Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KISTA OVARIUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Profesi Ners


Dosen Pengampu: Ns. Nikmatul Khayati, M.Kep

Disusun Oleh :

Retta Tri Kurniawati

G3A021247

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya (WHO,
2020). Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan salah satu
faktor resiko untuk mengalami gangguan kesehatan. Salah satu gangguan kesehatan
yang sering terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah kista ovarium.
Kista ovarium adalah jenis tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan
atau setengah cair yang tumbuh di indung telur (ovarium). Sampai saat ini, penyebab
kista ovarium belum diketahui dengan pasti, namun beberapa teori menyatakan bahwa
adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik
antara ovarium dengan hipotalamus. Salah satu penyebab terbentuknya kista pada
ovarium adalah dari perkembangan sel telur yang tidak dibuahi dalam ovarium (Yuli
Aspiani, 2017).
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada Tahun 2015 sebanyak 23.400
orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang. Menurut Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi tahun 2006, tingginya angka kematian karena penyakit ini
dikarenakan tanpa adanya gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga sulitnya
mendeteksi penyakit ini menyebabkan 60%-70% perempuan datang pada stadium
lanjut. Perjalanan penyakit ini disebut juga silent killer atau secara diam-diam
menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang
kista ovarium. Insiden kista ovarium yaitu 7% dari populasi wanita dan 85% bersifat
jinak (Kurniawaty, 2019). Dan walaupun kista ovarium bersifat tumor jinak, tidak
menutup kemungkinan akan menjadi tumor ganas atau kanker (Herawati,
Kusumawati, & Hidayat, 2011).
Kista ovarium apabila tidak ditindaklanjuti dengan pembedahan akan berisiko
mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu bisa mengalami torsi
sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi bahkan sampai kematian.
Menurut data statistik The American Cancer Society, kejadian kanker ovarium sekitar
4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima dari
penyebab kematian akibat kanker.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori kista ovarium?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kista ovarium?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep teori kista ovarium
2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan kista
ovarium
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Menurut Saydam (2012), kista ovarium merupakan penyakit tumor jinak yang
bertumbuh pada indung telur perempuan. Biasanya berupa kantong kecil yang
berbeda dengan penyakit kanker yang berisi cairan atau setengah cairan.
B. Penyebab
Menurut Arif,dkk (2016) mengatakan faktor resiko pembentukan kista ovarium terdiri
dari:
1. Usia
Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita kelompok usia
reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang, akan tetapi wanita yang
memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista
ovarium ganas.
2. Status menopause
Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak
aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause yang
rendah.
3. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan dengan induksi
ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat kesuburan). Gonadotropin yang
terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan kista berkembang.
4. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua pada
puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).
5. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid yang dapat
menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH merupakan faktor
yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel.
6. Merokok
Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk pertumbuhan kista
ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista ovarium dan semakin
menurun indeks massa tubuh (BMI) jika seseorang merokok.
7. Ukuran massa
Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran kurang dari 5 cm dan akan
menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Sedangkan pada wanita pascamenopause,
kista ovarium lebih dari 5 cm memiliki kemungkinan besar bersifat ganas.
8. Kadar serum petanda tumor CA-125
Kadar CA 125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium tersebut
bersifat ganas. Kadar abnormal CA125 pada wanita pada usia reproduktif dan
premenopause adalah lebih dari 200 U/mL, sedangkan pada wanita menopause
adalah 35 U/mL atau lebih.
9. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium, payudara, dan kolon
menjadi perhatian khusus. Semakin banyak jumlah keluarga yang memiliki
riwayat kanker tersebut, dan semakin dekat tingkat hubungan keluarga, maka
semakin besar resiko seorang wanita terkena kista ovarium.
10. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista ovarium, karena
alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar estrogen yang meningkat ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel.
11. Obesitas
Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena kista ovarium
baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak memproduksi banyak jenis zat kimia,
salah satunya adalah hormone estrogen, yang dapat mempengaruhi tubuh.
Hormone estrogen merupakan faktor utama dalam terbentuknya kista ovarium.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain:
1. Sering tanpa gejala.
2. Nyeri saat menstruasi
3. Nyeri pada perut bagian bawah.
4. Nyeri saat berhubungan badan.
5. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki.
6. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil.
7. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
D. Respon tubuh terhadap fisiologis
Respon tubuh terhadap perubahan fisiologi menurut Wiknjosastro (2008) adalah
sebagai berikut:
1. Sistem gastrointestinal
Tumor di dalam abdomen bagian bawah dapat menyebabkan pembengkakan
perut. Apabila tumor menekan kandung kemih dapat menimbulkan gangguan
miksi.
2. Sistem pencernaan
Kista yang besar akan menekan organ disekitarnya seperti lambung. Penekan pada
lambung dapat mengakibatkan mual muntah serta kehilangan nafsu makan.
3. Sistem pernafasan
Akibat dari pertumbuhan tumor yang membesar mengakibatkan paruparu menjadi
terdesak sehingga sirkulasi oksigen terganggu maka timbul rasa sesak.
4. Sistem reproduksi
Sel telur yang gagal berovulasi mengakibatkan produksi hormon meningkat,
pertumbuhan folikel menjadi tidak teratur, kegagalan sel telur menjadi matang
menimbulkan kista ovarium. Akibat dari komplikasi kista, terjadi perdarahan ke
dalam kista dan menimbulkan gejala yang minimal. Akan tetapi saat terjadi
perdarahan sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi
cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
5. Sistem kardiovaskuler
Putaran tungkai pada kista ovarium dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
meskipun jarang bersifat total. Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale yang akan
menimbulkan rasa sakit. Karena vena lebih mudah tertekan, terjadilah
pembendungan darah dalam tumor dengan akibat dari pembesaran terjadi
perdarahan didalamnya.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer antigen 125
(CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan
karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125
ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium.
Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien
sehat.
2. Laparaskopi Diagnostik
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
3. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium. Kista
simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya
tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan
merupakan kista fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau
kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam
lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma
benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing, paraovarian
dan kista tuba. USG endovaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang
jelas dari struktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih
yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi
massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini
memerlukan kandung kemih yang penuh.
4. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto
rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon
disebut di atas.
5. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan
kista bila dinding kista tertusuk.
F. Komplikasi
1. Torsi
Faktor yang menyebabkan torsi bermacam–macam, yaitu penting adalah faktor
faktor dari tumor sendiri, gerakan yang sekonyan – konyang dan gerakan
peristaltik dari usus.
2. Ruptur dari kista
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh trauma. Pada
kedua – duanya disertai gejala sakit, mual dan muntah.
3. Superasi dari kista
Kista Dermoid lebih sering dikenal radang, mungkin karena isinya yang
merangsang atau mungkin pula berat tumornya yang dapat mengganggu peredaran
darah, gejala – gejalanya seperti pada peradangan biasanya, yaitu : sakit, nyeri
tekanan, perut tegang, demam dan leukositosis, kalau dibiarkan bisa terjadi
peritonitis.
4. Perubahan Keganasan
Dari suatu tumor kistik benigna dapat terjadi keganasan lebih kecil dibandingkan
dengan jenis serosum. Biasanya bila terjadi keganasan, berupa Ca. Epidermoid,
kadang – kadang berbentuk sarcoma.
BAB III
STUDI KASUS

Nama Klien : Ny.A


Alamat : Peterongan
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Status Obstetri : P2A0
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut dan nyeri pada kemaluan seperti saat pembukaan
menjelang persalinan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan datang dengan membawa surat rujukan setelah periksa dari dokter
keluarga. Pasien mengatakan selama menstruasi deras sejak hari pertama hingga hari
terakhir. Pasien biasanya saat menstruasi mengganti pembalut sebanyak kurang lebih
5-6x dalam sehari.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit penyerta
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan orang tuanya maupun saudara kandungya tidak memiliki riwayat
menurun seperti hipertensi dan diabetes melitus.
5. Riwayat menstruasi
a. Umur menarche : Pasien mengatakan haid pertama kali berusia 11 tahun
b. Siklus haid : Pasien mengatakan siklusnya sekitar 28 hari, biasanta
menstruasi pada pertengahan bulan
c. Lama haid : Pasien mengatakn dirinya lama haid bisanya 7-8 hari
d. Jumlah darah haid : Pasien mengatakan mengganti pembalut sebanyak 5-6 kali
dalam sehari
e. Disminorhea : Pasien mengatakan nyeri menstruasi muncul akhir-akhir ini,
sebelumnya pasien tidak sakit
f. Spotting : tidak ada
g. Menorrhagia : asa
h. Metrorhagia : tidak ada
6. Riwayat Perkawinan
a. Lama menikah : 15 tahun
b. Pernikahan ke :1
c. Usia pertama menikah : 18 tahun
7. Riwayat Obstetri
P2A0, saat ini tidak KB
8. Riwayat Ginekologi
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami masalah dalam obstetri dan ginekologi
9. Pemeriksaan Fisik
a. Antopometri
1.) TB = 153 cm
2.) BB = 54 kg
3.) Lingkar lengan = 27 cm
b. Tanda vital: TD = 109/73, Nadi= 103x/menit, RR=20 x/menit, Suhu= 36,7oC
c. Keadaan Umum : Composmentis
d. Kulit, Kuku : Turgor kulit elastis, CRT < 2 detik
e. Kepala, leher : Bentuk mesochepal, lesi (-), nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran
kalenjar tiroid
f. Thorax
1.) Jantung: tidak tampak retraksi dada, nyeri tekan (-), bunyi pekak, suara lup
dup
2.) Paru-paru: pengembangan baru seimbang, nyeri tekan (-), perkusi; sonor, tidak
ada suara nafas tambahan
g. Abdomen: bentuk normal, tidak ada lesi, nyeri tekan hilang timbul, kembung (-)
h. Payudara: tidak terkaji
i. Perianal: tidak terkaji
j. Ekstremitas: Bentuk normal, nyeri tekan (-), tidak ada lesi
10. Pengkajian kebutuhan khusus
a. Oksigenasi
Pasien mengatakan tidak ada hambatan dan keluhan
b. Nutrisi
Ibu mengatakan tidak memiliki pantangan makanan apapun, tidak alergi makanan
appaun. Sehari makan 3x dengan sayur dan menggunakan lauk seadanya
c. Eliminasi
Pasien mengatakan dalam sehari BAK kurang lebih sebanyak 5-6x kali dan BAB
1x sehari biasanya di pagi hari.
11. Pemeriksaan Penunjang
a. USG tanggal 25/5/2022
Terdapat massa kistik ukuran 11 cm
b. Laboratorium
Hemoglobin : 11,8
Leukosit: 5880
Hematokrit: 35,1
Trombosit: 314000
Eritrosit: 3,96
MCV: 88,6
MCH: 29,9
MCHC: 33,7
RDW: 14,8
MDV: 8,3
CT: 3’30”
BT: 1’ 30”
HbsAg: Negatif
GDS: 110
12. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS: Agen cidera Nyeri akut
Pasien mengatakan keluhan nyeri perut fisiologis (D.0077)
hilang timbul
P: Penyakit terkait
Q: diremas-remas
R: Perut
S: Skala 4
T: Hilang timbul
DO:
Pasien tampak sesekali meringis
Pasien tampak sesekali memegangi
perutnya
Pasien tampak enggan merubah posisi
nyaman tubuhnya
Hasil USG; tampak terdapat massa kistik
ukuran 11 cm
DS: Rencana operasi Ansietas
Pasien mengatakan cemas takut karena akan
dioperasi
DO:
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak tegang
Pasien tampak cenderung diam

13. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan agen cidera fisiologis (D.0077)
b. Ansietas berhubungan rencana operasi (D.0080)
14. Intervensi Keperawatan
No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan 3x24 jam pasien 1. Berikan teknik
diharapkan dapat: nonfarmakologis (hipnosis,
1. Kemampuan menggunakan terapi musik, terapi musik)
teknik non farmakologis 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
meningkat Edukasi manajemen nyeri (I.
2. Penggunaan analgesik 12391)
menurun 1. Jelaskan penyebab, periode
3. Nyeri menurun dan strategi meredakan
nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
2 Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi (I.09326)
keperawatan 3x24 jam pasien 1. Ciptakan lingkungan
diharapkan dapat: tenang
1. Dukungan emosi yang 2. Berikan informasi tertulis
disediakan orang lain tentang persiapan dan
meningkat prosedur teknik relaksasi
2. Bantuan yang ditawarkan 3. Demonstrasikan dan latih
orang lain meningkat teknik relaksasi (TND,
3. Proses pikir logis imajinasi)
Teknik distraksi (I.08247)
1. Identifikasi pilihan teknik
distraksi yang diinginkan
2. Gunakan teknik distraksi
(ex: membaca buku,
bernyanyi, dll)
3. Anjurkan membuat daftar
aktivitas yang
menyenangkan

15. Implementasi
Hari/tanggal No. Implementasi SOAP Paraf
Dx
27/5/2022 1 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan nyeri pada
Nyeri perut hilang timbul
O: Pasien tampak sesekali meringi
dan memegangi perutnya
1 Mengajarkan S: Pasien mengatakan nyaman
manajemen nyeri mendengarkan suar-suara
non farmakologis gemercik air
O: Pasien tampak lebih rileks
2 Mengajarkan TND S: Pasien mengatakan takut akan
operasi
O: Pasien tampak lebih rileks
dengan TND
2 Mengajarkan S: Pasien mengatakan suka
teknik distraksi menonton youtube
O: Pasien tampak menikmati
tayanangan dilayar gadget nya
28/5/2022 2 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan saat ini
tingkat kecemasan cemas, takut tidak sembuh-
sembuh
O: Pasien tampak lesu, ketakutan
1 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan nyeri post
nyeri ulang op dibagian perut
O: Pasien tampak enggan untk
bergerak, cenderung tidur
1 Mengajarkan S: Pasien mengatakan nyaman
manajemen nyeri mendengarkan suar-suara
non farmakologis gemercik air, perasaan nyeri
seperti teralihkan
O: Pasien tampak lebih rileks
29/5/2022 1 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan nyeri
nyeri ulang berkurang
O: Pasien tampak sudah duduk di
bed
1 Mengajarkan S: Pasien mengatakan jika nyeri
teknik non sudah dapat mengendalikan
farmakologis nyeri sendiri
secara mandiri O: Pasien tampak lebih rileks
2 Menciptakan S: Pasien mengatakan sudah tidak
lingkungan yang cemas, dikarenakan dirinya
tenang merasa berangsur membaik
O: Pasien tampak nyaman, dapat
berpindah posisi secara mandiri
dan perlahan
16. Evaluasi
Hari/tanggal No. Dx Catatan Perkembangan Paraf
27/8/2022 1 S: Pasien mengatakan keluhan nyeri perut hilang
timbul
P: Penyakit terkait
Q: diremas-remas
R: Perut
S: Skala 4
T: Hilang timbul
O: Pasien tampak sesekali meringis
Pasien tampak sesekali memegangi perutnya
Hasil USG; tampak terdapat massa kistik ukuran 11
cm
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Ajarkan manajemen nyeri non farmakologis
- Memberikan posisi nyaman
2 S: Pasien mengatakan cemas takut karena akan
dioperasi
O: Pasien tampak gelisah
Pasien tampak tegang
Pasien tampak cenderung diam
A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Ajarkan teknik distraksi
28/5/22 1 S: Pasien mengatakan nyeri post op dibagian perut
P: Post op Laparatomi + test patensi tuba
Q: ditusuk-tusuk
R: Perut
Q: Skala 5
T: Hilang timbul
O: Pasien tampak sesekali meringis
Pasien tampak sesekali memegangi perutnya
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Kolaborasikan dengan tim medis
- Ajarkan manajemen nyeri non farmakologis
- Memberikan posisi nyaman
2 S: Pasien mengatakan saat ini cemas, takut tidak
sembuh-sembuh
O: Pasien tampak lesu, ketakutan
A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Ajarkan teknik distraksi
29/5/2022 1 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
P: Post op Laparatomi + test patensi tuba
Q: ditusuk-tusuk
R: Perut
Q: Skala 3
T: Hilang timbul
O: Pasien tampak berhati-hati jika akan merubah
posisi, pasien tampak sesekali meringis
A: Masalah nyeri belum teratasi
P:
- Ajarkan manajemen nyeri non farmakologis
- Memberikan posisi nyaman
2 S: Pasien mengatakan sudah tidak cemas,
dikarenakan dirinya merasa berangsur membaik
O: Pasien tampak nyaman, dapat berpindah posisi
secara mandiri dan perlahan
A: Masalah ansietas teratasi
P: Hentikan intervensi

Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teoritis, tanda dan gejala yang dapat terjadi pada
kasus kista ovarium adalah nyeri pada saat menstruasi, nyeri perut (di bagian bawah).
Pada pola kebiasaan sehari-hari biasanya klien mengalami gangguan dalam
memenuhi kebutuhan nutrisnya. Pada klien dengan post op biasanya pulih dalam 24-
74 jam setelah pembedahan. Pada pola istirahat tidur klien biasanya mengalami
gangguan karena nyeri dan ketidaknyamanan yang dirasakanya. Pada pola
aktivitas klien dengan gangguan kista ovarium aktivitasnya terganggu. Hasil
tanda-tanda vital tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
menerun, suhu badan normal atau meningkat, denyut nadi normal atau cepat
atau kecil, pada klien post op pada saat di palpasi terdapat rasa mulas dan nyeri
perut. Adapun data yang didapatkan dari tinjauan kasus yang ditemui dilapangan,
Ny. A mengeluh nyeri haid pada akhir-akhir ini yang sangat hebat pada hari ke
1, 2, 3. Pada pemriksaan fisik Ny. A mengeluh nyeri pada luka post op, panjang
luka 8cm keadaan luka tertutup verban, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Berdasarkan hasil data diatas, ditemukan persamaan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus yang terjadi dilapangan. Persamaan yang ditemukan antara lain:
nyeri hebat pada saat menstruasi, nyeri pada pada luka post op, tanda-tanda vital
dalam batas normal.
Relaksasi yaitu tindakan megurangi nyeri dengan merelaksasi otot, teknik ini
berguna untuk memberikan penurunan skala nyeri (Suhartini, 2013). Teknik ini
berguna untuk menekan nyeri di thalamus lalu ke kortek cerebri sebagai pusat nyeri.
Saat melakukan teknik nafas dalam harus di suasananya yang nyaman, tenang serta
rileks agar tujuan dari teknik ini tercapai. Teknik relaksasi nafas dalam dapat
merangsang tubuh menghasilkan endorphin dan enfikelin. Hormon endorphin dan
enfikelinini adalah zat kimiawi endogen yang berstruktur seperti opioid, yang mana
endorphin dan enfikelin dapat menghambat imflus nyeri dengan memblok transmisi
implus didalam otak dan medulla spinalis (Yusliana,et al (2015). Relaksasi nafas
dilakukan dengan teknik menarik nafas dalam dalam pada saat pasien mengeluh nyeri
dengan menggunakan pernafasan dada melalui hidung akan mengalirkan oksigen ke
darah, kemudian dialirkan keseluruh tubuh sehingga pasien akan merasakan rileks dan
nyaman karena tubuh akan mengalirkan hormone endorphin yang merupakan
penghilang rasa sakit alami dalam tubuh (Lanina, 2020).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista ovarium adalah tumor jinak yang bertumbuh pada indung telur
perempuan. Biasanya berupa kantong kecil yang berbeda dengan penyakit kanker
yang berisi cairan atau setengah cairan. Kista ovarium apabila tidak ditindaklanjuti
dengan pembedahan akan berisiko mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker,
disamping itu bisa mengalami torsi sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan,
atau infeksi bahkan sampai kematian. Penanganan yang cepat dan akurat dibutuhkan
untuk pencegahan komplikasi pada tindakan laparotomi yang merupakan penyayatan
operasi melalui dinding abdominal midline atau flank untuk melakukan visualisasi
organ di dalam abdominal. Maka dari itu tindakan pasca pembedahan membutuhkan
perawatan oleh tenaga medis untuk menstabilkan kondisi responden baik dari segi
menghilangkan nyeri ataupun pencegahan komplikasi.
B. Saran
Penulis mengerti penulisan makalah ini tidak sempurna, membutuhkan saran dan
kritikan dari pembaca yang membangun sehingga makalah ini menjadi sempurna.
Saran pembaca sangat berarti untuk menyempurnakan dan melengkapi makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai