Disusun oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
2020
A. Pengertian
Menurut Word Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang
berlangsung dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian
tanpa ditemukannya penyakit selain dari pada gangguan vascular akibat
terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan pada
arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam
jaringan otak sehingga mengakibatkan pendarahan di parenkim otak dan
kerusakan jaringan otak ( (Kumar, 2017), (Qurbany & Wibowo, 2016), (Humam
& Lisiswanti, 2015), (Muttaqin, 2008).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah gangguan
fungsi otak akibat terjadinya hambatan pada aliran darah ke otak ataupun
pecagnya pembuluh darah yang menuju ke otak sehingga menyebabkan
pendarahan di parenkim otak dan jaringan otak.
B. Etiologi/Penyebab
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intra
cranial dengan gejala peningkatan tekanan darah systole > 200 mmHg pada
hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan,
sianosis, dan pernafasan mengorok.
Penyebab stroke hemoragik, yaitu:
a. Kekurangan suplay oksigen yang menuju otak.
b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak.
c. Adanya sumbatan bekuan darah di otak (Batticaca, 2008).
Stroke hemoragik juga bisa terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi.
Pecahnya pembuluh darah ini menyebabkan darah menggenangi jaringan otak di
sekitar pembuluh darah yang menjadikan suplai darah terganggu, maka fungsi dari
otak juga menurun. Penyebab lain dari stroke hemoragik yaitu adanya
penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh (aneurisme), mudah
menggelembung, dan rawan pecah, yang umumnya terjadi pada usia lanjut atau
karena faktor keturunan. Adanya perdarahan pada jaringan
o t a k menyebabkan terganggunya sirkulasi di otak yang mengakibatkan
terjadinya iskemik pada jaringan otak yang mengakibatkan otak tidak mendapat
darah lagi, sertaterbentuknya hematom di otak yang mengakibatkan
penekanan. Proses ini memacu peningkatan tekanan intrakranial sehingga
terjadi perubahan dan herniasi jaringanotak yang dapat mengakibatkan kompresi
pada batang otak.
Faktor resiko stroke terbagi menjadi faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan
faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat
dimodifikasi yaitu hipertensi, merokok, diabetes, fibrilasi atrial dan penyakit
jantung lainnya, dislipidemia, trombofilia, stenosis arteri karotis, inaktivitas
fisik, dan obesitas. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis
kelamin, berat badan lahir rendah (BBLR), ras, dan genetik (Humam &
Lisiswanti, 2015).
STROKE HEMORAGIK
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di
sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal,
nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan
perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau
nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-
5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan
dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
Perbedaan antara subrachnid dan intracerebral adalah perdarahan
subarachnoid adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak di bawah
selaput pelindung otak. Perdarahan otak tipe ini sering kali disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak karena aneurisma, gangguan pembekuan
darah, atau cedera kepala berat, sementara itu, perdarahan intraserebral
adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak itu sendiri. Perdarahan otak
jenis ini bisa menyebar hingga ke ruang ventrikel otak dan menyebabkan
pembengkakan otak. Jadi, perbedaan antara kedua jenis perdarahan itu
terletak pada lokasi atau bagian otak yang mengalami perdarahan.
D. Manifestasi Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi perdarahan
dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan
motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
12. Kelemahan pada satu sisi tubuh (Batticaca, 2008).
E. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark Serebri adalah area jaringan nekrotik di otak akibat penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah yang memasok darah dan oksigen ke otak.
Oksigen terbatas karena suplai darah yang terbatas menyebabkan stroke
iskemik yang dapat menyebabkan infark yang jika aliran darah tidak
dipulihkan dalam waktu yang relatif singkat. Penyumbatan dapat disebabkan
oleh trombus , embolus atau stenosis ateromatosa dari satu atau lebih arteri.
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan,
tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta
tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Managemen hipertensi
a. Terapi non farmakologi
1) Diet; Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan
BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktifitas; Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Terapi Farmakologis
Pemberian obat anti hipertensi. Golongan obat -obatan yang
diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angitensin.
4. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan
pada fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
5. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular
yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran
pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan
boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil.
4. Bedrest.
5. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih
(Muttaqin, 2008).
Humam, H., & Lisiswanti, R. (2015). Pengaruh Tomat (Solanum lycopersicum) Terhadap
Stroke. Majority, 88-92.
Qurbany, Z. T., & Wibowo, A. (2016). Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II . J Medula
Unila, 114-118.