Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

1. Konsep Penyakit Stroke Hemoragik


1.1 Definisi
1.1.1 Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (Muttaqin, 2008).
1.1.2 Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskemik dan hipoksia di hilir. Penyebab
stroke hemoragi antara lain : hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun (Artiani, 2009).
1.1.3 Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam
suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Kesimpulannya bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak
dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

1.2 Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
1.2.1 Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
1.2.2 Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
1.2.3 Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
1.2.4 Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah
pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
1.2.5 Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan
dan degenerasi pembuluh darah.

1
Faktor resiko pada stroke adalah
1.2.1 Hipertensi
1.2.2 Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif
1.2.3 Kolesterol tinggi, obesitas
1.2.4 Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
1.2.5 Diabetes melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
1.2.6 Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi)
1.2.7 Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

1.3 Tanda Dan Gejala


Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1.3.1 Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
1.3.2 Kesulitan berbicara atau memahami orang lain (disartia)
1.3.3 Kesulitan menelan (disfagia)
1.3.4 Kesulitan menulis atau membaca.
1.3.5 Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
1.3.6 Kehilangan koordinasi.
1.3.7 Kehilangan keseimbangan.
1.3.8 Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.
1.3.9 Mual atau muntah.
1.3.10 Kejang.
1.3.11 Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
1.3.12 Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

1.4 Patofisiologi
1.4.1 Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di
sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus,
sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis

2
mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
1.4.2 Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di
sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan
pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang
subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang
subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri
kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda
rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme
pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan
dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di
ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat
berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan
aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

1.5 Pemeriksaan Penunjang

3
1.5.1 Angiografi cerebral : membantu menentukan penyebab dari stroke
secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan
untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vaskular.
1.5.2 Lumbal pungsi : tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah
pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid
atau perdarahan pada intrakranial.
1.5.3 CT scan : penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
1.5.4 MRI (Magnetic Imaging Resonance) : menggunakan gelombang
megnetik untuk menentukan posisi dan besar terjadinya perdarahan
otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
1.5.5 EEG : pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.
1.5.6 Ultrasonografi doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah s. arteri karotis, aliran darah/muncul plak)
1.5.7 Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
darah yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis
interna terdapat pada thrombosis serebral : klasifikasi persial dinding
aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.

1.6 Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1.6.1 Infark serebri
1.6.2 Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus
normotensive

1.6.3 Fistula caroticocavernosum


1.6.4 Epistaksis
1.6.5 Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

1.7 Penatalaksaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1.7.1 Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa

4
diselamatkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah
yang adekuat dengan mengontrol/memperbaiki disritmia (irama dan
frekuensi) serta tekanan darah.
1.7.2 Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 150-300 menghindari fleksi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
1.7.3 Pengobatan
1.7.3.1 Anti koagulan: heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
1.7.3.2 Obat anti trombotik: pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik/emobolik.
1.7.3.3 Diuretika : untuk menurunkan edema serebral

Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa
penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas.
Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

1.8 Pathway

Hipertensi, aneurisma serebral, penyakit jantung, perdarahan serebral, DM, usia, rokok,
alkoholik, peningkatan kolesterol

Perdarahan serebral

Gangguan aliran darah ke otak Pecahnya pembuluh darah otak

Kerusakan neuromotorik Perdarahan intra kranial

Transmisi impuls UMN Darah merembes ke dalam Fungsi otak menurun


Ke LMN terganggu parenkim otak

Kelemahan otot progresif penekanan jaringan otak Kerusakan pada lobus


frontal
Mobilitas terganggu peningkatan TIK
Apasia global
Gangguan mobilitis fisik Gangguan perfusi jaringan otak
Gangguan komunikasi
verbal
ADL di bantu Pasien bed rest

Defisit Perawatan diri Penekanan yang lama pada daerah punggung dan bokong

Suplai nutrisi dan O2 kedaerah tertekan berkurang

Resiko gangguan integritas kulit

5
2. Rencana Asuhan Klien Dengan Penyakit Stroke Hemoragik
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan : meliputi riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga
2.1.2 Pemeriksaan fisik : data fokus
2.1.2.1 Aktivitas dan istirahat
Data subjektif :
- Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralisis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Data objektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot (flaksid atau spastik), paraliysis
(hemiplegia), kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
2.1.2.2 Sirkulasi
Data subjektif :
- Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung, endokarditis bakterial), polisitemia.
Data objektif :
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
2.1.2.3 Integritas ego
Data subjektif :
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data objektif :
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan ,
kegembiraan
- Kesulitan berekspresi diri
2.1.2.4 Eliminasi
Data subjektif :
- Inkontintensia, anuria
- Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus (ileus paralitik)

2.1.2.5 Makan/minum
Data subjektif :
- Nafsu makan hilang
- Nausea/vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data objektif :

6
- Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
- Obesitas (faktor resiko)
2.1.2.6 Sensori neural
Data subjektif :
- Pusing/syncope (sebelum CVA/sementara selama TIA)
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan
sub arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang

- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada


ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama)
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data objektif :
- Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan/paraliysis (kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya
reflek tendon dalam [kontralateral])
- Wajah : paralisis/parese (ipsilateral)
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif/kesulitan berkata-kata,
reseptif/kesulitan berkata-kata komprehensif, global/kombinasi
dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsilateral
2.1.2.7 Nyeri/kenyamanan
Data subjektif :
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data objektif :
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan
otot/fasial
2.1.2.8 Respirasi
Data subjektif :
- Perokok (faktor resiko)
Tanda :
- Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas
- Timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur

7
- Suara nafas terdengar ronchi/aspirasi
2.1.2.9 Keamanan
Data objektif :
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
2.1.2.10 Interaksi sosial
Data objektif :
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
2.1.2.11 Pengajaran / pembelajaran
Data subjektif :
- Riwayat hipertensi keluarga, stroke
- Penggunaan kontrasepsi oral
2.1.2.12 Pertimbangan rencana pulang
- Menentukan regimen medikasi/penanganan terapi
- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan cerebral (NANDA, 2012)
2.2.1 Definisi
penurunan oksigen yang mengakibatkan keggalan pengiriman nutrisi ke
jaringan pada tingkat kapiler
2.2.2 Batasan karaktersitik
- Perubahan status mental
- Perubahan perilaku
- Perubahan respons motoric
- Perubahan reaksi pupil
- Kesulitan menelan
- Kelemahan atau paralisis ekstremitas
- Paralisis
- Ketidaknormalan dalam berbicara
2.2.3 Faktor yang berhubungan
- Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
- Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
- Keracunan enzim
- Gangguan pertukaran
- Hipervolemia
- Hipoventilasi
- Hipovolemia
- Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membran kapileR
- Gangguan aliran arteri atau vena

8
- Ketidaksesuaian antara ventilasi dan aliran darah

Diagnosa 2 : Gangguan mobilitas fisik (NANDA,2012)


2.2.1 Definisi
Keterbatasan dala pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau
satu ekstremitas atau lebih [sebutkan tingkatnya] :
Tingkat 0 : Mandiri total
Tingkat 1 : Menggunakan peralatan atau alat bantu
Tingkat 2 : Memerlukan bantuan dari orang lain untuk untuk
pertolongan, pengawasan, atau pengajaran
Tingkat 3 : Membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan
atau alat bantu
Tingkat 4 : Ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas
2.2.2 Batasan karaktersitik
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan membolak-balik posisi
- Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misal
meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan
perilaku, fokus pada ketunadayan/aktivitas sebelum sakit
- Dyspnea setelah beraktivitas
- Perubahan cara berjalan
- Gerakan bergetar
- Keterbatasan kemampuan me;akukan keterampilan motorik halus
- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi
- Tremor akibat pergerakan
- Ketidakstabilan postur
- Pergerakan lambat
- Pergerakan tidak terkoordinasi
2.2.3 Faktor yang berhubungan
- Intoleransi aktivitas
- Perubahan metabolism selular
- Ansietas
- Indeks masa tubuh diatas perentil ke 75 sesuai usia
- Gangguan kognitif
- Konstraktir
- Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
- Fisik tidak bugar
- Penurunan ketahanan tubuh
- Penurunan kendali otot
- Penurunan massa otot
- Malnutrisi
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular, nyeri
- Agens obat
- Penurunan kekuatan otot
- Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik
- Keadaan mood depresif
- Keterlambatan perkembangan

9
- Ketidaknyamanan
- Disuse, kaku sendi
- Kurang dukungan lingkungan (misal fisik atau sosial)
- Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
- Kerusakan integritas struktur tulang
- Program pembatasan gerak
- Keengganan memulai pergerakan
- Gaya hidup monoton
- Gangguan sensori perseptual

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan serebral
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): Berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan
pasien tidak mengalami gangguan perfusi jaringan serebral dengan
kriteria hasil :
- Mempunyai sistem saraf pusat dan perifer yang utuh
- Menunjukkan fungsi sensorimotor kranial yang utuh
- Menunjukkan fungsi otonom yang utuh
- Mempunyai pupil yang sama besar dan reaktif
- Terbebas dari aktivitas kejang
- Tidak mengalami sakit kepala
2.3.2 Intervensi Keperawatan : Berdasarkan NIC
- Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab
peningkatan TIK dan akibatnya
- Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
- Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan
intrakranial tiap 2 jam
- Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri
bantal tipis)
- Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjunng
- Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat

Diagnosa 2 : Gangguan mobilitas fisik


2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): Berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan
pasien tidak mengalami ganguan mobilitas fisik dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan posisi optimal,
- Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
yang terserang hemiparesis dan hemiplagia.
- Mempertahankan perilaku yang memungkinkan adanya aktivitas.

10
2.3.2 Intervensi Keperawatan : Berdasarkan NIC
- Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dan
dengan cara yang teratur.
- Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya
dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam
posisi bagian yang terganggu.
- Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sekali jika
pasien dapat mentoleransinya.
- Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas saat masuk. Anjurkan melakukan latihan sepeti latihan
quadrisep/gluteal, meremas bola karet, melebarkan jari-jari
kaki/telapak.
- Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki
(foot board) seelama periode paralisis flaksid. Pertahankan posisi
kepala netral.
- Tempatkan bantal di bawah aksila untuk melakukan abduksi pada
tangan.
- Tempatkan handroll keras pada teelapak tangan dengan jari-jari dan
ibu

3. Daftar Pustaka
Ahern, N. R & Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
9. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. (2000).
Edisi 3. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta.EGC.

http://penyakitstroke.net/penyakit-stroke-hemoragik/

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit Mediaction.

Wilkinson, JM & Nancy, RA. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan:


Diagnosa NANDA, Intrevensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

LEMBAR PENGESAHAN

11
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIC
DIRUANG SYARAF RSUD ULIN BANJARMASIN

Nama : Hero Akhbar


NPM : 1614901210685
Program Studi : S1 Keperawatan Profesi Ners B
Fakultas Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2017

Banjarmasin, Mei 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( Hanura Aprilia,NS.,M.Kep ) ( )

12

Anda mungkin juga menyukai