NIM : 1914201076
B. Etiologi
Kebanyakan kondisi yang menjadi penyebab kista ovarium tidak ganas.
Berdasarkan penyebabnya, kista ovarium bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu kista
ovarium fungsional dan kista ovarium non-fungsional. Kista ovarium fungsional, kista
yang terbentuk saat ovarium wanita melepaskan sel telur untuk dibuahi (ovulasi).
Jenis kista ini adalah yang paling umum dialami wanita dan biasanya tidak berbahaya.
Kista non-fungsional, adalah jenis kista yang tidak berkaitan dengan fungsi normal
siklus haid wanita. Contoh jenis kista non-fungsional, antara lain:
Gaya hidup yang tidak sehat, pola makan yang buruk, masalah
hormonal, serta gangguan kesehatan lainnya, hal-hal ini bisa menjadi pemicu
timbulnya kista ovarium. Kista ovarium adalah salah satu penyakit yang sering
menyerang wanita yang terjadi karena pertumbuhan sel yang tidak normal
berupa kantung berisi cairan pada indung telur (ovarium). Berikut adalah 10
hal ini bisa menjadi pemicunya.
Kebanyakan kista pada indung telur berukuran kecil dan tidak menimbulkan
gejala. Namun secara umum, gejala kista ovarium bisa berupa:
Gejala umum :
Nyeri tajam atau tumpul yang hilang dan timbul pada perut bawah
Bengkak
Perut kembung
Sensasi tekanan di perut bagian bawah
Nyeri panggul
Nyeri tumpul pada punggung bawah dan paha
Keinginan berkemih yang lebih sering
Gangguan berkemih dan buang air besar
Sakit saat berhubungan intim
Berat badan turun tanpa penyebab yang jelas
Nyeri haid
Perdarahan dari vagina di luar siklus haid
Nyeri payudara
Kista ovarium yang pecah dapat menimbulkan nyeri berat yang dirasa
mendadak. Sementara kista yang memicu terpuntirnya indung telur, bisa memicu
sakit disertai dengan mual dan muntah.
D. Patofisiologi
Folikel yang sudah pecah dan melepaskan sel telur akan menjadi korpus
luteum dan menghasilkan cairan. Kista ini terjadi ketika lubang pada korpus luteum
tersumbat dan menyebabkan penumpukkan cairan. Akibatnya, korpus luteum
berkembang menjadi kista.
E. Komplikasi
Beberapa komplikasi kista ovarium yang dapat terjadi adalah torsi ovarium,
yaitu kondisi ketika kista yang membesar membuat ovarium berputar atau bergerak,
sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, komplikasi lain yang dapat ditimbulkan
kista ovarium adalah pecahnya kista. Jika kista ovarium pecah, akan timbul nyeri
hebat dan perdarahan.
F. Pemeriksaan Penunjang
Tes menggunakan gelombang ultrasuara, cara ini dilakukan untuk membuat
gambar dari ovarium. Gambaran ini membantu dokter menentukan ukuran dan
lokasi kista atau tumor.
Tes pencitraan seperti, computed tomography (CT), magnetic resonance
imaging (MRI), dan tomografi emisi positron (PET) adalah tes yang
memberikan penjelasan rinci. Dokter dapat menggunakan tes ini untuk
menemukan tumor ovarium dan melihat penyebaran tumor tersebut.
Untuk melengkapinya, dokter melakukan tes darah untuk memeriksa beberapa
kadar hormon. Ini dapat meliputi pemeriksaan luteinizing hormone (LH),
follicle stimulating hormone (FSH), estradiol, dan testosteron.
Melalui sebuah sayatan kecil, dokter memasukkan alat laparoskop, yaitu
selang yang ujungnya dilengkapi lampu dan kamera. Sebelum memulai
metode pembedahan ini, kamu akan menjalani proses pembiusan. Dengan
laparoskopi, dokter melihat langsung rongga panggul dan organ-organ
reproduksi untuk mendeteksi kelainan.
Tes CA-125. Jika menurut dokter pertumbuhan tumor ini adalah suatu kanker,
dokter akan mengusulkan tes darah untuk mencari protein yang disebut CA-
125. Tingkat protein ini cenderung lebih tinggi di beberapa wanita dengan
kanker ovarium (namun bukan satu-satunya patokan). Tes ini terutama
digunakan pada wanita di atas usia 35 tahun, yang berisiko sedikit lebih tinggi
untuk mengalami kanker ovarium.
Jika diagnosisnya merupakan kanker ovarium, dokter menggunakan hasil tes
diagnostik untuk menentukan apakah kanker telah menyebar di luar ovarium.
Jika memang kanker, dokter juga akan menggunakan hasil untuk menentukan
seberapa jauh ia telah menyebar. Prosedur diagnostik ini disebut penentuan
stadium. Hal ini membantu dokter merencanakan perawatan.
G. Penatalaksaan
Mayoritas kista ovarium adalah kista fungsional, jinak, dan berukuran kecil.
Oleh karena itu, mayoritas kista ovarium tidak membutuhkan penatalaksanaan dan
akan menghilang dengan sendirinya.
Terapi pembedahan dipertimbangkan pada kista ovarium sederhana yang lebih
besar dari 5 cm (terutama jika simtomatis) dan kista ovarium kompleks. Pendekatan
bedah ini meliputi teknik insisional terbuka (laparotomi) dan teknik invasif minimal
(laparoskopi) dengan insisi kecil. Kedua teknik tersebut memiliki tujuan yang sama:
Untuk mengkonfirmasi diagnosis kista ovarium
Untuk menilai apakah kista tampak ganas atau tidak
Untuk mengumpulkan cairan dari periotoneal untuk penilaian sitologis
Untuk mengangkat semua kista untuk analisis patologis (mungkin juga dapat
berarti mengangkat seluruh ovarium)
Untuk menilai ovarium di sisi lainnya dan organ abdomen lainnya
Untuk melakukan terapi pembedahan tambahan jika terdapat indikasi