Anda di halaman 1dari 19

1.

Definisi
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain:
hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis
stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak
dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan
berakhir dengan kelumpuhan.

1. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari:
Hemoragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam
jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah penghentian suplai darah
ke otak . Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai tempat yaitu :
a. Hemoragi subakhranoid
b. Hemoragi intraserebral
Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit jantung iskemik :
a. Usia
b. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita post
monophous sama resiko dengan pria
c. Hipertensi
d. DM
e. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
f. Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain hiperfibrinogenia
g. Keturunan
h. Hipovolemia dan syook ( Aru W, Sedoyo dkk, 2006)

2. Manisfestasi klinis
Tanda-tanda dan gejala stroke hemoragik bervariasi dari satu penderita dan penderita
lainnya. Hal ini tergantung pada jenis stroke dan tingkat keparahannya.
Beberapa gejala yang ditemukan pada penderita stroke pada umumnya adalah:

1. Sulit berbicara dan menangkap informasi


Penderita stroke mungkin akan merasa kebingungan. Cara berbicaranya pun
mengalami perubahan. Kemampuannya untuk memahami percakapan sehari-hari juga
akan menurun.
2. Kelumpuhan atau kekakuan
Penyakit ini menyebabkan rasa kaku, lemah, bahkan lumpuh pada beberapa bagian
tubuh, seperti wajah, lengan, dan kaki. Kondisi ini biasanya terjadi pada salah satu
bagian tubuh saja.
3. Kesulitan melihat
Orang dengan stroke akan mengalami masalah pada penglihatannya. Salah satu atau
kedua mata mungkin memiliki penglihatan yang buram, kabur, atau menggelap.
4. Sakit kepala
Salah satu gejala yang paling sering terjadi pada penderita penyakit ini adalah sakit
kepala parah yang muncul tiba-tiba. Rasa sakit juga disertai dengan mual, muntah,
pusing, dan kebingungan.
5. Sulit berjalan
Penderita stroke akan merasakan pula kesulitan dalam menjaga keseimbangan tubuh,
sehingga berjalan biasa pun terasa berat untuk dilakukan.
Apabila penderita mengalami pendarahan jenis intraserebral, gejala yang muncul biasanya
berupa:

 Beberapa bagian tubuh terasa lemah mendadak


 Kelumpuhan atau mati rasa di beberapa bagian tubuh
 Sulit berbicara
 Sulit mengendalikan gerakan mata
 Muntah
 Kesulitan berjalan
 Pernapasan tidak teratur
 Pingsan
 Hilang kesadaran

3. Patofisiologi
a. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat
dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra
cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon,
dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh
darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan Sub Arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak,
ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya
darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai
kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan,
mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya
vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan
dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya
cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak,
tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh
berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak.
4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:


a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak,
sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan
awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol /
memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
1) Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase
akut.
2) Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
3) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4) Terapi farmakologi:
a) Vitamin K
Mekanisme kerja dengan meningkatkan biosintesis beberapa factor
pembekuan daraj yaitu protombin, factor VII, IX, X di hepar. Aktivasi X
menjadi Xa oleh factor VIIa, TF dan Ca2+ dari jalur ekstrinsic dan factor IXa,
VIIIa dan Ca2+ dari jalur intrinsic. Kemudian factor Xa dibantu oleh Ca2+ dan
factor Va akan mengaktifkan protombin menjadi thrombin. Trombin kemudian
mengaktivasi factor XIII dan XIIIa yang akan mengkatalisis perubahan
fibrinogen menjadi fibrin.
Vitamin K ada 2 jenis : Menadiol Sodium Fosfat yang bersifat larut dalam air
dan Fitomenadion (vitamin K1) yang larut dalam lemak.
b) Asam traneksamat
Indikasi: Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat
pemutusan benang fibrin. Asam traneksamat digunakan untuk profilaksis dan
pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolisis yang berlebihan dan
angiodema hereditas.
Mekanisme kerja: asam traneksamat kompetitif menghambat aktivasi
plasminogen sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi plasmin
(fibrinolisin), enzim yang mendegradasi gumpalan fibrinogen dan protein
plasma lainnya termasuk faktor prokoagulan V dan VIII. Oleh karena itu, dapat
mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan.
Dosis: Oral 1-1.5 gr (15-25 mg/kg) 2-4 kali sehari. Dosis injeksi inravena
perlahan: 0.5-1 gr (10 mg/kg) 3 kali sehari. Dosis infuse kontinyu 25-50 mg per
kg setiap hari.

c) Calsium Chanel Blocker: Nimodipin


Indikasi: merupakan Ca chanel bloker dengan aktivitas serebrovaskuler
preferensial. Hal ini ditandai dengan efek dilatasi dan menurunkan tekanan
darah pada serebrovaskuler.
Mekanisme kerja: nimodipin ternasuk dalam kelas agen farmakologis dikenal
sebagai kalsium chanel blocker. Nimodipin diindikasikan untuk peningkatan
hasil neurologis dengan mengurangi insiden dan keparahan deficit iskemik
pada pasien dengan perdarhan subarachnoid dari pecahnya aneurisme. Proses
kontraktil sel-sel otot polos tergantung pada ion kalsium sel selama depolarisasi
sebagai penghambat arus transmembran. Nimodipin menghambat transfer ion
kalsiun ke dalam sel dan demikian menghambat kontraksi otot polos vaskuler.
Dosis: PO / nasogastrik 60 mg/4 jam selam 21 hari berturut-turut. Memulai
terapi dalam waktu 96 jam perdarahan subarachnoid.
d) Terapi suportif: infuse manitol
Indikasi: menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral.
Mekanisme kerja: kenaikan tekanan intrakranial dan adanya edema serebral pada
hemoragik dapat terjadi karena dari efek gumpalan hematoma. Manitol bekerja
untuk meningkatkan osmolaritas plasma darah, mengakibatkan peningkatan air
dari jaringan, termasuk otak dan cairan serebrospinal, ke dalam cairan interstisial
dan plasma. Akibatnya edema otak, peningkatan tekanan intrakranial serta volume
dan cairan serebrospinal dapat dikurangi.
Dosis, lama dan cara pemberian: tekanan intracranial;edema serebral;1.5-2 gr/kg
dosis IV dalam 15,20, atau 25% larutan selam 30-60 menit pertahankan
osmolarotas serum 310 sampai >320 mOsm/kg.

5) Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit
seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi
yang baik dapat dipertahankan.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurism atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

6. Asuhan Keperawatan
a. Data fokus pengkajian
1) Pengkajian Primer
a) Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
b) Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi
/aspirasi.
c) Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2) Pengkajin sekunder
a) Aktivitasdan istirahat
1) Data Subyektif:
 kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis.
 Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
2) Data obyektif:
 Perubahan tingkat kesadaran.
 Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia), kelemahan umum.
 Gangguan penglihatan.
b) Sirkulasi
1) Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung , endokarditis bacterial), polisitemia. Hipertensi
arterial Disritmia, perubahan EKG Pulsasi : kemungkinan
bervariasi Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta
abdominal.
c) Emosi/ego
Data Subyektif: Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
Data obyektif:
 Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan.
 Kesulitan berekspresi diri.
d) Makan/minum
Data Subyektif: Nafsu makan hilang, Kehilangan sensasi lidah , pipi
, tenggorokan, disfagia, riwayat DM, Peningkatan lemak dalam
darah.
Data obyektif: Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek
palatum dan faring)
e) SensoriNeural
Data Subyektif: Pusing / syncope, Nyeri kepala : pada perdarahan intra
serebral atau perdarahan sub arachnoid, kelemahan, kesemutan/kebas, sisi
yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati, Penglihatan berkurang, sentuhan
: kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral (sisi yang sama) gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Data obyektif:
 Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif.
 Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral).
 Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).
 Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/
kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif,
global / kombinasi dari keduanya.
 Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil.
 Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
 Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi
lateral. (Doenges E, Marilynn,2000).

b. Analisa Data
No Data Etioliogi Masalah
1 Ds: pasien Peningkatan tekanan Gangguan perfusi
mengangguk saat di sistemik jaringan cerebral
Tanya pusing
Aneurisma
Do:
 Pasien Pendarahan
mengalami arachnoid/ventrikel
penurunan
kesadaran Hematoma cerebral
 Tekanan
darah Herniasi cerebral
180/90
 Pasien
mengalami
kesulitan
berbicara
2 Ds : pasien Suplai darah ke Gangguan mobilitas
mengatakan tubuh cerebral tidak adekuat fisik
bagian sebelah
kanan susah di Hemisfer kiri
gerakan
Plegi kanan
Do :
 Pasien Gangguan mobilitas
mengalami fisik
kelemahan
otot
 Kekuatan
otot
 Hanya bisa
beraktivitas
di tempat
tidur
 Kemampuan
pergerakan
sendi
terbatas
3 Ds: pasien Vasosapsme arteri Kerusakan
mengatakan sulit cerebral/saraf cerebral komunikasi verbal
berbicara dan
menelan Area grocca

Do: Kerusakan fungsi N,


 Bibir VII dan N XII
mencong
 Bicara rero Kerusakan komunikasi
verbal
4 Ds: pasien Antybody merusak Resiko gangguan
mengatakan ada jaringan integritas kulit
luka di bagian
dengkul atas Terjadi inflamasi
bokong
Perubahan fungsi
Do: barrier
 Luka
tampak Kerusakan integritas
kemerahan kulit
 Luas luka
berdiameter
4cm
 Tidak
terdapat pus
5 Ds: pasien Perubahan status Kurang pengetahuan
mengatakan kesehatan
sebelumnya tidak
tau resiko Kurang terpapar
komplikasi dari informasi
hipertensi yang di
deritanya Kesalahan dalam
menginterpretasikan
Do: informasi
 Pasien
bertanya
tentang
kondisi
penyakitnya
 Pasien
kurang
mengerti
tentang
penyakit
yang di
deritanya

c. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan pendarahan
intracerebral oklusi otak vasospasme dan edema otak
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
3) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler
4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif kesalahan interpretasi informasi
(Brunner dan Suddarth, 2009)

d. Intervensi keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intraserebral oklusi otak, vasospasme, dan edema otak. ( Brunner dan
Suddarth, 2009)
Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara maksimal
Kriteria hasil:
- Tingkat kesadaran komposmentis
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan Intrakranial
- Tanda vital stabil dalam batas normal (BP: 90/60-140/90 mmHg, HR
60-100x/m)
- Tidak ada tanda deficit neurologis dan perburukan
Intervensi :
1) Tentukan faktor penyebab penurunan perfusi serebral dan tanda
peningkatan TIK
Rasional: mempengaruhi penetapan intervensi kerusakan/kemunduran
tanda/gejala neurologi atau kegagalan memperbaiki setelah fase awal
memerlukan tindakan pembedahan atau pasien dipindahkan ke ruang ICU.
2) Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30 derajat
Rasional: menurunkan tekanan arteri dan meningkatkan drainase serta
meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral. Untuk mencegah
peningkatan tekanan intrakranial.
3) Monitor status neurologis (tingkat kesadaran, reflek patologis dan
fisiologis, pupil) secara berkala dan bandingkan dengan nilai normal.
Rasional: mengetahui kecenderungan penurunan kesadaran dan
potensial peningkatan TIK dan mengetahui luas serta lokasi dan kerusakan
SSP. (Carpenito,2005)
4) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Adanya penyumbatan pada arteri subklavikula dapat
dinyatakan dengan adanya perbedaan tekanan darah pada kedua
lengan. Frekuensi dan irama jantung. Kemungkinan adanya bradikardi
sebagai akibat adanya kerusakan otak. Ketidakteraturan pernapasan
memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral.
5) Pertahankan suhu tubuh tetap normal
Rasional: peningkatan suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme
tubuh sehingga kebutuhan oksigen tubuh meningkat. Hal ini dapat
memperburuk gangguan serebral.
6) Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, penurunan
lapang pandang bila pasien telah sadar.
Rasional: Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah
otak yang terkena, mengindikasikan keamanan yang harus mendapat
perhatian Dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan. Pengkajian
persepsi ini penting dilakukan, karena stroke dapat mengakibatkan
disfungsi persepsi visual dan kehilangan sensori. Homonimus hemianopsia
(kehilangan setengah lapang pandang) sisi yang terkena sama dengan sisi
yang mengalami paralysis.

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan; dapat melakukan aktivitas secara minimum
Kriteria hasil:
- mempertahankan posisi yang optimal,
- meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena
- mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan aktivitas.
Intervensi;
1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Rasional: mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat memberikan
informasi bagi pemulihan
2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
Rasional: menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.
3) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstremitas
Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.
4) Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional: dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi
lebih terganggu.
5) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan
ambulasi pasien.
Rasional: program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.

3) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan


neuromuskuler.
Tujuan; dapat berkomunikasi sesuai dengan keadaannya.
Kriteria hasil;
- Klien dapat mengemukakan bahasa isyarat dengan tepat
- Tidak Terjadi kesapahaman bahasa antara klien, perawat dan
keluarga
Intervensi;
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
Rasional: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari
derajat gangguan serebral
2) Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana
Rasional: melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik
3) Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut
Rasional: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik
4) Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)
Rasional: bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan
yang dimaksud
5) Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi wicara.
Rasional: untuk mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan terapi

4) Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan tirah baring


lama
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil :
- klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
- mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
- tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
Intervensi :
1) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi daerah sekitar
terhadap kehangatan dan pelunak jaringan tiap mengubah posisi
Rasional : Memghindari kerusakan kapiler
2) Anjurkan untuk melakukan ROM dan mobilisasi jika mumgkin.
Rasional : Meningkatkan aliran darah ke semua daerah
3) Ubah posisi tiap 2 jam
Rasional : Menghindari tekanan danmeningkatkan aliran darah
4) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mumgkin hindari trauma, panas
terhadap kulit
Rasional : Mempertahankan keutuhan kulit
5) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisi
Rasional : Menghindari kerusakan kapiler

5) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan


Keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat
Tujuan; klien mengerti dan paham tentang penyakitnya
Kriteria hasil:
- Mampu berpartisipasi dalam proses belajar
Intervensi;
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien
Rasional: untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
2) Berikan informasi terhadap pencegahan, faktor penyebab, serta
perawatan.
Rasional: untuk mendorong kepatuhan terhadap program teraupetik dan
meningkatkan pengetahuan keluarga klien
3) Beri kesempatan kepada klien dan keluarga untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas.
Rasional: memberi kesempatan kepada orang tua dalam perawatan anaknya
4) Beri feed back/ umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
keluarga atau klien.
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman klien atau
keluarga
5) Sarankan pasien menurunkan/ membatasi stimulasi lingkungan
terutama selama kegiatan berfikir
Rasional: stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses
berfikir.
DAFTAR PUSTAKA
Adib,M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi ke-2.Yogyakarta : Dianloka Printika.
Artini, Ria.2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafan,
Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made
Kriasa.EGC.Jakarta
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda, Nic-Noc, 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis, Edisi Revisi Jilid
2. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai