Anda di halaman 1dari 34

Farmakoterapi I

PENATALKSANAAN
STROKE

Case Report Study


Tn. M (65th) datang ke rumah
sakit dengan keluhan anggota
tubuh sebelah kanan terasa
kebas, pusing, nafsu makan
menurun, dan lidah terasa pelo.
Pasien memiliki riwayat hipertensi
sejak 5 tahun yang lalu. Pasien
sadar dan suhu tubuh normal.
Tekanan darah 170/100 mmHg.
RR= 20x/m. HR=84x/m.
Pasien senang
minum kopi
3xsehari dan merokok minimal 1
bungkus/hari.

Diagnosis dan Manifestasi Klinis


Pasien didiagnosa stroke
iskemik/stroke non
haemoragic dengan gejala
yang terlihat:
-Anggota tubuh sebelah
kanan terasa kebas
-Lidah berat dan pelo
-Pusing mendadak
-Nafsu makan menurun

Patofisiologi Stroke Iskemik


Stroke non hemoragik paling
sering disebabkan oleh emboli
atau trombosis. Selain itu,
stroke non hemoragik juga
dapat
diakibatkan
oleh
penurunan aliran darah ke otak.
Pada tingkatan seluler, setiap
proses yang mengganggu aliran
darah
menuju
otak
menyebabkan
timbulnya
iskemik yang berujung pada
terjadinya kematian neuron dan
infark di otak.

Akibat Aterosklerosis pada Pembuluh


Darah
a. Menyempitkan lumen pembuluh
darah
dan
mengakibatkan
insufisiensi aliran darah
b. Oklusi
mendadak
pembuluh
darah karena terjadinya trombus
atau peredaran darah aterom
c. Merupakan
terbentuknya
trombus yang kemudian terlepas
sebagai emboli.
d. Menyebabkan dinding pembuluh
menjadi lemah dan terjadi
aneurisma yang kemudian dapat
robek.

Penampang Aterosklerosis

Faktor yang Mempengaruhi Aliran Darah ke Otak


Keadaan pembuluh darah :
Penyempitan / Adanya Ateroma
Keadaan
darah:
viskositas
darah
yang
meningkat,
hematokrit
yang
meningkat
(polisetemial)
yang
menyebabkan aliran darah ke
otak lebih lambat, anemia yang
berat menyebabkan oksigenasi
otak menurun.
Tekanan Darah
Kelainan jantung

Gejala Neurologis yang Timbul


Gejala akibat penyumbatan
arteri karotis interna
Buta mendadak (amaurosis
fugaks),
ketidakmampuan
untuk berbicara atau mengerti
bahasa lisan (disfasia) bila
ganguan terletak pada sisi
dominan, kelumpuhan pada sisi
tubuh
yang
berlawanan
(hemiparesis kontralateral) dan
dapat disertai sindrom Horner
pada sisi sumbatan.

Gejala akibat penyumbatan


arteri serebri anterior
Hemiparesis kontralateral dengan
kelumpuhan
tungkai
lebih
menonjol,
ganguan
mental,
ganguan sensibiltas pada tungkai
yang lumpuh, ketidakmampuan
dalam mengendalikan buang air,
bisa terjadi kejang-kejang.
Gejala akibat penyumbatan
arteri serebri media.
Ganguan saraf perasa pada satu
sisi tubuh, hilangnya kemampuan
dalam berbahasa (afasia).

Gejala akibat penyumbatan sistem


vertebrobasilar.
Gangguan dalam kordinasi gerakan
tubuh, gejala-gejala sereblum seperti
gemetar pada tangan (tremor), vertigo,
disfagia,
disartria,
kehilangan
kesadaran
sepintas,
penurunan
kesadaran secara lengkap, koma,
pusing,
ganguan
daya
ingat,
kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi), Ganguan
penglihatan, seperti penglihatan ganda
(diplopia), gerakan arah bola mata
yang tidak dikehendaki (nistagmus),
penurunan kelopak mata.

Gejala akibat penyumbatan


arteri serebri posterior
Koma, hemiparesis kontra
lateral, ketidakmampuan
membaca (aleksia).

Faktor Resiko Stroke


Secara garis besar faktor risiko
stroke dibagi atas faktor risiko
yang dapat dimodifikasi
(modifiable) dan dihindari
dengan mengubah pola hidup
dan yang tidak dapat
dimodifikasi (nonmodifiable).

Faktor risiko stroke yang


dapat
dimodifikasi
diantaranya adalah
1. Hipertensi
2. Penyakit
jantung
(fibrilasi atrium)
3. Diabetes melitus
4. Merokok,
konsumsi
alkohol,
dan
hiperlipidemia
5. Kurang aktifitas

Sedangkan faktor risiko


yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain:
Usia
Jenis kelamin
Ras/suku
Faktor genetik

Penatalaksanaan Stroke Iskemik


Target managemen stroke untuk
menstabilkan pasien, evaluasi
dan
pemeriksaan
termasuk
diantaranya
pencitraan
dan
pemeriksaan
laboratorium
dalam jangka waktu 60 menit
setelah
pasien
tiba
dan
memanfaatkan golden period
untuk menghindari terjadinya
cacat atau kerusakan organ
pasca stroke.

Captopril 2x12,5 mg
Pada pasien ini, TD 170/100
mmHg. Untuk penderita stroke,
tekanan darah harus normal untuk
menghindari semakin parahnya
stroke yaitu pecahnya pembuluh
darah otak (Stroke Haemoragik).
Untuk
menormalkan
tekanan
darah, pasien diberikan obat
antihipertensi. Pada kasus ini
dapat diberikan Captopril 12,5
mg. Dosis sapat ditingkatkan
ataupun
diturunkan
sesuai
dengan TD pasien.

Aspilet / Trombo Aspilet


1x80mg
Obat
ini
menghambat
siklooksigenase dengan cara
menurunkan
sintesis
atau
mengurangi lepasnya senyawa
yang mendorong adhesi seperti
thromboxane
A2.
Aspirin
merupakan obat pilihan untuk
pencegahan stroke.
Dosis yang dipakai bermacammacam, mulai dari 50 mg/hari,
80 mg/hari sampai 1.300
mg/hari atau 2x625 mg.

Sitikolin 2x1 / Piracetam


4x1200 mg
Sebagai neuroprotektor yang
dapat meningkatkan aliran
darah dan konsumsi oksigen
di otak pada pengobatan
gangguan serebro vaskular
sehingga dapat memperbaiki
gangguan kesadaran.

Neurodex (Vit B1, B6, dan


B12) 1x1 tab/hari
Sebagai multivitamin otak /
neurotropik drug. Mampu
merangsang kembali sistem
syaraf otak yang rusak akibat
stroke

Farmakoterapi Stroke Iskemik


1. Terapi Trombolitik
(alteplase)
Tissue
plaminogen
activator (recombinant tPA) yang diberikan secara
intravena akan mengubah
plasminogen
menjadi
plasmin
yaitu
enzim
proteolitik yang mampu
menghidrolisa fibrin,
fibrinogen
dan
protein
pembekuan lainnya.

2. Antiplatelet (Aspirin,
clopidogrel)
Aspirin menghambat cox, dengan
cara menurunkan sintesis atau
mengurangi lepasnya senyawa
yang mendorong adhesi seperti
thromboxane A2.
Clopidogrel biasanya untuk pasien
yang alergi terhadap aspirin. Obat
ini bereaksi dengan mencegah
aktivasi platelet, agregasi, dan
melepaskan granul platelet.

Aspirin bekerja mengasetilasi enzim


siklooksigenase dan menghambat
pembentukan
enzim
cyclic
endoperoxides.
Aspirin
juga
menghambat sintesa tromboksan A2 (TXA-2) di dalarn trombosit,
sehingga akhirnya menghambat
agregasi
trombosit.
Aspirin
menginaktivasi enzim-enzim pada
trombosit
tersebut
secara
permanen. Penghambatan inilah
yang mempakan cara kerja aspirin
dalam pencegahan stroke dan TIA
(Transient Ischemic Attack).

Anti Koagulan (Warfarin,


Heparin)
Sebagai profilaksis terjadinya
stroke berulang.
Warfarin adalah anti koagulan
oral yang mempengaruhi sintesa
vitamin K yang berperan dalam
pembekuan
darah
sehingga
warfarin tidak dapat digunakan
apabila trombus telah terbentuk.
Heparin bekerja sebagai anti
koagulan dengan menginaktifasi
faktor pembekuan darah.

Terapi Neuroprotektif
(Sitikolin, Piracetam,
Vitamin B1, B6, dan B12)
Terapi
neuroprotektif
diharapkan
dapat
meningkatkan
ketahanan
neuron yang iskemik dan selsel glia di sekitar inti iskemik
dengan memperbaiki fungsi
sel yang terganggu akibat
oklusi dan reperfusi.

Patofisiologi Stroke Hemoragik


Stroke hemoragik merupakan
gangguan pada otak akibat
pecahnya nya pembuluh darah
di otak.

Perdarahan intraserebral
Biasanya timbul karena
pecahnya mikroaneurisma
akibat hipertensi maligna. Hal ini
paling sering terjadi di daerah
subkortikal, serebelum, dan
batang otak. Salah satu
pencetusnya adalah hipertensi
kronik yang menyebabkan
pembuluh arteri berdiameter
100-400 mm mengalami
perubahan patologi pada dinding
pembuluh darah, lama kelamaan
pecah, terjadi pendarahan otak.

Pendarahan Subarakinoid
Terjadi akibat pembuluh
darah disekitar permukaan
otak pecah, sehingga terjadi
perembesan darah ke ruang
subarachnoid. Perdarahan
subarachnoid umumnya
disebabkan oleh rupturnya
aneurisma akular atau
perdarahan dari
arteriovenous malformation
(Pembuluh darah arteri
yang kusut).

Farmakoterapi Stroke Haemoragik


1.Terapi Edema Otak
Tinggikan bagian atas tubuh 30o.
Berikan manitol dengan dosis
bertahap (Tappering Dose).
. 30 menit pertama berikan manitol
1 mg/KgBB
. Selama 6 jam, diberikan dosis
0,25 0,5 mg/KgBB per 30 menit.
Pantau edema.
. Furosemid secara IV lambat untuk
mengurangi cairan intrakranial

2. Terapi Kejang
Diazepam 5 20 mg IV
lambat, maksimal 100 mg
per
hari.
Dilanjutkan
dengan pemberian fenitoin
selama 1 bulan untuk
mencegah
kembalinya
kejang.

Non Farmakoterapi
Pada umumnya terapi bedah
merupakan pilihan terapi untuk
stroke hemoragik dengan tujuan
untuk
mengeluarkan
gumpalan
darah yang sudah terjadi akibat
pecahnya pembuluh darah di
otak. Tindakan bedah juga dilakukan
untuk mengurangi pembengkakan
atau terkumpulnya cairan yang ada
di otak akibat stroke (hidrosefalus)
ataupun
mengurangi
tekanan
intrakranial
yang
meninggi
(dekompresi).

Saran yang diberikan saat pasien pulang


- Arahkan pasien untuk melakukan
fisioterapi
dengan
tujuan
mengembalikan fungsional tubuh
pasca stroke.
- Usahakan agar tekanan darah tetap
normal untuk mencegah terjadinya
re-current stroke (stroke berulang)
- Berhenti merokok
- Hindari stress atau pekerjaan
dibawah tekanan
- Atur
pola
makanan,
hindari
makanan penceteus kolesterol.
- Olah raga rutin

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai