Anda di halaman 1dari 100

1

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PIJAT REFLEKSI KAKI DAN PANGKAL IBU JARI TANGAN


TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI KELURAHAN SELAGALAS WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CAKRANEGARA
TAHUN 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Ajar Skripsi 1


Program Pendidikan Diploma IV (D IV) Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Mataram
Kemenkes RI Tahun Akademik
2020/2021

OLEH :

NI KOMANG SURTI ANGGRENI


NIM: P07120317023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah merupakan suatu golongan penyakit

kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah sebagai

akibat adanya gangguan sistem metabolisme yang terjadi di dalam tubuh,

dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai

dengan kebutuhan tubuh (Rudianto, 2013). Insulin merupakan hormon yang

dilepaskan oleh pankreas dan merupakan satu satunya hormon yang dapat

menurunkan kadar gula darah (Bilous, R., & Donelly, 2014). Secara garis

besar diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua yakni, DM tipe 1 yang

ditandai dengan kurangnya produksi insulin dan DM tipe 2 adalah diabetes

dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya. DM tipe 2 merupakan jenis penyakit diabetes yang mencakup

lebih dari 90% seluruh populasi diabetes yang ada di Indonesia(Rudianto,

2013). Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat didunia.

Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes.

Berarti ada 1 orang per 6 detik atau 10 orang per menit yang meninggal

akibat diabetes. Atlas Diabetes edisi ke – 7 tahun 2015 dari IDF

menyebutkan bahwa dari catatan 220 negara di seluruh dunia , jumlah

penderita diabetes mellitus diperkirakan akan naik dari 415 juta orang di

tahun 2015 menjadi 642 juta orang di tahun 2040 (Tandra, 2017). Indonesia

1
2

berada pada peringkat ke -6 setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat dan

Mesiko, dengan penyandang DM usia 20 – 79 tahun diperkirakan 10,3 juta

(International Diabetes Federation (IDF), 2019).

Dari laporan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) yang menunjukan

prevalensi diabetes mellitus pada penduduk dewasa Indonesia sebesar 6,9%

di tahun 2013, dan melonjak pesat ke angka 8,5% di tahun 2018 sehingga

estimasi jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai lebih dari

16,7 juta jiwa. Jumlah penyandang Diabetes Melitus (DM) di Indonesia

berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018 prevalensi

tertinggi terdapat di daerah DKI Jakarta sebesar 3,4% dan terendah di NTT

sebesar 0,9%, sedangkan di NTB sebesar 1,6% (Kementerian Kesehatan RI

Badan Penelitian dan Pengembangan, 2018). Menurut data Profil

Kesehatan Provinsi NTB diperkirakan jumlah penderita DM pada usia > 15

tahun di provinsi NTB pada tahun 2018 sebanyak 36.486 jiwa mengalami

peningkatan pada tahun 2019 sebanyak 396.222 jiwa. Kota Mataram

menduduki urutan ke 4 dari 10 kabupaten/kota yang ada di provinsi Nusa

Tenggara Barat dengan penyakit diabetes mellitus terbanyak di NTB dengan

jumlah 5.040 jiwa (Dinkes NTB, 2018).

Kota Mataram dalam data menyebutkan Diabetes Melitus (DM)

menempati urutan ke 5 dalam 10 gambaran penyakit rawat jalan di

Puskesmas di Kota Mataram (Badan Pusat Statika Kota Mataram, 2019).

Menurut data profil kesehatan Kota Mataram tahun 2015, prevalensi pasien

diabetes melitus tertinggi di Puskesmas Cakranegara sebanyak 334 orang,

dan terendah di Puskesmas Ampenan sebanyak 16 orang (Dinkes Kota


3

Mataram, 2015). Dari catatan data di Puskesmas Cakranegara diabetes

melitus tipe 2 menepati urutan ke- 8 dari 10 penyakit terbanyak di

Puskesmas Cakranegara tahun 2020. Penyandang DM tipe 2 pada tahun

2018 sebanyak 259 orang pada tahun 2019 sebanyak 272 orang sedangkan

dari bulan januari – agustus tahun 2020 sebanyak 199 orang. Berdasarkan

data tersebut terjadi peningkatan penyandang DM tipe 2 pada tahun 2018 ke

2019 dan pada tahun 2020 diperikirakan akan terus bertambah. Wilayah

Kelurahan Selagalas merupakan Wilayah Kelurahan dengan penyandang

DM tipe 2 terbanyak di Puskesmas Cakranegara dengan jumlah 64 orang

(Puskesmas Cakranegara).

Diabetes mellitus sering dikatakan sebagai penyakit yang tidak bisa

disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan mengatur kadar gula darah

dalam batas normal untuk menghindari terjadinya komplikasi, baik komplikasi

akut seperti terjadinya hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, koma

hiperosmoler non ketotik, maupun komplikasi kronis seperti terjadinya

retinopati, neuropati, luka yang sulit sembuh (Tandra, 2017).

(Apriyanti, 2012), mengemukakan bahwa mengendalikan kadar gula

yang tinggi merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menghindari

terjadinya komplikasi pada diabetes mellitus. Penelitian (Wulandari, 2015),

menyatakan bahwa terdapat berbagai macam cara untuk mengendalikan

kadar gula dalam darah, diantaranya dengan terapi farmakologi dan terapi

non farmakologi. Terapi farmakologi berupa obat-obatan yang tentunya

mengandung bahan kimia, jika terapi farmakologi digunakan secara terus


4

menerus dan dalam jangka waktu yang lama maka terapi farmakologi

memiliki efek yang dapat merugikan seperti terjadinya kerusakan pada ginjal
dan hati. Sedangkan, terapi non farmakologi dinilai memiliki efek samping

lebih sedikit dan lebih ekonomis (Kamaluddin, 2010).

Terapi non farmakologi yang dapat digunakan oleh penderita diabetes

mellitus salah satu diantaranya ialah pijat refleksi. Pijat refleksi merupakan

suatu cara pengobatan penyakit dengan cara memijat melalui titik pusat saraf

yang berhubungan dengan organ-organ yang berkaitan dengan kadar gula

darah diantaranya ialah titik otak, hypofisis, pankreas, hati (Mahendra, 2009).

Penelitian (Rahmawati, 2018). Pijat refleksi dapat dilakukan pada telapak

tangan dan kaki terutama di area organ yang bermasalah, akan memberikan

rangsangan pada titik-titik syaraf yang berhubungan dengan pancreas

(Naution, 2010). Pijat refleksi merupakan salah satu terapi komplementer

yang menggabungkan berbagai tekhnik dalam keperawatan seperti

sentuhan, teknik relaksasi dan teknik distraksi (Nilla, 2007).

Teknik ralaksasi merupakan salah satu tindakan keperawatan yang

dapat mengurangi kecemasan dan secara otomatis dapat menurunkan kadar

gula darah. Relaksasi dapat bekerja untuk menekan hormon stres dan

hormon kortisol yang menjadi salah satu faktor pencetus kenaikan gula darah

pada penderita diabetes. Hormon-hormon yang dapat menaikan kadar gula

darah diantaranya ialah hormon epinefrin, kortisol, glukagon,

adrenocorticotropic hormone (ACTH), kortikosteroid, dan tiroid (Smeltzer, S.,

Bare, B., Hinkle, J., Cheever, 2008) Hormon-hormon tersebut memacu hati

untuk mengeluarkan gula darah sehingga kadar gula darah menjadi

meningkat (Tandra, 2017). Apabila hormon-hormon stress tersebut tidak

dikendalikan maka akan menaikan kadar gula darah (Wiastuti et al., 2017).
6

Pijat refleksi berperan dalam menstimulasi pankreas dan hati, selain itu pijat

refleksi juga akan meminimalkan untuk terjadinya komplikasi dan dapat

mengurangi stres, sehingga kadar gula darah tetap dalam batas normal

(Chaundary, 2008).

Upaya pemerintah dalam pengendalian DM yaitu peningkatan

aktifitas fisik dan pengaturan makan dalam pelaksanaan kasus faktor resiko

DM di Puskesmas Daerah (PERDA) dalam misalnya penyelenggaraan

pelayanan DM melalui pelatihan edukator diabetes bagi dokter umum,

perawat, dan tenaga gizi di puskesmas serta penyelenggaraan kegiatan

posyandu di kelompok masyarakat aktif melalui peningkatan kemampuan

kader dalam deteksi dini faktor resiko dan screening DM (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 3 oktober 2020 dengan Petugas

Puskesmas Cakranegara bahwa Puskesmas Cakranegara adalah salah satu

Puskesmas di Mataram yang memiliki program pengelolaan penyakit kronis

(prolanis) khusunya untuk penyandang diabetes melitus yaitu aktivitas fisik

berupa senam dan juga jalan kaki. Namun belum ada tindakan terapi

komplometer berupa pijat refleksi untuk penyandang diabetes melitus di

Puskesmas Cakranegara.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Pijat Refleksi Kaki dan Pangkal Ibu Jari Tangan

terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah
7

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Bagaimaana Pengaruh

Pijat Refleksi Kaki dan Pangkal Ibu Jari Tangan terhadap Kadar Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja

Puskesmas Cakranegara Tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan

terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Keluarahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara tahun

2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kadar gula darah sebelum dilakukan pijat refleksi

kaki dan pangkal ibu jari tangan pada pasien diabetes mellitus tipe 2

di Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara tahun

2021.

b. Mengidentifikasi kadar gula darah sesudah dilakukan pijat refleksi

kaki dan pangkal ibu jari tangan pada pasien diabetes mellitus tipe 2

di Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara tahun

2021.

c. Menganalisis pengaruh pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan

terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara tahun

2021.
8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan dilakukannya tindakan keperawatan terapi pijat refleksi kaki

dan pangkal ibu jari tangan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat

diketahui manfaat dari pelaksaan terapi pijat refleksi kaki dan pangkal ibu

jari tangan. Sehingga dapat diketahui kesesuaian dengan teori pada

tindakan terapi pijat refleksi kaki dan tangan pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan tindakan

mandiri pada pasien diabetes mellitus tipe 2 untuk meminimalkan

penggunaan terapi farmakologi.

b. Bagi Instansi Pelayanan

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususnya

tindakan dalam pemijatan kaki dan tangan untuk mengendalian

glukosa darah pada pasien penderita diabetes mellitus tipe 2.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi ini diharapkan dijadikan bahan masukkan dan tambahan

refrensi dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi

pembaca dan bagi penulis untuk mengembangkan ilmu secara

keseluruhan.
9

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti dan memberikan data

dasar bagi peneliti dalam mengembangkan penelitian Pengaruh Pijat

Refleksi Kaki dan Pangkal Ibu Jari Tangan terhadap Kadar Gula

Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Konsep Dasar Diabetes Melitus

a. Definisi

Definisi diabetes melitus menurut beberapa refrensi antara lain :

1) Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan

metabolisme kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah

(hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan antara

supplai dan kebutuhan insulin (Tarwanto, 2012).

2) Diabetes Melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang akibat kadar gula darah yang tinggi ditandai

dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal

yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl,

dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl

(Waspadji, 2011).

3) Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai

dengan peningkatan konsentrasi gula pada darah yang disertai

dengan munculnya gejala utama yang khas, yakni urin yang

berasa manis dalam jumlah yang sangat besar (Bilous, R., &

Donelly, 2014).
11

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka yang dimaksud

diabetes melitus dalam penelitian ini adalah penyakit gangguan

metabolisme kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah

(hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan antara

supplai dan kebutuhan insulin ditandai dengan kadar glukosa

darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah

sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah

puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl yang disertai dengan

munculnya gejala utama yang khas, yakni urin yang berasa manis

dalam jumlah yang sangat besar.

b. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut (Tarwanto, 2012), penyakit DM diklasifikasikan menjadi :

1) Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes

Melitus (INDDM) yaitu DM yang bergantung insulin. Diabetes tipe

ini terjadi pada 5% s.d 10% penderita DM. Pasien sangat

tergantung insulin melalui penyuntikan untuk mengendalikan gula

darah. Diabetes tipe 1 ini disebabkan karena kerusakan sel beta

pancreas yang menghasilkan insulin. Hal ini berhubungan dengan

kombinasi antara faktor genetic, immunologi dan kemungkinan

lingkungan seperti virus. Terdapat juga hubungan terjadinya

diabetes tipe 1 dengan beberapa antigen leukosit manusia (HLAs)

dan adanya autoimun antibody sel islet (ICAs) yang dapat

merusak sel sel beta pancreas. Bagaimana proses terjadinya

kerusakan sel beta itu ini tidak jelas. Ketidakmampuan sel beta
12

menghasilkan insulin mengakibatkan glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam

darah sehingga menimbulkan hiperglikemia.

2) Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes

Melitus (NIDDM) yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin

kurang lebih 90% - 95% penderita DM adalah diabetes tipe ini.

DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sensivitas terhadap insulin

(resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin.

Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan

sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme

glukosa. Pada diabetes tipe 2 reaksi dalam sel kurang efektif

karena kurangnya insulin yang berperan dalam menstimulasi

glukosa masuk ke jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa

dihati. Adanya insulin juga dapat mencegah pemecahan lemak

yang meghasilkan badan keton.

3) Diabetes karena malnutrisi

Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutri, biasanya pada

penduduk yang miskin. Diabetes tipe ini dapat ditegakkan jika

ada 3 gejala dari gejala yang mungkin yaitu :

a) Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan

kurang dari 80% berat badan ideal.

b) Adanya tanda – tanda malabsorpsi makanan.

c) Usia antara 40 – 15 tahun


13

d) Memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan berat

badan.

e) Nyeri perut berulang.

4) Diabetes sekunder

Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan

keadaan atau penyakit tertentu, misalnya penyakit pancreas

(pankreastitis, neoplasma, trauma/pancreatectomy), endokrinopati

(akromegali, Cushing syndrome, pheochomacytoma,

hyperthyroidism), obat – obatan atau zat kimia (glukokortikoid,

hormone tiroid, dilantin, nicotinic acid), penyakit infeksi seperti

congenital rubella, infeksi cytomegalovirus, serta syndrome

genetic diabetes seperti Syndrome Down.

5) Diabetes mellitus gestasional

Diabetes mellitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada

masa kehamilan, dapat didiagnosa dengan menggunakan test

toleran glukosa, terjadi pada kira kira 24 minggu kehamilan.

Individu dengan DM gestasional 25% akan berkembang menjadi

DM.

c. Etiologi

Diabetes mellitus disebabkan karena tidak cukupnya hormon

insulin yang dihasilkan oleh pankreas untuk menetralkan gula darah

dalam tubuh. Hormon insulin berguna untuk memproses zat gula

yang berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Apabila

pankreas dalam keadaan normal atau produksi gula darah yang


14

cukup, maka gula darah akan terproses dengan baik, sehingga sel

mendapatkan energi. Pada penderita diabaetes mellitus, terjadi

kerusakan pada pankreas sehingga pankreas tidak menghasilkan

hormon insulin yang cukup untuk menyeimbangkan dengan gula

darah (Susilo & Wulandari, 2011).

Menurut (Maulana, 2016), diabetes mellitus tipe 2 disebabkan

karena berkurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh

atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya berjumlah

cukup. Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian

kecil atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam

kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Diabetes tipe

2 disebabkan karena adanya kegagalan sel β dan resistensi insulin

(resisitensi insulin merupakan menurunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilangula oleh jaringan perifer dan untuk

menghambat produksi gula oleh hati). Sel β pankreas tidak mampu

mengimbangi resistensi insulin, sehingga terjadi resistensi insulin.

d. Patofisiologi

Pankreas yang disebut sebagai kelenjar ludah perut, adalah

kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di

dalam pankreas terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau,

sehingga disebut sebagai pula langerhans yang berisikan sel beta

yang mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam

mengatur kadar gula darah (Pearce, 2009).


15

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta, diibaratkan sebagai

anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya gula kedalam sel,

untuk kemudian di dalam sel gula tersebut dimetabolisasikan sebagai

tenaga. Dalam keadaan normal artinya jumlah insulin cukup, insulin

akan di tangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel

otot, kemudian membuka pintu masuk ke dalam sel sehingga gula

dapat masuk kedalam sel untuk kemudian dibakar menjadi energi

atau tenaga, sehingga kadar gula dalam darah dapat dikatakan

normal (Suyono, 2011).

Menurut (Subekti, 2011), pada keadaan diabetes mellitus tipe

2, jumlah insulin bisa saja normal, tetapi jumlah reseptor (penangkap)

insulin di permukaan sel kurang. Resepor insulin dapat diibaratkan

sebagai lubang untuk kunci, agar dapat masuk kedalam sel. Pada

diabetes mellitus tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga

meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang

kuncinya (reseptor) kurang, maka gula yang masuk kedalam sel

menjadi sedikit, sehingga sel menjadi kekurangan bahan bakar (gula)

dan kadar gula dalam darah menjadi meningkat. Selain itu, apabila

jumlah insulin cukup namun kualitas dari insulinnya kurang baik,

sehingga tidak mampu membawa gula masuk ke dalam sel untuk

dimetabolisme. Akibatnya gula tetap berada di luar sel, hingga kadar

gula dalam darah menjadi meningkat. Dalam keadaan yang seperti

ini, badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energi di

dalam sel.
16

e. Manifestasi Klinis

Menurut (Tarwanto, 2012), terdapat tanda dan gejala diabetes

mellitus, terutama pada diabetes millitus tipe 2, beberapa diantaranya

ialah :

1) Sering kencing /miksi atau meningkatkan frekuensi buang air kecil

(poliuria).

Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa

dikeluarkan oleh ginjal bersama urin karena keterbatasan

kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorpsi dari tubulus

ginjal. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka

diperlukan banyak air, frekuensi miksi menjadi meningkat.

2) Meningkatnya rasa haus (polidipsi)

Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan

(dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus yang mengakibatkan

peningkatan rasa haus.

3) Meningkatkan rasa lapar (polipagia)

Meningkatkan katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi

menyebabkan cadangan energy berkurang, keadaan ini

menstimulasi pusat lapar.

4) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya

kehilangan cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta massa

otot.

5) Kelainan pada mata, pengelihatan kabur


17

Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan

aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lanacar,

termasuk pada mata yang adapat merusak retina serta kekeruhan

pada lensa.

6) Kulit gatal, infeksi kulit, gatal –gatal disekitar area penis dan

vagina.

peningkatan glukosa darah menyebabkan penumpukan pula

pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur, bakteri mudah

menyerang kulit .

7) Ketonuria

Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka

digunakan asam lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah

menjadi keton yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan

melalui ginjal.

8) Kelemahan / keletihan

Kurangnya cadangan energi , adanya kelaparan sel,

kehilangan potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan

letih.

9) Terkadang tanpa gejala

Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi

dengan peningkatan glukosa darah.

f. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Penyebab terjadinya diabetes mellitus tidak hanya semata-

mata disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi disebabkab dari

beberapa faktor yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang
18

lainnya dalam kurun waktu yang lama. Faktor-faktor yang saling

berkaitan adalah faktor keturunan dan kebiasaan pola hidup sehari-

hari atau yang biasa disebut dengan gaya hidup. Menurut (Marewa,

2015), secara umum penyebab terjadinya diabetes mellitus beberapa

diantaranya ialah :

1) Keturunan (genetik)

Faktor keturunan turut menyumbang terjadinya diabetes

dalam tubuh seseorang, seperti kelainan pankreas yang tidak

dapat menghasilkan insulin yang banyak dijumpai pada penderita

diabetes mellitus tipe I (Prihaningtyas, 2013). Faktor keturunan

bukan satu-satunya penyebab terjadinya diabetes mellitus, tetapi

lebih karena adanya keterkaitan antara faktor keturunan dan

faktor lingkungan. Seseorang yang secara keturunan mempunyai

keluarga yang menderita diabetes mellitus, maka akan

mempunyai resiko menderita diabetes mellitus diabandingkan

dengan keluarga yang tidak mempunyai keturunan menderita

penyakit diabetes mellitus.

2) Usia

Seseorang beresiko terkena diabetes akan meningkat dengan

beberapa hal yang mempengaruhi pada usia lanjut misalnya

dengan bertambahnya usia terutama usia di atas 40 tahun,

kurangnya melakukan gerak badan, kurangnya massa otot, serta

berat badan yang makin bertambah (Tandra, 2017). Populasi


19

pengidap diabetes mellitus tipe II terdiri dari umur 20-39 tahun,

umur 40-59 tahun, dan umur lebih dari 60 tahun. Umur antara 35-

65 tahun merupakan usia yang paling rawan untuk terjadinya DM

tipe 2 karena terjadinya peningkatan stress dan depresi tinggi

yang dapat memicu pengeluaran hormon-hormon yang dapat

meningkatkan kadar gula darah (Kuswandi, 2008).

3) Kebiasaan hidup sehari-hari (gaya hidup)

Kebiasaan hidup sehari-hari yang tidak sehat merupakan

pencetus terjadinya diabetes mellitus. Kebiasaan hidup yang tidak

sehat diantaranya ialah:

a) Kebiasaan mengkonsumsi makanan

Makanan merupakan sumber energi bagi tubuh

manusia, namun saat ini fungsi makanan sudah mulai

berubah mulai dari tidak hanya sekedar untuk kebutuhan

hidup, tetapi sudah menjadi hal kesenangan atau kepuasan

tersendiri. Pada saat tubuh terlalu banyak menyimpan

cadangan makanan dan kurang melakukan aktifitas fisik,

maka kalori yang tersimpan di dalam tubuh tidak digunakan

dan cenderung berlebihan. Kelebihan kalori yang tersimpan di

dalam tubuh akhirnya ditimbun dalam bentuk lemak

(Prihaningtyas, 2013).

Mengkonsumsi makanan berlemak akan semakin

meningkatkan risiko tejadinya diabetes mellitus, kandungan

lemak yang ada di dalam makanan akan meningkatkan kadar


20

lemak secara spontan di dalam darah yang pada akhirnya

akan menghambat peredaran darah dan mempersempit

pembuluh darah. Selain itu, tingginya kadar lemak dalam

darah akan menurunkan daya guna insulin, karena adanya

lemak yang berlebih sangat menghambat tugas insulin.

Meskipun pankreas masih normal dan bekerja dengan baik

serta mampu menghaslikan insulin yang cukup, tetapi karena

kadar lemak yang tinggi dalam darah, maka akan

menghambat penyerapan gula ke dalam sel-sel jaringan, yang

dapat menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah.

Dengan demikian, penyebab tingginya kadar gula di dalam

darah tidak karena pankreas yang tidak dapat bekeerja

dengan baik atau ketidak hadiran insulin di dalam darah, tetapi

bisa karena adanya lemak yang berlebih (Marewa, 2015).

Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis yang pada

umunya mengandung banyak gula pasir, diamana dalam

kandungan gula pasir terdapat adanya sukrosa. Menurut

Marewa (2015), gula pasir merupakan gula spontan yang tidak

memerlukan proses metabolism lagi di dalam tubuh, sehingga

gula ini bisa langsung masuk ke aliran darah.

Bagi penderita diabetes, disarankan untuk makan

makanan yang bervariasi agar tercapai keseimbagan antara

karbohidrat, protein, dan lemak. Sebagian penderita diabetes

mellitus bisa mengendalikan gula darahnya hanya dengan

makan tiga kali sehari dan menghindari makanan manis.


21

Orang yang terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat ini

terdapat banyak zat gula yang akan memicu pertambahan

kadar gula darah (Susilo & Wulandari, 2011).

b) Kurang melakukan aktivitas fisik

Tingkat aktivitas fisik yang rendah juga memengaruhi

terjadinya diabetes tipe II, hal tersebut dikarenakan olahraga

dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu untuk

mencegah terjadinya obesitas (Bilous & Donelly, 2014).

Aktivitas fisik sangat perlu untuk mencegah terjadinya

diabetes mellitus, karena kurangnya aktivitas fisik merupakan

penyebab utama terjadinya diabetes mellitus.

Aktifitas fisik yang berguna untuk kesehatan sebagai

contoh adalah aktivitas fisik yang berat misalnya : memikul

kayu, mencangkul, bersepeda cepat, lari marathon, mengayuh

becak, mendaki gunung, membawa atau mengangkat beban.

Sedangkan, megenai contoh untuk aktivitas sedang misalnya

menyapu halaman, mengepel, mencuci baju, menimba air,

bercocok tanam, membersihkan kamar mandi, senam aerobik,

sepak bola, dan lain lain. Aktivitas fisik tersebut dapat

dilakukan setiap hari menimal 30 menit.

Aktifitas fisik selain bermanfaat untuk mengontrol berat

badan, juga memberikan manfaat dalam meningkatkan

penyerapan atau metabolisme gula dan lemak di dalam sel

otot atau sel jaringan, sehingga dapat mengurangi

konsesntrasi gula dan lemak di dalam darah (Marewa, 2015).


22

Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa yang

tersimpan di dalam otot, jika glukosa berkurang, otot mengisi

kekurangan ini dengan cara mengambil glukosa dalam darah,

hal tersebut mengakibatkan turunnya kadar glukosa dalam

darah (Darryl & Barnes, 2012).

c) Kebiasaan Merokok

Pada dasarnya asap rokok mengandung nikotin,

nikotin dapat mernyebabkan insulin tidak dapat bekerja

dengan baik, selain itu dapat memperburuk metabolisme gula

di dalam darah, menyebabkan terjadinya peradangan

pankreas, sampai dengan pencetus terjadinya kanker

pankreas (Marewa, 2015).

d) Kegemukan (obesitas)

Obesitas merupakan salah satu faktor pemicu

timbulnya penyakit termasuk diabetes mellitus. Kegemukan

ditandai dengan indeks massa tubuh yang meningkat, yang

dapat diukur dari perbandingan antara berat badan dan tinggi

badan. Pada keadaan kegemukan respon sel beta pankreas

terhadap peningkatan gula darah sering berkurang, selain itu

reseptor insulin pada target sel diseluruh tubuh termasuk otot

berkurang jumlah dan keaktifannya (kurang sensitif), sehingga

keberadaan insulin di dalam darah menjadi kurang atau tidak

dapat dimanfaatkan (Ilyas, 2011).


23

Menurut Marewa tahun 2015, obesitas menyebabkan

terjadinya resistensi insulin di hati yang menyebabkan

peningkatan asam lemak bebas yang disebut sebagai free

fatty acid dan hasil oksidasinya. Seseorang yang mengalami

obesitas maka pembuluh darah di dalam tubuh dipenuhi oleh

lemak sehingga insulin tidak bisa masuk dan terserap lagi ke

dalam sel jaringan, yang pada akhirnya membuat kadar gula

di dalam darah menjadi meningkat.

g. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Toruan (2012), diagnosis pada diabetes mellitus

ditegakan melalui :

1) Tes urine

Dilakukan pemeriksaan tes urin untuk mengetahui apakah

terdapat kandungan gula dalam kadar yang tinggi atau tidak pada

urin. Jika seseorang mengidap diabetes, maka kadar gula darah

akan meningkat, biasanya akan mencapai kadar 180 mg/dl.

Kondisi kelebihan gula inilah yang membuat urin menjadi lebih

pekat.

Asupan cairan dapat mempengaruhi konsentrasi gula urin dan

hal yang penting adalah bahwa pengaruhnya tidak mencerminkan

gula darah pada saat dilakukan tes, namun sepanjang durasi

terkumpulnya urin dalam kandung kemih (Bilous & Donelly, 2014).

Hasil tes urin yang negatif tidak dapat membedakan antar

hipoglikemia, normoglikemia, dan hiperglikemia sedang.


24

Menurut Soewondo (2011), terdapat dua metode pemeriksaan

gula urine :

a) Uji reduksi Copper / tembaga antara lain : larutan benedict,

clinitest, clinistix

b) Metode enzimatik / uji strip.

Cara ini lebih sensitif, spesifik, dan praktis untuk pemeriksaan

gula urin. Ada beberapa test antara lain : glukotest, diastix.

Metode enzimatik yang spesifik untuk gula lebih

direkomendasikan karena menggunakan reaksi oksidasi gula.

Sebaliknya tes dengan metode reduksi tidak direkomendasikan

karena hasilnya sangat dipengaruhi oleh obat-obatan tertentu

seperti sefalosporin, salisiliat, vitamin C, dan gula non gula.

2) Tes darah setelah puasa

Kadar gula dalam darah baru diukur setelah berpuasa selama

delapan jam sebelum tes. Hal ini dilakukan untuk membuat agar

kadar darah berada dalam level yang tidak mudah dipengaruhi

oleh apapun yang sedang dikonsumsi oleh penderita. Jika kadar

gula dalam darah setelah puasa adalah 126 mg/dl atau lebih,

maka dinyatakan menderita diabetes mellitus (Tandra, 2009).

3) Tes Toleransi Glukosa Oral (OGTT)

Kadar gula dalam darah baru diukur setelah berpuasa selama

8-12 jam, sebaiknya puasa dilakukan pada malam hari karena

tidak ada satupun makanan bahkan air yang dapat dikonsumsi.

Setelah berpuasa selama 8-12 jam lalu dilakukan pengembilan

sampel darah. Kemudian penderita diberikan cairan glukosa dan


25

tetap tidak boleh mengkonsumsi apapun selain cairan glukosa.

Dua jam kemudian, dilakukan pengambilan sampel darah untuk

diperiksa kembali (Toruan, 2012).

Menurut Maulana (2016), seseorang dinyatakan terkena diabetes

jika hasil OGTT:

a) 200 mg/dL atau lebih maka dinyatakan menderita diabetes

mellitus.

b) 140 mg/dL hingga 199 mg/ dL dinyatakan mengalami pra

diabetes.

c) Dibawah 140 mg/dL maka kadar gula darah dinyatakan

normal.

d) Tes gula darah kapiler

Cara screening dengan menggunakan darah kapiler

merupakan cara yang cepat dan murah, yakni dengan menusuk

ujung jari untuk mengambil tidak lebih dari setetes darah kapiler.

Tes ini disebut juga dengan finger prick blood suger screening

atau yang lazim disingkat dengan gula darah stick. Tes gula

darah kapiler bisa digunakan untuk memeriksa kadar gula darah

puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, maupun kadar

gula darah sewaktu. Pada stick yang dipakai, sudah terdapat

bahan kimia yang bisa ditetesi dengan darah akan bereaksi

dalam waktu kurang lebih1-2 menit, maka hasil akan terlihat

(Tandra, 2017).

4) Tes gula darah vena


26

Tes gula darah vena biasanya dilakukan oleh pihak

laboratorium dengan mengambil pembuluh darah vena di lengan

bagian dalam untuk menilai kadar gula darah setelah puasa

minimal 8 jam dan kadar gula darah 2 jam sesudah makan (2 jam

pp- post prandial). Gula darah puasa memberikan gambaran

mengenai gula darah hari sebelum atau kemarin, sedangkan yang

2 jam pp (post prandial) untuk melihat hasil setelah minum obat

atau suntikan insulin (Tandra, 2009).

h. Penatalaksanaan

Sebagian besar penderita diabetes mellitus memiliki banyak

komplikasi yang sebagian besar mengenai organ vital yang dapat

berakibat fatal, maka penatalaksanaan diabetes mellitus perlu

diperhatikan guna mencegah terjadinya komplikasi. Dalam konsensus

pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus utaman pada tipe II,

penatalaksanaan dan pengelolaan diabetes mellitus dititik beratkan

pada 4 pilar penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu : edukasi, terapi

gizi medis, latihan jasmani, dan interfensi farmakologis (Perkeni,

2011).

Menurut Price & Wilson (2013), penatalaksanaan diabetes

mellitus didasarkan pada beberapa hal, diantaranya ialah :

1) Non farmakologis

a) Rencana diet

Rencana diet pada pasien diabetes mellitus yang

dimaksut adalah mengatur jumlah asupan kalori dan

karbohidrat yang dikonsumsi oleh pasien untuk setiap harinya.


27

Jumlah kalori yang disarankan bervariasi, bergantung pada

kebutuhan apakah untuk mempertahankan, atau menurunkan.

Sebagai contoh, pada pasien obesitas, dapat ditentukan diet

dengan kalori yang dibatasi sehingga berat badan pasien

turun tinggal kekisaran optimal untuk pasien tersebut. Untuk

mencegah hiperglikemia postprandial dan glikosuria, pasien

tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan yang

berlebihan.

b) Latihan jasmani

Latihan jasmani yang dilakukan oleh penyandang

diabetes hendaknya tetap mengikuti prinsip-prinsip umum

latihan jasmani. Menurut Ilyas (2011), prinsip latihan jasmani

bagi penyandang diabetes mellitus pada prinsipnya sama saja

dengan latihan jasmani pada umumnya yaitu (F) frekuensi,

dilakukan sebanyak 3-5 kali perminggu secara teratur, (I)

intensitas ringan dan sedang, (D) durasi, dilakukan selama 30-

60 menit setiap kali melakukan latihan jasmani, dan (J) jenis

latihan yang dianjurkan, tujuannya untuk meningkat stamina

seperti jalan, jogging, berenang, senam aerobik dan

bersepeda. Tahapan dalam latihan jasmani juga sangat

diperlukan, tahapan dalam latihan jasmani perlu dilakukan

agar otot tidak memperoleh beban secara mendadak.

Tahapan latihan jasmani diperoleh mulai dari pemanasan

(warming up), latihan inti (conditioning), pendinginan (cooling

down), serta peregangan (stretching). Menurut Ide (2012),


28

dengan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga dapat

menurunkan kadargula, karena otot menggunakan gula dalam

darah untuk dijadikannya sebagai energi.

c) Edukasi

Diabetes mellitus tipe II umumnya terjadi dikarenakan

adanya pola gaya hidup dan perilaku yang sudah terbentuk

secara mapan. Untuk menuju adanya perubahan perilaku

diperlukan partisipasi aktif dari pasien, keluarga, serta

lingkungan.

Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung

usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan

penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah

kesehatan, komplikasi yang muncul secara dini, serta masih

reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan

penyakit secara mandiri, dan perubahan perilaku, serta

kebiasaan kesehatan yang diperlukan (Soebroto, 2009).

d) Manajemen Stress

Seseorang yang menderita diabetes timbulnya stress

dapat mengubah kadar gula darah dengan dua cara. Pertama,

seorang yang mengalami stress mungkin tidak menjaga

dirinya dengan baik. Kedua, hormon pemicu timbulnya stress

(kortisol dan adrenalin) dapat mengubah kadar gula darah

secara langsung. Penderita DM tipe II dalam keadaan stress,

tubuh berhenti merespon insulin sehingga kemampuan

pankreas untuk memproduksi insulin juga berkurang. Keadaan


29

inilah yang harus dikendalikan pada penderita diabetes yaitu

dengan manajemen stress, salah satu tekhnik relaksasi yang

mudah dilakukan yaitu dengan relaksasi diantaranya ialah

dengan pijat refleksi, senam maupun olahraga, positive

thinking (Soebroto, 2009).

2) Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan bersamaan dengan pengaturan

makanan dan laihan jasmani. Terapi farmakologi terdiri dari obat

oral dan obat suntikan.

a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Menurut Waspadji tahun 2011, berdasarkan cara

kerjanya, OHO dibagi menjadi beberapa golongan :

(1) Pemicu sekresi insulin : sulfoniurea, glinid

(a) Sulfonilurea

Obat golongan ini bekerja dengan menstimulasi sel

beta pankreas untuk melepaskan insulin yang

tersimpan dengan waktu paruh selama 6 jam, adapun

mekanisme kerja obat golongan sulfonilurea adalah :

mestimulasi pengelepasan insulin yang tersimpan,

menurunkan ambang sekresi insulin, dan

meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat

rangsangan gula.
30

Tandra (2017), mengatakan terdapat beberapa obat

diabetika oral yang termasuk kedalam golongan

sulfonilurea diantaranya seperti, clorpropamid,

gliquidone, glimepiride, glipizide, gliclazide.

(b) Glinid

Glinid merupakan obat yang kerjanya sama dengan

sulfonilurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase

pertama. Obat ini diabsorbsi dengan cepet setelah

pemberian secara oral dan diekskresikan secara cepat

melalui hati.

(2) Penambah sensitivitas terhadap insulin

(a) Metformin

Metformin bekerja dengan cara meningkatkan

pemakaian gula oleh sel usus sehingga menurunkan

kadar gula darah dan menghambat absorbsi gula dari

usus sehingga menurunkan gula darah dan

mengabsorbsi gula dari usus pada keadaan sesudah

makan. Metformin mencapai kadar puncak dalam

darah setelah 2 jam dan disekresikan lewat urin dalam

keadaan utuh sengan waktu paruh selama 5 jam.

(b) Tiazalidindion

Tiazalidindion adalah golongan obat yang mempunyai

efek farmakologis meningkatkan sensitivitas

insulin.Tiazalidindion temasuk kedalam golongan obat


31

yang bekerja meningkatkan gula disposal pada sel dan

mengurangi produksi gula di hati.

b) Insulin

Insulin disuntikkan di bawah kulit ke dalam lapisan

lemak, biasanya pada bagian lengan, paha atau dinding perut.

Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin,

insulin tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan

oleh tubuh. Karena itu, tubuh bisa membentuk antibody

terhadap insulin pengganti.Antibodi ini mempengaruhi aktivitas

insulin sehingga penderita dengan resistensi terhadap insulin

harus menyesuaikan dosisnya (Maulana, 2016).

Tujuan terapi insulin adalah agar gula darah tetap

dalam batas normal. Dosis insulin tergantung dengan naik

maupun turunny kadar gula darah. Menurut Tandra (2017),

terdapat macam-macam dosis pemerian insulin diantaranya

ialah :

(1) Dosis tunggal : suntikan insulin kerja sedang atau sekali

dalam sehari.

(2) Dosis campur : suntikan insulin kerja cepat dan kerja

sedang dalam satu kali suntikan tiap pagi hari.

(3) Dosis terbagi : suntikan insulin kerja sedang atau

campuran insulin kerja cepat dan sedang dalam satu spuit,

dua kali sehari, sebelum makan pagi dan sebelum makan

malam.
32

(4) Regulasi cepat : suntikan insulin secara terus menerus

tiap jam secara iv, atau dengan pompa insulin.

i. Komplikasi

Penderita diabetes mellitus bisa saja memiliki komplikasi akut

maupun kronis. Komplikas akut yang biasanya terjadi pada penderita

diabetes mellitus diantaranya ialah:

1) Hipoglikemia

Hipoglikomia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi

kalau kadar gula darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl.

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau minum

tablet anti diabetes, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau

aktifitas fisik yang berat (Tandra, 2017).

2) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik atau KAD merupakan keadaan gawat

darurat akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam di

dalam darah. Ketoasidosis diabetik terjadi akibat sel otot tidak

mampu lagi membentuk energi, sehingga dalam keadaan darurat,

tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat

racun dalam peredarah darah yang disebut keton (Tandra, 2017).

3) Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK)

Koma hiperosmoler non ketotik adalah adanya dehidrasi yang

berat, hipotensi dan menimbulkan shock. Komplikasi ini diartikan

sebagai keadaan tubuh tanpa adanya penimbunan lemak,

sehingga penderita tidak menunjukkan pernafasan cepat dan

dalam (kussmaul). Pemeriksaan di laboratorium menunjukkan


33

bahwa kadar gula darah penderita sangat tinggi, pH darah normal,

kadar natrium (Na) tinggi dan tidak ada ketonemia (Sari, 2012).

Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi

(menyebabkan terjadinya penyakit lain) yang paling banyak terjadi di

berbagai organ tubuh. Hal ini berkaitan dengan kadar gula yang tinggi

yang terjadi secara terus menerus, sehingga berakibat rusaknya

pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya (Ide, 2012).

Komplikasi diabetes mellitus terjadi di beberapa organ diantaranya

ialah :

1) Sistem okuler / mata (retinopati)

Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada mata

berupa pandangan mata kabur, kebutaan. Diabetes mellitus

mempengaruhi mata dengan merusak retina, yang disebut

dengan retinopati diabetik. Menurut Darryl E. Barnes (2012),

menyatakan bahwa pembuluh darah yang memasok nutrisi ke sel-

sel retina dapat rusak akibat tingginya kadargula dalam darah,

kemudian menyebabkan perdarahan dan pembentukan gumpalan

darah di dalam aliran darah tersebut. Darah dari pembuluh darah

yang bocor ini akan masuk ke dalam mata dan dapat menghalangi

cahaya mencapai retina sehingga dapat menyebabkan kebutaan.

Jika retina tidak menerima nutrisi dan oksigen karena sedikitnya

aliran darah di dalam sel akan mati, sehingga menyebabkan

hilangnya penglihatan secara permanen.

2) Sistem urinaria (ginjal)


34

Ginjal merupakan organ yang dapat menyaring produk-

produk yang tidak dibutuhkan dari aliran darah, dan

mempertahankan unsur-unsur yang dibutuhkan, seperti protein

dan elektrolit (natrium dan kalium). Namun, kadar gula yang tinggi

menyebabkan ketidak normalan yang membuat unsur-unsur

penting di dalam tubuh, seperti protein, terbuang ke dalam urine,

yang disebut dengan proteinuria, yang merupakan gejala umum

dari gagal ginjal. Pengendalian kadar gula yang baik dapat melalui

pola diet, aktivitas fisik, dan pengobatan (Hostetter dalam Darryl

E. Barnes, 2012)

3) Sistem syaraf (Neuropati)

Sistem saraf tubuh manusia terdiri dari susunan saraf pusat

yaitu otak dan sumsum tulang belakang, susunan saraf perifer

yang berada di otot, kulit, serta organ lain serta susunan syaraf

otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna

(Pearce, 2009).

Pada penderita diabetes, sistem saraf dapat terpengaruh

melaului banyak cara melemahkan dan merusak dinding

pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke syaraf sehingga

terjadi kerusakan saraf yang dapat menyebabkan beragam

masalah yang disebut dengan neuropati diabetik (Ndraha, 2014).

Masalah ini meliputi mati rasa atau kebas, mudah merasakan

nyeri, berkurangnya kontrol dan fungsi otot, dan kesulitan

mengendalikan organ lain, seperti kandung kemih dan usus besar.


35

Para penderita diabetes yang mengalami penurunan

kemampuan untuk merasakan dapat mengalami masalah yang

berkaitan dengan ketidakmampuan merasakan nyeri tekan.

Penurunan kemampuan untuk merasakan juga dapat

menyebabkan kerusakan sendi yang signifikan, yang dapat

menyebabkan patah tulang dan cacat (Darryl E. & Barnes, 20

4) Luka yang sulit sembuh

Luka yang sulit sembuh pada penderita diabetes mellitus

merupakan efek lain dari kerusakan pembuluh darah dan saraf

selain kesemutan. Kerusakan tersebut mengakibatkan penderita

diabetes mellitus tidak merasakan sakit jika mengalami luka.

Gabungan kadar gula yang tinggi dan tidak adanya rasa nyeri,

maka membuat luka yang awalnya kecil dapat membesar bahkan

menjadi borok akibat kurangnya sirkulasi darah maka jaringan

tidak mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi, sehingga luka

akan membusuk, apabila tidak dilakukan perawatan luka dengan

baik maka akan menimbulkan terjadinya amputasi (Maulana,

2016).
36

2. Kadar Gula Darah

a. Definisi

Kadar gula darah adalah tingkat gula dalam darah yang diatur

ketat didalam tubuh. Kadar gula meningkat setelah makan dan

biasanya berada di level terendah sebelum makan (Henrikson &

Bech-Nielson, 2009). Kadar gula darah adalah jumlah glukosa (gula)

yang ada dalam darah (Sari, 2007).

Kadar gula darah yang melebihi normal disebut dengan

hiperglikemia, sedangkan kadar gula darah dibawah normal disebut

hipoglikemia (Hasdianah, 2012).

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang beredar dalam

darah. Kadarnya dipengaruhi oleh berbagai enzim dan hormon yang

paling penting adalah hormon insulin (Maliya & Wibawati, 2011).

Kondisi kadar gula darah harus selalu seimbang, yaitu harus berada
37

antara 60-120 mg/dL pada waktu puasa dan kadar gula darah di

bawah 200 mg/dL dua jam setelah makan (Susilo & Wulandari, 2011).

b. Pengaturan Kadar Gula Darah

Menurut Abata (2014), gula adalah sumber energi utama bagi

tubuh, gula berasal dari dua sumber utama, yaitu makanan dan hati.

Saat mencerna makanan gula diserap ke dalam aliran darah dengan

dibantu oleh insulin (hormon yang mengatur metabolism karbohidrat).

Hormon insulin dihasilkan oleh pankreas. Hormon insulin akan

mengubah kelebihan gula darah menjadi glikogen untuk kemudian

menyimpannya di dalam hati dan otot. Ketika tubuh membutuhkan

tambahan energi, maka glikogen yang tersimpan di dalam hati akan

diubah oleh glukagon menjadi gula yang di gunakannya sebagai

energi tambahan (Susilo & Wulandari, 2011).

Menurut Ide tahun 2012, dalam keadaan normal kadar gula

darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam

waktu 2 jam, peningkatan kadar gula darah setelah makan atau

minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga

mencegah kadar gula darah yang berlanjut dan menyebabkan kadar

gula darah menurun secara perlahan.

c. Klasifikasi Kadar Gula darah

Menurut Tarwato,dkk (2012), adapun patokan kadar gula

darah dalam mendiagnosis diabetes mellitus diantaranya ialah :

Tabel 1. kadar gula darah dalam mendiagnosis DM

Kadar Gula Bukan DM Belum Pasti DM


38

Darah DM
Sewaktu :
Plasma vena < 100 mg/dl 100 -199 mg/dl ≥ 200 mg/dl
Darah kapiler < 90 mg/dl 90 - 199 mg/dl >200 mg/dl
Puasa :
Plasma vena < 100 mg/dl 100 -125 mg/dl >126 mg/dl
Darah kapiler < 90 mg/dl 90 - 99 mg/ dl >100 mg/dl

Tabel 2. Kadar gula darah berdasarkan tingkatannya

Tingkatan Gula darah (mg/dl)


Hipoglikemia < 55
Hipoglikemia ringan 50 – 55
Hipoglikemia sedang < 50
Hipoglikemia berat < 35
Normal 60 – 125
Normal tinggi 126 – 144
Rentang tinggi (khusunya 146 – 199
kadar gula puasa)
Hiperglikemia > 200
Sumber : Fransisca (2012) dan Nastiti (2012)
d. Cara Mengutur Kadar Gula Darah

Cara untuk mengukur kadar gula darah menggunakan glukometer

sebagai berikut (Rachmawan, 2013) :

1) Siapkan glukometer, alkohol, kasa/kapas, test strip, jarum

penusuk (lancet) dan alat penusuk (lancing device).

2) Untuk menghindari kontaminasi, cuci dan keringkan kedua tangan

anda dengan kain bersih sebelum pengambilan sampel darah.

3) Masukkan penusuk jarum (lancet) di alatnya (lancing device).

Pastikan bahwa jarum yang anda pakai streil dan masih baru.

4) Letakkan ujung jari anda yang akan ditusuk. Kami sarankan anda

menggunakan ujung jari berbeda – beda sehingga tidak


39

menimbulkan pengerasan kulit. Jari yang direkomendasikan untuk

digunakan adalah telunjuk, jari tengah, dan jari manis.

5) Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kasa atau kapas

beralkohol untuk menghindari infeksi.

6) Tusukkan jarum ke ujung jari anda. Daerah pertama yang keluar

anda lap terlebih dahulu dengan kapaslalu biarkan bukatan kecil

darah terbentuk di ujung jari. Tekan dengan pelan jari anda untuk

membantu mengeluarkan darah, ingat jangan terlalu kuat agar

sampel tidak bercampur dengan cairan otot sehingga membuat

hasil pengukuran menjadi tidak valid.

7) Bila darah tidak cukup keluar, dapat dimasukkan jarum dijari

kedua.

8) Masukkan test strip ke alat pengukur (glucosemeter). Anda

sebaiknya memastikan bahwa test strip yang anda gunakan

belum kadarluasa. Setiap tes strip mempunyai tanggalkadaluarsa

jadi bila terlewati akan membuat hasil pengukuran menjadi tidak

akurat.

9) Tempelkan kassa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang

tertusuk untuk menghentikan perdarahan.

10) Lihat hasil pengukuran di glukometer anda

Hasil pemeriksaan gula darah dengan cara sederhanan ini

biasanya cukup akurat. Hasil pembacaan yang kurang baik lebih

disebabkan oleh kesalahan cara pemeriksaan (Human Error) dari

pada kerusakan alat. Hasil yang tidak akurat bisa disebabkan oleh

(Tandra, 2008) :
40

1) Darah ditambahkan pada strip yang sudah ditetesi daerah

2) Strip rusak atau sudah kadaluarsa

3) Glukometer rusak atau kotor

4) Strip tidak disimpan dalam susu kamar

5) Kode diglukometer tidak cocok dengan strip

e. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah

Hasil dari pemeriksaan gula darah sangatlah berfariasi,

tergantung dengan metabolisme makanan yang diubah menjadi gula

oleh tubuh, serta bagaimana tubuh mengolah gula. Tandra (2017),

mengatakan jika terdapat beberapa faktor yang dapat mempengauhi

kadar gula darah, beberapa faktor tersebut diantaranya ialah :

1) Makanan

Makanan akan menaikan kadar gula darah, satu hingga dua jam

setelah makan, gula darah akan mencapai angka yang paling

tinggi. Kadar gula darah dapat dikontrol dengan mengusahakan

makan dengan teratur, mengatur jenis makanan, jumlah, serta

jadwal makan. Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan

lemak. Ketiganya akan menaikan gula darah, tetapi karbohidratlah

yang paling kuat meningkatkan kadar gula darah.

2) Hati

Zat makanan akan ditimbun di hati dalam bentuk glikogen. Bila

gula darah turun, hati akan memecah glikogen menjadi glukosa

(proses glikogenolisis) dan dilepaskan ke dalam aliran darah.

Proses penyimpanan dan pengeluaran gula oleh hati yang


41

berjalan terus-menerus ini akan mengatur gula darah agar tetap

stabil.

3) Olahraga dan aktivitas

Olahraga akan menurunkan gula darah, olahraga mengurangi

resistensi insulin sehingga kerja insulin lebih baik dan

mempercepat pengangkutan gula masuk ke dalam sel untuk

kebutuhan energi. Makin banyak berolahraga, makin cepat dan

makin banyak gula yang digunakan.

4) Alkohol

Alkohol menghambat hati melepas gula kedalam aliran darah

sehingga kadar gula darah bisa turun.


42

3. Pijat Refleksi

a. Definisi Pijat Refleksi

Pijat refleksi atau disebut juga refleksiologi merupakan cara

memijat tangan, kaki, dan anggota tubuh lain dengan mengarah pada

titik pusat urat – urat saraf. Pemijatan ditempat – tempat tertentu itu

mewakili seluruh organ internal, sistem tubuh, anggota badan dan

kelenjar. Nah, dengan menstimulasi titik – titik ini dengan pemijatan

tertentu, organ – organ yang berhubungan akan mendapatkan efek

langsung (widyanigrum, 2013).

Pijat refleksi adalah pijat dengan melakukan penekanan pada

titik syaraf yang terdapat di kaki maupun tangan dengan tujuan untuk

memberikan rangsangan bioelektrik pada organ tubuh tertentu

sehingga memimbulkan efek rileks karena mempengaruhi beberapa

hormon terkait dan aliran darah menjadi lancar (Trionggo & Ghofar,

2013).
43

Pijat refleksi merupakan suatu bentuk pemijatan tradisional

yang dilakukan dengan cara menarik, meremas, maupun mendorong,

dan memegang untuk merangsang titik akupuntur dan bagian lain dari

tubuh untuk menciptakan keseimbangan dan hormonal dalam sistem

tubuh (Toruan, 2012).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pijat refleksi merupakan cara memijat tangan, kaki, dan anggota

tubuh lain dengan mengarah pada titik pusat urat – urat saraf dengan

tujuan untuk memberikan rangsangan bioelektrik pada organ tertentu

sehingga menimbulkan rileks karena mempengaruhi beberapa

hormone terkait dan aliran dara menjadi lancar yang dilakukan

dengan cara menarik, meremas, maupun mendorong, dan

memegang untuk merangsang titik akupuntur dan bagian lain dari

tubuh untuk menciptakan keseimbangan dan hormonal sistem tubuh.

b. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Pijat Refleksi

Menurut widyanigrum (2013), ketika hendak melakukan pijat

refleksi, berikut ini hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Pijat refleksi bisa dilakukan selama 30 – 45 menit. Tetapi bagi

penderita penyakit kronis, lanjut usia harus lebih pendek

disesuaikan dengan kemampuannya.

2) Setiap titik refleksi hanya dipijat 5 – 9 menit dalam sekali

pengobatan.

3) Daerah yang akan dipijat sebaiknya diolesi dengan minyak agar

kulit tidak lecet.


44

4) Daerah refleksi yang terdapat di kaki, cara pijatnya dari arah

bawah ke atas, sesuai dengan arah aliran darah.

5) Setelah melakukan pijat refleksi pada kaki tanpa bantuan alat,

khusus titk refleksi yang agak tersembunyi atau telapak kaki yang

banyak dagingnya gunakanlah tulang jari telunjuk yang dilipatkan

untuk memijat.

6) Kebanyakan orang memerlukan perawatan 4 – 8 minggu untuk

memperoleh hasil yang memuaskan. Tetapi bagi pasien

berpenyakit kronis dipijat 3 kali seminggu atau 2 hari sekali.

Jangan memijat setiap hari.

7) Bagi penderita penyakit seperti : diabetes, jantung, lever, dan

kanker cara pemijatannya jangan terlalu keras, setiap daerah

refleksi dipijat boleh lebih dari 2 menit.

8) Dalam waktu 1 jam setelah makan jangan memijat.

9) Selama pemijatan hentikan obat – obat kimia, karena obat

tersebut akan menghambat kesembuhan, kecuali penderita

diabetes dan jantung obat – obatan tetap dieperlukan.

10) Setelah selesai di pijat minumlah 2 – 3 gelas air putih (sedikitnya

500 cc), agar kotoran di dalam tubuh mudah terbuang dan bagi

penderita ginjal berat, jangan minum lebih dari 150 cc.

11) Jika pasien merasa kurang enak badan, pemijatan harus ditunda

hingga kembali sehat.

12) Memijat daerah refleksi kelenjar jangan terlalu keras, supaya

tidak menimbulkan reaksi yang lainnya.

c. Manfaat Pijat Refleksi


45

Menurut Alviani (2015), terdapat beberapa manfaat yang

diperolah ketika dilakukan pijat refleksi, beberpa manfaat tersebut

diantaranya ialah :

1) Melancarkan sirkulasi darah

Sirkulasi darah yang lancar akan mengalirkan oksigen keseluruh

tubuh dengan lebih maksimal dan efektif. Semakin banyak

oksigen yang mencapai organ vital, semakin optimal fungsi organ

tersebut dan juga sistem metabolisme tubuh.

2) Meningkatkan energi

Dengan menyelaraskan fungsi organ dan sistem otat, pijat refleksi

membantu meningkatkan metabolism dan proses penciptaan

energi dalam tubuh.

3) Relaksasi

Rangsangan yang diberikan sesi refleksiologi yang baik akan

membuat rileks dan akan melancarkan peredaran darah.

Lancarnya peredaraan darah karna dipijat memungkinkan darah

mengantar banyak oksigen dan gizi ke sel-sel tubuh, sekaligus

akan membawa racun untuk dikeluarkan. Terapi pijat refleksi yang

diberikan diarea yang bermasalah pada tangan akan memberikan

rangsangan pada titik saraf yang berhubungan dengan pankreas

akan menjadi lebih aktif sehingga menghasilkan insulin (Lisnawati,

2015),

4) Mempercepat penyembuhan luka

Kombinasi dari peningkatan aktivitas saraf, peningkatan sirkulasi

dan keseimbangan metabolism membuat sel – sel bisa tumbuh


46

lebih cepet. Hal ini tentu saja berpengaruh pada percepatan

penyembuhan luka.

5) Menyembuhkan penyakit

Manfaat dari pijat refleksi selain membuat tubuh tetap bugar, pijat

refleksi juga mampu menyembuhkan penyakit. Hal ini dikarenakan

tubuh memiliki titik meridian. Titik tersebut menyambungkan organ

luar dan organ dalam, ketika kita memberikan rangsangan berupa

sentuhan pada organ luar, akan dirasakan oleh organ dalam.

d. Titik – Titik Refleksi Bagian Kaki

1) Zona refleksi pada kaki

Terapi pijat refleksi merupakan suatu cara untuk mengatasi

gangguan kesehatan dengan cara memijat pada titik atau area

refleksi tertentu pada tubuh manusia sesuai dengan zonanya.

Embong et al (2015), mengatakan bahwa zona refleksi terbagi

menjadi beberapa bagian, diantaranya ialah :

1) Zona longitudinal

Pada zona longitudinal terdapat lima zona di setiap sisi

tubuh. Zona longitudinal dimulai dari ujung jari kaki yang ditarik

garis sejajar dengan ujung jari tangan yang sama, setiap satu

level tubuh mempunyai lebar yang sama. Lima zona

longitudinal tersebut diantaranya ialah :

a) Zona 1, dimulai dari ujung ibu jari kaki melewati tungkai

dan tubuh ke kepala dan otak, kemudian ke bawah ke

lengan terus menuju ke ujung ibu jari tangan. Terdapat


47

beberapa organ terkait yang berada di zona longitudinal 1,

pada kaki kiri dan kanan diantaranya ialah : kelenjar

pituitari, otak, hipotalamus, kelenjar tiroid, hidung, lidah

kerongkongan, tulang belakang, jantung, pankreas, hati,

usus halus, usus besar, prostat.

b) Zona 2, dimulai dari ujung jari kaki kedua melewati tungkai

dan tubuh ke kepala dan otak, kemudian kebawah ke

lengan terus menuju ujung jari telunjuk tangan. Beberapa

organ terkait yang berada di zona longitudinal 2,

utamanya pada kakikanan dan kiri diantaranya ialah :

otak, mata, kelenjar gondok, jantung, paru-paru, limpa,

usus besar dan usus kecil.

c) Zona 3, dimulai dari kaki ketiga melewati tungkai dan

tubuh ke kepala dan otak, kemudian ke bawah ke lengan

terus menuju ujung jari tengah tangan. Organ terkait yang

berada di zona tersebut utamanya pada kaki sebelah

kiriialah : otak, mata, paru-paru, kelenjar adrenal, usus

besar dan usus kecil. Organ yang terkait pada kaki

sebelah kanan ialah: otak, mata, paru-paru, kelenjar

adrenal, usus besar dan usus kecil, kantung empedu,

ginjal.

d) Zona 4, dimulai dari ujung jari keempat kaki melewati

tungkai dan tubuh ke kepala dan otak, kemudian ke

bawah ke lengan terus menuju ujung jari manis pada

tangan. Beberapa organ terkait yang berada di zona


48

longitudinal 4, utamanya pada kaki kanan dan kiri

diantaranya ialah : otak, mata, ovarium.

e) Zona 5, dimulai dari ujung jari kelima kaki melewati sisi

luar tungkai kaki dan tubuh ke kepala dan otak, kemudian

ke bawah tepi luar lengan terus menuju ujung jari.Organ

terkait yang berada di zona tersebut, utamanya pada

kanan dan kaki diantaranya ialah :otak, telinga, bahu /

pundak, lutut kiri .

Gambar 1. zona longitudinal pijat refleksi pada kaki

2) Zona transversal

Zona transversal (melintang) membagi seluruh tubuh

menjadi empat bagian, beberapa diantaranya ialah :

a) Zona transversal tubuh 1 Pada zona transversal 1

mencakup daerah kepala, leher, dan tengkuk hingga garis

transversal bahu.

b) Zona transversal tubuh 2 Zona ini mencakup daerah

antara garis transversal bahu dan garis transversal


49

pinggang. Organ yang termasuk ke dalam zona ini dimulai

dari dada dan perut bagian atas termasuk lengan dan

siku.

c) Zona transversal tubuh 3 Pada zona ini mencakup daerah

antara garis transversal pinggang hingga garis transversal

dasar pelvis. Organ yang termasuk ke dalam zona ini

adalah organ yang terdapat pada perut bagian bawah dan

termasuk lengan bawah.

d) Zona transversal tubuh 4 Zona ini mencakup bagian tubuh

di bawah garis transversal dasar pelvis, yaitu seluruh

tungkai dan kaki.


50
51

Gambar 2. zona transversal pijat refleksi pada kaki

2) Titik pijat refleksi kaki pada penderita diabetes mellitus

Penelitian dari Chanif & Khoiriyah (2016) dengan judul

“Efektifitas terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada

pasien hipertensi”, menyatakan bahwa titik refleksi di kaki

digunakan untuk menentukan daerah pijatan, dimana kaki

merupakan representative persyarafan diseluruh tubuh. Sehingga

dengan teknik pijat refleksi kaki ini dapat merangsang fungsi saraf

di seluruh tubuh berfungsi dengan baik. Kaki merupakan peta

organ tubuh dimana setiap refleks yang ada di kaki berhubungan

dengan organ atau bagian tubuh tertentu. Menurut Mahendra &

Ruhito (2009). berikut ini merupakan titik pijat refleksi pada

penderita diabetes mellitus :

a) Otak

Lokasi titik pijat berada di ibu jari kaki zona longitudinal 1

hingga 5 dan zona transversal 1. Otak merupakan pusat saraf

dan berfungsi mengatur semua fungsi organ selain itu otak

berfungsi mengatur kebutuhan dasar tubuh, antara lain

mengatur suhu badan, mengatur sistem kerja dari hormon

serta otak memiliki sensor terhadap kadar gula darah (Pearce,

2009).
52

Gambar 3. letak titik otak pada telapak kaki kanan dan kiri

b) Hyphophysis

Titik pijat berada di ibu jari kaki zona longitudinal 1 dan zona

transfersal 1.Kelenjar hyphophysis memproduksi hormon yang

berfungsi memicu atau merangsang kinerja organ tertentu dan

bekerja sebagai zat pengendali produksi sekresi dan semua

organ endokrin lainnya (Pearce, 2009).

Gambar 4. letak titik hyphophysis pada telapak kaki kanan

dan kiri

c) Pankreas
53

Lokasi titik pijat berada di telapak kaki, pada zona longitudinal

1 dan zona transversal 3. Kelenjar pankreas menghasilkan

hormon insulin dan glukagon yang berguna untuk

menyeimbangkan kadar gula dalam darah.

Gambar 5. letak titik pankreas pada telapak kaki kanan dan kiri

d) Hati

Area pijat berada di telapak kaki sebelah kanan dan kiri, zona

longitudinal 1 dan zona transversal 3. Hati memiliki fungsi

untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas

normal. Di dalam hati terjadi proses glikogenolisi dimana

glikogen akan disimpan di hati, yang akan digunakan sebagai

cadangan glukosa bila tubuh kembali membutuhkannya

(Pearce, 2009).

Hati merupakan suatu tempat untuk menyimpan sekaligus

pusat untuk pengolahan gula darah, pada saat kadar insulin

meningkat, hati akan menimbun gula darah yang nantinya

akan dialirkan ke dalam sel-sel tubuh apabila dibutuhkan.


54

Ketika lapar atau tidak adanya asupan makanan, maka insulin

dalam keadaan rendah, timbunan hati (glikogen) akan diubah

menjadi gula darah yang akan dikeluarkan ke aliran darah

menuju sel tubuh (Tandra, 2017).

Gambar 6. letak titik hati pada telapak kaki kanan dan kiri
55

Gambar 7. Titik atau area pijat refleksi secara keseluruhan di telapak

kaki

e. Titik – Titik Refleksi Bagian Tangan

1) Jalur meridian pijat refleksi bagian tangan

Menurut Alviani, (2015) terdapat 12 jalur meridian yang saling

berhubungan dengan organ tubuh menurut ilmu pengobatan

tradisional cina. Namun, dari 12 jalur tersebut, hanya 6 jalur yang

harus di ketahui, 6 jakur meridian yang harus diketahui sebagai

berikut :

a) Jalur jantung

Jalur meridianyang pertama adalah jalur jantung. Disebut juga

dengan titik Sau Zhong yang terdapat pada jari kelingking,


56

tepatnya di bawah kuku jari kelingking. Jalur ini berperan

mengatur fungsi organ jantung dan mengatur peredaran

darah dalam tubuh. Selain itu, titk ini juga dapat digunakan

untuk mendektesi penyakit gelisah, pusing, jantung dan ginjal.

Penyakit tersebut akan terdektesi, ketika titik bagian yang

ditekan terasa sakit.

b) Jalur selaput jantung

Jalur ini juga biasa disebut Chong Zhong. Titik meridian ini

berada di jari tengah,tepatnya dibawah kuku jari tengah. Titik

meridian ini biasanya digunakan untuk mendektesi penyakit

seperti diare, sakit perut, gelisah, kelainan limpa. Penyakit

tersebut akan terdektesi, ketika titik bagian yang ditekan

merasa sakit, ini karena pada titik ini memiliki hubungan

langsung dengan kerja jantung, berhubungan dengan usus

kecil, dan peredaran darah.

c) Jalur paru – paru

Jalur paru – paru ini juga biasa disebut dengan titikSau Sang.

Jalur ini terdapat pada ibu jari, yakni berada di pergelangan

atas sebelah luar ibu jari. Jalur ini berhubungan langsung

dengan sistem pernapasan. Jalur ini biasanya digunakan

untuk mendektesi sakit tersebut. Misalnya saja, ketika titik

pada jalur paru – paru ditekan dan pasien merasa sakit, bisa

saja dia sedang mengalami gangguan sakit paru – paru.

Seperti flu, asma, atau malah infeksi saluran pernapasan.

d) Jalur usus kecil


57

Jalur ini biasa disebut Sau Zhe. Titik jalur ini terdapat di jari

kelingking, tepatnya di bawah kuku kelingking sebelah luar.

Jalur ini biasanya digunakan untuk mendektesi gangguan

kesehatan seperti sakit perut, sembelit, sakit kepala dibagian

belakang, dan nyeri pada lengan.

e) Jalur usus besar

Jalur ini biasa disebut dengan titik Sang Yang. Jalur ini

terdapat pada jari telunjuk, tepatnya dibawah jari telunjuk.

Jalur ini digunakan mendektesi gangguan pencernaan, sakit

pinggang, nyeri pada pundak dan bahu, dan sakit pada

bagian paha. Selain dapat digunakan untuk mendektesi sakit

tersebut, titik ini bila ditekan dengan benar juga akan mampu

menyembuhkan sakit tersebut.

f) Jalur San Chiau

Jalur ini biasa disebut dengan Kwan Zhong. Titk merdian

jalur San Chiau terdapat dibawah kuku jari manis. Jalur ini

digunakan untuk mendektesi sakit migraine, nyeri dada, dan

kolik kantung empedu. Selain digunakan untuk mendektesi

sakit tersebut, titik ini juga bisa digunakan untuk

menyembuhkan sakit tersebut. Suhu badan yang panas

dingin juga bisa disembuhkan dengan menekan titik meridian

ini. Karena pada titik ini terdapat jalur yang menghubungkan

pengaturan sistem limfa dan sistem hormonal pada tubuh.


58

2) Area refleksi pada tangan

Berdasarkan penelitian dari Rahmawati, (2018) terdapat

beberapa area refleksi tangan, yaitu :

1) Sakit kepala

Area refleksi yang efektif untuk sakit kepala kanan dibawah

kuku jari manis.

2) Pundak pegal

Area refleksi untuk pundak terletak di bagian pangkal telunjuk

kelingking, yaitu pada titik lelah, getaran, lengan kanan dan

lengan kiri.Jika bagian lever dan saluran lever terasa tidak

enak, bagian ini dapat dirangsang sekaligus.

3) Tekanan darah tinggi

Area refleksi yang efektif untuk hipertensi terletak pada jari

tengah pada zona kiri dan kanan.Refleksi ini terus di lakukan

secara rutin setiap hari, dengan demikian tensi darah yang

tinggi dapat di kendalikan perlahan lahan.

4) Anemia

Daerah refleksi yang tepat untuk anemia terletak pada titik jari

tengan dan ibu jari.

5) Mengompol

Daerah refleksi yang efektif adalah titik yang terletak di jari

kelingking.Rangsangan refleksi adalah kandung kemih kanan

dan kiri.

6) Rabun pada usia lanjut


59

Lakukan refleksi pada daerah yang terletak pada jari

kelingking.

7) Diabetes

Daerah refleksi yang efektif di sekitar pangkal ibu jari tangan

kanan rangsangan daerah refleksi pankreas. Selain

membantu penyerapan sari makanan, pankreas menghasilkan

hormon insulin dan glukagon yang berguna untuk

pembentukan energi (insulin mengubah gula menjadi energi

melalui proses pembakaran) dan menyeimbangkan kadar gula

dalam darah (Hendro & Ariyani, 2015)

Gambar 8. area refleksi pangkal ibu jari tangan


60

Gambar 9. area tangan pijat refleksi

f. Teknik Pijat Refleksi

Menurut Alviani (2015), Berikut ini terdapat beberapa teknik

yang dilakukan saat pijat refleksi :

1) Teknik genggaman

Teknik genggaman (garsp) merupakan teknik dasar paling umum

dalam pijat refleksi. Teknik ini dilakukan dengan menggerakan ibu


61

jari dan empat jari lain pada posisi seolah sedang

menggengggam tongkat, namun tongkat tersebut tidak terlihat.

Dapat juga dilakukan dengan posisi tangan ketika sedang

mengambil atau merenggut sesuatu (Alviani, 2015).

2) Teknik cengkraman

Menurut Alviani (2015), teknik cengkraman merupakan cara

memijat dengan memberi tekanan kuat dari suatu titik tertentu ke

titik lain. Dalam hal memijat, besar atau kecilnya tekanan

ditentukan oleh genggaman dari tangan yang tengah memijat di

mana tepatnya akan mengeluarkan kekuatan jari-jari untuk

mencengkram. Teknik cengkraman sendiri memiliki beberapa

variasi dimana penjelasannya akan diuraikan sebagai berikut:

a) Teknik jari tunggal (single finger)

Teknik ini memusatkan kekuatan memijat pada satu jari, yaitu

bagian ujung jari telunjuk dengan cara menekannya secara

kuat dan dalam pada titik tertentu.

b) Teknik banyak jari (multipel finger)

Pada teknik ini, bagian ujung dari keempat jari digunakan

untuk memijat. Keempat jari tersebut digunakan untuk

menutup bagian luas pada tangan atau kaki.

c) Teknik jepitan (pinch grip)

Teknik ini menggabungkan antara bagian tapak ibu jari

dengan jari telunjuk untuk membuat titik kontak yang

berlawanan dan membentuk sebagai jepitan, dengan cara

menekan pada titik organ sasaran.


62

d) Teknik langsung (direct grip)

Teknik ini memposisikan bagian ibu jari menekan langsung

pada titik kontak atau organ sasaran, sementara jari-jari lain

berusaha memperkuatnya dengan cara menekan pada

bagian selain organ sasaran.

3) Teknik ibu jari

Menurut Alviani (2015), teknik ibu jari dilakukan dengan cara

memberi suatu tekanan tetap selama memijat permukaan tangan

atau kaki. Teknik ini dibedakan menjadi beberapa diantaranya

ialah :

a) Teknik ibu jari (jempol) berjalan (tumb walking)

Jempol berjalan merupakan suatu tekhnik memijat dengan

gerakan utama yang dilakukan selama melakukan tindakan

refleksiologi. Pemijatan dilakukan dengan cara menempatkan

satu tangan diamana telapak tangan menghadap kearah

bawah. Letakkan ibu jari dengan cara menekuk ibu jari pada

bagian ruas jari pertama menghadap kebawah. Hal ini

membuat sebuah ujung ibu jari berada di permukaan kulit dan

ibu jari yang lain tertekuk ke atas. Gerakan dilakukan dengan

cara menarik jempol kembali pada posisi menekuk, tahan

pada titik tertentu dan kemudian dilanjukan dengan gerakan

maju.

b) Teknik satu jari berjalan (single finger walking)

Teknik jari berjalan menggunakan gerakan yang mirip dengan

teknik ibu jari berjalan. Penggunaan jari telunjuk atau semua


63

jari yang dibengkokan sedikit pada ruas jari pertama

kemudian di dorong bersama dalam gerakan berjalan atau

merayap. Jika menggunakan jari telunjuk, maka jari jari yang

lain akan berada diatasa dan sedikit tertutup. Teknik jari

berjalan dimulai dengan ruas jari pertama dibawah jari

telunjuk dengan kepalan tangan tertutup. Dimulai dengan

menempatkan jari tepatnya di ruas jari pertama mendorong

keluar. Lalu luruskan sedikit, kemudian tekuk lagi, hal ini

merupakan satu jari berjalan yang mirip dengan cara ulat

berjalan.

c) Teknik banyak jari berjalan (multiple finger walking)

Teknik banyak jari berjalan dilakukan dengan cara memegang

pergelangan kaki terlebih dahulu. Lalu angkat jari – jari dan

tarik kebelakang sampai ujung – ujung jari menyentuh

pergelangan tangan. Setelah itu, barulah ibu jari berfungsi

sebagai penjepit sementara jari – jari bergerak maju.

4) Teknik rotasi

Teknik rotasi, ujung ibu jari langsung diletakkan di titik refleks

yang diinginkan dan diputar. Langkah pertama yang dilakukan

ialah, pegang kaki dengan mantap, buat lingkaran dalam gerakan

berputar kecil dengan ibu jari pada titik yang diinginkan.

Kemudian tekan dan putar jempol dan tangan sedikit, buat

gerakan tangan memutar dengan jempol tetap berada pada titik

tersebut. Gerakan rotasi bisa dikombinasikan dengan gerakan ibu

jari berjalan. Selain dengan menggunaka ibu jari, bisa


64

menggunakan telunjuk atau jari yang lain saat melakukan teknik

rotasi (Alviani, 2015).

5) Teknik menekan

Teknik ini menggunakan seluruh permukaan ibu jari tangan,

memegang datar sepanjang bagian bawah kaki pada refleks

tertentu. Jempol berada dalam posisi memegang tanpa tekanan

yang tidak semestinya. Ketika menekan dilakukan, yang

umumnya setelah teknik rotasi, tekan dan tahan pada bagian titik

refleks tertentu dengan mantap tanpa bergerak (Alviani,2015).

6) Teknik kepal

Teknik kepal merupakan suatu langkah yang tepat untuk

merilekskan suatu zona maupun titik secara keseluruhan. Teknik

kepal dilakukan dengan cara tangan tertutup, gunakan panjang

jari yang dikepalkan dari ruas jari kedua dengan lembut (Embong,

2015).

7) Effleurage

Effleurage adalah teknik memijatdengan cara melumasi anggota

menggunakan massage oil dan pelembab tubuh/body lotion.

Effleurage memiliki efek meningkatkan aliran darah dipembuluh

darah, dan aliran darah balik. Akibatnya, suplai darah ke jaringan

perifer meningkat, serta mengurangi pembentukan fibrosis.

Effleurage mampu meningkatkan sirkulasi darah dan getah

bening, mendorong relaksasi, mengurangi rasa sakit dan

mengurangi kontraksi otot yang abnormal (Chanif & Khoiriyah,

2016).
65

g. Cara Melakukan Pijat Refleksi Secara Tepat

Dalam pijat refleksi sangat dianjurkan untuk menggunakan

minyak oles atau urut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

proses pemijatan. Meski bukan hal yang diwajib dilakukan, namun

penggunaan minyak lebih member keuntungan ketimbang yang

tidak. Ini karena minyak membantu mencegah luka atau lecet pada

tubuh saat dipijat sehingga proses pemijatan pun akan berjalan

lancar dan mudah. Orang yang dipijat pun akan merasa tenang dan

nyaman tanpa khawatir tubuhnya terluka. Hal ini tentu akan

mempercepat proses penyembuhan tubuh setelah dipijat (Alviana,

2015).

h. Urutan Pemijatan

Menurut Alviani (2015), Untuk memulai pemijatan, sebaiknya

mulailah dari sebelah kanan. Hal ini akan berpengaruh positif bagi

organ jantung karena akan membuatnya lebih tenang dan santai.

Dengan begitu, bagian – bagian tubuh lainnya juga akan tenang.

Menurut F.Ruhito dan B. Mahendra, jenis pemijatan dibedakan

menjadi dua yaitu pemijatan untuk kondisi tubuh normal dan kondisi

jatuh sakit secara tiba – tiba. Untuk mengetahui lebih rinci, simak

penjelasannya berikut ini :

1) Pemijatan untuk kondisi tubuh normal

a) Lakukan pemijatan pada area yang berhubungan dengan

sistem pembuangan urin mulai dari titik ginjal, saluran kemih,

hingga kandung kemih. Tujuannya untuk melancarkan proses

pembuangan kotoran dan zat – zat yang telah tak terpakai.


66

b) Pijat area yang berhubungan dengan kepala karena ia

merupakan pusat kendali bagi seluruh organ tubuh .

c) Pijat area yang berhubungan dengan organ pencernaan

seperti usus, lambung, hati, kelenjar ludah. Ini bertujuan untuk

melancarkan sistem metabolisme dan memenuhi kebutuhan

makanan organ – organ lainnya.

d) Pijat area yang berhubungan dengan sistem kelenjar.

Tujuannya agar enzim yang diproduksi oleh sistem kelenjar

dapat membersihkan organ dari segala kotoran.

2) Pemijatan untuk kondisi tubuh sakit

a) Lakukan pemijatan langsung pada area yang sakit. Misalnya

jika terserang sakit secara mendadak, missal pada kepala,

perut, gigi, ataupun jantung, maka lakukan pemijatan di area

tersebut.

b) Jika kebetulan terluka karena kecelakaan kendaraan, keseleo,

atau cedera karena memar, maka segeralah lakukan

pemijatan pada titik – titik refleksi area tersebut. Hal ini

dimaksudkan untuk menyebutkan luka sekaligus melancarkan

sistem peredaran darah kembali.

c) Jika menderita penyakit yang lumayan parah seperti asma,

maka dapat langsung memijatnya pada area tersebut.

i. Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Memijat

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pijat refleksi tidaklah

sama pada masing – masing orang. Hal ini dikarenakan kondisi tubuh

tiap orang berbeda sehingga kemampuan untuk menahan rasa sakit


67

pun berbeda pula. Jika daya tahan tubuhnya tidak kuat, maka proses

pemijatan pun akan memakan waktu lama. Sebaiknya jika daya tahan

tubuhnya kuat, waktu yang dibutuhkan dalam proses pemijatan hanya

sebentar.

Dalam pijat refleksi, untuk kondisi tubuh normal masing –

masing titik refleksi membutuhkan waktu sekitar 5 menit setiap

pemijatan. Sedangkan untuk tubuh yang sedang sakit keras, proses

pemijatan berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 30 menit. Atau bisa

juga sekitar 45 – 60 menit tergantung pada penguasaan teknik serta

pengalaman si pemijat (Alviani, 2015).

j. Cara Melakukan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus

Diabetes bisa disebabkan oleh beberapa masalah atau

kurang berfungsinya pada beberapa organ tertentu seperti pankreas,

hati, sistem otot. Pijat refleksi sebaiknya dimulai pada titik refleks

kelenjar endokrin yang mengontrol seluruh sistem metabolisme.

Diikuti dengan memijat organ-organ yang dapat menyebabkan

kenaikan gula darah dan organ yang berisiko tinggi terpengaruh oleh

tingkat glukosa yang tinggi di dalam darah. Organ-organ tersebut

diantaranya ialah kelenjar dibawah otak, usus halus, kelenjar

adrenal, kelenjar pankreas (Mahendra & Ruhito, 2009).

Memijat titik refleks pada kelenjar endokrin membantu

menormalkan tingkat gula / glukosa dalam darah. Utamanya pada

pankreas, karena pankreas bertanggung jawab untuk sekresi insulin

dan bertanggung jawab dalam metabolisme karbohidrat. Memijat

titik-titik refleks lambung, usus halus, hati, pankreas, dan sel otot
68

dapat membantu menormalkan metabolism karbohidrat sehingga

dapat mempertahankan kadar gula darah pada tingkat normal

(Trionggo & Ghofar 2013).

1) Cara pijat refleksi pada kaki

Menurut Alviani (2015), standar operasional prosedur (SOP)

pijat refleksi kaki dengan baik benar diantaranya ialah :

a) Alat yang dibutuhkan untuk memijat :

Pada saat melakukan pijat refleksi, terdapat beberapa alat

yang digunakan. Beberapa alat tersebut diantaranya ialah :

waskom dan air hangat, waslap, handuk, Krim (lottion) atau

minyak untuk memijat.

b) Langkah pijat refleksi

(1) Persilahkan orang yang akan dipijat untuk duduk /

berbaring senyaman mungkin. Mulailah dengan posisi

terlentang. Selama sesi pijat, mungkin pasien akan

diminta untuk berganti posisi telungkup agar pemijat dapat

menerapkan teknik pijat yang tepat pada kaki dan

pergelangan kaki.

(2) Seka kaki klien pada bagian-bagian yang akan dipijat

menggunakan air hangat dengan waslap.

(3) Keringkan dengan handuk bersih.

(4) Lapisi tempat untuk meletakkan kaki dengan handuk, hal

ini untuk mencegah krim atau minyak pijat mengotori

tempat pijat.
69

(5) Oleskan minyak atau lotion ke bagian yang akan dipijat.

Minyak atau lottion bukan sebuah keharusan, tetapi

biasanya dianjurkan untuk mengurangi terjadinya gesekan

antara tangan pemijat dengan kaki pasien.

(6) Lakukan peregangan dan relaksasi otot dengan

megoleskan minyak atau lottion mulai dari bawah

pergelangan kaki menuju jari-jari, punggung kaki dan

telapak kaki, ulangi gerakan ini sampai semua minyak

atau lotion merata.

(7) Mulailah dengan memegang kaki yang akan dipijat

dengan tangan kanan, pegang tepat pada bagian pangkal

tumit (tendon Achilles) lalu angkat perlahan ke atas untuk

meregangkan otot betis.

(8) Oleskan minyak atau lottion ke telapak kaki menggunakan

kedua tangan. Pegang kaki dengan ibu jari berada di

telapak kaki sementara keempat jari tangan lain

memegang punggung kaki.

(9) Posisikan tangan menggenggam kaki pasien bagian luar,

tempatkan jari-jari tangan dibalik telapak kaki, kecuali ibu

jari. Kemudian, letakkan ibu jari pada kaki sebelah dalam

atau di atas titik refleksi (utamanya pada hypofisis,

pankreas, otak, hati). Kedua ibu jari akan digunakan

secara begantian untuk mengurut titik refleksi, sedangkan

jari-jari yang lain digunakan untuk menopang kaki pasien.


70

(10) Dengan kedua tangan, gerakan kaki ke depan dan ke

belakang. Tekan jari jari kaki perlahan kearah telapak

kaki, lalu ke punggung kaki selama beberapa kali.

Gerakan ini akan mengendurkan semua sendi dan

ligament di kaki sehingga sirkulasi darah dan energi atau

Qi akan lancar.

(11) Ulangi teknik pemijatan beberapa kali, mulailah

dengan tekanan yang ringan lalu berangsur-angsur

tingkatkan tekanan tersebut, apabila pasien merasakan

kesakitan maka kurangi tekanannya.

2) Cara pijat refleksi pada pangkal ibu jari tangan

Menurut Alviani (2015), cara dan langkah pijat refleksi pada

pangkal ibu jari diantaranya adalah :

a) Alat yang dibutuhkan untuk memijat :

Pada saat melakukan pijat refleksi, terdapat beberapa alat

yang digunakan. Beberapa alat tersebut diantaranya ialah :

handuk, baby oil atau minyak untuk memijat.

b) Langkah pijat refleksi :

(1) Setelah pemijatan kaki selesai, pijat di lanjutkan pada

area tangan, selama pijat tangan, pemijat dan pasien

duduk berhadapan dan meletakkan tangan pasien di atas

handuk.

(2) Mulailah setiap sesi pijat refleksi tangan dengan tangan

kanan kemudian tangan kiri


71

(3) Tuangkan sedikit minyak atau baby oil pada telapak

tangan lalu gosok perlahan disekitar pergelangan tangan

kanan. Gunakan gerakan menekan ke luar dengan ibu

jari, bergerak lembut perlahan,

(4) Lakukan gerakan yang sama sambil memidahkan ibu jari

ke telapak tangan. Mulai dari tengah telapak tangan

perlahan – lahan menuju ke tepi. Ulangi perlahan selama

30 detik.

(5) Pijat pangkal ibu jari menuju tepi luar tangan dengan

gerakan dan pola pijatan dengan tekanan lembut, mulai

dari bagian bawah jemari bergerak ke bawah, ke atas lalu

ke samping. Ini adalah daerah yang sangat penting dan

berkaitan dengan banyak hal, termaksud organ

pangkreas.

(6) Tekan lembut tangan, keringkan minyak dengan handuk.

Ulangi urutan pemijatan pada tangan kiri.

k. Pengaruh Pijat Refleksi Terhadap Kadar Gula Darah.

Pijat refleksi yang dilakukan pada telapak kaki terutama di

area organ yang bermasalah, dapat memberikan rangsangan pada

titik-titik syaraf yang berhubungan, utamanya dengan pankreas

(Lisnawati, 2015). Pijat refleksi dapat memberikan rangsangan

berupa tekanan pada saraf tubuh manusia. Penelitian Yuwono

(2015), menyatakan penekanan yang berulang-ulang pada daerah

titik refleksi juga membuat sistem peredaran darah menjadi lancar

karena rangsangan bioelektrik membantu menghancurkan


72

pembekuan-pembekuan di aliran darah, sehingga membantu

menetralisir kelebihan karbohidrat didalam darah.

Ketika dilakukan penekanan pada titik-titik refleksi di kaki

khususnya pada titik titik yang terkait dengan kadar gula darah

seperti pankreas, hati, hypothalamus, yang terletak pada telapak kaki

kanan dan kiri pada bagian dalam pinggir, maka saraf reseptor akan

bekerja dan rangsangan akan berubah menjadi aliran listrik atau

bielektrik yang akan menjalar ke otak (Alviani, 2015).

Otak menerima informasi mengenai rangsangan, kemudian

implus akan mengaktifkan glucose-6-phosphate (salah satu enzim

metabolism karbohidrat) dan bisa berefek ke hipotalamus untuk

mengatur dan menurunkan aktivitas sistem syaraf atau melepaskan

bahan kimia seperti hormon endorfin yang dapat mengurangi stress

(Trionggo & Ghofar, 2013). Hormon endorfin memiliki efek

narkotika alami yaitu meningkatkan kegembiraan, implus syaraf yang

diperoleh melalui tekhnik pijat refleksi akan diteruskan menuju

hipotalamus untuk menghasilkan Corticotrophin Relaasing Factor

(CRF). Corticotrophin Relaasing Factor (CRF) tersebut akan

merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi

proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi endorfin oleh

medulla adrenal akan meningkat, endorfin yang disekresikan ke

dalam peredaran darah mempengaruhi suasana hati menjadi rileks

(Ganong, 2008).

Relaksasi dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus dengan cara menekan kelebihan pengeluaran


73

hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar gula darah

(Smeltzer et al., 2008). Hormon-hormon tersebut diantaranya ialah

hormon glukagon yang disekresikan oleh sel alfa pada pula

langerhans, epinefrin yang disekresikan oleh medula adrenal,

kortisol, glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal,

adrenocorticotropic hormone (ACTH), kortikosteroid, dan tiroid (Price

& Wilson, 2013).

Hormon kortisol berperan dalam adaptasi terhadap stress,

segala jenis stress merupakan rangsangan utama bagi peningkatan

sekresi kortisol. Efek keseluruhan dari pengaruh kortisol pada

metabolisme adalah peningkatan gula darah dengan mengorbankan

simpanan lemak dan protein. Kortisol melakukan fungsi-fungsinya

dengan cara merangsang glukoneogenesis di hati (perubahan

sumber non karohidrat menjadi karbohidrat di hati), menghambat

penyerapan dan pemakaian glukosa oleh banyak jaringan, efek ini

ikut berperan untuk meningkatkan konsentrasi gula darah

(Sherwood, 2012).

Produksi hormon kortisol, adrenalin dan hormon stress

lainnya yang terjadi secara terus menerus dapat melelahkan sistem

syaraf dan pankreas, sehingga memicu keinginan untuk makan

makanan yang mengandung karbohidat dan dapat memicu terjadinya

kenaikan kadar gula darah (Ide, 2012).

Hormon epinefrin meningkatkan kadar gula darah melalui

beberapa mekanisme yang berbeda, hormon epinefrin merangsang

glukoneogenesis dan glikoneogenesis di hati sehingga menguraikan


74

simpanan glikogen menjadi glukosa. Epinefrin dan sistem syaraf

simpatis juga dapat memperkuat efek hiperglikemik dengan

menghambat sekresi insulin (Sherwood, 2012).

Dengan demikian relaksasi dapat membantu menurunkan

kadar gula darah dengan cara : menekan pengeluaran epinefrin

sehingga menghambat konversi glikogen menjadi gula, menekan

pengeluaran kortisol menghambat metabolisme gula, sehingga asam

amino, laktat, dan pirufat tetap disimpan di hati dalam bentuk

glikogen sebagai cadangan, menekan pengeluaran glukagon

menghambat mengkonversi glikogen dalam hati menjadi gula, dan

relaksasi dapat menekan hormon ACTH dan glukokortikoid pada

korteks adrenal sehingga dapat menekan pembentukan gula baru

oleh hati, selain itu lipolisis dan katabolisme karbohidrat dapat

ditekan yang dapat menurunkan kadar gula (Smeltzer et al., 2008).

Penurunan kadar gula darah setelah dilakukan intervensi

berupa pijat refleksi terjadi karena apabila titik refleksi ditekan dan

dipijat serta diberi aliran energi maka sistem serebral akan menekan

besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam sistem saraf yaitu dengan

mengaktifkan sistem nyeri yang disebut analgesia. Ketika pemijatan

menimbulkan sinyal nyeri, maka tubuh akan mengeluarkan hormon

endorfin yang disekresikan oleh sistem serebral sehingga

menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan perasaan nyaman

(Saputra, 2017).

Perasaan nyaman dapat menekan keluarnya hormon kortisol,

dimana hormon kortisol merupakan hormon yang melawan efek


75

insulin sehingga membuat gula darah lebih sulit untuk memasuki sel

dan menyebabkan kadar gula darah tinggi. Jika pengeluaran hormon

kortisol ditekan pengeluarnya maka kadar gula darah dalam batas

normal (Pratiwi, 2016).

Selain itu, penurunan kadar gula darah terjadi karena aliran

limpa yang lancar akibat dilakukan teknik pemijatan effleurage pada

saat pijat refleksi. Effleurage menurut Heri P & Tiandara (2007)

adalah suatu tekhnik pijat dengan gosokan ringan dengan

menggunakan seluruh permukaan tangan. Dengan arah gosokan

menuju ke jantung dengan tujuan untuk rileksasi otot dan untuk

memperlancar sirkulasi darah, memperlancar sirkulasi venous dan

limpa, mengurangi pembengkakan, serta mengurasi rasa sakit. Aliran

limpa yang lancar meningkatkan tingkat produksi hormon insulin dan

dapat mengurangi gangguan toleransi insulin atau resistensi insulin

(Yokozawa et al, 2014).


76

B. Kerangka Konsep

Diabetes Melitus (DM)

Klasifikasi DM :

1. Diabetes Penatalaksanaan DM:


mellitus tipe 1
2. Diabetes 1. Diit
2. Diabetes 1. Senam/olahraga
Melitus 2. Latihan Jasmani
mellitustipe
tipe22 2. Positive thinking
3. Edukasi
4. Manajemen Stres 3. Pijat Refleksi
3. Pijat refleksi (kaki
3. Diabetes dan dan
tangan)
(kaki tangan)
mellitus tipe lain

Kadar Gula Darah

Kriteria Hasil :

1. Normal, apabila
60 – 125 mg/dl
2. Normal Tinggi,
apabila 126 – 144
mg/dl
3. Rentang tinggi,
apabila 146 – 199
mg/dl
4. Hiperglikemia,
Keterangan :
apabila > 200
: diteliti mg/dl

: tidak diteliti

Gambar 10: Kerangka Konsep Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Dan Pangkal
Ibu Jari Tangan Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 (modifikasi teori Tarwoto, dkk (2012),
Price & Wilson (2013), Nastiti & Fransisca (2012))
77

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Hipotesa Alternative (Ha) :

Ada pengaruh pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan terhadap

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan

Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Tahun 2021.

2. Hipotesa Nol (H0) :

Tidak ada pengaruh pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan

terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Tahun

2021.
78

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti pengaruh pijat refleksi

kaki dan pangkal ibu jari tangan terhadap kadar gula darah pada pasien

diabetes melitus tipe 2 di Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas

Cakranegara tahun 2021.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara

dengan pertimbangan :

a. Berdasarkan data yang didapat peneliti bahwa di Puskesmas

Cakranegara menepati urutan ke- 8 dari 10 penyakit terbanyak di

Puskesmas Cakranegara tahun 2020. Penyandang DM tipe 2 pada

tahun 2018 sebanyak 259 orang pada tahun 2019 sebanyak 272

orang sedangkan dari bulan januari – agustus tahun 2020 sebanyak

199 orang. Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan

penyandang DM tipe 2 pada tahun 2018 ke 2019 dan pada tahun

2020 diperikirakan akan terus bertambah. Wilayah Kelurahan

Selagalas merupakan Wilayah Kelurahan dengan penyandang DM

tipe 2 terbanyak di Puskesmas Cakranegara dengan jumlah 64 orang.

b. Sebelumnya belum ada yang pernah melakukan penelitian serupa di

Puskesmas Cakranegara.

2. Waktu Penelitian
79

a. Penyusunan proposal ini dimulai bulan September 2020 sampai

Januari 2021.

b. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari samapi April 2021.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun

penelitian pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2017).

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra eksperimental

dengan pendekatan One Grup Pretest-Posttest (Sugiyono, 2019). Dalam

rancangan ini suatu kelompok sebelum dikenai perilaku diberi pre test,

kemudian setelah intervensi dilakukan post test (Nursalam, 2017)

Bentuk rancangan one group pretest – posttest adalah sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Gambar : Bentuk Rancangan One Group Pretest-Posttest Pada Desain

Penelitian Preexperimental (Notoatmodjo, 2012).

Keterangan :

X : Perlakuan atau experimen berupa pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari

tangan

O1 : Observasi awal (pretest) kadar gula darah pada kelompok intervensi

O2 : Observasi akhir (posttest) kadar gula darah pada kelompok intervensi


80

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kuantitas dan kareklteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2019). Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita

diabetes mellitus tipe 2 yang berada di Kelurahan Selagalas Wilayah

Kerja Puskesmas Cakranegara sebanyak 64 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2019). Sampel dalam penelitian ini adalah

penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja

Puskesmas Cakranegara.

a. Besar sampel

Besar sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dianggap mewakili populasi (Nursalam, 2017). Pada

penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum yaitu 15 sampel

subjek. Besar sampel penelitian ini dihitung menggunakan rumus

Lynch (Sugiarto, 2001) :

NZ ² x P (1−P)
n=
N . d ²+ Z ² (1−P)

Keterangan :

n = sampel

N = jumlah populasi
81

Z = nilai variabel normal (1,96) yang mengacu pada derajat

kepercayaan 95%

P = proposi terbesar yang mungkin (0,50)

d = sampling error dalam penelitian ini ditentukan 0,10

NZ ² x P (1−P)
n=
N . d ²+ Z ² (1−P)

64 ( 1,96 )2 x 0,5(1−0,5)
n=
64 x ( 0,1 )2 + ( 1,96 )2 (1−0,5)

64 x 3,8416 x 0,5 x 0,5


n=
64 x 0,01+3,8416 x 0,5

61,4656
n=
0,64+1,9208

61,4656
n=
2,5608

n=24 sampel

b. Kriteria sampel

Kriteria sampel dalam penelitian dibedakan menjadi :

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus dimiliki oleh populasi

untuk dapat dijadikan sampel dalam penelitian (Dharma, 2011)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Pasien terdiagnosis diabetes melitus tipe 2

b) Pasien diabetes melitus tipe 2 berusia 35 – 65 tahun

c) Pasien yang tidak mengalami fraktur pada kaki atau tangan

d) Bersedia menjadi responden


82

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak boleh ada atau tidak

boleh dimiliki oleh sampel yang akan digunakan untuk penelitian

(Dharma, 2011).

Kriteria eksklusi dalam penelitian adalah :

a) Pasien terdiagnosis diabetes melitus tipe 1

b) Pasien diabetes melitus tipe 2 berusia >35 tahun

c) Pasien yang mengalami frkatur pada kaki atau tangan

d) Tidak bersedia menjadi responden

3. Teknik Pengambilan Sampel (sampling)

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Sampling merupakan cara – cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang bener –

bener sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2017).

Dalam penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah

Purposive sampling. Purposive Sampling adalah Suatu teknik penepatan

sample dengan cara memilih sample diantara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2017).

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain – lain) (Nursalam, 2017).
83

1. Variabel independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan

stimulus dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada

variabel dependen (Nursalam, 2017).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pijat refleksi kaki dan

pangkal ibu jari tangan.

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel ini akan muncul sebagai akibat dari

manipulasi variabel independen (Nursalam, 2017)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar gula darah.

E. Jenis Data

1. Data primer

Menurut Riwidikdo (2012), data primer adalah data yang secara

langsung diambil dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun

organisasi sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan yang diambil

sebelum dan sesudah perlakuan. Adapun data primer dalam penelitian ini

adalah :

a. Data tentang karakteristik responden meliputi : umur, jenis kelamin,

pekerjaan, dan lamanya menderita diabetes melitus.


84

b. Data tentang gula darah responden sebelum dan sesudah dilakukan

pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan

c. Data tentang keberhasilan penurunan gula darah setelah dilakukan

pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti melalui pihak

kedua atau pihak lain (Riwidikdo, 2012). Data sekunder dalam penelitian

ini berupa gambaran umum tempat penelitian yaitu Kelurahan Selagalas

Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara.

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

a. Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan

sumber lamanya menderita diabetes melitus diperoleh dengan

kuesioner yang dibagikan kepada responden.

b. Data mengenai gula darah sebelum dilakukan pijat refleksi kaki dan

pangkal ibu jari tangan dengan alat bantu bernama glucometer.

c. Data mengenai keberhasilan penurunan gula darah setelah dilakukan

pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan dengan alat bantu

bernama glucometer.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang

tempat penelitian yaitu Keluarahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas

Cakranegara.
85

G. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkas berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga mengahsilkan

informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Adapun cara pengolahan data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer

a. Data karakteristik responden

Adapun data tentang karakteristik responden diolah secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data

yang dikumpulkan meliputi :

1) Umur

Usia akan dikategorikan sesuai dengan tingkat perkembangan

menurut depkes (2009) yaitu, masa balita 0 – 5 tahun, masa anak

– anak 5 – 11 tahun, remaja awal 12 – 16 tahun, remaja akhir 17

– 25 tahun, masa dewasa awal 26 – 35 tahun, masa dewasa akhir

36 – 45 tahun, masa lansia awal 46 – 55 tahun, lansia akhir 56 –

65 tahun, dan masa manula >65 tahun.

2) Pendidikan

Pendidikan akan dikategorikan berdasarkan UU RI No. 20

tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terdiri dari : 1)

Pendidikan dasar, yaitu jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD)

atau Mardasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama


86

(SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) 2) Pendidikan

menengah, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Mardasah

Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 3)

Pendidikan tinggi, mencangkup program pendidikan diploma,

sarjana, magister, doktor, dan spesialis.

3) Pekerjaan

Pekerjaan akan dikategorikan menjadi bekerja dan tidak

bekerja. Menurut Badan Pusat Statistik (2016), bekerja adalah

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau

keuntungan, sedangkan tidak bekerja adalah penduduk usia kerja

(15 tahun dan lebih) yang masih sekolah atau mengurus rumah

tangga. Berdasarkan hal tersebut, bekerja terdiri jenis pekerjaan :

pedagang, petani, tukang/buruh, pegawai swasta, TNI/POLRI,

dan lain – lain. Tidak bekerja terdiri dari ibu rumah tangga,

pelajar/mahasiswa, dan anak yang bekerja di bawah umur 15

tahun.

b. Data Gula Darah

Data tentang gula darah sebelum dan sesudah dilakukan pijat

refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan diperoleh dengan cara

menghitung menggunakan alat glukometer darah. Di diagnosa

dengan kriteria :

1) Normal : 60 – 125 mg/dl

2) Normal tinggi :126 – 145 mg/dl

3) Rentang tinggi :146 – 199 mg/dl


87

4) Hiperglikemia : > 200 mg/dl

2. Data sekunder

Data tentang gambaran umum Puskesmas Cakranegara akan

disajikan dalam bentuk deskriptif.

H. Analisa Data

Untuk menganalisa perbedaan gula darah sebelum dan sesudah

diberikan pijat refleksi dan pangkal ibu jari tangan setelah dilakukan uji

normalitas, data berdistribusi secara normal maka data di analisa

menggunakan uji statistik ‘Uji T- berpasangan’ atau one sampel T-test,

dengan bantuan SPSS for windows 16.0. Uji T test digunakan untuk menguji

tingkat signifikan perbedaan nilai kadar gula darah responden akibat

Diabetes Melitus sebelum dan sesudah diberikan intervensi pijat refleksi kaki

dan pangkal ibu jari tangan. Peneliti menggunakan bantuan perangkat lunak

pengolahan data komputer, yaitu SPSS 16.0 dengan penentuan nilai p

(value) lebih kecil dari <0,05 maka Ha diterima dan H 0 ditolak (terdapat

pengaruh antara variabel yang diuji). Sedangkan jika nilai p (Value) lebih

besar dari >0,05 maka Ha ditolak dan H 0 diterima (tidak terdapat pengaruh

yang bermakna antara variabel yang diuji) (Nasir, 2011).


88

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah :

1. Alat dan Bahan

a. Glucometer

Gambar 11. Glucometer

b. Stick

Gambar 12. Stick

c. Outoklik
89

Gambar 13. Outoklik

d. Lancet

Gambar 14. Lancet

e. Alkohol swab

Gambar 15. Alkohol swab

f. Waskom berisi air hangat


90

Gambar 16. Waskom berisi air hangat

g. Waslap

Gambar 17. Waslap

h. Handuk

Gambar 18. Handuk

i. Baby oil (minyak)

Gambar 19. Baby oil (minyak)

2. Prosedur Pelaksanaan

a. Pengukuran gula darah

1) Meminta izin kepada Direktur Politeknik Kesehatan Mataram

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

2) Meminta izin kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Provinsi Nusa Tenggara Barat


91

3) Meminta izin kepada Kepala Puskesmas Cakranegara

4) Peneliti membuat Ethical Cleanrance

5) Menetapkan pemilihan responden, pada penelitian ini yang dapat

menjadi responden adalah pasien diabetes melitus tipe 2 di

Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara

6) Menanyakan secara detail identitas pasien

7) Jelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan prosedur

penelitian

8) Jelaskan tentang pelaksanaan pengukuran gula darah yang akan

dilakukan dengan menusuk 1 titik di bagian jari pasien

b. Pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan

1) Memilih responden dengan metode Purposive Sampling sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi

2) Jelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan

3) Berikan lembar persetujuan menjadi responden ( informed

consen) jika pasien bersedia berpartisiapsi dalam penelitian

4) Kontrak waktu dengan pasien

5) Mengukur gula darah pasien diabetes melitus sebelum dilakukan

pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan menggunakan alat

glucometer

6) Pasien diberikan pijat refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan

7) Mengukur kembali kadar gula darah pasien setelah diberikan pijat

refleksi kaki dan pangkal ibu jari tangan dengan menggunakan

alat glucometer
92

J. Kerangka Kerja

Populasi
Teknik pengambilan sampel
(Purposive Sampling)

Sampel

Pengukuran gula darah


(Pretest)
Intervensi pijat refleksi kaki
dan pangkal ibu jari tangan

Pengukuran gula darah


(Posttest)

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa Data
93

Kesimpulan dan Saran

Gambar 20. Kerangka Kerja Pengaruh Pijat Refleksi Kaki dan Pangkal Ibu Jari
Tangan Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara

K. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter

yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Nursalam, 2017).

Tabel 3. Definisi Operasional Pengaruh Pijat Refleksi Kaki dan Pangkal Ibu

Jari Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 di Kelurahan Selagalas Wilayah Kerja Puskesmas

Cakranegara Tahun 2021.

Variabel Definisi Parameter Instrumen Skala Hasil Ukur Uji


Operasional Penelitian Data
Variabel pijat refleksi 1. 20 menit 3. Checklist - - -
independen merupakan cara pemijatan pijat
: pijat memijat tangan, pada kaki refleksi
refleksi kaki kaki, dan 2. 10 menit kaki
dan pangkal anggota tubuh pemijatan 4. Checklist
ibu jari lain dengan pada tangan pijat
tangan mengarah pada refleks i
titik pusat urat – tangan
urat saraf
94

dengan tujuan
untuk
memberikan
rangsangan
bioelektrik pada
organ tertentu
sehingga
menimbulkan
rileks karena
mempengaruhi
beberapa
hormone terkait
dan aliran dara
menjadi lancar
yang dilakukan
dengan cara
menarik,
meremas,
maupun
mendorong, dan
memegang
untuk
merangsang titik
akupuntur dan
bagian lain dari
tubuh untuk
menciptakan
keseimbangan
dan hormonal
sistem tubuh.
Variabel Kadar gula - Glukometer Rasio 1. Normal : Uji T
60 –125
dependen : darah adalah
mg/dl
kadar gula jumlah glukosa 2. Normal
95

darah yang beredar tinggi :


126 –144
dalam darah.
mg/dl
Kadarnya 3. Rentang
tinggi :
dipengaruhi oleh
146 –199
berbagai enzim mg/dl
4. Hipergli-
dan hormon
kemia : >
yang paling 200
mg/dl
penting adalah
hormon insulin.
Kondisi kadar
gula darah
harus selalu
seimbang, yaitu
harus berada
antara 60-120
mg/dL pada
waktu puasa
dan kadar gula
darah di bawah
200 mg/dL dua
jam setelah
makan.
96

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, M. (2012). Meracik sendiri obat & menu sehat bagi penderita diabetes

mellitus. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Badan Pusat Statika Kota Mataram. (2019). Kota Mataram Dalam Data 2019. Kota

Mataram: Diskominfo Kota Mataram.

Bilous, R., & Donelly, R. (2014). Buku pegangan diabetes edisi ke 4. Jakarta: Bumi

medika.

Chaundary, S. (2008). Reflexology Footnotes. Reflexology Assosiasion of

Connectucut (RACT) Newsletter. America: Wolcco.

Depkes RI. (2008). Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit

Metabolik. Jakarta.

Dinkes Kota Mataram. (2015). Profil Kesehatan Kota Mataram Tahun 2015. Kota

Mataram: Dinkes Kota Mataram.

Dinkes NTB. (2018). Profil Kesehatan NTB 2018. Journal of Chemical Information

and Modeling, 53(9), 1689–1699.

International Diabetes Federation (IDF). (2019). IDF Diabetes Atlas.


97

https://www.diabetesatlas.org/upload/resources/2019/IDF_Atlas_9th_Edition_20

19.pdf

Kamaluddin, R. (2010). Pertimbangan Dan Alasan Pasien Hipertensi Menjalani Tera

Pi Alternatif Komplementer Bekam Di Kabupaten Banyumas. Jurnal

Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 5(2), 95–104.

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Hasil

Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–

100. http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-

2018.pdf

Mahendra, R. (2009). Perbedaan sentisivitas tangan dan kaki sebelum dan sesudah

dilakukan terapi pijat refleksi pada penderita diabetes mellitus tipe II. JOM, Vol.

2, No.

Marewa, L. W. (2015). Kencing Manis (Diabetes Mellitus) di Sulawesi Selatan.

Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Maulana, M. (2016). Mengenal Diabetes Mellitus. Jogjakarta : KATA HATI.

Nilla. (2007). Manfaat Pijat Refleksi Kaki.

http://pijatkeluargasehat.wordpress.com/2007/10/page/3/

Pearce, E. C. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Prihaningtyas, R. A. (2013). Hidup Manis Dengan Diabetes. Yogyakarta : Mediap

Pressindo.
98

Puskesmas Cakranegara. Laporan Data Penyakit. Cakranegara: Puskesmas

Cakranegara.

Rahmawati, Y. (2018). Analisis praktek klinik keperawatan dengan intervensi inovasi

terapi pijat refleksi pada telapak kaki dan pangkal ibu jari tangan terhadap

penurunan kadar glukosa darah penderita diabetes millitus tipe II di Ruang IGD

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/770

Rudianto, B. . (2013). Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: SAKKHASUKMA.

Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., Cheever, K. (2008). Brunner and Suddarths

textbook of medical surgical nursing ( 11 th ed). Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins.

Subekti, I. (2011). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Susilo, Y., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Kencing Manis. Yogyakarta :

Andi.

Suyono, S. (2011). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Tandra, H. (2017). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tarwanto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.

Jakarta : CV. Trans Info Media.


99

Waspadji, S. (2011). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Edisi kedua.

Jakarta : FKUI.

Wiastuti, S. M., Rondhianto, R., & Widayati, N. (2017). Pengaruh Diabetes Self

Management Education and Support (DSME/S) Terhadap Stres Pada Pasien

Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten

Jember (The Effect of Diabetes Self-Management Education and Support

[DSME/S] on Stress i. Pustaka Kesehatan, 5(2), 268–275.

Wulandari, R. (2015). Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah

Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Karangmalang.

http://eprints.ums.ac.id/36780/

Anda mungkin juga menyukai