Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK (SH)

DI RUANG IGD RSUD ULIN BANJARMASIN

Disusun oleh :

Achmad Arifin 11194561920035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

2020
A. Pengertian
Menurut Word Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang
berlangsung dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian
tanpa ditemukannya penyakit selain dari pada gangguan vascular akibat
terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan pada
arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam
jaringan otak sehingga mengakibatkan pendarahan di parenkim otak dan
kerusakan jaringan otak ( (Kumar, 2017), (Qurbany & Wibowo, 2016), (Humam
& Lisiswanti, 2015), (Muttaqin, 2008).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah gangguan
fungsi otak akibat terjadinya hambatan pada aliran darah ke otak ataupun
pecagnya pembuluh darah yang menuju ke otak sehingga menyebabkan
pendarahan di parenkim otak dan jaringan otak.

B. Etiologi/Penyebab
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intra
cranial dengan gejala peningkatan tekanan darah systole > 200 mmHg pada
hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan,
sianosis, dan pernafasan mengorok.
Penyebab stroke hemoragik, yaitu:
a. Kekurangan suplay oksigen yang menuju otak.
b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak.
c. Adanya sumbatan bekuan darah di otak (Batticaca, 2008).
Stroke hemoragik juga bisa terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi.
Pecahnya pembuluh darah ini menyebabkan darah menggenangi jaringan otak di
sekitar pembuluh darah yang menjadikan suplai darah terganggu, maka fungsi dari
otak juga menurun. Penyebab lain dari stroke hemoragik yaitu adanya
penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh (aneurisme), mudah
menggelembung, dan rawan pecah, yang umumnya terjadi pada usia lanjut atau
karena faktor keturunan. Adanya perdarahan pada jaringan
o t a k menyebabkan terganggunya sirkulasi di otak yang mengakibatkan
terjadinya iskemik pada jaringan otak yang mengakibatkan otak tidak mendapat
darah lagi, sertaterbentuknya hematom di otak yang mengakibatkan
penekanan. Proses ini memacu peningkatan tekanan intrakranial sehingga
terjadi perubahan dan herniasi jaringanotak yang dapat mengakibatkan kompresi
pada batang otak.

Faktor resiko stroke terbagi menjadi faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan
faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat
dimodifikasi yaitu hipertensi, merokok, diabetes, fibrilasi atrial dan penyakit
jantung lainnya, dislipidemia, trombofilia, stenosis arteri karotis, inaktivitas
fisik, dan obesitas. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis
kelamin, berat badan lahir rendah (BBLR), ras, dan genetik (Humam &
Lisiswanti, 2015).

C. Patofisiologi dan Pathway

STROKE HEMORAGIK
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di
sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal,
nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan
perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau
nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-
5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan
dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
Perbedaan antara subrachnid dan intracerebral adalah perdarahan
subarachnoid adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak di bawah
selaput pelindung otak. Perdarahan otak tipe ini sering kali disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak karena aneurisma, gangguan pembekuan
darah, atau cedera kepala berat, sementara itu, perdarahan intraserebral
adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak itu sendiri. Perdarahan otak
jenis ini bisa menyebar hingga ke ruang ventrikel otak dan menyebabkan
pembengkakan otak. Jadi, perbedaan antara kedua jenis perdarahan itu
terletak pada lokasi atau bagian otak yang mengalami perdarahan.

D. Manifestasi Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi perdarahan
dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan
motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
12. Kelemahan pada satu sisi tubuh (Batticaca, 2008).

E. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark Serebri adalah area jaringan nekrotik di otak akibat penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah yang memasok darah dan oksigen ke otak.
Oksigen terbatas karena suplai darah yang terbatas menyebabkan stroke
iskemik yang dapat menyebabkan infark yang jika aliran darah tidak
dipulihkan dalam waktu yang relatif singkat. Penyumbatan dapat disebabkan
oleh trombus , embolus atau stenosis ateromatosa dari satu atau lebih arteri.
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan,
tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta
tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Managemen hipertensi
a. Terapi non farmakologi
1) Diet; Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan
BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktifitas; Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Terapi Farmakologis
Pemberian obat anti hipertensi. Golongan obat -obatan yang
diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angitensin.
4. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan
pada fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
5. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular
yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran
pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan
boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil.
4. Bedrest.
5. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih
(Muttaqin, 2008).

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK


1. Aktivitas dan istirahat
a. Data Subyektif:
1) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
b. Data obyektif:
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia),
kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
a. Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
b. Data obyektif:
1) Hipertensi arterial
2) Disritmia, perubahan EKG
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
a. Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
b. Data obyektif:
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan
2) Kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
a. Data Subyektif:
1) Inkontinensia, anuria
2) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara
usus (ileus paralitik)
5. Makan/ minum
a. Data Subyektif:
1) Nafsu makan hilang
2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
4) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
b. Data obyektif:
1) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
2) Obesitas ( faktor resiko )
6. Sensori neural
a. Data Subyektif:
1) Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
2) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
4) Penglihatan berkurang
5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
b. Data obyektif:
1) Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
2) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek
tendon dalam ( kontralateral )
3) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
4) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
a. Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
b. Data Obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
a. Data Subyektif:
1) Perokok ( faktor resiko )
Tanda:
a) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
b) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
c) Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
9. Keamanan
a. Data Obyektif:
1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
10. Interaksi sosial
a. Data Obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran / pembelajaran
a. Data Subjektif :
1) Riwayat hipertensi keluarga, stroke
2) Penggunaan kontrasepsi oral
12. Pertimbangan rencana pulang
- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan
diri dan pekerjaan rumah

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK


1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
6. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
7. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
8. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
J. RENCANA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitorang neurologis
Perfusi jaringan tindakan keperawatan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
serebral b.d selama 3 x 24 jam, bentuk pupil
aliran darah ke diharapkan suplai 2. Monitor tingkat kesadaran klien
otak terhambat. aliran darah keotak 3. Monitir tanda-tanda vital
lancar dengan kriteria 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
hasil: muntah
- Nyeri kepala / 5. Monitor respon klien terhadap
vertigo berkurang pengobatan
sampai de-ngan 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
hilang 7. Observasi kondisi fisik klien
- Berfungsinya
saraf dengan baik Terapi oksigen
- Tanda-tanda vital 1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
stabil 2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan
sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap pemberian
oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Libatkan keluarga untuk membantu
komunikasi verbal tindakan keperawatan memahami / memahamkan informasi dari /
b.d penurunan selama 3 x 24 jam, ke klien
sirkulasi ke otak diharapkan klien 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan
mampu untuk penuh perhatian
berkomunikasi lagi 3. Gunakan kata-kata sederhana dan
dengan kriteria hasil: pendek dalam komunikasi dengan klien
- dapat menjawab 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata
pertanyaan yang 5. Berikan arahan / perintah yang sederhana
diajukan perawat setiap interaksi dengan klien
- dapat mengerti 6. Programkan speech-language teraphy
dan memahami 7. Lakukan speech-language teraphy setiap
pesan-pesan melalui interaksi dengan klien
gambar
- dapat
mengekspresikan
perasaannya secara
verbal maupun
nonverbal
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1 Kaji kamampuan klien untuk perawatan
diri; tindakan keperawatan diri
mandi,berpakaian selama 3x 24 jam, 2 Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
, makan, diharapkan kebutuhan bantu dalam makan, mandi, berpakaian
mandiri klien dan toileting
terpenuhi, dengan 3 Berikan bantuan pada klien hingga klien
kriteria hasil: sepenuhnya bisa mandiri
- Klien dapat makan 4 Berikan dukungan pada klien untuk
dengan bantuan orang menunjukkan aktivitas normal sesuai
lain / mandiri kemampuannya
- Klien dapat mandi 5 Libatkan keluarga dalam pemenuhan
de-ngan bantuan kebutuhan perawatan diri klien
orang lain
- Klien dapat
memakai pakaian
dengan bantuan orang
lain / mandiri
- Klien dapat
toileting dengan
bantuan alat
4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan 1 Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
fisik b.d tindakan keperawatan aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
kerusakan selama 3x24 jam,
neurovas-kuler diharapkan klien dapat
melakukan 2 Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
pergerakan fisik ekstrimitas yang parese / plegi dalam
dengan kriteria hasil : toleransi nyeri
- Tidak terjadi 3 Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
kontraktur otot dan mencegah atau mangurangi bengkak
footdrop 4 Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan
- Pasien dan kemampuan klien
berpartisipasi dalam 5 Motivasi klien untuk melakukan latihan
program latihan sendi seperti yang disarankan
- Pasien mencapai 6 Libatkan keluarga untuk membantu klien
keseimbangan saat latihan sendi
duduk
- Pasien mampu
menggunakan sisi
tubuh yang tidak sakit
untuk kompensasi
hilangnya fungsi pada
sisi yang parese/plegi
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan 1 Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit b.d tindakan perawatan adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
immobilisasi fisik selama 3 x 24 jam, tekan, tindakan pencegahan agar tidak
diharapkan pasien terjadi luka tekan)
mampu mengetahui 2 Berikan masase sederhana
dan mengontrol - Ciptakan lingkungan yang nyaman
resiko dengan kriteria - Gunakan lotion, minyak atau bedak
hasil : untuk pelicin
- Klien mampu - Lakukan masase secara teratur
menge-nali tanda dan - Anjurkan klien untuk rileks selama
gejala adanya resiko masase
luka tekan - Jangan masase pada area kemerahan
- Klien mampu utk menghindari kerusakan kapiler
berpartisi-pasi dalam - Evaluasi respon klien terhadap masase
pencegahan resiko 3 Lakukan alih baring
luka tekan (masase - Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
sederhana, alih ba-
ring, manajemen
nutrisi, manajemen - Pertahankan tempat tidur sedatar
tekanan). mungkin untuk mengurangi kekuatan
geseran
- Batasi posisi semi fowler hanya 30
menit
- Observasi area yang tertekan (telinga,
mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)
4 Berikan manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Monitor intake nutrisi
- Tingkatkan masukan protein dan
karbohidrat untuk memelihara ke-
seimbangan nitrogen positif
5 Berikan manajemen tekanan
- Monitor kulit adanya kemerahan dan
pecah-pecah
- Beri pelembab pada kulit yang kering
dan pecah-pecah
- Jaga sprei dalam keadaan bersih dan
kering
- Monitor aktivitas dan mobilitas klien
- Beri bedak atau kamper spritus pada
area yang tertekan
-
6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Aspiration Control Management :
berhubungan tindakan perawatan - Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk
dengan selama 3 x 24 jam, dankemampuan menelan
penurunan tingkat diharapkan tidak - Pelihara jalan nafas
kesadaran terjadi aspirasi pada - Lakukan saction bila diperlukan
pasien dengan kriteria - Haluskan makanan yang akan
hasil : diberikan
- Dapat bernafas - Haluskan obat sebelum pemberian
dengan
mudah,frekuensi
pernafasan normal
- Mampu
menelan,mengunyah
tanpa terjadi aspirasi

7 Resiko Injuri Setelah dilakukan Risk Control Injury


berhubungan tindakan perawatan - menyediakan lingkungan yang aman
dengan selama 3 x 24 jam, bagi pasien
penurunan tingkat diharapkan tidak - memberikan informasi mengenai cara
kesadaran terjadi trauma pada mencegah cedera
pasien dengan kriteria - memberikan penerangan yang cukup
hasil: - menganjurkan keluarga untuk selalu
- bebas dari cedera menemani pasien
- mampu
menjelaskan factor
resiko dari lingkungan
dan cara untuk
mencegah cedera
- menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
8 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Respiratori Status Management
efektif tindakan perawatan - Pertahankan jalan nafas yang paten
berhubungan selama 3 x 24 jam, - Observasi tanda-tanda hipoventilasi
dengan diharapkan pola nafas - Berikan terapi O2
penurunan pasien efektif dengan - Dengarkan adanya kelainan suara
kesadaran kriteria hasil : tambahan
- Menujukkan jalan nafas - Monitor vital sign
paten ( tidak merasa
tercekik, irama nafas
normal, frekuensi
nafas normal,tidak
ada suara nafas
tambahan
- Tanda-tanda vital dalam
batas normal
Daftar Pustaka

Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan. Jakarta:


Salemba Medika.

Humam, H., & Lisiswanti, R. (2015). Pengaruh Tomat (Solanum lycopersicum) Terhadap
Stroke. Majority, 88-92.

Kumar, S. (2017). Hypertension and Hemorrhagic Strok. Hypertension Journal, 89-93.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta: Salemba Medika.

Qurbany, Z. T., & Wibowo, A. (2016). Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II . J Medula
Unila, 114-118.

Wahyuddin, & Arief W . (2008). PENGARUH PEMBERIAN PNF TERHADAP KEKUATAN


FUNGSI PREHENSION PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DAN NON-
HEMORAGIK. Jurnal Fisioterapi Indonusa , 88-108.

NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai