Anda di halaman 1dari 19

PENANGANAN HIPERTENSI

PADA STROKE

Tria Erlita
FAB 117 034

Dokter Pengajar
dr. Bambang Supriadi, Sp.S

Kepanitraan Klinik Bagian/ SMF Neurologi


RSUD dr. Doris Sylvanus
Fakultas Kedokteran Universitas Palangkaraya
Palangkaraya
1 Februari 2018
DEFINISI
Stroke adalah sindrom klinis yang awal
timbulnya mendadak, progresi cepat,berupa
defisit neurologis fokal dan atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik.

Stroke adalah komplikasi dari hipertensi,


dimana kebanyakan dihubungankan secara
langsung dengan tingkat tekanan darah.
2
Hipertensi sering di jumpai pada
pasien stroke fase akut.

Sebagian besar pasien stroke akut


mengalami peningkatan tekanan
darah sistolik diatas 140 mmHg.

3
• Dari data penelitian BASC (Blood Pressure in Acute
Stroke Collaboration, 2001) dan IST (International
Stroke Trial, 2002), 70 – 94% pasien stroke akut
mengalami peningkatan tekanan darah pada jam
pertama setelah terjadinya serangan stroke

• dan 22,5 – 27,6% diantaranya mengalami kondisi


darurat hipertensif (Hypertensive emergency) dengan
peningkatan tekanan darah sistolik diatas 180 mmHg.

• 50% diantaranya memiliki riwayat hipertensi sebelum


mengalami serangan stroke.
4
Sasaran terapi
Pada sebagian besar pasien, tekanan darah akan
turun dengan sendirinya dalam 24 jam pertama
setelah awitan serangan stroke

Penurunan tekanan darah pada stroke iskemik dapat


dipertimbangkan bila tekanan darah sistolik >220
mmHg atau diastolik >120 mmHg,

penurunan tekanan darah sebaiknya sekitar 10-15%


dengan monitoring tekanan darah tersebut
sedangkan pada stroke perdarahan boleh diturunkan
apabila tekanan darah sistolik pasien ≥180mmHg
dan atau tekanan darah diastolik >130mmHg
5
Namun, penurunan tekanan darah pada
stroke akut dapat mengakibatkan
penurunan perfusi serebral sehingga
kerusakan daerah iskemik di otak akan
menjadi semakin luas.

hipertensi kronik dengan kurva perfusi


(tekanan darah – aliran darah ke otak)
bergeser ke kanan, Penurunan tekanan
darah pada kondisi seperti ini akan semakin
mengakibatkan penurunan perfusi serebral.
6
PENATALAKSANAAN : STADIUM HIPERAKUT

Tindakan pada stadium ini dilakukan


di Instalasi Rawat Darurat dan
merupakan tindakan resusitasi
serebro-kardio-pulmonal bertujuan
agar kerusakan jaringan otak tidak
meluas.
Pada stadium ini, pasien diberi
oksigen 2 L/menit dan cairan
kristaloid/koloid; hindari pemberian
7
cairan dekstrosa atau salin dalam
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak,
elektrokardiografi, foto toraks, darah
perifer lengkap dan jumlah trombosit,
protrombin time/INR, APTT, glukosa
darah, kimia darah (termasuk
elektrolit); jika hipoksia, dilakukan
analisis gas darah.

8
Stroke Iskemik

Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau


koloid 1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan,
hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali
bila tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg,
Mean Arterial Blood Pressure(MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2
kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit),
Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan
obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid,
penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau
antagonis kalsium.

9
Stroke hemoragik
Pasien strokevhemoragik harus dirawat di ICU jika
volume hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler
dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180
mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan
volume hematoma bertambah.
Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus
segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg
(pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian
dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-
1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.

10
Penatalaksanaan umum sama
dengan pada stroke iskemik, tukak
lambung diatasi dengan antagonis
H2 parenteral, sukralfat, atau
inhibitor pompa proton; komplikasi
saluran napas dicegah dengan
fisioterapi dan diobati dengan
antibiotik spektrum luas

11
Pedoman penurunan tekanan darah pada stroke akut
adalah sebagai berikut :

Gunakan obat antihipertensi yang memiliki


masa kerja singkat (short acting agent)
Pemberian obat antihipertensi dimulai dengan
dosis rendah
Hindari pemakaian obat anti hipertensi yang
diketahui dengan jelas dapat mengakibatkan
penurunan aliran darah otak
Hindari pemakaian diuretika (kecuali pada
keadaan dengan gagal jantung)
Patuhi konsensus yang telah disepakati sebagai

12
target tekanan darah yang akan dicapai.
5 kelompok obat hipertensi yang lazim
digunakan untuk pengobatan yaitu:

a) Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium,
air dan klorida sehingga menurunkan volume darah
dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi
penurunan curah jantung dan tekanan darah.

b) ACE inhibitor
ACE inhibitor menghambat perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi
dan penurunan sekresi aldosteron. Vasodilatasi
secara langsung akan menurunkan tekanan darah.
13
c) Angiotensin Reseptor Blocker
Dengan mencegah efek angiotensin II, senyawa-
senyawa ini merelaksasi otot polos sehingga
mendorong vasodilatasi, meningkatkan ekskresi garam
dan air di ginjal, menurunkan volume plasma, dan
mengurangi hipertrofi sel.

d) Calcium Channel Blocker


Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada
sel otot pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh
darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan
relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.

14
Terapi pencegahan pada stroke

Pemeliharaan target tekanan darah pada


pasien yang mengalami stroke adalah
modal utama untuk mengurangi risiko
terjadi stroke yang kedua

Sekitar 5% pasien yang dirawat dengan


stroke iskemik mengalami serangan stroke
kedua dalam 30 hari pertama.

Berbagai penelitian menemukan bahwa


15
penurunan tekanan darah dapat
Penurunan tekanan darah pada
stroke fase akut harus dilakukan
dengan hati-hati.
Penurunan tekanan darah yang
terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kerusakan semakin
parah dan memperburuk keadaan
klinik neurologik pasien.
16
Kesimpulan
Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang
potensial. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya
maupun menyempitnya pembuluh darah otak.
Terapi dengan obat antihipertensi diberikan pada stroke
hemoragik bila tekanan darah sistolik ≥180mmHg dan
diastolik ≥110 mmHg.
Pada stroke non hemoragik diberikan obat
antihipertensi bila tekanan darah sistolik ≥220 mmHg
dan diastolik ≥120 mmHg.
Ada 5 golongan obat antihipertensi yang dapat
digunakan untuk penurunan tekanan darah pada stroke,
diantaranya diuretic, ACE inhibitor, angiotensin reseptor
blocker, calcium channel blocker, dan Beta blocker.

17
Penatalaksanaan tekanan darah
pada pasien stroke akut dengan
kondisi darurat hipertensif, yang
dilakukan dengan cermat dan
tepat, akan mencegah kerusakan
otak, menurunkan angka
kecacatan dan kematian.

18
Daftar Pustaka
Guideline Stroke, 2011, Pokdi Stroke
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI).
Shiber JR, Fontane E, Adewale A. Stroke
registry: hemorrhagic vs ischemic
strokes. Am J Emerg Med. Mar 2010.
E-Medicine Speciality, Emergency Medicine,
Neurology. 2010. Stroke, Ischemic.
Sari IM. Rasionalitas Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Penderita Stroke di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
19
Daerah Dr. M. Ashari Pemalang. Surakarta:

Anda mungkin juga menyukai