan

karakteristik pribadinya.

8) seeking social assistance, yaitu usaha untuk mendapatkan

bantuan dari teman sebaya, guru, atau orang dewasa

lainnya. Bertanya merupakan hal yang tidak pantang

dilakukan oleh siswa dengan SRL tinggi. Jika mengalami


33

kesulitan, siswa tidak sungkan mencari bantuan dari orang-

orang di sekitarnya.

9) reviewing records, yaitu usaha untuk membaca kembali

catatan, hasil hasil ujian, atau textbook untuk menyiapkan

ujian berikutnya.
34

B. kerangka konsep

Kerangka konsep (conceptual framework) adalah model

pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi

dari hubunungan variable-variable yang di teliti. Kerangka konsep

dibuat berdasarkan literature atau teori yang sudah ada (Shi, 2008

dalam Swarjana, 2013).

Faktor yang
mempengaruhi kepatuhan Self regulated
minum obat : learning
1. Faktor predisposisi
(faktor pendorong) Kepatuhan
a. Kepercayaan atau Tinggi
agama yang dianut Kepatuhan Minum
b. Faktor Geografi Obat pada Pasien Kepatuhan
c. Individu Hipertensi Sedang
2. Faktor Reinforcing
(Faktor penguat)
a. Dukungan Petugas Kepatuhan
b. Dukungan Keluarga Rendah
Tekanan Darah
3. Faktor Enabling
Terkendali
(Pemungkin)

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 1 : Kerangka Konsep Pengaruh Hubungan Self Regulated


Learning Terhadap Kepatuhan Meminum Obat Pada
pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas
Sigerongan Tahun 2022.
sumber : Lurence Green, 1980 dalam Notoadmojo, 2003), (Faktual,

2009).
35

C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Hipotesis (H0)

Tidak ada pengaruh pemberian self regulated learning terhadap

kepatuhan meminum obat pada pasien hipertensi

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh pemberian self regulated learning terhadap

kepatuhan meminum obat pada pasien hipertensi


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti pengaruh self

regulated learning terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi

pada keluarga hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Suela tahun

2022.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Kerja Puskesmas

Sigerongan.

2. Waktu Penelitian

a. Penyusunan proposal ini dimulai dari bulan Februari sampai Juli

2022.

b. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2022.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun

penelitian pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2017). Penelitian

ini menggunakan rancangan penelitian pra eksperimental dengan

pendekatan One Grup Pretest-Posttest (Sugiono, 2019). Dalam

rancangan ini suatu kelompok sebelum dikenai perilaku diberi pre test,

kemudian setelah intervensi dilakukan post test (Nursalam, 2017).

36
37

Bentuk rancangan one group pretest – post test adalah :

Pretest Perlakuan posttest


O1 X O2

Gambar 1 : Bentuk Rancangan One Group Pretest-Posttest


Desain Peneitian Pre Ekperimental (Notoatmojo,
2012).
Keterangan :

X : Perlakuan atau eksperimen yang diberikan

O1 : Variable dependen sebelum pemberian self regulated


learning terhadap kepatuhan minum obat

O2 : Variable dependen setelah pemberian self regulated

learning

C. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek

yang mempunyai kualitas atau karakteristik yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini pasien hipertensi

yang berada di wilyah kerja Puskesmas Sigerongan dalam 3 bulan

terakhir yaitu bulan Mei-Juli tahun 2022 yaitu sebanyak 48 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari subjek dalam populasi yang

mampu mewakili populasi. Bersifat representative yaitu

menggambarkan karakteristik populasi (Nursalam, 2016). Menurut

Setiadi (2007), sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang


38

diteliti dan dianggap memiliki seluruh populasi. Dengan kata lain,

sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan

kemampuan mewakilinya.

a. Besar sampel

Besar sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dianggap mewakili populasi (Nursalam, 2016).

Besar sampel dalam penelitian menggunakan total sampling

yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi yaitu sebanyak 48 orang.

b. Kriteria Sampel

1) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2015). Yang meliputi kriteria inklusi dalam penelitian

adalah :

a) Pasien yang berkunjung ke Puskesmas Sigerongan.

b) Bersedia menjadi responden penelitian.

c) Pasien hipertensi.

2) Kriteria Eksklusi

a) Pasien yang hipertensi dengan komplikasi.

b) Pasien hipertensi tidak bersedia menjadi responden

penelitian.
39

3. Teknik pengambilan sampel (Sampling)

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2016). Sampel

dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, dimana

suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud

dan tujuan tertentu yang ditentukan oleh penelitian (Dharma, 2011).

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan (Nursalam,

2017).

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel Bebas (Independent) adalah suatu stimulus aktivitas

yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak

pada dependen variabel. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas

biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang

diberikan kepada klien unutk mempengaharui tingkah laku

(Nursalam, 2017). Adapun variabel Independent dalam penelitian

ini adalah Self Regulated Learning.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependent adalah variabel respon atau output.

Variabel ini akan muncul sebagai akibat manipulasi suatu variabel-

variabel independent (Nursalam, 2017). Adapun variable


40

Dependent dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum obat pada

pasien hipertensi.

E. Data Yang Dikumpulkan

1. Data primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari

objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi

sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan yang disediakan

melalui pengisian kuisioner oleh responden (Riwidikdo, 2012).

Adapun data primer dalam penelitian ini adalah :

a. Data tentang karaktristik responden meliputi : pendidikan, jenis

kelamin, usia, pekerjaan

b. Data kepatuhan minum obat sebelum diberikan self regulated

learning pada pasien hipertensi

c. Data kepatuhan minum obat sesudah diberikan self regulated

learning pada pasien hipertensi

d. Pengaruh self regulated learning terhadap kepatuhan meminum

obat pada pasien hipertensi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti

melalui pihak kedua atau pihak lain (Riwidikdo, 2012). Data sekunder

dalam penelitian ini berupa gambaran umum tempat penelitian yaitu

Puskesmas Sigerongan.
41

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

a. Data mengenai karakterisktik responden meliputi umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan yang diperoleh secara langsung

dari pasien hipertensi dengan menggunakan kuesioner.

b. Data tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dilakukan

diukur dengan kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence

Scale).

c. Data tekanan darah pada pasien hipertensi setelah dilakukan

diukur dengan MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale).

2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui

pihak kedua atau pihak lain (Riwidikdo, 2012). Gambaran umum

Puskesmas Sigerongan diperoleh dari penelusuran profil

Puskesmas.

G. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memeperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok

baik data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga

menghasilkan informasi yang diperlukan (Riwidikdo, 2012). Adapun

cara pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer

a. Umur
42

Data karakteristik responden meliputi umur, lama

menderita, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan diolah secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Usia akan dikategorikan sesuai dengan tingkat perkembangan

menurut WHO yaitu :

1) Masa dewasa awal = 30 - 35 tahun

2) Masa dewasa akhir = 36 - 45 tahun

3) Masa lansia awal = 46 - 55 tahun

4) Masa manula = 65> tahun

Jenis kelamin meliputi:

1) Laki -laki (L)

2) Perempuan (p)

b. Pendidikan

Pendidikan akan dikategorikan berdasarkan UU RI No.20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional yang terdiri dari :

1) Pendidikan Dasar

Meliputi jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau

Madrasah Ibtidaiyah (MI)

2) Pendidikan Menengah

Mencakup Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau

Madrasah, Tsanawiyah (MTs). Pendidikan menengah atas,

yaitu meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah

Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

3) Pendidikan Tinggi
43

Mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

doktor, dan spesialis.

c. Pekerjaan

Pekerjaan akan dikategorikan menjadi bekerja dan tidak

bekerja. Menurut (Badan pusat statistik, 2016) :

1) Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh

seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu

memperoleh pendapatan atau keuntungan.

2) Tidak bekerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih)

yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga.

Berdasarkan hal tersebut, bekerja terdiri dari pekerjaan : PNS,

pedagang, petani/peternak/nelayan, pekerja kasar,

TNI/POLRI, pegawai swasta, dan lain-lain.

d. Data pada pasien hipertensi, kemudian akan dikategorikan

menjadi 3 yaitu :

1) Kepatuhan tinggi : score 8

2) Kepatuhan sedang : score 6 - <8

3) Kepatuhan rendah : score <6

2. Data sekunder

Data tentang gambaran umum Puskesmas Sigerongan akan

disajikan dalam bentuk deskriptif.


44

H. Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis univariat dan bivariat. Penjelasan dari masing-masing analisis

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat yang peneliti lakukan dengan analisis

deskriptif untuk melihat variabel independen yaitu senam hipertensi

dengan variabel dependen mengenai perubahan tekanan darah

sebelum dan sesudah diberikan Self Regulated Learning..

2. Analisis Bivariat

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical

Product and Service Solution) dengan uji distribusi normal (Uji

Parametrik) yaitu uji T untuk mengetahui perbedaan sebelum dan

sesudah Tekanan darah dan taraf signifikan 95% (α=0,05). Hasil uji

disajikan dalam bentuk persentase (%).

Bila signifikasi <0,05, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh

pemberian Self Regulated Learning terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi.

I. Prosedur Penelitian

1. Pra Kerja

a. Ciptakan susana yang aman dan nyaman

b. Jelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan prosedur

penelitian
45

c. Berikan lembar persetejuan menjadi responden (informerd

Consent) jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

d. Informasikan kepada responden mengenai tujuan terkait dengan

pengalaman yang akan dirasakan terhadap tekanan darah.

e. Melaksanakan pengukuran tekanan darah.

f. Ciptakan suasana aman dan nyaman

g. Jelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan prosedur

penelitian

h. Berikan lembar persetujuan menjadi responden (informed

Consent) jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

i. Informasikan kepada responden mengenai tujuan terkait dengan

pengalaman yang akan dirasakan terhadap tekanan darah.

j. Selanjutnya bagikan kuisoner kepatuhan minum obat dan dijawab

oleh responden.

k. Kuesioner yang telah diisi dicek kembali untuk memeriksa

kelengkapan jawaban semua item pertanyaan.

l. Kemudian memberikan self regulated learning berupa pemberian

poster untuk melihat bagaimana perkembangan kepatuhan minum

obat.

m.Selanjutnya, satu minggu setelah diberikan self regulated learning,

responden akan mengisi kembali kuesioner kepatuhan minum

obat.

n. Setelah data didapatkan, kemudian dikumpulkan dan dianalisis.

2. Alat dan Bahan


46

a. Kuesioner kepatuhan minum obat (MMAS-8)

b. Poster Hipertensi

c. Alat tulis
47

J. Definisi Operasional

Tabel 3.2 : Definisi operasional verbal penelitian pengaruh Self


Regulated Learning Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada
pasien Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sigerongan
2022
No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil ukur
Operasional
1 Indepent: SRL merupakan SOP self regulated - - -
Self suatu konsep learning
Regulated yang penting
Learning. dalam teori
belajar, kognitif
sosial yang
mendasarkan
pada banyak
prinsip-prinsip
belajar
perilakuan tetapi
memberi
perhatian besar
pada dampak
tanda-tanda
pada perilaku
dan pada
proses mental
internal serta
menekankan
dampak pikiran
terhadap
tindakan dan
tindakan
terhadap pikiran

2 Dependen: Perilaku 1. Tepat dosis Kuesioner Ordinal 1. Kepatuh


kepatuhan seseorang 2. Cara pemberian kepatuha an tinggi
minum obat dalam meminum obat n (MMAS- 8
obat secara 3. Waktu 8) 2. Kepatuh
benar sesuai pemberian obat an
dosis, frekuensi 4. Periode minum sedang
obat
dan waktunya. 6-<8
3. Kepatuh
an
rendah
<6
48

K. Kerangka Kerja

Populasi
Purposive sampling

Sampel

Penilaian perilaku
kepatuhan (pretest)

Intervensi self
regulated learning
Penilaian perilaku
kepatuhan (posttest)

Pengolahan
Data

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.3 : Kerangka Kerja Pengaruh Self Regulated


Learning Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sigerongan.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, L. (2019). Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jambura


Health and Sport Journal, 1(2), 82–89.
Ayudia, Burhannudinn, dkk. (2017) Faktor-faktor penyebab kepatuhan
berobat penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kartasura; Studi Kualitatif. Vol. 2721
Dharma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Penerbit CV.Trans
Info Media: Jakarta.

Dinata, W. (2015). Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia melalui


Senam Yoga. Jurnal Olahraga Prestasi, 11(2), 115083.

Harijanto. (2015) Pengaruh Konseling Motivational Interviewing terhadap


Kepatuhan Minum Obat penderita Hipertensi. Jurnal Kedokteran
Brawijaya
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2018). Tersedia dalam
http://kemenkes.kemenkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f
00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf.

Mbakurawang, I. N., & Agustine, U. (n.d.). Kepatuhan Minum Obat Pada


Penderita Hipertensi Yang Berobat Ke Balai Pengobatan Yayasan
Pelayanan Kasih A Dan A Rahmat Waingapu. Yayasan Pelayanan
Kasih a Dan a Rahmat. 114–122.

Muhadi. (2016). JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien


Hipertensi Dewasa. Cermin Dunia Kedokteran, 43(1), 54–59.
Nuraini. Bianti. (2015) Risk Factors Of Hypertention. J Mayurity. Vol 4, No
5.

Nurarif Huda, A. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & NANDA NIC-NOC (edisi revi). penerbit
mediaction.

Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Kedokteran (4th


ed.).Salemba Medika: Jakarta.

Palmer, Anna. (2007). Tekanan Darah Tinggi.Penerbit Erlangga: Jakarta.

Price, S.A., Wilson, L.M. (2009). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC.

49
50

Puspitorini, Myra. (2009). Hipertensi : Cara Mudah Mengatasi Tekanan


Darah Tinggi.Image Press: Jogjakarta.

Riamah. (2019). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi Pada


Lansia Di UPT PTSW Khusnul Khotimah. Menara Ilmu, XIII(5),
106–113.

Riwidikdo, Handoko. (2012). Statistik kesehatan.Nuha Medika:


Yogyakarta.

Slavin. R.E (2019) Cooperative Learning , Teori, Riset dan Praktek.


Bandung Nusa Media
Silviana Tirtasari, Nasrin Kodim. (2019). Prevalensi dan karakteristik
Hipertensi pada usia Dewasa Muda di Indonesia , Tarumanegara
Medical Journal Vol.1, No. 2, 395-402.
Susilo, Yekti dr. (2010). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi (1st ed.).Penerbit

Andi

Triyanto E. (2010). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi


secara Terpadu.Graha Ilmu: Yogyakarta.
51

Lampiran 1. Penjelasan Tentang Penelitian

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Judul Penelitian :

“PENGARUH BRISK WALKING EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CAKRA NEGARA TAHUN 2022”
Saya Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram, bermaksud mengadakan penelitian untuk

mengetahui adanya Pengaruh Pemberian Briks Walking Excercies terhadap

penurunan tekanan darah penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Cakranegara , Penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuisoner penelitian dan

lembar observasi. Penelitian ini dilakukan dalam tiga hari selama satu minggu

diberikan Briks Walking Excercies Terhadap penurunan tekanan darah penderita

Hipertensi. Setiap kali terapi dilakukan selama 20-30 menit.

Peneliti sangat menghargai dan menjujung tinggi hak responden dengan

cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diberikan, baik dalam

pengumpulan, pengolahan maupun pengkajian data.

Melalui penjelasan singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi Anda

dalam berperan serta dalam penelitian ini.Atas kesediaan dan partisipasinya

peneliti ucapkan terima kasih.

Mataram,…………………..2022

Peneliti
52

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca penjelasan tentang penelitian dan setelah mendapat

jawaban terhadap pertanyan yang saya ajukan mengenai penelitian ini, saya

mengerti bahwa penelitian dapat menghargai dan menjunjung tinggi hak – hak

saya sebagai responden dan saya memahami bahwa penelitian ini akan sangat

berguna bagi saya dan untuk pembaca.

Saya menyadari bahwa keikutsertaan dan kejujuran saya dalam

penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi saya dan masyarakat umum.

Dengan ditanda tanganinya surat persetujuan ini, maka saya menyatakan

“bersedia/tidak bersedia” untuk berperan serta menjadi responden dalam

penelitian ini.

*Coret yang tidak perlu

Mataram,………………………2022

Peneliti Responden

(____________________) (____________________)
Lampiran 3. Sop self regulated learning

(Standar Operasional Prosedur) SOP


Self Regulated Learning

Kompetensi : Self Regulated Learning


Definisi : SRL merupakan suatu konsep yang penting dalam teori

belajar, kognitif sosial yang mendasarkan pada banyak

prinsip-prinsip belajar perilaku tetapi memberi perhatian besar

pada dampak tanda-tanda pada perilaku dan pada proses

mental internal serta menekankan dampak pikiran terhadap

tindakan dan tindakan terhadap yang terbukti paling penting

dalam menyumbang pikiran.

Waktu : 10 menit

Tujuan : untuk memonitoring dan mengontrol perilaku yang di arahkan dan

di dorong oleh tujuan yang di sesuaikan dengan kondisi

lingkungan.

Persiapan salat dan bahan :

1. Alat Tulis

2. Kuesioner Kepatuahan (MMAS-8)

3. Poster Hipertensi
No. Tahap Pemberian Self Regulated Learning

Tahap Pra Interaksi

1. Ciptakan susana yang aman dan nyaman


2. Jelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan
prosedur penelitian kepada responden
3. Berikan lembar persetejuan menjadi responden (informerd
Consent) jika responden bersedia berpartisipasi dalam
penelitian.
4. Informasikan kepada responden mengenai tujuan terkait
dengan pengalaman yang akan dirasakan terhadap tekanan
darah.
Tahap Orientasi

1. Catat/nilai kemampuan responden dalam kepatuhan minum


obat Hipertensi
2. Memberikan materi/motivasi kepada responden sehingga
keefektifan proses dalam kepatuhan minum obat menjadi
lebih mudah dipahami dan mudah dilakukan
3. Memberikan materi/motivasi kepada responden dalam
memanfaatkan waktu dan menyelesaikan kegiatan yang
berhubungan dengan tujuan tersebut
4. Memberikan materi/motivasi kepada responden untuk
memilih dan mengatur aspek lingkungan fisik yang baik
sehingga dapat membantu proses kepatuhan minum obat
5. Memberikan arahan kepada responden untuk mengatur dan
membayangkan reward atau punishment yang bisa didapat
apabila patuh dan tidak patuh dalam meminum obat
Hipertensi
6. Memberikan materi/motivasi kepada responden untuk
meminta bantuan kepada anggota keluarga apabila
kesulitan dalam meminum obat
Terminasi
1. Meminta responden untuk mengulang kembali materi yang
sudah diberikan peneliti
2. Berikan umpan balik positif
3. Menutup kegiatan dengan cara yang baik
4. Dokumentasi
Lampiran 4. Questioner MMAS

Kuesioner Kepatuhan MMAS (Morisky Medication Adherence Scale)

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tekanan Darah :
Lama mengalami hipertensi :
1. Durasi 1- 5 tahun
2. Durasi 6- 10 tahun
3. Durasi > 10 tahun
Skor
No. Pertanyaan Jawaban Skor
Pasien
Apakan Bapak/Ibu/Saudara/terkadang Ya 1
1.
lupa minum obat? Tidak 0
Selama dua minggu terakhir, adakah Ya 1
2. Bapak/Ibu pada suatu hari tidak
Tidak 0
meminum obat ?
Apakah Bapak/Ibu pernah mengurangi
Ya 1
atau menghentikan penggunaan obat
3. tanpa memberi tahu ke dokter karena
merasakan kondisi lebih buruk/tidak Tidak 0

nyaman saat menggunakan obat?


Saat melakukan perjalanan atau Ya 1
meninggalkan rumah, apakah
4.
Bapak/Ibu terkadang lupa untuk Tidak 0
membawa serta obat?
Apakah Bapak /Ibu kemarin meminum Ya 0
5.
semua obat? Tidak 1
Saat merasa keadaan membaik, Ya 1
6. apakah Bapak/Ibu terkadang memilih
Tidak 0
untuk berhenti meminum obat?
Sebagian orang merasa tidak nyaman Ya 1
jika harus meminum obat setiap hari,
7.
apakah Bapak/Ibu pernah merasa
Tidak 0
terganggu karena keadaan seperti itu?
Seberapasering Bapak/Ibu lupa minum Tidak
0
obat? pernah
Ket : Sesekali 1
 Selalu = 7 kali dalam seminggu
Kadang
 Biasanya = biasanya 4-6 kali dalam – kadang 1
8.
seminggu
Biasanya 1
 Kadang - kadang = 2-3 kali dalam
seminggu
 Sesekali = 1 kali dalam seminggu Selalu 1

 Tidak Pernah = Tidak pernah lupa


TOTAL SKOR

Klasifikasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat


Skor Tingkat kepatuhan
8 Tinggi
6 - <8 Sedang
<6 Rendah

Anda mungkin juga menyukai