Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM


DI RUANG NIVAS RSUD ULIN BANJARMASIN
STASE MATERNITAS

Nama : Hero Akhbar

NPM : 1614901210685

Ruangan : Poli Kandungan RSUD Ulin Banjarmasin

Program Studi : S1 Keperawatan Profesi Ners B

Fakultas Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin tahun 2017

Banjarmasin, Agustus 2017

Preceptor Akademik, Preceptor Klinik,

( )
(Yuliani Budiyarti., Ns.M.Kep.,Sp.Kep.Mat)
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM

1. Review Konsep Anatomi Sistem reproduksi


1.1 Anatomi

1.2 Fisiologi
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat menghasilkan ovum.
Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba
uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri.

Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium germinativum
yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel primordiial dan
medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh darah,
serabut sara dan sedikit otot polos.
Fungsi ovarium adalah :
- Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior mengendalikan
(melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon perangsangfolikel (FSH)
penting untuk awal pertumbuhan folikel de graaf, hipofisis mengendalikan
pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon (LH) dan sekresi luteotrofin dari
korpus lutenum.
- Memproduksi hormon estrogen
Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai sesudah
menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah besar folikel
ovarium dan seperti hormon beredar dalam aliran darah. Estrogen penting untuk
pengembangan organ kelamin wanita dan menyebabkan perubahan anak gadis
pada masa pubertas dan penting untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang
menandakan wanita normal.
- Memproduksi hormon progesterone
Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan yang
dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium
menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi.

2. Konsep penyakit Kista Ovarium


2.1 Definisi
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008). Kista ovarium merupakan tumor jinak
berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam (indung
telur) ovarium. (Kusuma, 2008). Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang
berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong.Kista ovarium
secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan
siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)

Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan
kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan,
nanah, ataupun bahan-bahan lainnya. Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus
selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan
normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya
tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak
membahayakan kesehatan penderitanya.

Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan


neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri
setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun
hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian
luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi,
duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah
vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.

2.2 Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu
yaitu:
2.2.1 Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
2.2.2 Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan
yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu
kanker.

2.3 Tanda dan Gejala


Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala
yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor
tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama, mungkin
lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau
siklus menstruasi tidak teratur.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggma
Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut
(usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat penyebaran
penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan
Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk
menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4,
beta HCG dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan
diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan
tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat
berbeda dengan kista ovarium biasa.

2.4 Patofisiolgis
Kista terdiri atas folikel folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi).
Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi
tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular
daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan
lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen
dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan
membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)

Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen
dan pelvis dan sel sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul
tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada
pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa
perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia
endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan
testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006)

Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan
luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian
fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak
ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista
demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang
menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa
yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai
diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan
cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang kadang
kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut.
(Robbins, 2007)

2.5 Pathway
2.6 Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining
atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan.

2.7 Prognosis
Prognosis untuk kista yang jinak baik. Walaupun penanganan dan pengobatan kista
ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya
sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk pengobatan yang
dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5
tahun penderita kista ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan
sebagian penderita 60-70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga
penyakit ini disebut dengan silent killer. Prognosis dari kista ovarium juga tergantung
dari beberapa hal: stadium, jenis histologis, derajat diferensiasi kista, residu kista,
umur penderita, ukuran kista dan free disease interval. Kista yang timbul pada wanita
usia reproduktif umumnya baik dan tidak menimbulkan dampak. Kista yang timbul
pada wanita menopause tidak boleh diabaikan karena merupakan gejala dari adanya
tumor patologis maupun ganas. Dari tipe kista: kalau kista jinak umumnya tidak
berbahaya namun, sebagian kecil berpotensi untuk menjadi ganas. Sedangkan , kista
ganas berbahaya, bila kista ganas terdeteksi pada stadium lanjut maka survival
rateakan semakin kecil

2.8 Penanganan Medis


Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau
fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat
dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
3. Rencana asuhan klien dengan penyakit pre eklamsi berat
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
3.1.2 Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
a. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri
pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan yang lalu : Sebelumnya tidak ada keluhan
c. Riwayat keluarga : Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
3.1.3 Pemeriksaan fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera : ikterik/tidak
2) Konjungtiva : anemis/tidak
3) Mata : simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK

3.1.4 Pemeriksaan penunjang


Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
Untuk mengetahui letak batas kista.

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
a. Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara
aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya
dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi
dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
b. Batasan Karakteristik
Merintih
c. Faktor yang berhubungan
Agen injuri biologis

Diagnosa 2 : Cemas b.d krisis situasional


a. Definisi
Menggambarkan kehawatiran dengan keaadan yang dialami
b. Batasan Karakteristik
Gelisah
c. Faktor yang berhubungan
krisis situasional

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam diharapkan nyeri
berkurang dan hilang dengan Kriteria hasil :
- Tampak rileks
- Mampu tidur, istirahat dengan baik
- Skala nyeri berkurang

b. Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi Rasional
1. Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, Untuk mengetahui tingkat nyeri
meliputi: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
faktor pencetus
2. Observasi isyarat-isyarat verbal dan non verbal Mengurangi rasa nyeri
dari ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah,
pola tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan
sosial.
3. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan
Kolaborasi:
anjuran. Pemberian analgetik harus
Analgetik dapat mengurangi nyeri
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : prinsip
pemberian obat 6 benar (benar nama, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu pemberian,
dan benar dokumentasi)
Membina hubungan saling percaya
4. Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien
dapat mengekspresikan nyeri
Dapat membantu perawat dalam
5. Kaji pengalaman masa lalu individu tentang
memberikan intervensi berikutnya.
nyeri
Dapat meningkatkan keefektifan
6. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
edukasi perawat
mengontrol nyeri yang telah digunakan
Sebagai motivator
7. Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
Dapat mengurangi rasa gelisah
8. Berikan informasi tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan
Kemadirian
9. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
(seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik,
dan distraksi)
Agar menghindari kejenuhan
10. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
berdasarkan respon pasien
Menjaga kenyamanan
11. Anjurkan klien untuk meningkatkan
tidur/istirahat
Dapat melakukan intervensi
12. Anjurkan klien untuk melaporkan kepada
selanjutnya
tenaga kesehatan jika tindakan tidak berhasil

Diagnosa 2 : Cemas berhubungan dengan krisis situasional


a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil :
- Pasien tampak tenang
- Kooperatif
- pasien tampak menerima kondisi yang dialaminya sekarang
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Tenangkan pasien dan kaji tingkat Mengatahui seberpa tingkat kecemasan
kecemasan pasien
2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan Membina hubungan saling percaya
kepada pasien dan perasaan yang
mungkin muncul pada saat melakukan
tindakan
3. Berusaha memahami keadaan pasien Empati
4. Berikan informasi tentang diagnosa, Dapat mengurangi gelisah
prognosis dan tindakan dengan
komunikasi yang baik
5. Mendampingi pasien untuk mengurangi Sebagai konseling
kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan
6. Dorong pasien untuk menyampaikan Menggugah apa yang dirasakan pasien
tentang isi perasaannya
7. Ciptakan hubungan saling percaya Komunikasi teraupiutik
8. Bantu pasien menjelaskan keadaan Sebagai konseling
yang bisa menimbulkan kecemasan
9. Bantu pasien untuk mengungkapkan hal Kemadirian
hal yang membuat cemas dan
dengarkan dengan penuh perhatian
10. Ajarkan pasien teknik relaksasi Pemenuhan spritual
11. Anjurkan pasien untuk meningkatkan Mengurangi kecemasan pasien
ibadah dan berdoa
12. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat-obatan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses pada tanggal
21 jini 2014
http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni
2014
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista-
ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-
ovarium_31.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista
ovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius.
FKUI
Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta; EGC.
Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai