Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar

Vol. ....No..... 2018


e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

PENGARUH SENAM DM TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA DIABETISI TIPE II DI
PUSKESMAS KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

Sri Andi Nirwana Hasan1, Abd. Hady J2, Heriansyah3


Poltekkes Kemenkes Makassar
Program Studi D.IV Keperawatan
Email : sriandinirwanahasan39@gmail.com
No. Telp : 082271173541

ABSTRAK

Pengaruh era globalisasi menyebabkan timbulnya penyakit seperti pola makan yang tidak sehat,
teknologi yang semakin berkembang membuat orang-orang cenderung santai, malas bergerak apalagi
berolahraga. Akibat dari perubahan ini menyebabkan timbulnya penyakit salah satunya Diabetes Melitus
(DM). Prevalensi penyakit Diabetes ini terus meningkat terutama di Indonesia dan menempati peringkat ke-6
pada tahun 2017. Penyakit DM merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin. Oleh karena itu penderita DM
memerlukan upaya untuk mengendalikan kadar glukosa darah, salah satunya olahraga (senam DM). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam DM terhadap penurunan kadar glukosa darah pada
Diabetisi tipe II di Puskesmas Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Jenis penelitian ini bersifat analitik
kuantitatif dengan quasi eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi dan kontrol. Tehnik pengambilan sampel dengan purposive sampling, dengan jumlah sampel 22
orang pada kelompok intervensi dan 22 orang pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi dilakukan 2
kali pengukuran glukosa darah yaitu pretest dan posttest senam DM selama 3 kali seminggu dalam
seminggu. Sedangkan kelompok kontrol dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pretest dan posttest
tanpa senam DM. Instrumen penelitian ini menggunakan glukometer. Analisis data dengan menggunakan uji
wilcoxon. Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa setelah dilakukan senam DM sebanyak 3 kali pertemuan
didapatkan nilai Pvalue lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka H0 ditolak. Hal ini berarti senam DM berpengaruh
terhadap penurunan kadar glukosa darah pada Diabetisi tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar.

Kata Kunci : Kadar Glukosa Darah, Senam DM

1
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Influence Of Dm Gymnastics To Decrease Blood Glucose Level In People With Type 2 Diabetes In The Work
Area Of Public Health Center Of Biringkanaya District, Makassar City

Sri Andi Nirwana Hasan1, Abd. Hady J2, Heriansyah3


Poltekkes Kemenkes Makassar
Study Programme D.IV Of Nursing
sriandinirwanahasan39@gmail.com
No. Telp : 082271173541

ABSTRACT

The influence of the era of globalization led to the emergence of diseases such as patterns of
unhealthy eating, growing technology also makes people tend to relax, lazy to move moreover exercise. As
a result of this change causes the incidence of disease, one of them is Diabetes Mellitus (DM). The
prevalence of Diabetes disease continues to increase, especially in Indonesia and ranked 6th in 2017. DM
disease is a metabolic disorders which characterized by increased blood glucose levels due to damage of
insulin secretion, insulin work. Therefore, patients with DM requires efforts to control blood glucose levels,
one of them is sports (DM gymnastics). The purpose of this study is to determine the effect of DM
gymnastics against decreased blood glucose levels in people with Diabetes Type II at Public Health Center
of Biringkanaya District, Makassar City. This type of research is quantitative analytics with quasi
experiments. In this research use 2 groups ie intervention and control groups. The sampling technique is
done by purposive sampling, with a total sample of 22 people in the intervention group and 22 people in the
control group. In the intervention group was done 2 times measurement of blood glucose that is pretest and
posttest DM gymnastic 3 times a week for a week. While the control group is measured blood glucose levels
pretest and posttest without DM gymnastics. The instrument of this study using glucometer. Data analysis
using Wilcoxon test. Wilcoxon test results showed that after doing DM gymnastics as much as 3 times
meeting obtained value of Pvalue smaller than 0.05 (p <0.05), then H0 rejected. This means that DM
gymnastics affect the decrease in glucose levels blood on diabetics type 2 in the work area of Public Health
Center of Biringkanaya District, Makassar City.

Keywords: Blood Glucose Level, DM Gymnastics

2
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

PENDAHULUAN dan meningkat pada tahun 2017 menjadi


peringkat ke-6 dengan prevalensi penderita
Pengaruh era globalisasi terutama dibidang Diabetes Melitus usia 20-79 tahun pada tahun
teknologi dan industri mengakibatkan adanya 2017 mencapai 10,3 juta orang dan diperkirakan
perubahan pola gaya hidup, perilaku masyarakat, akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 16,7
situasi lingkungan yang dapat menyebabkan juta orang, ini setelah China, India, Amerika
timbulnya penyakit seperti pola makan yang tidak Serikat, Brazil, dan Meksiko (IDF, 2017).
sehat dengan mengkonsumsi makanan siap saji, Indonesia terdiri dari 34 provinsi, salah
teknologi yang semakin berkembang saat ini satunya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dengan
membuat orang-orang cenderung santai, malas jumlah penduduk 8.520.304 orang (Badan Pusat
bergerak apalagi berolahraga. Akibat dari Statistik Prov. Sulsel, 2015). Dengan angka
perubahan ini dapat menyebabkan timbulnya kejadian Diabetes Melitus berdasarkan jumlah
penyakit salah satunya yaitu Diabetes Melitus penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan yang
(Mety, 2015). Karena kebiasaan tersebut berusia ≥15 tahun pada tahun 2013 sebanyak
sehingga Diabetes Melitus menjadi penyakit yang 1,6 % atau sebanyak 91.823 orang (Kementerian
semakin tren saat ini dan menjadi masalah Kesehatan RI, 2014). Kabupaten/kota di
kesehatan masyarakat utama karena Sulawesi Selatan yang mempunyai kasus
komplikasinya yang bersifat jangka pendek dan Diabetes Melitus yaitu salah satunya Kota
panjang (Bilous & Donelly, 2015). Makassar (Marewa, 2015), dengan jumlah
Berdasarkan Rencana Strategis penduduk 1.449.401 orang pada tahun 2015
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, (Badan Pusat Statistik Prov. Sulsel, 2015).
selama dua dekade terakhir ini telah terjadi Dengan data terakhir penderita DM pada tahun
transisi epidemiologis yang signifikan, dimana 2016 sebanyak 4.555 orang (Dinas Kesehatan
penyakit tidak menular telah menjadi beban Kota Makassar, 2016). Peningkatan penyakit ini
utama terutama di Indonesia dan salah satunya sebagian besar akan terjadi di negara
yaitu penyakit Diabetes Melitus (Kemenkes RI, berkembang ini disebabkan karena pertumbuhan
2015). penduduk, penuaan, diet tidak sehat, obesitas
Menurut Lewis, dkk (2014) menyatakan dan gaya hidup / kurang beraktivitas fisik (WHO,
bahwa penyakit Diabetes Melitus merupakan 2016).
masalah kesehatan serius diseluruh dunia dan Data WHO memperkirakan jumlah
prevalensinya meningkat dengan pesat. penderita Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di
International Diabetes Federation (IDF, 2015) Indonesia akan meningkat dikarenakan adanya
yang menyatakan terdapat 415 juta orang yang perubahan terhadap gaya hidup (seperti kurang
hidup dengan Diabetes di dunia pada tahun beraktivitas fisik), perubahan pola makan, diet
2015, pada tahun 2040 jumlah tersebut yang tidak sehat dan obesitas. Sehingga jika
diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta penyakit Diabetes Melitus dibiarkan begitu saja,
orang. Selain itu adapun estimasi terakhir dari maka dapat menyebabkan komplikasi seperti
International Diabetes Federation (IDF, 2017) penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati,
yang menyatakan terdapat 425 juta orang yang retinopati, kebutaan, diabetik ketoasidosis,
berusia 20-79 tahun yang hidup dengan Diabetes hipoglikemia, peningkatan kerentanan terhadap
Melitus di dunia pada tahun 2017, pada tahun infeksi bahkan komplikasi pada kaki (LeMone,
2045 jumlah tersebut diperkirakan akan Priscilla 2015).
meningkat menjadi 629 juta orang. Berdasarkan Jika manajemen Diabetes dapat dilakukan
data diatas penyakit Diabetes Melitus mengalami dengan baik maka komplikasi serius ini bisa
peningkatan dimana pada tahun 2015 hanya dicegah ataupun dikendalikan. Untuk itu semua
terdapat 415 juta orang dan mengalami pihak, baik masyarakat maupun pemerintah atau
peningkatan pada tahun 2017 menjadi 425 juta bahkan diabetisi, seharusnya ikut serta secara
orang. aktif dalam usaha penanggulangan Diabetes
Penyakit mematikan ini masih menjadi Melitus khususnya dalam upaya pengendalian
persoalan serius dunia, termasuk Indonesia. kadar gula darah (Soelistijo, dkk 2015). Dalam
Indonesia merupakan salah satu negara upaya pengendalian Diabetes Melitus ada 4
berkembang di dunia bagian Asia Tenggara dan metode atau pilar pengendalian Diabetes Melitus
mengalami peningkatan jumlah penderita yang diantaranya perencanaan makan, latihan
Diabetes Melitus, dimana pada tahun 2015 jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik, dan
Indonesia menempati peringkat ke-7 dengan edukasi/penyuluhan (Soegondo dkk. 2015).
prevalensi penderita Diabetes 10 juta (IDF, 2015)

3
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Dilihat dari kebiasaan masyarakat Tempat penelitian


sekarang yang cenderung santai, kebanyakan
masyarakat mengabaikan atau bahkan jarang Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
melakukan olahraga, ini dikarenakan beberapa Puskesmas Sudiang dan Puskesmas Sudiang
faktor diantaranya keterbatasan waktu untuk Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
melakukan olahraga misal karena pekerjaan
yang banyak, usia, kegemukan (obesitas), minat Waktu penelitian
yang kurang serta kurangnya pengetahuan atau
informasi mengenai pentingnya olahraga pada Pengambilan data awal dilakukan pada
diabetisi terutama pada diabetisi tipe 2. bulan April 2018 dan pengumpulan serta analisa
Pada diabetisi, terutama pada diabetisi tipe data dilakukan pada bulan April - Juni 2018.
2 olahraga berperan utama dalam pengaturan
Populasi dan sampel
kadar gula darah (glicemic control), ini
dikarenakan pada saat berolahraga terjadi Populasi dalam penelitian ini adalah
peningkatan sensitivitas reseptor terhadap seluruh pasien DM yang berkunjung di wilayah
insulin, selain itu olahraga juga dapat kerja Puskesmas Sudiang dan Puskesmas
menurunkan Berat Badan (BB) dan mengurangi Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota
lemak tubuh (Ilyas, 2015). Salah satu jenis Makassar dengan total populasi 1 tahun terakhir
olahraga yang dapat dan cocok dilakukan pada yaitu 326 orang, dengan besar sampel yang
diabetesi khususnya diabetesi tipe 2 yaitu senam didapatkan dalam penelitian ini adalah 22 orang
diabetes. pada kelompok intervensi dan 22 orang pada
Menurut Persadia (2000), senam diabetes kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel
adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dalam penelitian ini yaitu dengan teknik
dan status fisik dan merupakan bagian dari purposive sampling.
pengobatan Diabetes Melitus tipe 2 (Nuari,
2017). Instrumen penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Instrumen penelitian ini menggunakan
Sudiang dan Puskesmas Sudiang Raya lembar observasi dan glukometer.
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dengan
hasil survey data penderita Diabetes Melitus 1 Analisis data
tahun terakhir yaitu 326 orang.
Analisa data menggunakan analisis
METODE PENELITIAN univariate dan analisis bevariate. Analisis
bevariate melalui uji statistik yaitu dengan
Desain penelitian menggunakan uji paired sample T-test atau uji
wilcoxon.
Jenis penelitian ini bersifat analitik
kuantitatif dengan quasi eksperimen dan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan desain cross sectional. Penelitian
ini menggunakan rancangan Non Equivalent 1. Gambaran Umum Responden
Control Group dengan pretest dan posttest yang
melibatkan dua kelompok yaitu kelompok Berdasarkan tabel (4).1 diketahui bahwa
intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok rata-rata usia responden pada kelompok
intervensi (kelompok yang diberikan perlakuan intervensi yaitu 61-70 tahun sebanyak 12 orang
senam DM), sebelum melakukan senam DM (54,5%) dan rata-rata usia responden pada
terlebih dulu dilakukan pemeriksaan kadar kelompok kontrol yaitu 51-60 tahun sebanyak 11
glukosa darah pretest senam DM pada orang (50,0%). Penelitian sebelumnya yang
responden kemudian setelah itu diberikan dilakukan Yendi dan Adwiyana di Puskesmas
perlakuan berupa senam DM dan setelah itu Rasimah Bukittinggi tahun 2014 juga menyatakan
dilakukan kembali pemeriksaan kadar glukosa rata-rata umur responden pada kelompok
darah posttest senam DM pada responden. Dan intervensi adalah 49,3 tahun dan kelompok
pada kelompok kontrol (kelompok yang tidak kontrol adalah 47,3 tahun. Rata-rata usia
diberikan perlakuan senam DM), pemeriksaan responden ini sesuai dengan teori yang
kadar glukosa darah pretest dan posttest tetap menyebutkan bahwa usia lebih dari 40 tahun
dilakukan tanpa diberikan perlakuan senam DM. merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

4
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

penyakit Diabetes Melitus (Nuari, 2017), hal ini Berdasarkan tabel (4).5, diketahui bahwa
dikarenakan adanya perubahan anatomis, kebanyakan responden memiliki riwayat keluarga
fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari DM baik pada kelompok intervensi maupun pada
tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi
jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang sebanyak 12 orang (54,5%) dan pada kelompok
dapat mempengaruhi homeostasis (Damayanti S, kontrol sebanyak 16 orang (72,7%) yang memiliki
2015). riwayat keluarga DM. Genetik ataupun faktor
Berdasarkan tabel (4).2, diketahui bahwa keturunan merupakan salah satu faktor risiko
dari 2 kelompok diperoleh jenis kelamin terjadinya Diabetes Melitus dan memiliki peluang
terbanyak yaitu perempuan sebanyak 17 orang menderita Diabetes Melitus sebesar 15% dan
(77,3%) pada kelompok intervensi dan 13 orang juga berisiko mengalami intoleransi glukosa yaitu
(59,1%) pada kelompok kontrol, sedangkan ketidakmampuan dalam metabolisme karbohidrat
sisanya berjenis kelamin laki-laki, dimana pada secara normal (Damayanti S, 2015).
kelompok intervensi yang berjenis kelamin laki- Berdasarkan tabel (4).6, diketahui bahwa
laki sebanyak 5 orang (22,7%) dan kelompok kebanyakan responden menderita Diabetes
kontrol sebanyak 9 orang (40,9%). Hasil Melitus > 4 tahun, dengan jumlah responden
penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang yaitu 13 orang (59,1%) pada kelompok intervensi
pernah dilakukan oleh Witriyani tahun 2015 dan 19 orang (86,4%) pada kelompok kontrol.
tentang efektifitas senam DM dalam menurunkan Hal ini dikarenakan responden pada kelompok
kadar gula darah, dimana jumlah penderita intervensi rata-rata berusia 61-70 tahun dan
Diabetes Melitus Tipe 2 didominasi oleh kelompok kontrol rata-rata berusia 51-60 tahun
perempuan. Ini sesuai dengan teori yang dan rata-rata sudah menderita DM sejak
menyatakan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 memasuki usia sekitar 40 tahun. Ini sejalan
lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada dengan teori yang menyatakan bahwa Diabetes
laki-laki (Corwin, 2009). Ini dikarenakan Melitus dapat terjadi pada semua kelompok usia,
perempuan lebih mudah mengalami kegemukan, terutama usia 40 tahun karena risiko terkena
khususnya kegemukan viseral (lemak abdomen) Diabetes Melitus akan meningkat dengan
yang dapat menimbulkan risiko terkena Diabetes bertambahnya usia dan manusia akan
Melitus Tipe 2, selain itu perempuan juga dapat mengalami penurunan fisiologis yang dapat
memiliki riwayat DM gestasional dan melahirkan mempengaruhi homeostasis (Damayanti S,
bayi dengan berat badan lebih dari 4,5 kg 2015).
(LeMone Priscilla, 2012).
Berdasarkan tabel (4).3, diketahui bahwa 2. Analisis Univariate
dari 2 kelompok diperoleh tingkat pendidikan a. Kadar Glukosa Darah pada Kelompok
terbanyak yaitu SMA yang berjumlah 13 orang Intervensi
dan paling sedikit dengan tingkat pendidikan SD
dan Perguruan Tinggi yang masing-masing Pretest Senam DM
berjumlah 10 orang. Tingkat pendidikan dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
mempengaruhi kemampuan, pengetahuan, dan
rata kadar glukosa darah pretest senam DM pada
perilaku seseorang dalam menerapkan gaya
pertemuan hari 1 sebesar 193,41 mg/dL, dengan
hidup sehat, terutama dalam upaya pengendalian
nilai kadar glukosa darah terendah yaitu 101
kadar glukosa darah (Anggelin dkk, 2016).
mg/dL sedangkan nilai kadar glukosa darah
Berdasarkan tabel (4).4, dari hasil
tertinggi yaitu 315 mg/dL. Pada pertemuan 2
penelitian yang dilakukan terhadap 2 kelompok
menunjukkan rata-rata kadar glukosa darah
diketahui bahwa kebanyakan responden
pretest senam DM yaitu 204,41 mg/dL dengan
berprofesi sebagai IRT yaitu sebanyak 16 orang
nilai kadar glukosa darah terendah yaitu 100
(72,7%) pada kelompok intervensi dan 10 orang
mg/dL sedangkan nilai kadar glukosa darah
(45,5%) pada kelompok kontrol. Hal ini
tertinggi yaitu 321 mg/dL. Pada pertemuan 3
dikarenakan pada penelitian ini jenis kelamin
menunjukkan rata-rata kadar glukosa darah
perempuan lebih dominan dibandingkan laki-laki.
pretest senam DM yaitu 186,50 mg/dL dengan
Ini sesuai dengan teori yang menyatakan
nilai kadar glukosa darah terendah yaitu 120
kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 lebih tinggi pada
mg/dL sedangkan nilai kadar glukosa darah
perempuan dibandingkan pada laki-laki (Corwin,
tertinggi yaitu 325 mg/dL. Data-data diatas
2009).
menunjukkan bahwa rata-rata kadar glukosa
darah pretest senam DM relatif tinggi terutama

5
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

pada pertemuan hari 2, ini dikarenakan berbagai responden yang kadar glukosa darahnya tidak
faktor yang mempengaruhi diantaranya menurun posttest senam DM, pertemuan 2
pengetahuan Diabetisi Tipe 2 yang masih rendah terdapat 4 responden yang kadar glukosa
yang disebabkan kurangnya informasi tentang darahnya tidak menurun posttest senam DM, dan
pengendalian kadar glukosa darah, sifat acuh tak pertemuan 3 terdapat 1 responden yang kadar
acuh, selain itu kurangnya kesadaran Diabetisi glukosa darahnya tidak menurun posttest senam
Tipe 2 akan pentingnya diet yang dianjurkan, DM, ini dikarenakan setiap melakukan senam DM
olahraga, keteraturan minum obat, dan pola gaya responden tidak melakukan gerakan senam
hidup yang sehat. Sebagian Diabetisi Tipe 2, dengan baik, gerakan asal-asalan bahkan
kurang menjaga makanannya dan sering makan biasanya responden tidak bergerak jika tidak
makanan yang manis. Begitupun dengan dipantau dan ini tidak sesuai dengan SOP senam
olahraga yang tidak teratur yang dilakukan hanya DM (responden pasif) sehingga efek dari senam
sekali dalam seminggu dan ini tidak sesuai DM ini tidak optimal. Pada Diabetes Melitus Tipe
dengan prinsip dan frekuensi olahraga bagi 2, olahraga berperan utama dalam pengaturan
Diabetisi. kadar glukosa darah.
Menurut Soegondo dkk (2015)
Menurut Soegondo dkk (2015) menyatakan menyatakan olahraga pada Diabetisi dapat
bahwa kebiasaan tidak aktif dalam hal ini kurang menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian
berolahraga merupakan salah satu faktor risiko glukosa oleh otot yang aktif dan memperbaiki
terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2. Selain itu pemakaian insulin, sehingga secara langsung
faktor lingkungan juga menjadi salah satu pemicu olahraga dapat menyebabkan penurunan glukosa
terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2, ini darah. Demikian pula yang didapatkan dari hasil
dikarenakan lingkungan dapat mempengaruhi penelitian Allen dkk, olahraga aerobik yang
gaya hidup termasuk malas bergerak/beraktifitas, teratur akan mengurangi kebutuhan insulin
asupan nutrisi yang berlebihan yang berakhir sebesar 30-50% pada Diabetisi Tipe 1 yang
dengan kegemukan atau obesitas. terkontrol dengan baik, sedangkan pada Diabetisi
Tipe 2 yang dikombinasikan dengan penurunan
Posttest Senam DM berat badan akan mengurangi kebutuhan insulin
hingga 100%. Olahraga pada Diabetisi Tipe 2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan
rata kadar glukosa darah posttest senam DM dan lemak tubuh, mengurangi rasa stress,
pada pertemuan hari 1 sebesar 168,82 mg/dL, mempertahankan kesegaran tubuh, serta
dengan nilai kadar glukosa darah terendah yaitu mengubah kadar lemak darah yaitu dengan
98 mg/dL sedangkan nilai kadar glukosa darah meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan
tertinggi yaitu 320 mg/dL. Pada pertemuan 2 menurunkan kadar kolesterol total dan serta
menunjukkan rata-rata kadar glukosa darah trigliserida.
posttest senam DM yaitu 180,27 mg/dL dengan
nilai kadar glukosa darah terendah yaitu 84 b. Kadar Glukosa Darah pada Kelompok
mg/dL sedangkan nilai kadar glukosa darah Kontrol
tertinggi yaitu 321 mg/dL. Pada pertemuan 3
menunjukkan rata-rata kadar glukosa darah Pretest Tanpa Senam DM
posttest senam DM yaitu 161,82 mg/dL dengan
nilai kadar glukosa darah terendah yaitu 97 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mg/dL sedangkan nilai kadar glukosa darah pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata
tertinggi yaitu 308 mg/dL. Data-data diatas kadar glukosa darah pretest tanpa senam DM
menunjukkan bahwa rata-rata kadar glukosa yaitu 213,14 mg/dL dengan nilai kadar glukosa
darah posttest senam DM relatif menurun, darah terendah yaitu 101 mg/dL sedangkan nilai
dengan rata-rata penurunan sekitar 24,47 %, hal kadar glukosa darah tertinggi yaitu 497 mg/dL.
ini disebabkan karena sebagian besar responden
sudah patuh dan teratur mengikuti kegiatan Posttest Tanpa Senam DM
senam DM yang dilakukan 3 kali dalam seminggu
dengan durasi 30 menit yang dilaksanakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
selama seminggu. Disamping itu terdapat rata kadar glukosa darah posttest tanpa senam
beberapa responden yang kadar glukosa DM yaitu 229,95 mg/dL dengan nilai kadar
darahnya tidak menurun (meningkat) posttest glukosa darah terendah yaitu 112 mg/dL
senam DM, dimana pada pertemuan 1 terdapat 3 sedangkan nilai kadar glukosa darah tertinggi

6
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

yaitu 532 mg/dL. Data-data diatas menunjukkan disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti
bahwa kadar glukosa darah posttest tanpa terdapat pengaruh senam DM terhadap
senam DM pada kelompok kontrol mengalami penurunan kadar glukosa darah pada Diabetisi
peningkatan dari kadar glukosa darah pretest Tipe 2.
tanpa senam DM. Dimana rata-rata kadar Hasil penelitian ini sejalan dengan
glukosa darah pretest tanpa senam DM yaitu penelitian yang pernah dilakukan Andri Nugraha,
213,14 mg/dL dan meningkat menjadi 229,95 Engkus Kusnadi, Sigit Subagja pada tahun 2016
mg/dL posttest tanpa senam DM, hal ini yang menyatakan terdapat perbedaan kadar
dikarenakan sebagian besar responden tidak glukosa darah antara sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas apapun, responden hanya pelaksanaan senam Diabetes dengan nilai
duduk mengisi queosioner dan diwawancarai Pvalue=0,000.
selama 30 menit dan setelah itu dilakukan Pada penelitian yang dilakukan oleh
kembali pemeriksaan kadar glukosa darah Ridha Hidayat di RSUD Puri Husada Tembilahan
posttest tanpa senam DM. Disamping itu terdapat tahun 2016 juga menunjukkan bahwa ada
beberapa responden (3 responden) yang pengaruh senam Diabetes terhadap penurunan
mengalami penurunan kadar glukosa darah kadar glukosa darah pasien Diabetes Melitus
tanpa senam DM, hal ini disebabkan selain Tipe 2 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai
responden mengisi queosioner dan Pvalue=0,000.
diwawancarai, responden juga melakukan Hal ini sesuai dengan teori yang
aktivitas fisik seperti menyapu dan mengepel, menyatakan pada Diabetisi Tipe 2, olahraga
dan setelah 30 menit dilakukan kembali berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa
pemeriksaan kadar glukosa darah posttest tanpa darah. Masalah utama pada DM Tipe 2 adalah
senam DM dan diperoleh hasil bahwa kadar kurang sensitivnya reseptor terhadap insulin
glukosa darah pada 3 responden tanpa senam (resistensi insulin). Karena adanya gangguan
DM ini mengalami penurunan. tersebut insulin tidak dapat membantu transfer
Hasil penelitian ini sejalan dengan glukosa masuk ke dalam sel. Dan pada saat
penelitian yang pernah dilakukan Siti Mukhta di berolahraga terjadi peningkatan kebutuhan
Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta pada metabolisme tubuh oleh otot yang aktif. Karena
tahun 2017 yang menyatakan bahwa kadar adanya peningkatan kebutuhan metabolisme
glukosa darah penderita Diabetes Melitus Tipe 2 tubuh maka pemakaian energi juga meningkat
pada kelompok kontrol tidak mengalami (Nuari, 2017). Sumber energi utama saat
penurunan rerata kadar glukosa darah dengan berolahraga (senam DM) adalah glukosa dan
kadar glukosa darah sebelum pada penderita lemak. Saat berolahraga kontraksi otot memiliki
Diabetes Melitus Tipe 2 kelompok kontrol sifat seperti insulin (insulin-like effect).
memiliki rerata sebesar 228 mg/dL dan sesudah Permeabilitas membran terhadap glukosa
pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 kelompok meningkat pada otot yang berkontraksi dan
kontrol memiliki rerata sebesar 235,7 mg/dL. menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler
terbuka sehingga reseptor insulin lebih banyak
3. Analisis Bivariate dan lebih aktif/ sensitivitas reseptor terhadap
insulin meningkat dan resistensi insulin
Analisis bevariate yaitu menganalisis berkurang, hal ini menyebabkan kebutuhan
pengaruh senam DM terhadap penurunan kadar insulin pada Diabetisi Tipe 2 akan berkurang.
glukosa darah pada diabetisi tipe II di wilayah Respon ini hanya terjadi setiap kali berolahraga,
kerja Puskesmas Kecamatan Biringkanaya Kota tidak merupakan efek yang menetap atau
Makassar dengan menggunakan uji analisis berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus
berupa uji Wilcoxon. dilakukan terus menerus dan teratur (Soegondo
Berdasarkan hasil penelitian dengan dkk, 2015). Selain itu senam juga bisa mngontrol
menggunakan uji Wilcoxon diperoleh hasil yang berat badan dan mengurangi lemak tubuh (Nuari,
menunjukkan bahwa setelah dilakukan senam 2017).
DM sebanyak 3 kali pertemuan didapatkan nilai Manfaat senam DM pada Diabetisi yaitu
Pvalue lebih kecil dari 0,05 (p≤0,05), dimana pada glukosa darah dapat terkontrol, faktor risiko
pertemuan 1 nilai Pvalue= 0,004, pertemuan 2 nilai penyakit kardiovaskular dihambat/diperbaiki
Pvalue=0,004, dan pertemuan 3 nilai P value= 0,000. dengan cara meningkatkan kadar kolesterol HDL
Maka kriteria pengujian adalah bila Pvalue ≤ alpha dan mengurangi kadar kolesterol LDL, membantu
dengan derajat kepercayaan 5% (0,05) maka membakar kalori dan menurunkan berat badan,

7
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

memperbaiki tingkat kesegaran jasmani, dimana kadar glukosa darah diabetisi tipe II
memperbaiki keadaan emosional, mencegah mengalami penurunan setelah melakukan
terjadinya Diabetes Melitus, kebutuhan senam DM.
pemakaian OHO dan insulin berkurang
(Damayanti S, 2015).
Olahraga/senam DM baik dilakukan
apabila sesuai dengan prinsip senam DM yaitu SARAN
dilakukan secara teratur dengan frekuensi 3-5
kali perminggu dengan intensitas ringan dan 1. Diabetisi
sedang (60-70% MHR) yang sebaiknya dilakukan Diabetisi sebaiknya melakukan latihan
selama 30-60 menit atau setidaknya 150 menit jasmani (senam DM) sesuai dengan prinsip
perminggu untuk mencapai metabolik yang senam DM yaitu melakukan senam DM
optimal serta memilih olahraga yang hendak dengan frekuensi 3-5 kali perminggu agar
melibatkan otot-otot besar dan sebaiknya yang mendapatkan hasil yang optimal dan
disenangi (Soegondo dkk, 2015). sebaiknya dilakukan selama 30-60 menit.
Untuk mencapai glukosa darah yang Latihan jasmani (senam DM) tidak hanya
stabil sebaiknya senam DM dilakukan sesuai dapat dilakukan di Puskesmas saja tetapi
dengan tahapan senam DM, yang diantaranya : diabetisi juga bisa melakukannya dirumah.
pemanasan yang sebaiknya dilakukan dengan 2. Puskesmas Sudiang dan Puskesmas
gerakan lambat selama 5-10 menit, latihan inti Sudiang Raya
yang dilakukan dengan gerakan irama yang lebih a. Perlu adanya edukasi mengenai
cepat selama 20-30 menit yang bertujuan untuk manfaat dan pentingnya melakukan
meningkatkan kerja jantung dan paru, senam DM terutama dalam upaya
pendinginan yang dilakukan dengan tempo pengendalian kadar glukosa darah
lambat selama 5-10 menit, dan terakhir baik secara berkelompok ataupun
peregangan yang bertujuan untuk melemaskan perorangan agar diabetisi termotivasi
dan melenturkan otot-otot yang masih teregang untuk melakukan senam DM. Selain
dan mencegah cedera (Nuari, 2017). itu diharapkan kegiatan senam DM
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian dilakukan minimal 3 kali dalam
diatas dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa seminggu.
darah pada Diabetisi Tipe 2 dapat dikendalikan b. Adanya pengembangan pemberian
dengan melakukan latihan jasmani salah satunya informasi tentang Diabetes Melitus,
senam DM secara teratur dan terus menerus seperti pemasangan spanduk/baliho
karena pada saat berisitirahat otot tidak di lingkungan puskesmas yang
berkontraksi dan menyebabkan ambilan glukosa membahas mengenai pilar-pilar
oleh otot membutuhkan insulin sedangkan pada upaya pengendalian Diabetes
otot yang berkontraksi, otot memiliki sifat seperti Melitus.
insulin sehingga otot membantu transpor glukosa
ke dalam sel dengan atau tanpa bantuan insulin.
Akibatnya sensitivitas reseptor terhadap insulin
meningkat dan resistensi insulin berkurang pada
saat melakukan senam.

KESIMPULAN

1. Kadar glukosa darah pada diabetisi tipe II


sebelum melakukan senam DM di
Puskesmas Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar relatif tinggi.
2. Kadar glukosa darah pada diabetisi tipe II
setelah melakukan senam DM di
Puskesmas Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar relatif mengalami penurunan.
3. Senam DM mempengaruhi kadar glukosa
darah diabetisi tipe II di Puskesmas
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar,

8
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, P. S. (2015). Profil Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan Tahun 2016 . Dipetik Januari 28,
2018, dari https://dinkes.sulselprov.go.id/file/publik/Data%20ProfilL%202015.pdf

Bilous, R., & Donelly, R. (2015). Buku Pegangan Diabetes Edisi Ke 4. Jakarta: Bumi Medika.

Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Budijanto, D. (2015). Pusdatin. Dipetik Februari 06, 2018, dari dari Kemenkes RI
:http://www.risbinkes.litbang.depkes.go.id/2015wpcontent/uploads/2013/02/SAMPLING-DAN-
BESAR-SAMPEL.pdf

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2016). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2016. Dipetik Februari 19,
2018, dari https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjv8JDH9IbaAhVCJpQ
KHQNPCNIQFggsMAE&url=http%3A%2F%2Fdinkeskotamakassar.com%2Findex.php%2F2017-
02-09-09-30-56%3Fdownload%3D71%3Aprofil-dinas-kesehatan-2016&usg=AOvVaw1

Hidayat, R. (2017). Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2016. Vol 1 (1), 51-80.

Hidayati, R., Huda, M. M., Hayati, F., Setyorini, D., Aini, E. N., Nuari, N. A., et al. (2014). Praktik
Laboratorium Keperawatan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

IDF. (2015). Online Version Of DIABETES ATLAS Seventh Edition 2015 . Dipetik Januari 27, 2018, dari
http://www.oedg.at/pdf/1606_IDF_Atlas_2015_UK.pdf

IDF. (2017). Online Version Of DIABETES ATLAS Eight Edition 2017 . Dipetik Januari 27, 2018, dari
http://diabetesasia.org/content/diabetes_guidelines/IDF_guidelines.pdf

Ignatavicius, D., Workman, M., & Winkelman, C. (2016). Medical-Surgical Nursing: Patient-Centered
Collaborative Care . St. Louis, Missouri: Elsevier.

Ilyas, E. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Bagi Dokter dan Edukator. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Kemenkes RI. (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.

Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Dipetik Januari 30, 2018, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
publik/Renstra-2015.pdf

Kementerian Kesehatan, R. (2014). INFODATIN Pusat Data Dan Informasi (Situasi Dan Analisis Diabetes).
Dipetik Januari 27, 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-diabetes.pdf

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. (2010). Petunjuk Pelaksanaan Senam Diabetes
Mellitus . Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Kurnia, E., & Prawesti, D. (2017). Senam Kaki Bagi Pasien Diabetes Mellitus. Nganjuk: Adjie Media
Nusantara.

9
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

LeMone, P., Burke, K., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Medical-Surgical
Nursing: Critical Thinking In Patient Care). Jakarta: EGC.

Lewis, S. L. (2014). Medical - Surgical: Assessment and management of clinical problems. St. Louis,
Missouri: Elsevier/Mosby. Dipetik Januari 27, 2018, dari
https://www.slideshare.net/ResponielHalawa/review-tentang-diabetes-melitus-oktober-2016

Lusiana, N., Andriyani, R., & Megasari, M. (2015). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:
Deepublish.

Maghfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta : Salemba Medika.

Marewa, L. W. (2015). Kencing Manis (Diabetes Mellitus) Di Sulawesi Selatan. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.

Mety, Hada, & Sundaya. (2015). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien DM
Tipe 2 Di RS Pelabuhan Cirebon Tahun 2015. Skripsi Cirebon: Stikes Cirebon.

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuari, N. A. (2017). Strategi Manajemen Edukasi Pasien Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Deepublish, April
2017.

Nugraha, A., Kusnadi, E., & Subagja, S. (2016). Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Melaksanakan
Senam Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Vol IX, No.2.

Rumahorbo, H. (2014). Mencegah Diabetes Melitus Dengan Perubahan Gaya Hidup. Bogor: In Media.

Salindeho, A., Mulyadi, & Rottie, J. (2016). Pengaruh Senam Diabetes Melitus Terhadap Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Sanggar Senam PERSADIA Kabupaten Gorontalo. Volume 4
No.1.

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sharoh, S. M. (2017). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Smeltzer, S., & Bare, B. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Soegondo, S., Suyono, S., Waspadji, S., Soewondo, P., Subekti, I., Semiardji, G., et al. (2015).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi
Dokter Dan Edukator. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf, A., et al. (2015). Konsensus
Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. Oleh PB Perkeni.
Dipetik Januari 27, 2018, dari http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf

Tarwoto, Wartonah, Taufiq, I., & Mulyati, L. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta: CV. Trans Info Media.

WHO. (2016). Global Report On Diabetes. Dipetik Januari 27, 2018, dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204871/1/9789241565257_eng.pdf?ua=1

Witriyani. (2015). Efektifitas Senam Diabetes Melitus Dalam Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayumas.

10
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Yendi, & Adwiyana. (2014). Pengaruh Latihan Jasmani Senam Diabetes Melitus Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi Tahun 2014.

TABEL

Data Demografi

Tabel (4).1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia
pada Diabetisi Tipe 2
Kel. Intervensi Kel. Kontrol
Kategori Usia
F % F %

31-40 tahun 1 4,5 0 0

41-50 tahun 1 4,5 4 18,2

51-60 tahun 8 36,4 11 50,0

61-70 tahun 12 54,5 7 31,8

Total 22 100,0 22 100,0

Sumber : Data Primer 2018

Tabel (4).2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Diabetisi Tipe 2

Kel. Intervensi Kel. Kontrol


Kategori Jenis Kelamin
F % F %

Laki-laki 5 22,7 9 40,9

Perempuan 17 77,3 13 59,1

Total 22 100,0 22 100,0

Sumber : Data primer 2018

11
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Tabel (4).3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan pada Diabetisi Tipe 2

Kel. Intervensi Kel. Kontrol


Kategori Pendidikan
F % F %

SD 6 27,3 4 18,2

SMP 5 22,7 6 27,3

SMA 5 22,7 8 36,4

Perguruan Tinggi 6 27,3 4 18,2

Total 22 100,0 22 100,0

Sumber : Data primer 2018

Tabel (4).4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan pada Diabetisi Tipe 2

Kel. Intervensi Kel. Kontrol


Kategori Pekerjaan
F % F %

PNS 4 18,2 5 22,7

Swasta 1 4,5 4 18,2

IRT 16 72,7 10 45,5

Pensiunan 1 4,5 3 13,6

Total 22 100,0 22 100,0

Sumber : Data primer 2018

Tabel (4).5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Keluarga DM pada Diabetisi Tipe 2

Kel. Intervensi Kel. Kontrol


Kategori Riwayat Keluarga DM
F % F %

Ada 12 54,5 16 72,7

Tidak ada 10 45,5 6 27,3

Total 22 100,0 22 100,0

Sumber : Data primer 2018

12
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Tabel (4).6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Menderita DM pada Diabetisi Tipe 2

Kel. Intervensi Kel. Kontrol


Kategori Lama Menderita DM
F % F %

<4 tahun 9 40,9 3 13,6

>4 tahun 13 59,1 19 86,4

Total 22 100,0 22 100,0

Sumber : Data primer 2018

Analisis Univariate

a. Kadar Glukosa Darah pada Kelompok Intervensi

Tabel (4).7
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar Glukosa Darah Pretest Senam DM pada Diabetisi Tipe 2
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Pretest Pretest Pretest


Kelompok

Mean Min Max Mean Min Max Mean Min Max

Intervensi 193,41 101 315 204,41 100 321 186,50 120 325

Sumber : Data primer 2018

Tabel (4).8
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar Glukosa Darah Posttest Senam DM pada Diabetisi
Tipe 2

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Kelompok Posttest Posttest Posttest

Mean Min Max Mean Min Max Mean Min Max

Intervensi 168,82 98 320 180,27 84 321 161,82 97 308

13
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Sumber : Data primer 2018

b. Kadar Glukosa Darah pada Kelompok Kontrol

Tabel (4).9
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar Glukosa Darah Pretest Tanpa Senam DM pada Diabetisi
Tipe 2

Pretest
Kelompok
Mean Min Max

Kontrol 213,14 101 497

Sumber : Data primer 2018

Tabel (4).10
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar Glukosa Darah Posttest Tanpa Senam DM pada
Diabetisi Tipe 2

Posttest
Kelompok
Mean Min Max

Kontrol 229,95 112 532

Sumber : Data primer 2018

Analisis Bivariate

Tabel (4).11
Pengaruh Senam DM Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Diabetisi Tipe 2

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Kelompok Kadar Glukosa Darah Kadar Glukosa Darah Kadar Glukosa Darah

Pretest Posttest P Pre test Post test P Pre test Posttest p

Intervensi 193,41 168,82 0,004 204,41 180,27 0,004 186,50 161,82 0,000

14
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. ....No..... 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Sumber : Data primer 2018

15

Anda mungkin juga menyukai