KISTA OVARIUM
PELAKSANA :
NITA AULIATUS SHOLIHAH
433131420120018
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kista Ovarium
A. Definisi
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terbentuk ini dibungkus oleh selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium (Wirawan, 2013). Kista ovarium
merupakan keadaan dimana terdapat benjolan yang berisi cairan, nanah atau
jaringan padat pada ovarium atau indung telur, sedangkan ovarium sendiri
merupakan dua buah kelenjar berukuran kecil berada pada kedua sisi kanan dan
kiri uterus, memproduksi hormon untuk fungsi tubuh dan berisi sel telur yang
akan dikeluarkan saat ovulasi (Ricci & Kyle, 2009).
Kista ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kista ovarium
biasanya berupa kantung yang tidak bersifat kanker yang berisi zat gas, cair,
atau solid. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul (Andang, 2013).
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung
cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi
rongga perut sehingga menimbulkan sesak nafas (Nugroho, 2010)
B. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofsis dan ovarium. Faktor penyebab terjadinya kista antara lain
yaitu adanya penumpukan lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang
mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme
sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik
(Andang, 2013).
C. Patofisiologi
Pada ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan (Price & Sylvia, 2010).
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadangkadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin
yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat
tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium
serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium (Price & Sylvia, 2010).
D. Klasifikasi
Menurut Ricci & Kyle (2009), kista ovarium merupakan gangguan
indung telur yang bersifat fisiologis atau patologis. Berdasar tingkat keganasan
kista dibagi menjadi dua yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista ovarium
nonneoplastik jinak yaitu :
a. Follicular Cyst (Kista Folikel)
Kista folikel disebabkan oleh kegagalan folikel ovarium yang pecah
pada saat ovulasi. Ukuran diameter kista folikel pada umumnya tidak lebih
dari 5 cm. Kista folikel bersifat fisiologis dan tidak memerlukan
perawatan. Kista folikel dapat terjadi pada segala usia tetapi lebih sering
terjadi pada wanita usia produktif dan menopause. Kista folikel ini dapat
dideteksi dengan vaginal ultrasound/USG vagina (Ricci & Kyle, 2009).
Kista folikel biasanya tidak menunjukkan gejala dan menghilang
dalam waktu <60 hari. Jika muncul gejala akan menyebabkan siklus
menstruasi periode berikutnya memanjang atau memendek. Pemeriksaan
untuk kista < 4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal dan
pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista > 4 cm
atau kista menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4-8
minggu yang akan menyebabkan kista menghilang sendiri
(Prawirohardjo, 2014).
b. Corpus Luteum Cyst (Kista Korpus Luteum)
F. Pemeriksaan Penunjang
Apabila tumor sudah diketahui maka perlu diketahui apakah tumor
bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Kista nonneoplastik umumnya tidak
besar, mengecil secara spontan, dan dapat menghilang sendiri. Dalam hal ini
hendaknya menunggu selama 2 – 3 bulan dengan melakukan pemeriksaan
ginekologi berulang. Jika selama waktu observasi terdapat peningkatan
pertumbuhan tumor dapat diambil kesimpulan kemungkinan tumor tersebut
bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan pengobatan operatif (Andang,
2013)
2. Ultrasonografi
3. Foto Rontgen
4. Pemeriksaan CA-125
G. Penatalaksanaan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Nausea
3. Ansietas
C. Intervensi
Diagnosa
Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan 2x24 jam Observasi
diharapkan Tingkat • Identifikasi lokasi,
Nyeri menurun dengan karakterisitik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun • Identifikasi skala
2. Meringis menurun nyeri
• Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
• Berikan teknik
nonfarmakologis
Edukasi
• Anjurkan teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
• Kolaborasi
pemberian analgetik
Manuaba, Ida A.C (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk