Anda di halaman 1dari 7

KORELASI ANTARA PELAKSANAAN PROLANIS DENGAN PENGENDALIAN

KADAR GULA DARAH PENDERITA DM TIPE 2 DI PUSKESMAS ANTANG


DAN PAMPANG KOTA MAKASSAR

Musfirah Ahmad1, Nurwahyuni Munir2


1,2PSIK Universitas Muslim Indonesia

ABSTRAK

Penyebab utama dari 4,6 juta kematian di dunia adalah Diabtes Melitus (DM). DM merupakan
penyakit dengan prevalensi yang selalu meningkat dan memiliki risiko komplikasi yang sangat luas.
Hal ini lah yang membuat pemerintah serta BPJS kesehatan merumuskan suatu Program Pelayanan
Penyakit Kronis (PROLANIS) bagi penderita DM tipe 2 untuk mengontrol resiko komplikasi dengan
pengendalian kadar gula darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara
pelaksanaan PROLANIS dengan pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe 2 di Puskesmas
Antang dan Pampang Kota Makassar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain descriptive correlational dengan pendekatan cross sectional study. Subyek penelitian adalah
40 penderita DM tipe 2 yang mengikuti PROLANIS di Puskesmas Antang dan Pampang Kota
Makassar dengan teknik pengambilan sampel secara total sampling. Analisa data dilakukan dengan
metode correlational untuk menilai signifikansi (p), arah (+/-) dan kekuatan korelasi (r). Instrumen
penelitian menggunakan lembar observasi pelaksanaan PROLANIS berdasarkan kriteria BPJS
Kesehatan, alat gluko test. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa rata-rata nilai
pelaksanaan PROLANIS berdasarkan lembar observasi yang diadopsi melalui standar BPJS 15,05
(±SD 5,62), GDP 191,80 mg/dl (±SD 85,15). Melalui uji spearman’s rho diperoleh data bahwa
terdapat korelasi yang signifikan antara pelaksanaan PROLANIS dengan Gula Darah Puasa (GDP) (p
= 0,001; r = -0,724. Pelaksanaan PROLANIS yang maksimal sangat efektif untuk mengendalikan
kadar gula darah penderita DM tipe 2 sehingga sebaiknya PROLANIS yang saat ini telah
diprogramkan oleh pemerintah di setiap puskesmas dan fasilitas pelayanan tingkat primer
ditingkatkan dan pelaksanaannya disesuaikan dengan standar yang telah diatur oleh BPJS
Kesehatan

Kata Kunci : PROLANIS, Gula Darah, Puskesmas

292.715 jiwa, atau sekitar 1.8% dari total


PENDAHULUAN peserta Askes Sosial (BPJS Kesehatan,
Diabetes melitus (DM) dapat 2015).
didefinisikan sebagai sekelompok penyakit Jumlah kasus DM di Provinsi Sulawesi
metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia Selatan pada tahun 2014 (282 penderita)
sebagai akibat dari defek sekresi insulin, aksi terdiri atas DM yang terlapor (207 penderita),
insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik DM yang tidak terlapor (160 penderita) dan
pada DM berkaitan dengan kerusakan jangka DM Bergantung Insulin (72 penderita) (Dinkes
panjang, disfungsi dan kegagalan berbagai Provinsi Sul-Sel, 2014). Peningkatan kasus
organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung DM juga terjadi di Kota Makassar. Pada tahun
dan pembuluh darah (Abdel-Rahman, 2011). 2012. Kasus DM merupakan peringkat kelima
Selain merupakan penyakit metabolik, DM penyebab utama kematian dengan jumlah
juga merupakan penyakit global endemic. kematian 191 jiwa (Dinkes Kota Makassar,
Insidensi diabetes secara global diperkirakan 2012) sedangkan pada tahun 2013 meningkat
meningkat dari 366 juta jiwa menjadi 552 juta menjadi peringkat keempat dengan jumlah
jiwa pada 2030 dan akan muncul dengan kematian 217 jiwa (Dinkes Kota Makassar,
sendirinya sebagai tantangan kesehatan 2013). Data penderita DM di Puskesmas
utama yang dapat diperlihatkan melalui data Antang Kota Makassar Januari hingga
DM global (Shaw, Sicre, & Zimmet, 2010). Desember 2015 adalah 725 pasien sehingga
Jika tidak ada tindakan yang rata-rata pasien DM tipe 2 per bulan
dilakukan, jumlah ini diperkirakan meningkat diperkirakan 61 orang, sedangkan pada bulan
menjadi 552 juta jiwa pada tahun 2030 dan Januari hingga Februari 2016 sejumlah 136
akan menjadi penyebab 4,6 juta kematian orang dan rata-rata pasien per bulan adalah
(International Diabetes Federation, 2011). Di 68 orang (Rekam Medik Puskesmas Antang
Indonesia, jumlah penderita DM sebanyak Kota Makassar, 2016).

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 3 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
339
Pencegahan komplikasi kronik tidak hubungan pelaksanaan PROLANIS dengan
hanya dengan pengendalian kadar glukosa kadar gula darah, HbA1c dan kolesterol total
darah saja tetapi diperlukan pengendalian penderita DM tipe 2 di Puskesmas Antang dan
diabetes yang baik. Pengendalian diabetes Pampang Kota Makassar. Sehingga dapat
harus secara dilakukan secara menyeluruh, disimpulkan bahwa PROLANIS sangat efektif
termasuk kadar glukosa darah, HbA1c, kadar dalam pengendalian status kesehatan dan
lipid (kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), meningkatkan kualitas hidup penderita
High Density Lipoprotein (HDL), dan Diabetes Melitus tipe 2.
trigliserida (Semiardji, 2003). Oleh karena itu, Berdasarkan pemaparan tersebut
pengembangan strategi baru untuk peneliti tertarik untuk mengetahui korelasi
meningkatkan pengendalian diabetes dan antara pelaksanaan PROLANIS dengan
komplikasinya akan sangat bermanfaat pengendalian kadar gula darah penderita DM
(Bianchi, Miccoli, Daniele, Penno, & Del Prato, tipe 2 di Puskesmas Antang dan Pampang
2009). Di Indonesia salah satu strategi baru Kota Makassar.
yang dikembangkan adalah program
pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS). BAHAN DAN METODE
PROLANIS dikembangkan oleh BPJS Lokasi, populasi dan sampel
Kesehatan. Tujuan utama PROLANIS adalah Penelitian dilakukan selama 1 bulan di
untuk menurunkan risiko komplikasi dan Puskesmas Antang dan Pampang Kota
mencapai kualitas hidup yang baik dengan Makassar. Populasi pada penelitian ini adalah
pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional. semua pasien DM tipe 2, laki-laki maupun
Program PROLANIS adalah suatu sistem tata perempuan peserta PROLANIS di Kota
laksana pelayanan kesehatan dan edukasi Makassar yang berjumlah 64 orang (35 pasien
kesehatan bagi peserta Askes Sosial yang di Puskesmas Antang) dan 29 pasien (di
menderita penyakit hipertensi dan DM tipe 2 Puskesmas Pampang).
agar mencapai kualitas hidup yang optimal Sampel pada penelitian ini adalah pasien DM
secara mandiri (Idris, 2014). Pelaksanaan tipe 2 peserta PROLANIS di Puskesmas
PROLANIS di Indonesia berlangsung sejak Antang dan Pampang Kota Makassar yang
tahun 2010. Program ini merupakan suatu memenuhi kriteria inklusi: pria atau wanita ≥
pengelolaan penyakit kronis dengan bentuk 35 tahun, tidak mengalami luka diabetes dan
tindakan promotif dan preventif yang bersedia ikut dalam penelitian ini dan
terintegrasi. Penyakit kronis yang ditangani menandatangani informed concent. Adapun
saat ini salah satunya adalah DM tipe 2 (Idris, kriteria eksklusi: penderita dengan penyakit
2014). penyerta seperti gagal ginjal akut atau gagal
Aktivitas PROLANIS sendiri terdiri atas ginjal kronis, gagal jantung/aritmia kordis,
konsultasi medis peserta PROLNIS: jadwal penyakit hati kronis / akut, tumor paru atau
konsultasi disepakati bersama antara peserta keganasan lain, penyakit saluran cerna, dan
dengan fasilitas kesehatan pengelola, edukasi penderita tidak bersedia untuk ikut serta
klub risiko tinggi (Klub PROLANIS) adalah dalam penelitian.
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan Perhitungan jumlah sampel adalah 64
kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit orang namun sampel yang diperoleh dalam
dan mencegah timbulnya kembali penyakit penelitian ini adalah 40 orang. 24 penderita di
serta meningkatkan status kesehatan bagi keluarkan atau Drop Out (DO) karena
peserta PROLANIS, reminder atau kegiatan mengalami komplikasi Penyakit Jantung
untuk memotivasi peserta untuk melakukan Kronik (PJK) dan dirujuk ke rumah sakit 12
kunjungan rutin kepada fasilitas kesehatan orang, menolak untuk menjadi responden 5
pengelola melalui pengingatan jadwal orang dan tidak pernah hadir selama
konsultasi ke fasilitas kesehatan pengelola penelitian 7 orang. .
tersebut, dan home visit berupa kegiatan
pelayanan kunjungan ke rumah peserta Analisis data
PROLANIS untuk pemberian Analisa data menggunakan analisa
informasi/edukasi kesehatan diri dan univariat dan bivariat. Untuk data numerik
lingkungan bagi peserta PROLANIS dan berupa karakteristik responden yaitu umur,
keluarga (BPJS Kesehatan, 2015). lama terdiagnosa DM tipe 2, lama menjadi
Penelitian sebelumnya (Iskandar, 2012) peserta PROLANIS, dan variabel penelitian
telah mengkonfirmasikan efektifitas program yaitu, pelaksanaan PROLANIS, kadar gula
PROLANIS di dokter keluarga. Meskipun darah, dan HbA1c menggunakan mean dan
demikian evaluasi efektifitas PROLANIS di standar deviasi (± SD), sedangkan untuk data
Puskesmas masih terbatas. Oleh karena itu, kategorik berupa Jenis kelamin, pekerjaan,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendidikan disajikan dalam bentuk n(%). Uji

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 3 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
340
normalitas data menggunakan Shapiro Wilk Pelaksanaan
15,05 5,62
test (Dahlan, 2015). Analisa bivariat dilakukan PROLANIS
dengan menggunakan metode korelatif. GDP 191,80 85,15
Bila jenis datanya numerik dan
distribusi data normal dilakukan uji Pearson Dari 40 pasien DM Tipe 2 diperoleh
Correlation, sedangkan bila jenis datanya rata-rata memiliki nilai pelaksanaan
terdistribusi tidak normal menggunakan uji PROLANIS 15,05 (±SD 5,62), dan kadar GDP
Spearman’s (Dahlan, 2015). Data dianalisa 191,80 mg/dl (±SD 85.15). Distribusi ini
menggunakan software SPSS versi 21.0. berdasarkan pelaksanaan PROLANIS dan
GDP.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 3. Hubungan Pelaksanaan PROLANIS
Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan, Umur, dengan Kadar GDP, HbA1c dan Kolesterol
Lama Terdiagnosa DM Tipe 2, Lama Total pada Penderita DM Tipe 2 di Puskesmas
Mengikuti PROLANIS Penderita DM Tipe 2 di Pampang dan Antang Kota Makassar
Puskesmas Antang dan Pampang Kota GDP
Makassar Variabel
R p
Frekuensi Presentase
Variabel Pelaksanaan PROLANIS -0.72 0.001
(n=40) (100%)
Umur (tahun) mean (± Konsultasi Medis -0.66 0.001
55,82 8,04 Aktivitas Kelompok -0.68 0.001
SD)
Jenis Kelamin SMS Gateway -0.70 0.001
Laki-laki 13 32,5 Home Visit -0.39 0.047
Perempuan 27 67,5
Pekerjaan Berdasarkan uji spearman’rho pada
Petani/ Buruh 1 2,5 Tabel 3 diperoleh data bahwa terdapat
Wiraswasta 6 15,0
hubungan antara pelaksanaan PROLANIS
PNS/TNI-
POLRI/Pensiunan
7 17,5 dengan GDP pada Penderita DM Tipe 2 di
Tidak Bekerja/ IRT 26 65,0 Puskesmas Antang dan Pampang Kota
Pendidikan Makassar dengan nilai signifikansi (p) 0.001
Tidak Sekolah/ dengan arah korelasi negatif (r= -0.724) dan
1 2,5 kekutan korelasi yang kuat (r2= 0.52). Korelasi
Tidak Tamat SD
SD 7 17,5 antara aktivitas PROLANIS yaitu konsultasi
SMP 11 27,5 medis, aktivitas kelompok, sms gateway, dan
SMA 10 25,0 home visit dengan GDP juga menunjukkan
PT 11 27,5 adanya korelasi (p= 0.001; 0.001; 0.001; dan
Lama Terdiagnosa 0.047) dengan arah korelasi negatif dan
DM Tipe 2 (tahun) 10,85 4,63 kekuatan korelasi yang kuat dan sedang (r= -
mean (± SD) 0.66; -0.68; -0.70; dan -0.39). Artinya semakin
Lama Mengikuti
maksimal pelaksanaan PROLANIS maka akan
PROLANIS (bulan) 17,55 11,64
mean (± SD) semakin rendah kadar GDP penderita DM
Tipe 2. Hubungan ini dapat dilihat pada
Dari 40 responden sebagian besar Gambar 1.
perempuan (67,5%), tidak bekerja atau
sebagai IRT (65%), tingkat pendidikan untuk
SMP (27,5%), SMA (25,0%), dan PT (27,5%).
Rata-rata umur responden 55,83 tahun (±SD
8.04) lama terdiagnosa DM Tipe 2 yaitu 10,85
tahun (±SD 4.63), dan lama mengikuti
program PROLANIS yaitu 17,55 bulan (±SD
11.64).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan


Pelaksanaan PROLANIS, dan GDP Penderita
DM Tipe 2 di Puskesmas Antang dan
Pampang Kota Makassar
Gambar 1. Korelasi Pelaksanaan PROLANIS
dengan Kadar GDP
Variabel Mean ±SD PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 3 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
341
Hubungan Pelaksanaan PROLANIS dengan Aktifitas dalam pelaksanaan
Kadar Gula Darah Puasa PROLANIS meliputi aktivitas konsultasi medis/
Pelaksanaan PROLANIS merupakan edukasi, home vsit, reminder, aktivitas klub
salah satu program pemerintah bekerjasama dan pemantauan status kesehatan.
dengan pihak BPJS untuk mendorong peserta Pelaksanaan konsultasi medis yaitu kegiatan
penyandang penyakit kronis mencapai kualitas konsultasi yang dilakukan oleh peserta
hidup optimal sehingga dapat mencegah bersama dengan faskes pengelola dimulai
timbulnya komplikasi penyakit (BPJS dengan kontrak waktu dengan tenaga medis.
Kesehatan, 2015). Kegiatan PROLANIS yang Konsultas meliputi prognosis penyakit,
dilakukan di Puskesmas Antang Dan Keluhan-keluhan seputar masalah
Pampang Kota Makassar dilaksanakan setiap kesesahatan peserta dan kontrol obat-obatan
pekan yaitu pada hari sabtu pagi. Menurut (BPJS Kesehatan, 2015). Penelitian ini
pengamatan peneiliti bahwa kegiatan menunjukkan terdapat korelasi yang kuat dan
PROLANIS merupakan kegiatan yang negatif antara konsulasi medis dengan kadar
berkesinambungan dan rutin dilaksanakan gula darah puasa responden dengan nilai p <
serta sangat didukung oleh pihak puskesmas 0.05 yang artinya semakin maksimal nilai
dengan menyediakan sarana dan prasanana pelaksanaan konsultasi medis maka akan
yang dibutuhkan untuk kegiatan ini serta semakin rendah kadar gula darah puasa
sering membuat kegiatan-kegiatan untuk penderita DM Tipe 2. Sebelumnya oleh
mempererat kekeluargaan antara peserta dan Salistyaningsih, Puspitawati, Nugroho (2011)
puskesmas yaitu acara liburan bersama. Pihak menunjukkan adanya hubungan antara
puskesmas pun ada yang merupakan peserta kepatuhan minum Obat Hiperglikemia Oral
dari PROLANIS sehingga menjadi contoh atau (OHO) dengan kadar glukosa darah pada
model bagi peserta yang lainnya. Menurut penderita DM tipe 2 di Puskesmas Umbulharjo
Green & Kreuter (1999) mengatakan bahwa II Yogyakarta dimana penderita yang tidak
dengan adanya kebiasaan, model, dan patuh minum OHO berisiko 86 kali mengalami
dukungan dari lingkungan dalam hal ini peningkatan kadar gula darah dibandingkan
fasilitas pelayanan kesehatan maka akan dengan penderita yang tidak patuh.
membentuk perilaku yang positif terhadap Hapsari (2014) juga meneliti mengenai
suatu individu. Perilaku positif dari penderita pengobatan DM Tipe 2. Hasil penelitiannya
DM tipe 2 yang dimaksudkan adalah menunjukkan adanya korelasi yang negatif
kesadaran akan pentingnya menjaga pola dan lemah dengan nilai p < 0.05d an r= -0.064
makan, kontrol pengobatan dan aktivitas fisik , r2= 0.004 antara kepatuhan dalam meminum
yang rutin, serta konsultasi medis dan semua obat dengan kadar gula darah. Artinya
itu bisa diperoleh jika peserta aktif dalam semakin tinggi nilai kepatuhan dalam
mengikuti kegiatan PROLANIS meminum obat maka semakin rendah kadar
Selain itu menurut konsep teori gula darah yang menandakan keberhasilan
precede proceed mengatakan bahwa perilaku dari terapi. Selain iitu, Mona, Bintanah, Astuti
individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (2012) juga meneliti hubungan frekuensi
predisposisi, pendukung dan penguat. Faktor konsultasi gizi dengan kepatuhan diit dan
predisposisi tergambar pada karakteristik kadar gula darah pada penderita DM Tipe 2
responden, faktor pendukung tergambar dari rawat jalan di RS Tugerejo Semarang
dukungan sarana dan prasarana puskesmas menunjukkan adanya hubungan yang
dalam melaksanakan PROLANIS dan faktor signifikan antara frekuensi konsultasi gizi
penguat tergambar pada sikap dan perilaku dengan kepatuhan diit dan terdapat hubungan
petugas puskesmas yang menjadi model pada antara kepatuhan diit dengan kadar gula darah
pelaksanaan PROLANIS. Perilaku atau gaya penderita.
hidup yang baik akan meningkatkan status Aktivitas klub merupakan kegiatan
kesehatan individu (Green & Kreuter, 1999). untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan
Status kesehatan yang dimaksud adalah dalam upaya memulihkan penyakit dan
pengendalian dan pengontrolan kadar gula mencegah timbulnya kembali penyakit serta
darah dan faktor risiko komplikasi. Penelitian meningkatkan status kesehatan bagi peserta
ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi PROLANIS dengan aktivitas fisik (BPJS
negatif dan kuat antara pelaksanaan Kesehatan, 2015). Aktivitas fisik dilaksanakan
PROLANIS dengan kadar gula darah puasa setiap pekan pada hari sabtu pagi dan edukasi
penderita DM tipe 2 yang artinya semakin kesehatan mengenai diit dan pengobatan DM
maksimal pelaksanaan PROLANIS maka akan Tipe 2 dilaksanakan 2 kali dalam sebulan.
semakin rendah kadar gula darah puasa Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
penderita DM Tipe 2 tersebut. diperoleh bahwa terdapat hubungan yang
negatif dan kuat antara aktivitas kelompok

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 3 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
342
dengan kadar gula darah nilai p= 0.001 dan r= dari 24 penderita DM Tipe 2 terdapat 22
-0.68, yang artinya semakin tinggi nilai peserta yang pernah mendapatkan kunjungan
pelaksanaan PROLANIS maka akan semakin rumah dan hanya 2 orang yang tidak pernah
rendah kadar gula darah puasa penderita DM mendapatkan kunjungan rumah. Dari 22
Tipe 2. peserta tersebut hanya 3 orang yang
Penelitian lain juga dilakukan oleh mendapatkan kunjungan rumah berupa
Putri & Isfandiari (2013) yang bertujuan untuk peserta baru terdaftar dan pernah diopname
mengetahui ada tidaknya hubungan karena kesehatan memburuk dan 19 peserta
penerapan 4 pilar pengendalian DM dengan lainnya berupa kunjungan untuk penderita
rerata kadar gula darah menunjukkan bahwa yang baru terdaftar di PROLANIS. Namun
ada hubungan penyerapan edukasi (p= 0.031) kendalanya yaitu setiap mendapatkan
pengaturan makan (p= 0.002), olahraga (p= kunjungan rumah tidak ada catatan mengenai
0.017), kepatuhan pengobatan (p= 0.003) aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh
dengan rerata kadar gula darah. petugas kesehatan yang datang hanya berupa
Reminder atau SMS gateway adalah pelaopran pernah atau tidak pernah dikunjungi
kegiatan untuk memotivasi peserta untuk serta tanggal kunjungan untuk laporan
melakukan kunjungan rutin kepada Faskes evaluasi puskesmas.
Pengelola melalui pengingatan jadwal Berbeda dengan Puskesmas Antang,
konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut peserta PROLANIS DM Tipe 2 di Puskesmas
(BPJS Kesehatan, 2015). Kegiatan SMS Pampang justru hanya sebagian kecil yang
gateway di Puskesmas Antang dan Pampang pernah mendapatkan kunjungan rumah yaitu
Kota Makassar meliputi pencatatan nomor dari 16 penderita DM Tipe 2 hanya 5 orang
Handphone peserta, mengaktifkan jejaring yang pernah mendapatkan kunjungan rumah
komunikasi (JARKOM) antar peserta dan dan itupun untuk peserta yang baru terdaftar.
puskesmas, dan evaluasi keaktifan peserta Selebihnya (11 peserta) tidak pernah
dalam JARKOM tersebut serta kemampuan mendapatkan kunjungan rumah dan tidak ada
peserta dalam memahami isi jarkom yang catatan mengenai aktivitas kunjungan rumah
diberikan. Diharapkan dengan adanya jarkom yang dilakukan di buku pemantauan
yang terbentuk, peserta PROLANIS DM Tipe 2 kesehatan penderita. Hal inilah yang
mampu mengakses informasi seputar kegiatan mendasari bahwa walaupun dari hasil
PROLANIS yang akan dilaksanakan baik itu penelitian diperoleh terdapat korelasi yang
konsultasi medis, jadwal pengambilan obat negatif antara kunjungan rumah dengan kadar
dan aktivitas kelompok yang dilakukan setiap gula darah puasa penderita DM Tipe 2 di
pekan. Berdasarkan hasil penelitian yang Puskesmas Antang dan Pampang Kota
dilakukan diperoleh bahwa terdapat hubungan Makassar dengan nilai p= 0.047, namun
yang negatif dan kuat antara sms gateway korelasi yang diperoleh sangat lemah yaitu r= -
dengan kadar gula darah penderita DM Tipe 2 0.39 dan r2= 0.15. Artinya, hanya 15% dari
di Puskesmas Antang dan Pampang Kota variasi kunjungan rumah menggambarkan
Makassar dengan nilai p= 0.001 dan r= -0.68, kadar gula darah puasa penderita DM Tipe 2
yang artinya semakin tinggi nilai pelaksanaan di Puskesmas Antang dan Pampang Kota
PROLANIS maka akan semakin rendah kadar Makassar.
gula darah puasa penderita DM Tipe 2.
Home visit atau kunjungan rumah Keterbatasan Penelitian
adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke Penelitian ini hanya menggunakan metode
rumah peserta PROLANIS untuk pemberian kuantitatif dengan menggunakan observasi
informasi/ edukasi kesehatan diri dan analitik, sedangkan pada saat penelitian
lingkungan bagi peserta PROLANIS dan terdapat beberapa responden yang aktif
keluarga. Syarat kegiatan ini meliputi melaksanakan PROLANIS namun memiliki
kunjungan rumah pada penderita yang baru status gula darah yang tidak terkontrol, hal ini
terdaftar, penderita yang tidak hadir pada tentunya lebih baik jika di lakukan dengan
kegiatan PROLANIS 3 bulan berturut-turut, pendekatan kualitatif yaitu wawancara
dan peserta yang baru selesai di opname. langsung dengan penderita selain itu
Hasil dari kunjungan rumah dicatat dibuku penelitian ini hanya sebatas ingin menilai
pemantauan kesehatan dan dilaporkan korelasi antara pelaksanaan PROLANIS
kepada pihak puskesmas dan BPJS dengan status kesehatan penderita DM tipe 2
Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2015). Dari data sedangkan setelah diteliti rata-rata penderita
yang diperoleh selama penelitian, terdiagnosa DM tipe 2 sudah lebih 10 tahun,
pelaksanaan Home Visit yang terjadi di tentunya hal ini bisa menimbulkan pengaruh
Puskesmas Antang Kota Makassar sebagian pada psikologi penderita. Psikologi pada
besar telah melaksanakan Home visit yaitu penderita DM tipe 2 menurut beberapa

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 3 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
343
penelitian juga bisa berpengaruh pada status dan pelaksanaannya disesuaikan dengan
gula darah penderita. standar yang telah diatur oleh BPJS
Kesehatan serta proses evaluasi dari
KESIMPULAN pelaksanaan PROLANIS di setiap puskesmas
Pelaksanaan PROLANIS yang sebaiknya bukan hanya melihat dari kuantitas
maksimal sangat efektif dalam mengendalikan pelaksanaannya yaitu berapa kali pelaksanaan
kadar gula darah penderita DM Tipe 2 PROLANIS dilaksanakan dalam sebulan dan
sehingga secara tidak langsung mencegah berapa jumlah peserta yang terdaftar tetapi
terjadinya komplikasi. lebih ditekankan pada kualitas
pelaksanaannya yaitu dilihat dari dampak dan
SARAN manfaat yang dihasilkan kepada target yaitu
Disarankan sebaiknya PROLANIS status glikemik penderita penyakit kronis DM
yang saat ini telah diprogramkan oleh tipe 2 dalam bentuk data yang terukur.
pemerintah di setiap puskesmas dan fasilitas
pelayanan tingkat primer lebih ditingkatkan

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Rahman, Z. (2011). The effects of antioxidants supplementation on haemostatic parameters and lipid
profiles in diabetic rats. ournal of American Science, 7(3).

Bianchi, C., Miccoli, R., Daniele, G., Penno, G., & Del Prato, S. (2009). Is there evidence that oral hypoglycemic
agents reduce cardiovascular morbidity/mortality? yes. Diabetes care, Vol. 32, no. 2, pp. 342–348.

BPJS Kesehatan. (2015). Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). Jakarta: Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

Dahlan, M. S. (2015). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi
Aplikasi Menggunakan SPSS (6 ed.). Jakarta: Epidemologi Indonesia.

Dinkes Kota Makassar. (2012). Profil Kesehatan Kota Makassar. Makassar: Dinkes Kota Makassar.

Dinkes Kota Makassar. (2013). Profil Kesehatan Kota Makassar. Makassar: Dinas Kesehatan Kota Makassar.

Dinkes Provinsi Sul-Sel. (2014). Profil Kesehatan Pemerintah Provinsi Sul-Sel. Sulawesi Selatan: Dinkes
Pemprov Sul-Sel.

Green, L. W., & Kreuter, M. W. (1999). Health Promotion Planning: An Educational and Ecological Approach (3
ed.). Mountain View, CA: Mayfield Publishing Co.

Hapsari, P. N. (2014). Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan Obat dengan Keberhasilan Terapi pada Pasien
Diabetes Mellitus di RS X Surakarta. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Idris, F. (2014). Pengintegrasian Program Preventif Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 PT Askes (Persero) ke
BPJS Kesehatan. J Indon Med Assoc, 64 (3): 115-121.

International Diabetes Federation. (2011). Diabetes Evidence Demands Real Action From The Un Summit On
Non-Communicable Diseases. Retrieved Januari 16, 2016, from www.idf.org: www.idf.org/diabetes-
evidence-demands-real action-un-summit-non-communicable-diseases

Iskandar. (2012). Efektivitas Program PROLANIS Dalam Rangka Pengendalian Status Kesehatan pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Program PascaSarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mona, E., Bintanah, S., & Astuti, R. (2012). Hubungan Frekuensi Pemberian Konsultasi Gizi dengan Kepatuhan
Diit. JURNAL GIZI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG, 1 (1).

PERKENI. (2013). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Endokrinologi Indonesia.

Puskesmas Pampang Kota Makassar. (2016). Laporan Rekam Medik Puskesmas Pampang Kota Makassar
Tahun 2016. Makassar: Puskesmas Pampang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 3 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
344
Putri, N. H., & Isfandiari, M. A. (2013). Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 1 (2), 234-243.

Rekam Medik Puskesmas Antang Kota Makassar. (2016). Laporan Rekam Medik Puskesmas Antang Kota
Makassar. Makassar: Puskesmas Antang.

Salistyaningsih, W., Puspitawati, T., & Nugroho, D. K. (2011). Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat
Hipoglikemik Oral dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Berita
Kedokteran Masyarakat, 27 (4), 215 - 221.

Sari, A. N. (2014). Efektivitas pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dalam penanganan
diabetes melitus (DM) tipe 2 oleh dokter keluarga di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman DIY.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Sari, F. P. (2014). Pengaruh Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah Sebagai Respon Terhadap Senam
Aerobik Di Aerobik dan Fitness Center Sonia Bandar Lampung. Bandar Lampung: Fakultas Ilmu
Keperawatan.

Shaw, J. E., Sicre, R. A., & Zimmet, P. Z. (2010). Diabetes Research and Clinical Practice Global estimates of
the prevalence of diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Research and Clinical Practice, 87 (2010) 4-14.

World Health Organization. (2006). Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate
hiperglycaemia. Report of WHO/IDF Consultation.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 3 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
345

Anda mungkin juga menyukai