Anda di halaman 1dari 83

i

PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MEDIA AUDIOVISUAL
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA PENDERITA
HIPERTENSI DI DESA MONTONG TEREP WILAYAH KERJA
PUSKESMAS AIK MUAL TAHUN 2021

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Ajar Skripsi 1 Program


Pendidikan Diploma IV Keperawatan Jurusan Keperawatan
Poltekkes Mataram Kemenkes RI Tahun Akademik 2020/2021

Oleh :

REKA SOPIYANTI
NIM: P07120317028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM
2021
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Media


Audiovisual Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Lansia Penderita Hipertensi Di
Desa Montong Terep Wilayah Kerja Puskesmas Aik Mual Tahun 2021” telah
mendapat persetujuanuntuk diseminarkan di depan tim penguji Proposal Skripsi
Program StudiD.IV Keperawatan Mataram Jurusan Keperawata Politeknik
KesehatanMataram Kemenkes RI Tahun Akademik 2020/2021

Oleh:

REKA SOPIYANTI
NIM. P07120317028

Mataram, Januari 2021

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

H. Cembun, A. Per. Pen., MPH Siti Rosdianah Jafar, SKM., M.


NIP.196512311986031020 KesNIP. 197207051999032001
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Proposl Skripsi Politeknik


Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan dan diterima untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Program Pendidikan Diploma
IV (D.IV) Keperawatan Mataram tahun akademik 2020/2021.

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI

Rusmini, S.Kep., Ns., MM


NIP.197010161989032001

Tim Penguji:

1. Hadi Kusuma Atmaja, SST., M.Kes ( )


NIP.198303312008121002 Ketua Penguji

2. H. Cembun, A. Per. Pen., MPH ( )


NIP.196512311986031020 Penguji I

3. Siti Rosdianah Jafar, SKM., M. Kes ( )


NIP.197207051999032001 Penguji II

Tanggal Ujian :
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Proposal Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Lansia
Penderita Hipertensi Di Desa Montong Terep Wilayah Kerja Puskesmas
Aik Mual Tahun 2021” penyusunan Proposal Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah skripsi I pada Program Studi
D.IV Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

Penulisan Proposal Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan


dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M.kes selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Kemenkes Mataram
2. Ibu Rusmini, S.Kep., Ns., MM selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Mataram
3. Ibu Desty Emilyani, M. Kep selaku Ketua program Studi D.IV
Keperawatan Mataram
4. Bapak H Cembun, A. Per. Pen., MPH selaku Pembimbing Utama yang
telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan dalam menyusun
proposal Skripsi ini.
5. Ibu Siti Rosdianah Jafar, SKM., M. Kes selaku Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan dalam
menyusun Proposal Skripsi ini.
6. Bapak Hadi Kusuma Atmaja, SST., M.kes selaku penguji dalam ujian
proposal Skripsi, yang telah memberikan masukan dan sarannya.
v

7. Kedua orang tua, kakak dan adik saya yang telah senantiasa memberikan
cinta, kasih sayang, bantuan secara langsung maupun tidak langsung dan
selalu mendoakan untuk keberhasilan saya.
8. Sahabat dan semua teman-teman saya terimakasih atas segala bantuan
dan dukungan selama ini.

Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini masih banyak


kekuran2an baik dari isi maupun sistematika penulisan, oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangan penulis harapkan untuk
perbaikan selanjutnya.

Mataram, Januari 2021


Peneliti
vi

DAFTAR ISI

PROPOSAL SKRIPSI.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................ix
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................4
D. Hipotesis Penelitian........................................................................5
E. Manfaat Penelitian..........................................................................6
BAB II................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................7
A. Kerangka Teori...............................................................................7
1.Konsep Pendidikan Kesehatan......................................................7
2.Konsep Media Audiovisual...........................................................11
3.Konsep Hipertensi........................................................................14
4.Konsep Pengetahuan...................................................................24
5.Konsep Sikap...............................................................................29
6.Konsep Lanjut Usia......................................................................36
B. Kerangka Konsep.........................................................................41
BAB III............................................................................................................. 41
METODE PENELITIAN...................................................................................43
A. Ruang Lingkup..............................................................................43
B. Desain Penelitian..........................................................................44
C. Kerangka Kerja.............................................................................46
D. Populasi Dan Sampel....................................................................47
E. Variabel.........................................................................................51
F. Data Yang Dikumpulkan...............................................................51
G. Cara Pengumpulan Data...............................................................52
H. Cara Pengolahan Data..................................................................52
I.Prosedur Penelitian...........................................................................55
J. Analisis Data.................................................................................56
K. Definisi Operasional......................................................................58
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................61
Lampiran......................................................................................................... 63
vii
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah....................Error! Bookmark not defined.


Tabel 2Sampel masing-masing dusun di desa Montong Terep...............Error!
Bookmark not defined.
Tabel 3 Definisi Operasional Penelitian ..........Error! Bookmark not defined.
ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian ............Error! Bookmark not defined.


Gambar 2 Desain Penelitian .............................Error! Bookmark not defined.
Gambar 3 Kerangka Kerja Penelitian.................Error! Bookmark not defined.
x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Tentang Penelitian


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Kuisioner Penelitian
Lampiran 3 Lembar Observasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, mulai dari penyakit

menular sampai penyakit tidak menular seperti hipertensi yang merupakan

faktor risiko utama dari stroke, infark miokard dan penyakit ginjal kronik. Hal

ini disebabkan adanya perubahan gaya hidup dan rendahnya tingkat

pengetahuan seseorang tentang kesehatan ( Arifin, 2016 ).

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan

masalah kesehatan utama di Negara maju maupun Negara berkembang dan

menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi

merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum dan paling

banyak diderita masyarakat (Kemenkes RI, 2019 ). Hipertensi sering disebut

“the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu

kalau dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya

sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi (P2PTM

kemenkes RI, 2018).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2015

menunjukkan sekitar 1,13 milyar orang didunia menyandang hipertensi,

artinya 1,3 orang didunia terdiagnosis hipertensi. Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada

penduduk ≥ 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar

34,11 % dan di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 27,80 %. Data dari

Dinas Kesehatan Lombok Tengah mengenal hipertensi dengan estimasi


2

149.664 kasus pada tahun 2019. Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga

masih menjadi ancaman serius yang berdampak pada produktivitas hidup

seseorang di Nusa Tenggara Barat (NTB). (Riskesdas, 2018)

Hasil studi pendahuluan menggunakan metode wawancara dengan

penanggung jawab sistem informasi puskesmas di Puskesmas Aik Mual

pada tanggal 01 Oktober 2020 mengatakan bahwa penderita hipertensi

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penderita hipertensi pada tahun

2018 sebanyak 351 kasus, tahun 2019 sebanyak 955 kasus dan tahun 2020

(januari-september) sebanyak 753 kasus.

Usia tua lebih rentan terkena penyakit hipertensi karena bertambah

usia maka fungsi-fungsi tubuh mengalami penurunan. Salah satu proses

yang terjadi adalah pada system kardiovaskuler seperti yang kita ketahui

salah satunya adalah penyakit hipertensi, dimana elastisitas pembuluh darah

berkurang sehingga cenderung mengalami penyempitan dan menyebabkan

tekanan darah meningkat ( Salafudin,2015).

Hipertensi atau tekanan darah dapat dicegah dengan dua cara yaitu

non farmakologi dan farmakologi. Upaya non farmakologi adalah dengan

menjalani pola hidup sehat seperti menjaga berat badan, mengurangi asupan

garam, melakukan olahraga, mengurangi konsumsi alcohol dan tidak

merokok, sedangkan terapi non farmakologi dengan menggunakan obat

(Ann, 2015).

Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman

tentang hipertensi yaitu dengan memberikan penyuluhan kesehatan.

Penyuluhan merupakan suatu uapaya yang direncanakan untuk

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak


3

saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu

anjuran yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah

timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan

fungsi dan peran penderita selama sakit dan membantu penderita dan

keluarga megatasi masalah kesehatan (Sutanti et al., 2017)

Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara

terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih

mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan

merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari

tidak tahu tentang kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi

masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian pendidikan

kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok

dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap,

maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal (Suliha,

Uha, Herawani, 2002)

Alat bantu belajar terdiri dari alat bantu lihat/visual (Visual Aids), alat

bantu dengar/audio (Audio Aids) dan alat bantu lihat-dengar/audiovisual

(Audiovisual Aids). Alat bantu audiovisual adalah alat bantu yang berguna

untuk menstimulasi indera pendengaran dan penglihatan, sehingga lebih

mudah menerima dan memahami pesan yang disampaikan oleh pemateri.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Pengeruh Pendidikan Kesehatan Media

audiovisual Terhadap Pengetahuan dan Sikap Lansia Penderita Hipertesni Di

Desa Montong Terep Wilayah Kerja Puskesmas Aik Mual Tahun 2021.
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu: “Apakah Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan dan Sikap Lansia Penderita

Hipertensi Di Desa Montong Terep Wilayah Kerja Puskesmas Aik Mual

Tahun 2021 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Media Audiovisual

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Lansia Penderita Hipertensi Di Desa

Montong Terep Wilayah Kerja Puskesmas Aik Mual Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi pengetahuan lansia penderita hipertensi tentang

penyakit hipertensi sebelum diberikan pendidikan kesehatan media

audiovisual di desa Montong Terep wilayah kerja puskesmas Aik

Mual tahun 2021.

b) Mengidentifikasi pengetahuan lansia penderita tentang penyakit

hipertensi setelah diberikan pendidikan kesehatan media audiovisual

di desa Montong Terep wilayah kerja puskesmas Aik Mual tahun

2021.

c) Mengidentifikasi sikap lansia penderita hipertensi tentang penyakit

hipertensi sebelum diberikan pendidikan kesehatan media audiovisual

di desa Montong Terep wilayah kerja puskesmas Aik Mual tahun

2021.
5

d) Mengidentifikasi sikap lansia penderita hipertensi tentang penyakit

hipertensi setelah diberikan pendidikan kesehatan media audiovisual

di desa Montong Terep wilayah kerja puskesmas Aik Mual tahun

2021.

e) Menganalisis perbedaan pengetahuan lansia penderita hipertensi

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan media

audiovisual di desa Montong Terep wilayah kerja puskesmas Aik

Mual tahun 2021.

f) Menganalisis perbedaan sikap lansia penderita hipertensi sebelum

dan setelah diberikan pendidikan kesehatan media audiovisual di

desa Montong Terep wilayah kerja puskesmas Aik Mual tahun 2021.

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesa Alternative (Ha)

Ada pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual terhadap

pengetahuan dan Sikap lansia penderita hipertensi di desa Montong

Terep wilayah kerja puskesmas Aik Mual tahun 2021

2. Hipotesa Nol (H0)

Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual

terhadap pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi di desa

Montong Terep wilayah kerja Aik Mual tahun 2021

3. Hipotesa Kerja (Hk)

Apabila diberikan pendidikan kesehatan media audiovisual maka

dapat meningkatkan pengetahuan dan memiliki sikap positif pada lansia

penderita hipertensi di desa Montong terep Wilayah Kerja Puskesmas Aik

Mual tahun 2021.


6

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan, serta sebagai bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dan penelitian khususnya dalam bidang keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Masyarakat

Mampu mendukung penatalaksanaan hipertensi dengan pola

hidup yang baik dan benar.

b) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Dijadikan sebagai data dalam mengembangkan dan

meningkatkan pelayanan tentang pengetahuan dan sikap terhadap

hipertensi.

c) Bagi Institusi Pendidikan

Dijadikan bahan masukan dan tambahan refrensi dalam

memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca dan bagi

penulis untuk mengembangkan ilmu secara keseluruhan.

d) Bagi Peneliti

Sebagai bahan pembelajaran bagi penelitian dan memberikan

data dasar bagi peneliti dalam mengembangkan penelitian pendidikan

kesehatan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap lansia

penderita hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Konsep Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,

kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan, yang tersirat dalam pendidikan

adalah : input adalah sasaran pendidikan individu, kelompok, dan

masyarakat, pendidik adalah pelaku pendidikan, proses adalah upaya

yang d irencanakn untuk mempengaruhi orang lain. Output adalah

melakukan apa yang diharapkan atau perilaku. Pendidikan kesehatan

adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan.

Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan

untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek

baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri

manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan

kesehatan peorangan dan masyarakat (susilo, 2011).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman tentang hipertensi yaitu dengan dilakukan penyuluhan


8

merupakan suatu upaya yang direncanakan untuk menyebarkan

pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja

sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu

anjuran yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan,

mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan,

memaksimalkan fungsi dan peran penderita selama sakit, dan

membantu penderita dan keluarga mengatasi masalah kesehatan

(Pratiwi, 2010 dalam Sutanti et al., 2017)

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Susilo (2011) mengemukakan tujuan kesehatan adalah

sebagai berikut :

1) Tujuan kaitannya dengan batasan sehat

Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah

perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi

perilaku sehat.

2) Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya

Contoh perilaku sehat menjaga hygiene mulut dan gigi ialah

orang harus bersikat gigi empat kali sehari setiap habis makan

dan hendak tidur, dengan cara bersikat gigi yang benar. Kegiatan

pendidikan kesehatan seperti ini untuk menjaga agar gigi dan

mulutnya tidak diserang penyakit. Jadi kegiatan ini bertujuan

menjaga kesehatan fisik.

c. Sasaran Pendidikan Kesehatan


9

Susilo (2011) mengemukakan sasaran pendidikan kesehatan

dibagi menjadi 3 bagian antara lain :

1) Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat

pedesaan.

2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda,

remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok

lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi,

sekolah agama swasta maupun negeri.

3) Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu.

d. Tahap - Tahap Pendidikan Kesehatan

Kegiatan pendidikan kesehatan harus melalui tahap-tahap.

Sebagaimana yang dikemukakan susilo (2011) yaitu sebagai berikut :

1) Tahap Sensitisasi

Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi dan

kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting

berkaitan dengan kesehatan, misalnya kesadaran akan adanya

pelayanan kesehatan, kesadaran akan fasilitas kesehatan,

kesadaran akan adanya wabah penyakit, kesadaran akan adanya

kegiatan imunisasi, kegiatan ini tidak memberikan peningkatan

atau penjelasan mengenai pengetahuan, tidak pula mengarah

pada perubahan sikap, serta tidak atau belum bermaksud agar

masyarakat mengubah radio spot, poster, selebaran atau lainnya.

2) Tahap Publikasi

Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi. Bentuk

kegiatan misalnya press release dikeluarkan oleh Departemen


10

Kesehatan untuk menjelaskan lebih lanjut jenis atau amacam

pelayanan kesehatan apa saja yang diberikan pada fasilitas

pelayanan kesehatan, umpamanya macam pelayanan pada

Puskesmas, Polindes, Pustu atau lainnya.

3) Tahap Edukasi

Tahap ini merupakan dari tahap sensitisasi. Tujuannya untuk

meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan

kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Misalnya

setelah adanya kegiatan ini, ibu-ibu yang hamil memahami benar

pentingnya pemeriksaan secara rutin mengenai kesehatan

kehamilannya pada Polindes atau Puskesmas, yakni kepada

bidan dan dokter.

4) Tahap Motivasi

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi

perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan

kesehatan, benar-benar mengubah perilaku sehari-hari, sesuai

dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendidikan kesehatan pada

tahap ini. Umpamanya setelah mengikuti pendidikan kesehatan

ini, ia melakukan bersikat gigi dengan cara yang benar empat kali

sehari semalam.

e. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Menurut saragih (2010) pendidikan kesehatan memiliki

beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai sasaran,

yaitu :

1) Tingkat pendidikan
11

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dilakukan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah

seseorang menerima informasi yang didapatkannya.

2) Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.

3) Adat istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap

adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

2. Konsep Media Audiovisual

a. Pengertian Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media yang dapat mengungkapkan

objek dan peristiwa seperti keadaan sesungguhnya. Melalui media

audiovisual mampu memahami pesan secara bermakna sehingga

informasi yang disampaikan melalui video tersebut dipahami secara

utuh (Pratiwi, 2010 dalam Sutanti et al., 2017)). Alat bantu mampu

meberikan umpan balik serta membuat pembelajar lebih bergairah

dalam belajar, penggunaaan media yang tepat diharapkan dapat

meningkatkan perhatian pembelajar terhadap proses belajar

( Djamarah dan zain, 2014)

Media audiovisual tidak saja menghasilkan cara belajar yang

efektif dalam waktu yang lebih singkat, akan tetapi apa yang diterima

melalui media audiovisuallebih lama dan labih baik tinggal dalam

ingatan. Media audiovisual mempermudah orang untuk


12

menyampaikan dan menerima informasi serta dapat menghindarkan

salah pengertian. Media audiovisual jelas mempunyai nilai yang

berharga dalam bidang pendidikan (firdau,2016).

Pelaksanaan proses pembelajaran media pengajaran

merupakn penyampaian pesan dari sumber pesan kepada penerima

pesan. Media audiovisualsebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan sehingga mendorong terjadinya proses belajar (Mahnun,

2012)

b. Tujuan Media Audiovisual

Firdaus (2016) mengatakan tujuan dari media

audiovisualadalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kualitas belajar

2) Mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak informasi

3) Mempermudah dalam menyampaikan dan menerima informasi

c. Macam - Macam Media Audiovisual

Menurut(Purnomo, 2014)media audiovisual dibagi menjadi

dua kategori, yaitu :

1) Audiovisualdiam yaitu media yang menampilkan suara dan

gambar diam seperti bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak

suara.

2) Audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsure

suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video

caset, televise dan computer.

d. Kelebihan Media Audiovisual


13

Setiap jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan begitu juga dengan

media Audiovisual. Asyad (2016) mengungkapkan beberapa

kelebihan dan kelemahan media audiovisualdalam pembelajaran

sebagai berikut :

1) Kelebihan Media Audiovisual

a) Film dan video dapat melengkapi pengalaman dasar

b) Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara

tepat yang dapat disajikan secara berulang-ulang jika perlu.

c) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan

video menanamkan sikap-sikap dan segi efektif lain.

d) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat

mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok.

e) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya

jika dilihat secara langsung

f) Film dan video dapat menunjukkan kepada kelompok besar

atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun

homogeny maupun langsung.

g) Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu

minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.

2) Kelemahan Media Audiovisual

a) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal

dan waktu yang banyak.

b) Tidak semua mampu mengikuti informasi yang ingin

disampaikan melalui video tersebut.


14

c) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan

kebutuhan dan tujuan belajar yang digunakan, kecuali

dirancang dan diproduksi khusu untuk kebutuhan sendiri.

3. Konsep Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu

gangguan pada pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen

dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya menurut (Sustrani, 2004).

Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai kondisi dimana

tekanan sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan

diastolic lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Tekanan darah yang

tinggi merupakan faktor resiko yang kuat dan penting untuk penyakit

kardiovaskuler dan penyakit ginjal seperti penyakit jantung koroner,

gagl jantung dan gagal ginjal. (Aminuddin, 2015).

Saat ini banyak masalah kesehatan yang terjadi di

masyarakat, mulai dari penyakit menular sampai penyakit tidak

menular. Salah satunya penyakit tidak menular dan merupakan faktor

risiko utama dari stroke, infark miokard dan penyakit ginjal kronik

adalah hipertensi, dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan

diastolic ≥ 90 mmHg. Hal tersebut diakibatkan karena adanya

perubahan gaya hidup dan rendahnya tingkat pengetahuan

seseorang tentang kesehatan. (Arifin,2016).

b. Penyebab Hipertensi
15

Hipertensi secara umum disebabkan oleh tiga hal, yaitu gaya

hidup modern, pola makan yang salah, dan berat badan yang

berlebihan(Susilo, Yekti dan Wulandari, 2011)

1) Gaya Hidup Modern

Orang zaman sekarang sibuk mengutamakan pekerjaan

untuk mencapai kesuksesan. Kesibukkan dan kerja keras serta

tujuan-tujuan yang berat mengakibatkan timbulya rasa stress dan

tekanan yang tinggi. Perasaan tertekan membuat tekanan darah

menjadi naik.

Selain itu, orang yang sibuk juga tidak sempat untuk

berolahraga. Akibatnya lemak dalam tubuh semakin banyak dan

tertimbun yang dapat menghambat aliran darah. Pembuluh yang

terhimpit oleh tumpukkan lemak menjadikan tekanan darah

menjadi tinggi. Inilah yang menyebabkan terjadinya hipertensi.

Ditambah lagi, biasanya orang menyadari dirinya terkena

hipertensi ketika sudah parah dan telah mengakibatkan

komplikasi yang serius.

2) Pola Makan Yang Salah

Pada umumnya orang menyukai makanan yang asin dan

gurih, terutama makanan-makanan cepat saji yang banyak

mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi.

Mereka yang senang makan makanan asin dan gurih berpeluang

besar terkena hipertensi. Kandungan Na (Natrium) dalam garam

yang berlebihan dapat menahan air (retensi) sehingga


16

meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus

bekerja keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik.

Inilah yang menyebabkan hipertensi.

Jadi, sangatlah baik mengontrol pola makan yang sehat.

Hindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.

Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi agar kita dapat

mengetahui secara pasti kalori yang kita perlukan tiap hari serta

pola makan yang sehat tanpa berisiko terkena hipertensi.

3) Berat Badan Yang Berlebihan

Kelebihan berat badan atau kegemukan (obesitas) adalah

pemicu timbulnya berbagai penyakit serius termasuk hipertensi

akut. Orang yang berat badannya berlebih pada umumnya

mengalami kesulitan untuk bergerak secara bebas. Untuk dapat

menggerakkan tubuhnya maka jantung harus memompa darah

dan membuat tekanan darah naik. Itulah sebabnya, kegemukan

juga merupakan faktor terjadinya hipertensi.

Oleh karena itu, untuk terhindar dari hipertensi bagi

mereka yang sudah mengalami kegemukan harus mulai diet pola

makan secara seimbang. Selain untuk penampilan yang lebih

baik, diet pola makan juga akan mencegah kita dari berbagai

penyakit serius yang sebagian besar disebabkan oleh adanya

pola makan yang tidak sehat.

c. Faktor – Faktor Risiko Hipertensi

Tekanan darah tinggi dapat dipengaruhi oleh faktor genetic,

faktor lingkungan dan pengetahuan (Aminuddin, 2015)


17

1) Faktor Genetik

Bukti-bukti adanya pengaruh genetik terhadap tekanan

darah sudah banyak ditunjukkan dalam penelitian-penelitian

terdahulu. Pada penelitian terhadap saudara kembar, konkordansi

atau kecenderungan kemiripan kondisi tekanan darah ternyata

lebih banyak ditemukan pada saudara kembar monozigotik

dibandingkan pada kembar dizigotik.

2) Faktor Lingkungan

1) Diet Tinggi Garam

Bukti-bukti yang menghubungkan antara diet tinggi

garam dengan hipertensi sudah banyak didapatkan. Dari

penelitian-penelitian di Negara atau masyarakat yang kurang

maju, contohnya penelitian pada suku Indian Yanomano di

Brazil utara dimana masyarakat hanya mengkonsumsi sedikit

garam, maka haya seidikit atau hampir tidak didapatkan

adanya peningkatan tekanan darah yang berkaitan dengan

usia, tidak seperti yang didapatkan pada penduduk Negara

berkembang ataupun Negara maju, didapatkan hasil bahwa

terdapat korelasi yang signifikan antara konsumsi garam

dengan perkembangan terjadinya hipertensi dengan

pengukuran ekskresi sodium lewat urine selama 24 jam

dihubungkan dengan tekanan darah sistolik diastolic

mengurangi garamsering juga diimbangi dengan asupan lebih

banyak kalsium,magnesium dan kalium. Tujuan dari diit


18

rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi

garam atau air dalam jaringan tubuh.

2) Stress

Kejadian-kejadian dalam kehidupan yang

menimbulkan emosi negative seperti kemarahan, ketakutan,

dan kesedihan sudah sejak lama diketahui dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah secara temporer.

Karena metode eksperimental yang terstandarisasi di

laboratorium untuk mengukur respon kardiovaskuler dan

respon neuroendokrin terhadap stress psikologi maupun

lingkungan sudah dapat diaplikasikan, maka kini dapat

dibuktikan bahwa stress psikologis dan lingkungan dapat

meningkatkan respon-respon tersebut dalam jangka pendek.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat diakibatkan oleh

stress yang diderita individu, sebab reaksi yang muncul

terhadap impuls stress adalah tekanan darah meningkat.

Stress yang terjadi dikalangan masyarakat bisa disebabkan

oleh berbagai aspek bisa dikarenakan faktor ekonomi,

masalah sosial, masalah personal, masalah keluarga serta

stress karena penyakit tergantung individu untuk bisa

mengatasi stress tersebut, apabila stress berlangsung

berkepanjangan akan menyebabkan masalah kesehatan

salah satunya yaitu hipertensi. Hubungan antara stress dan

hipertensi primer diduga oleh aktivitas saraf simpatis melalui


19

(katekolamin, kortisol, vasopressin, endorphin dan aldosteron)

yang dapat meningkatkan darah yang intermitten.

3) Obesitas

Kelebihan berat badan meningkatkan risiko seseorang

terserang penyakit hipertensi. Semakin besar masa tubuh,

semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk masuk oksigen

dan makanan ke jaringan tubuh. Berarti, volume darah yang

beredar melalui pembuluh darah meningkat sehingga akan

memberi tekanan lebih besar ke dinding arteri. Selain itu,

obesitas dapat meningkatakan frekuensi denyut jantung dan

kadar insulin dalam darah. Jaringan lemak visceral merupakan

penghubung antara obesitas dengan hipertensi dan

ateroklerosis, sel-sel lemak menghasilkan beberapa substansi

biologis aktif yang disebut adipokin. Beberapa adipokin

bersifat sebagai prohipertensif dan bersifat sebagai

antihipertensi.

3) Faktor pengetahuan

Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien

hipertensi untuk dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan

pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Sehingga pengetahuan

serta sikap tentang hipertensi merupakan suatu hal yang sangat

penting untuk dimiliki, agar bisa menanggulangi penyakit

hipertensi itu sendiri.

d. Jenis – Jenis Hipertensi


20

Hipertensi ada dua jenis, yaitu hipertensi utama (primary

hypertension) dan hipertensi sekunder (secondary hypertension).

Hipertensi utama adalah suatu kondisi yang jauh lebih sering dan

meliputi 95% dari hipertensi. Penyebab dari hipertensi utama adalah

berbagai faktor yang memiliki efek-efek kombinasinya sehingga

menyebabkan hipertensi. Pada hipertensi sekunder, yang meliputi 5%

dari hipertensi disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah

satu organ atau sistem tubuh. ( susilo dan wulandari, 2011)

Hipertensi utama berkembang hanya pada kelompok atau

masyarakat yang mempunyai asupan garam yang cukup tinggi,

melampaui 5,8 gram setiap hari. Faktanya asupan garam mungkin

adalah suatu faktor penting dalam hubungannya dengan hipertensi

utama pada beberapa situasi tertentu. Jadi, kelebihan garam mungkin

terlibat dalam hipertensi yang dihubungkan dengan umur lanjut usia,

kegemukan, (obesitas), kepekaan atau kerentanan turun menurun

(genetic), dan gagal ginjal (renal insufficiency). Faktor-faktor genetic

diperkirakan menjadi faktor penyebab yang menonjol dalam

pengembangan hipertensi utama ( susilo dan wulandari, 2011).

Tipe dari hipertensi sekunder ini disebut hipertensi ginjal atau

hipertensi renal karena adanya suatu persoalan di dalam ginjal. Satu

penyebab penting dari hipertensi ginjal adalah penyempitan (stenosis)

pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal-ginjal (pembuluh

darah ginjal atau renal artery) (susilo dan wulandari, 2011).

e. Tanda Dan Gejala Hipertensi


21

Beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan hipertensi padahal sesungguhnya bukan

hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan

dari hidung (mimisan), migren atau sakit kepala sebelah, wajah

kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk, dan kelelahan

(susilo dan wulandari, 2011).

f. Klasifikasi Tekanan Darah

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (Mmhg) Diastolic (Mmhg)
Normal ‹ 120 ‹ 80
Prehipertensi 120 – 139 80 - 90
Hipertensi stage I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi stage II › 160 › 100
Sumber : (Susilo, Yekti dan Wulandari, 2011)

g. Komplikasi Hipertensi

(Susilo, Yekti dan Wulandari, 2011)mengatakan bahwa

komplikasi dari penyakit hipertensi antara lain :

1) Hipertensi merusak ginjal

2) Hipertensi merusak kinerja otak

3) Hipertensi merusak kinerja jantung

4) Hipertensi menyebabkan kerusakan mata

5) Hipertensi menyebabkan stroke

h. Pencegahan Hipertensi
22

(Susilo, Yekti dan Wulandari, 2011)mengatakan bahwa cara

mengatasi hipertensi mengatur pola makan sehat dan pola hidup

sehat, antara lain :

1) Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari

2) Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan

kalsium untuk mengurangi hipertensi.

3) Kurangi minum minuman yang beralkohol. Jika penderita tekanan

darah tinggi, sebaiknya hindari konsumsi alkohol secara

berlebihan.

4) Makan sayur dan buah-buahan yang berserat tinggi

5) Kendalikan kadar kolesterol. Kurangi makanan yang mengandung

lemak jenuh. Tingginya kolesterol dalam tubuh akan

menyebabkan terjadinya plak-plak yang menyumbat aliran darah,

sehingga tekanan darah makin tinggi.

6) Kendalikan diabetes, konsumsilah makanan yang sehat. Jangan

menggunakan obat-obatan pengendali diabetes yang memicu

komplikasi penyakit lainnya.

7) Hindari konsumsi obat yang bisa meningkatkan tekanan darah.

Konsultasikan ke dokter bila menerima pengobatan untuk

penyakit tertentu. Mintalah resp obat yang tidak meningkatkan

tekanan darah.

8) Tidur yang cukup setiap hari, antara 6-8 jam setiap hari. Kondisi

tubuh yang kurang istirahat akan menyebabkan tekanan darah

naik dan memicu terjadinya hipertensi.


23

9) Kurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan

perbanyak aktivitas fisik untuk mengurangi berat badan.

Berdasarkan penelitian oleh clinical and public health advisory

from the national high blood pressure education program program

amerika serikat bahwa penurunan berat badan sebesar 4,4 kg

dapat menurunkan tekanan darah sampai dengan 7,0 mmHg dan

aerobic selama 30 menit setiap hari bisa menurunkan tekanan

darah sampai dengan 4,05 mmHg.

10) Konsumsi minyak ikan telah diketahui bahwa peningkatan

konsumsi minyak ikan yang mengandung asam lemak (omega-3)

dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan terutama bagi

mereka yang menderita diabetes.

11) Puasa secara rutin juga sangat baik untuk mengendalikan

tekanan darah.

12) Melakukan olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan

darah tinggi. Pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki,

bersepeda, lari santai dan berenang. Lakukan selama 30 menit

hingga 45 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu.

13) Jalankan terapi anti stress agar mengurangi stress dan masa

modern seperti sekarang ini, tidak mungkin terhindar dari stress.

Terutama saat menghadapi segala macam persoalan dan

tuntutan hidup. Oleh karenanya, yang terbaik adalah

mengendalikan dan menghadapi stress dengan cara yang bijak.

Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan stress untuk

kemajuan hidup.
24

14) Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi

hipertensi.

15) Mendekatkan diri pada tuhan sehingga tiap ada persoalan besar

tidak langsung emosi tinggi dan stress yang memicu naiknya

tekanan darah.

16) Mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan, termasuk

mengendalikan kadar kolesterol, diabetes, berat badan dan

pemicu-pemicu penyakit lainnya.

i. Pengobatan Hipertensi

1) Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan terhadap

hipertensi yang menggunakan bahan-bahan alami yang ada di

sekitar kita seperti mengkudu, daun salam, rumput laut,

mentimun, temu hitam, bawang putih dan jantung pisang.

2) Pengobatan Modern

Pengobatan modern untuk mengatasi hipertensi adalah

pengobatan yang menggunakan obat-obatan kimia.

a) Diuretic tiazide

b) Penghambat adrenergic

c) Angiotensin converting enzyme inhibitor ( ACE inhibitor)

d) Angiotensin-II-Blocker

e) Antagonis kalsium

f) Vasodilator

g) obat-obat lainnya
25

4. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi stelah

orang mengadakan penginderaan terhadap objek

tertentu.penginderaan terhadap objek terjadinya melalui panca indra

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (A. Wawan dan Dewi M,

2010).Semakin banya panca indra yang digunakan semakin banyak

dan semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh (maulana,

2014).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2012) pengetahuan mempunyai 6

tingkatan, yakni sebagai berikut :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) tergadap suatu yang spesifik

dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.


26

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar . orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus datang ke posyandu.

3) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan.

4) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hokum-hukum, rumus, metode dan prinsip.

5) Sintesis

Sistesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
27

menyusun formulasi baru dan formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

(A. Wawan dan Dewi M, 2010)mengatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju arah

cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk

sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

menerima informasi.

b) Pekerjaan
28

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Sedangkan

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu

bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun, semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang

belum tinggikedewasaanya. Hal ini akan sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.


29

d. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang akan di ukur dari subjekl penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan. Pengetahuan seseorang

dapat diketahui dan diolah menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Arikunto (2006) dalam A. Wawan dan Dewi M. (2010) :

P = ∑F X 100%

P : Presentase

∑F : Jumlah nilai yang benar

N : Jumlah total nilai

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam A. Wawan dan Dewi M. (2010)

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil persentasi 76% - 100%

2) Cukup : Hasil persentasi 56% - 75%

3) Kurang : Hasil persentasi < 56%


30

5. Konsep Sikap

a. Pengertian Sikap

Menurut Soekidjoe Notoatmojo, (1997 : 130 ) Sikap adalah

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek (wawan dan dewi, 2011)

b. Komponen Sikap

Menurut Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh

ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan

yang penting.

c. Ciri – Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut (A. Wawan dan Dewi M, 2010)) adalah :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir

2) Sikap dapat berubah-ubah

3) Sikap tidak berdiri sendiri

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai sedi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

d. Tingkatan Sikap
31

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni menurut Soekidjo

Notoatmojo, 1996 : 132 (A. Wawan dan Dewi M, 2010)

1) Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar

atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang

mengajak ibu yang lain, (tetangga, saudaranya, dsb) untuk

menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang

gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap

positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi,

misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun

mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.


32

e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap

obyek sikap antara lain : (A. Wawan dan Dewi M, 2010).

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi melibatkan

faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap

yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengarah sikap kita terhadap berbagai masalaha. Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebudayaanlah yang member corak pengalaman individu-individu

masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan


33

secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang disadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego

menurut (Azwar, 2005).

f. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau

tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis

kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Wawan

dan Dewi, 2010).

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

pengukuran sikap (A. Wawan dan Dewi M, 2010)yaitu :

1) Keadaan objek yang diukur

2) Situasi pengukuran

3) Alat ukur yang digunakan


34

g. Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan

sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkain kalimat yang

mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.

Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang

positif mengenai obyek sikap,yaitu kalimatnya bersifat mendukung

atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin

pula berisi pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang

bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.

Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak

favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar

terdiri atas pernyataan favourable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan

tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak

mendukung sama sekali obyek sikap ( Azwar, 2005).

Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi social

adalah bagaiamana mengukur sikap seseorang. Adapun beberapa

teknik pengukuran sikap, salah satunya dengan menggunakan

method Of Summateds Ratings/Skala Likert. Likert (1932)

mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana

dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri

dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang

favourable dan yang unfavourable. Sedangkan aitem yang netral

tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert


35

menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing

responden diminta melakukan egreement atau disegreemenn-nya

untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point

( sangat setuju, Ragu-ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat tidak Setuju ).

Semua aitem yang favourable kemudian diubah nilainya dalam

angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang

sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang

unfavourable nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk

yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya dengan skala

Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skla

interval sama ( equal-interval scale) (A. Wawan dan Dewi M, 2010).

Hasil yang ditabulasi menggunakan metode statistic

sederhana (distribusi frekuensi), untuk menganalisa sikap menjadi

unfavourable atau favourable. Rumus untuk menentukan skor akhir

responden digunakan :

X n− X́
T = 50 + 10 ( )
SD

Keterangan :

T = nilai skor akhir responden

Xn = nilai skor responden

X́ = nilai rata-rata kelompok

SD = standar deviasi ( simpangan baku/kelompok )


36

∑ ( X n − X́ ) ²
SD=
√ n−1

Keterangan :

∑ = jumlah pengamatan

n = jumlah sampel

Setelah diketahui nilai T ditentukan kemudian dikategorikan sebagai

berikut :

Sikap positif = jika T ≥ mean T

Sikap negatif = jika T < mean T

Selanjutnya untuk menentukan sikap responden dalam favourable

(positif) atau unfavourable (negatif) dengan menentukan nilai mean T.

Sikap positif bila nilai T ≥ mean T, sikap negatif bila T < mean T

(Azwar, 2012).

6. Konsep Lanjut Usia

a. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia ( dewi, 2014). Menurut undang-undang republic

Indonesia Nomor 13 tahun 1998 mengenai kes ejahteraan lanjut usi

yang dikatakan sebagai lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun (Pusdatin RI, 2014).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi


didalam kehidupan manusia. Dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu
anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
37

maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami


kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan
figure tubuh yang tidak proporsional (Untari, 2018)

b. Batasan Lanjut Usia

Menurut (Untari, 2018)mengenai kapan seseorang disebut


lanjut usia sulit dijawab secara memuaskan karena dari berbagai
literature, terkesan bahwa tidak ada batasan yang pasti tentang lanjut
usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usi berbeda-beda,
umumnya berkisar antara 60-65 tahun.
Batasan-batasan lanjut usia menurut Nasrullah (2016) meliputi

1) Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia ( 45-59

tahun).

2) Lanjut usia (eldery) antara ( 60-74 tahun)

3) Lanjut usia (old) antara (75 dan 90 tahun)

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

c. Permasalahan Yang Dialami Lanjut Usia

Menurut Nugroho ( 2008) dalam perjalanan hidup manusia

proses menua merupakan hal yang wajar dan akan dialami oleh

semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat/cepatnya

proses tersebut bergantung pada setiap individu yang bersangkutan.

Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia antara lain :

1) Permasalahan umum
38

a) Seiring dengan peningkatan jumlah penduduka yang hidup

dibawah garis kemiskinan, terutama sebagai dampak sosial

krisis moneter dan krisis ekonomi , jumlah lanjut usia yang

mengalami permasalahan ini juga menigkat, bahkan ada

sebagian lanjut usia dalam keadaan terlantar. Selain tidak

mempunyai bekal hidup, pekerjaan atau pengahasilan,

mereka sebatang kara.

b) Perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik

mengarah pada bentuk keluarga kecil, terutama dikota besar,

menyebabkan nilai kekerabatan dalam kehidupan besar

melemah.

c) Peningkatan mobilitas penduduk (termasuk lanjut usia)

menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap

kemudahan transportasi dan komunikasi bagi para lanjut usia

yang saat ini belum dapat disediakan secara memadai.

d) Keterbatasan kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia

oleh pemerintah dan masyarakat, baik berupa keterbatasan

tenaga professional, data yang lengkap, valid, relevan, dan

akurat tentang karakteristik kehidupan dan penghubung para

lanjut usia termasuk permasalahannya serta sarana

pelayanan dan fasilitas bagi para lanjut usia.

2) Permasalahan khusus

a) Perubahan nilai sosial masyarakat, yaitu kecenderungan

munculnya nilai sosial yang dapat mengakibatkan


39

menurunnya penghargaan dan penghormatan kepada lanjut

usia. Dalam masyarakat tradisional, biasanya lanjut usia

sangat dihargai dan dihormati sehingga mereka masih dapat

berperan dan berguna bagi masyarakat. Akan tetapi, dalam

masyarakat industri ada kecenderungan mereka kurang

dihargai sehingga mereka merasa terisolasi dari kehidupan

masyarakat.

b) Berkurangnya daya tahan tubuh lanjut usia dalam

menghadapi pencemaran lingkungan serta kesulitan

memperoleh lapangan kerja formal bagi lanjut usia.

c) Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan

berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental maupun

sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami

kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik yang dapat

menyebabkan penurunan peran sosial. Hal ini mengakibatkan

pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan

hidup sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang

memerlukan bantuan orang lain.

d) Karena kondisinya lanjut usia memerlukan tempat tinggal dan

fasilitas perumahan yang khusus.

e) Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi

dapat pula mengalami pengaruh kondisi mental. Semakin

lanjut usia seseorang kesibukkan sosialnya akan semakin

berkurang. Hal ini akan dapat mengakibatkan berkurangnya


40

integritas dengan lingkungan. Kondisi ini dapat berdampak

pada kebahagiaan seseorang.

f) Biaya pemeliharaan kesehatan lanjut usia

(1) Hanya 5 % yang diurus oleh institusi

(2) Dari semua resep obat-obatan, 25 % untuk lanjut usia

(3) Oenyakit bersifat multipatologis dan kronis sebesar 40 %

sering menimbulkan kecacatan/komplikasi lama sebelum

meninggal.

(4) Akibat ketidak mampua, lanjut usia itu jatuh sakit akan

lebih cepat terjadi.

(5) Respon terhadap pengobatan berkurang.


41

B. Kerangka Konsep

Pengetahuan lansia
tentang hipertensi :

1.Tahu (know)
1 Pengetahuan baik,
2. memahami apabila 76%-100%
(comprehension) 2 Pengetahuan
cukup, apabila
3. Aplikasi 56%-75%
3 Pengetahuan
kurang, apabila
4. Analisis <56%

5. Sistesis

Pendidikan 6. Evaluasi
kesehatan
media
audiovisual Sikap lansia tentang
tentang hipertensi :
hipertensi
1. Menerima
1 Sikap positif jika T
2. Merespon ≥ mean T
2 Sikap negatif jika T
<mean T
3. Menghargai

4. Bertanggung Jawab

Keterangan :

: Diteliti
: Tidak Diteliti

Gambar 1. Kerangka konsep pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual


terhadap pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi. Modifikasi
teori Notoatmodjo (2012), wawan dan dewi (2010),\
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah meneliti pengaruh pendidikan

kesehatan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap lansia

penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Aik Mual tahun 2021.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Montong Terep wilayah

kerja puskesmas Aik Mual tahun 2021 dengan pertimbangan :

a. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Lombok tengah dapatkan

data bahwa puskesmas termasuk 3 besar dalam kasus hipertensi

diantara 28 puskesmas di Lombok tengah yaitu dengan 8.347 kasus.

b. Berdasarkan data dari puskesmas aik mual didapatkan data bahwa di

desa montong terep merupakan kasus tertinggi diantara 6 desa di

wilayah kerja puskesmas aik mual yaitu sebanyak 403 kasus.

c. Angka hipertensi cenderung meningkat pada tahun 2018 sebanyak

351 kasus dan tahun 2019 sebanyak 955 kasus.

2. Waktu Penelitian

a. Penyusunan proposal ini dilaksanakan bulan Agustus 2020 sampai

dengan Desember 2020.

b. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2021 sampai

dengan Maret 2021


44

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra eksperimental

dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest (Notoatmodjo, 2012). Dalam

rancangan ini suatu kelompok sebelum dikenai perlakuan diberi pre test,

kemudian setelah intervensi dilakukan post test (Nursalam, 2016).


45

Bentuk rancangan one group pra – post test design adalah sebagai berikut :

K O I
O1

Gambar2. Bentuk rancangan One Group Pra - Post Test Design pada
desain penelitian pra - eksperimental (Nursalam, 2017).

Keterangan :

K : subjek ( lansia penderita hipertensi)

O : observasi pengetahuan dan sikap sebelum diberikan intervensi

I : intervensi

O1 : observasi pengetahuan dan sikap setelah diberikan intervensi


46

C. Kerangka Kerja

Populasi

Teknik
pengambilan
sampling
Sampel

Diberikan pretest berupa


kuesioner

Kelompok diberikan
intervensi pendidikan

Diberikan posttest berupa


kuesioner

Pengumpulan data

Pengelompokkan data

Pengolahan data

Analisa data

Gambar 3. .Kerangka Kerja Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui


media audiovisual Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Lansia
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Aik Mual
Tahun 2021.
47

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi

yang terdata di puskesmas Aik Mual dan berdomisili di desa Montong

Terep pada tahun 2020 ( Juli sampai dengan September ) sebanyak 75

kasus.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah lansia penderita hipertensi di

Desa Montong Terep Wilayah Kerja Puskesmas Aik Mual sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Besar Sampel

Besar sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dianggap yang mewakili populasi (Nursalam, 2016).

Rumus dari Lynch (1974) :

n = NZ² x P(1-P)

Nd² + Z²(1-P)

Keterangan :

n : Sampel

N : Jumlah populasi

Z : Nilai variabel normal (1,96) yang mengacu pada

derajat kepercayaan 95%

P : Proporsi terbesar yang mungkin (0,50)

d : sampling error dalam penelitian ini ditentukan 0,05


48

n= 75 (1,96)² x 0,50 (1 – 0,50)


75 (0,05)² + (1,96)² (1 – 0,50)
n = 75 (3,8416) x 0,50 (0,5)
75 (0,0025) + (3,8416) (0,5)
n = 288,12 x 0,25
0,1875 + 1,9208
n= 72,03
2,1083
n = 34,164967035
n = 34 sampel

b. Kriteria Sampel

Kriteria sampel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2

adalah sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2016). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

lansia penderita hipertensi yang berada di desa Montong Terep

wilayah kerja Puskesmas Aik Mual.

a) Bersedia menjadi responden

b) Klien dengan diagnosa hipertensi primer berdasarkan MR dan

bertekanan darah ≥ 140/90 mmHg

c) Tidak terdapat penyakit penyerta atau komplikasi lain

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi krirteria inklusi dari studi karena berbagai


49

sebab (Nursalam,2016). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

antara lain :

a) Tidak bersedia menjadi responden

b) Krisis hipertensi ( tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg dan

atau tekanan darah diastolik ≥ 120 mmHg).

c) Terdapat penyakit penyerta atau komplikasi lain seperti gagal

ginjal, gagal jantung, asma, stroke.

c. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

Proportional random Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi

dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap

wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam

masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006).

Adapun cara untuk mengetahui jumlah sampel menggunakan

tehnik Proportional Random sampling dengan rumus sebagai berikut :

X
n= xN ₁
N

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

N : Jumlah seluruh populasi penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Aik Mual

X : Jumlah populasi pada setiap strata

N₁ : Sampel
50

Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing dusun

di desa Montong Terep yaitu :

Tabel 2. Banyaknya sampel masing-masing dusun di desa Montong


Terep

Jumlah Jumlah
Populasi Rumus Sampel
No Nama Dusun
Perdusun Perhitungan Perdusun
(Jiwa) (Jiwa)
10
x 34
1. Bodak 10 75 5

9
x 34
2. Rau 9 75 4

8
x 34
3. Batu Menek 8 75 4

8
x 34
4. Sundil 8 75 4

7
x 34
5. Runtak 7 75 3

7
x 34
6. Menteang 7 75 3

6
x 34
7. Kr.Timbah 6 75 3

4
x 34
8. Prewo 4 75 2

4
x 34
9. Tengilis 4 75 2

3
x 34
10 Are Jongkor 3 75 1

3
x 34
11. Mt. Kelor 3 75 1
51

3
x 34
12. Nyiur Ende 3 75 1

2
x 34
13. Karang Bejelo 2 75 1

1
x 34
14. Bunut Bongkang 1 75 0

E. Variabel

1. Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen atau merupakan variabel sebab.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan

metode audiovisual.

2. Variabel terikat atau dependen adalah variabel akibat variabel bebas dan

tergantung dipengaruhi oleh variabel independen (Notoatmodjo, 2012).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap

lansia penderita hipertensi

F. Data Yang Dikumpulkan

1. Data primer

Data primer dalam penelitian adalah :

a. Karakteristik responden meliputi : usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan dan latar belkang keluarga yang menderita hipertensi.

b. Pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi sebelum

diberikan intervensi pendidikan kesehatan secara audiovisual

c. Pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi setelah diberikan

intervensi pendidikan kesehatan secara audiovisual.

2. Data sekunder
52

Data sekender dalam penelitian ini berupa gambaran umum

puskesmas Aik Mual .

G. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

a. Karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan

pekerjaan diperoleh dengan alat bantu kuesioner.

b. Pengetahuan dan Sikap lansia penderita hipertensi sebelum diberikan

intervensi pendidikan kesehatan meode audiovisual diperoleh dengan

wawancara dengan alat bantu kuesioner.

c. Pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi setelah diberikan

intervensi pendidikan kesehatan meode audiovisual diperoleh dengan

alat bantu kuesioner.

2. Data sekunder

Data gamabaran umum puskesmas Aik Mual diperoleh dari

penelusuran profil puskesmas.

H. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer

a. Data tentang karakteristik responden yang meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan diolah secara deskriptif

b. Data pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi sebelum

diberikan pendidikan kesehatan metode audiovisual

Data pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi

sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan metode


53

audiovisual diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk

distribusi. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap lansia penderita

hipertensi sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan metode

audiovisual di wilayah puskesmas Aik Mual menggunakan kuesioner.

c. Data pengetahuan lansia penderita hipertensi setelah diberikan

intervensi pendidikan kesehatan metode audiovisual .

Data pengetahuan lansia penderita hipertensi setelah diberikan

intervensi pendidikan kesehatan metode audiovisual diolah secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk distribusi. Untuk mengetahui

pengetahuan lansia penderita hipertensi sebelum diberikan intervensi

pendidikan kesehatan metode audiovisual di wilayah puskesmas Aik

Mual menggunakan kuesioner. Pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diolah menggunakan rumus sebagai berikut Menurut

Arikunto (2006) dalam A. Wawan dan Dewi M. (2010) :

P = ∑F X 100%

N
P : Presentase

∑F : Jumlah nilai yang benar

N: Jumlah total nilai

Menurut Arikunto (2006) dalam A. Wawan dan Dewi M. (2010)

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

Baik : Bila jawaban yang benar = 76% - 100%

Cukup : Bila jawaban yang benar = 56% - 75%


54

Kurang : Bila jawaban yang benar = < 56%

d. Data sikap lansia penderita hipertensi setelah diberikan intervensi

pendidikan kesehatan metode audiovisual .

Data sikap lansia penderita hipertensi setelah diberikan

intervensi pendidikan kesehatan metode audiovisual diolah secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk distribusi. Untuk mengetahui

sikap lansia penderita hipertensi sebelum diberikan intervensi

pendidikan kesehatan metode audiovisual di wilayah puskesmas Aik

Mual menggunakan kuesioner.Pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diolah menggunakan rumus sebagai berikut :

X n− X́
T = 50 + 10 ( )
SD

Keterangan :

T = nilai skor akhir responden

Xn = nilai skor responden

X́ = nilai rata-rata kelompok

SD = standar deviasi ( simpangan baku/kelompok )

∑ ( X n − X́ ) ²
SD=
√ n−1

Keterangan :

∑ = jumlah pengamatan

n = jumlah sampel
55

Setelah diketahui nilai T ditentukan kemudian dikategorikan sebagai

berikut :

Sikap positif = jika T ≥ mean T

Sikap negatif = jika T < mean T

Selanjutnya untuk menentukan sikap responden dalam favourable

(positif) atau unfavourable (negatif) dengan menentukan nilai mean T.

Sikap positif bila nilai T ≥ mean T, sikap negatif bila T < mean T .

2. Data sekunder

Data tentang gambaran puskesmas Aik Mual disajikan dalam

bentuk deskriptif.

I. Prosedur Penelitian

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan

sikap menggunakan kuesioner. (Suryati Y, 2011).

2. Tahap kerja

a. Pada hari pertama kunjungan, peneliti menjelaskan tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan proses penelitian.

b. Memberikan lembar persetujuan responden

c. Peneliti mewawancara responden sesuai dengan pertanyaan yang

ada dikuesioner dan peneliti mengisi kuesioner, responden

dipersilakan untuk menjawab selama 10-15 menit (pre test).


56

d. Kuesioner yang telah selesai diisi diserahkan kembali kepada

peneliti dan peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan

dan kejelasan kuesioner.

e. Peneliti mengumpulkan kuesioner-kuesioner yang telah diisi dalam

satu dokumen

f. Kemudian diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi

melalui penayangan video 2 kali

g. Peneliti mengevaluasi responden setelah dilakukan pendidikan

kesehatan tentang hipertensi sesuai dengan pertanyaan yang ada

di kuesioner dan peneliti mengisi kuesioner, responden

dipersilahkan untuk menjawab selama 10-15 menit ( post test ).

h. Keusioner yang telah selesai diisi, peneliti melakukan pengecekan

terhadap kelembakapan dan kejelasan isi kuesioner.

i. Selama proses pengambilan data peneliti selalu menerapkan

protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, mencuci

tangan, dan menjaga jarak.

J. Analisis Data

Data pengaruh pendidikan kesehatan metode audiovisual terhadap

pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi dianalisa secara

inferensial dengan statistic non parametric dengan uji Wilcoxon Match Pairs

Test. Statistic non parametric digunakan untuk menganalisa data nominal

dan ordinal dari populasi yang bebas berdistribusi, sedangkan uji Wilcoxon

Match Pairs Test digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif


57

dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono,

2015).

Data peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah di

berikan intervensi dianalisa menggunakan uji Wilcoxon Match Pairs Test

dengan taraf signifikansi 95% (α=0,05), apabila ρvalue < 0,05 maka Ho

ditolak, artinya ada pengaruh metode audiovisual pendidikan kesehatan

hipertensi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap.


58

K. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter

yang disajikan ukuran dalam bentuk penelitian (Nursalam, 2015).

Tabel 2. Definisi operasional pengaruh pendidikan kesehatan media


audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap lansia penderita
hipertensi di desa monton terep wilayah kerja puskesmas aik mual
tahun 2021

Definisi
Skala
Variabel Operasiona Parameter Hasil Ukur
Data
l
Variabel Pendidikan 1. Pengertian - -
independen : kesehatan hipertensi
pendidikan media 2. Penyebab
kesehatan audiovisual hipertensi
media adalah 3. Tanda dan
audiovisual tindakan gejala
untuk hipertensi
memberikan 4. Klasifikasi
informasi hipertensi
atau 5. Komplikasi
masukan- hipertensi
masukan 6. Cara
positif pencegahan
melalui hipertensi
media 7. Cara
audiovisual pengobatan
59

kepada hipertensi
pasien
penderita
hipertensi
Variabel Pengetahua Lansia Ordinal 1 Pengetahu
an baik,
dependen : n adalah mengetahui :
apabila
pengetahuan suatu hasil 1. Pengertian 76%-100%
2 Pengetahu
lansia pemikiran hipertensi
an cukup,
penderita lansia 2. Penyebab apabila
56%-75%
hipertensi penderita hipertensi
3 Pengetahu
hipertensi 3. Tanda dan an kurang,
apabila
yang gejala
<56%
didapatkan hipertensi
dari 4. Klasifikasi
penglihatan hipertensi
dan 5. Komplikasi
pendengara hipertensi
n tentang 6. Cara
penyakit pencegaha
hipertensi n hipertensi
7. Cara
pengobata
n hipertensi
Variabel Sikap Lansia Ordinal 1 Sikap
positif jika
dependen : adalah bersikap jika
T ≥ mean
sikap lansia pernyataan mengalami T
2 Sikap
penderita tindakan hipertensi :
negatif jika
hipertensi yang 1. Cara T ≥ mean
T
dilakukan pencegahan
lansia jika hipertensi
mengalami 2. Cara
penyakit pengobatan
hipertensi hipertensi
60
61

DAFTAR PUSTAKA

A. Wawan dan Dewi M. (2010). Teori & Pengukuran PENGETAHUAN SIKAP


DAN PRILAKU MANUSIA dilengkapi contoh koesioner. Nuha
Medika. Yogjakarta.

Mahnun, N. (2012). Media Pembelajaran (Kajian terhadap Langkah-langkah


Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran). An-
Nida’, 37(1), 27–35.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan IlmuPerilaku. Jakarta


:RinekaCipta.

Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. CV Trans Info Media.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik edisi 3. EGC Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan IlmuPerilaku. Jakarta


:RinekaCipta.

Nursalam. 2016. Konsep Dan


PenerapanMetodologiPenelitianIlmuKeperawatan. Jakarta:
SalembaMedika

Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan


Praktis Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2015. MetodologiPenelitianKeperawatanPendekatanPraktis.


Jakarta: SalembaMedika

Notoatmodjo, S. 2012. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta :


RinekaCipta.

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS).


Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
62

Purnomo, J. (2014). Penggunaan Media Audio-Visual Pada Mata Pelajaran


Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri.
Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(2), 127–144.

Pusdatin, R. (2014). Pusat Data dan Informasi RI. WWW.depkes.go.id

Pikir. S Budi, M. Aminuddin, AgusSubagjo, dkk. HipertensiManajemen

Komprehensif. Surabaya: Airlangga University Press (AUP). 2015.

Ridha, M. R., Komaro, M., & Ariyano, A. (2018). Penerapan Media


Pembelajaran Audio Visual Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Materi Pengujian Logam Pada Siswa Smk. Journal of
Mechanical Engineering Education, 5(1), 60.
https://doi.org/10.17509/jmee.v5i1.12620

Salafudin. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson TerhadapTekanan


Darah Pada LansiaPenderitaHipertensi di PosyanduLansiaLarasati
Dusun WiyoroBaturetnoBanguntapan Bantul Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan SamodraIlmu.

Soenarta, A. A., & Erwinanto. (2015). PEDOMAN TATALAKSANA


HIPERTENSI PADA PENYAKIT KARDIOVASKULAR. Physical
Review D, 42(7), 2413. https://doi.org/10.1103/PhysRevD.42.2413

Suliha, Uha, Herawani, D. (2002). PPendidikan Kesehatan Dalam


KKeperawatan. EGC , 2002.

Sutanti, T., Jaenudin, & H.Sodikin. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi


Benson Terhadappenurunan Tekanan Darah Pada
Penderitahipertensidi Posbindu Penyakittidak Menulardesa
Linggajatikabupaten Kuningan. 000, 1–6.

Susilo. R. 2011. Pendidikan Kesehatan DalamKeperawatan. MuhaMedika.


Yogyakarta.
63

Saragih, F. (2011). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap


Ibu Tentang Makanan Sehat Dan Gizi Seimbang di Desa Merek
Raya Kecamatan Raya …. Igarss 2014, X, 1–5.

Susilo, Yekti dan Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. CV


Andi. Yogjakarta.Sutanti, T., Jaenudin, & H.Sodikin. (2017).
Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadappenurunan Tekanan
Darah Pada Penderitahipertensidi Posbindu Penyakittidak
Menulardesa Linggajatikabupaten Kuningan. 000, 1–6.

sugiyono. 2012. Metode Penelitian kuantitatif Dan R & D. Bandung :


Alpabetha.

Untari, I. (2018). Buku Ajar keperawatan Gerontik :Terapi Tertawa & Senam
Cegah Pikun. Surakarta : kedokteran EGC
64

Lampiran

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Judul penelitian: “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Media Audiovisual

Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Lansia Penderita Hipertensi Di Desa

Montong Terep Wilayah Kerja Puskesmas Aik Mual Tahun 2021”

Saya mahasiswa Program Studi D.IV Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram, bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui

adanya pengaruh pendidikan kesehatan media audiovisual terhadap

pengetahuan dan sikap lansia penderita hipertensi di desa montong terep

wilayah kerja puskesmas aik mual tahun 2021, penelitian ini dilakukan dengan

pengisian kuesioner pengetahuan dan sikap tentang hipertensi. Penelitian ini

dilakukan selama 1 bulan dengan waktu per hari ± 30 menit pada masing –

masing lansia.

Peneliti sangat menghargai dan menjunjung tinggi hak responden dengan cara

menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diberikan, baik dalam

pengumpulan, pengolahan maupun pengkajian data. Peneliti siap bertanggung

jawab terhadap diri sendiri jika terjadi permasalahan terkait pandemi.

Melalui penjelasan singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi Anda

dalam berperan serta dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan partisipasinya

peneliti ucapkan terimakasih.

Mataram, 2021

Peneliti,
65
66

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca penjelasan tentang penelitian dan setelah mendapat

jawaban terhadap pertanyaan yang saya ajukan mengenai penelitian ini, saya

mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak

saya sebagai responden dan saya memahami

bahwapenelitianiniakansangatbergunabagisayadanuntukpembaca.

Saya menyadari bahwa keikutsertaan dan kejujuran saya dalam

penelitianinisangatbesarmanfaatnyabagisayadanmasyarakatumum.

Dengan ditanda tanganinya surat persetujuan ini, maka saya menyatakan

“bersedia/tidak bersedia” untuk berperan serta menjadi responden dalam

penelitian ini.

*coret yang tidak perlu

Mataram,2021

Peneliti Responden,

( ) ( )
67

KUISIONER PENELITIAN

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Media Audiovisual

Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Lansia Penderita

Hipertensi Di Desa Montong Terep Wilayah Kerja

Puskesmas Aik Mual Tahun 2021”

Kode Responden :

Petunjuk:

1. Isilah identifikasi Anda pada kolom yang tersedia

dengan cara memberi tanda centang (√) pada kotak

yang tersedia sesuai dengan data dan

pendapatAnda.

2. Periksalah kembali agar jangan sampai ada

pertanyaan yang terlewatkan untukdijawab.

3. Tanyakanlah langsung pada peneliti/petugas jika

ada kesulitan dalam menjawabpertanyaan.

4. Apabila kuesioner sudah diisi, kembalikanlah kepadapetugas.

5. (*) diisi olehresponden

A. DataDemografi
68

1. Nama(inisial) :

2. Umur : ………tahun

3. Pendidikan:

Tidak Sekolah SD/MI

SMP/MTs SMA/MA

Tidak Bekerja Pedagang/Petani

Swasta PNS
69

Buruh

4. Pernah mendapat informasi kesehatan tentang


hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Ya Tidak

5. Jika pernah, dari mana sumber informasi


tersebut

Teman Radio

Televisi Koran/Majalah

Petugas Internet

B. Kuesioner Pengetahuan

No Pernyataan Benar Salah


Nama lain dari tekanan darah tinggi
1. adalah hipertensi

Disebut darah tinggi jika nilai


pengukuran darah diatas 140/90
2.
mmHg

Hipertensi digolongkan menjadi 3


3. yaitu tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3
70

Seseorang yang memiliki riwayat


keluarga dengan hipertensi tidak ada
4. memiliki resiko yang lebih besar untuk
terkena hipertensi juga

Hipertensi merupakan gangguan pada


5. jantung dan pembuluh darah

Sukar tidur dan lemah merupakan


6. gejala hipertensi

Hipertensi yang berkelanjutan akan


7. menyebabkan gagal jantung

Tekanan darah tinggi bukan berarti


8. tegangan emosi yang berlebihan

Penderita hipertensi boleh merokok


9. jika keluhannya sudah hilang

Makanan yang asin-asin tidak akan


mempengaruhi kenaikan tekanan
10.
darah

Hipertensi berat bila tekanan darah


11. seseorang 200/115 mmHg

Kegemukan merupakan faktor resiko


12. terkena hipertensi

Hipertensi yang berkelanjutan akan


13. mengakibatkan stroke

Gagal ginjal dapat menyebabkan


14. hipertensi

Salah satu penatalaksanaan penyakit


darah tinggi adalah pengontrolan
15.
berat badan

Penderita hipertensi meminum


16. obatnya sebelum makan

17. Hipertensi dapat mengakibatkan


71

penyakit ginjal

Kurang aktivitas tidak menjadi salah


satu faktor resiko terjadi kenaikan
18.
darah tinggi

Olah raga yang teratur dapat


mencegah terjadinya penyakit darah
19.
tinggi

Banyak pikiran atau stress memiliki


resiko yang besar kenaikkan tekanan
20.
darah tinggi

Minum minuman keras tidak menjadi


salah satu faktor resiko terjadinya
21.
kenaikkan tekanan darah darah tinggi

Hipertensi merupakan penyakit yang


22. tidak membedakan jenis kelamin

Rasa berat ditengkuk bukan


23. merupakan gejala hipertensi

Kalau keluhan sudah hilang tetapi


obat dari dokter masih ada sebaiknya
24.
tetap diminum

Pusing dan mudah marah merupakan


25. gejala hipertensi

Penderita hipertensi tidak perlu rutin


26. minum obat

Kenaikan tekanan darah bukan gejala


27. hipertensi

Istirahat yang cukup dapat mencegah


28. hipertensi
72

C. Kuesioner Sikap

STS : Sangat Tidak Setuju


TS : Tidak Setuju
RR : Ragu-Ragu
S : Setuju
SS : Setuju Sekali

R
No Pertanyaan STS TS S SS
R
1. Mengontrol tekanan darah,
saya lakukan secara rutin
2. Saya suka makanan yang
rasanya asin
3. Saya menolak jika ditawarin
makanan yang asin serta
gurih
4. Saya tidak menimbang berat
badan secara rutin
5. Berolahraga menjadi salah
satukegiatan saya setiap
olahraga
6. Saya minum vitamin secara
teratur sehingga saya tidak
perlu olahraga
7. Saya suka merokok
8. Saya sering meminum
minuman keras
9. Saya suka bercerita masalah
saya kepada keluarag
10. Saya tidak pergi ke dokter
ketika sakit, saya hanya
butuh istirahat saja
11. Mengukur tekanan darah
tidak saya lakukan secara
rutin
12. Saya selalu ikut kegiatan
penyuluhan di puskesmas
atau posyandu
13. Menurut saya kenaikan
tekanan darah tidak begitu
membahayakan
73

14. Saya rutin konsultasi dengan


dokter tentang kesehatan
saya
15. Saya tahu bahwa olahraga
itu baik. Namun karena saya
sibuk saya jarang olahraga
16. Saya lebih memilih
meminum obat penurun
berat badan daripada
berolahraga
74

Anda mungkin juga menyukai