Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KISTA OVARIUM

NAMA : NELA PUTRI

NIM : 1914201076

RUANG PRAKTEK : KEBIDANAN

RSU ‘AISYIYAH PADANG

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2021/ 2022


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KISTA OVARIUM

A. Pengertian Kista Ovarium


Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada indung telur
(ovarium) wanita. Kista ini biasanya muncul selama masa subur atau selama wanita
mengalami menstruasi.
Tiap wanita memiliki dua indung telur (ovarium), satu di bagian kanan dan
satu lagi di sebelah kiri rahim. Ovarium yang berukuran sebesar biji kenari ini
merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita.
Ovarium berfungsi menghasilkan sel telur tiap bulan (mulai dari masa
pubertas hingga menopause), serta memproduksi hormon estrogen dan progesteron.
Fungsi ovarium terkadang dapat terganggu, kista termasuk jenis gangguan yang
sering terjadi.

B. Etiologi
Kebanyakan kondisi yang menjadi penyebab kista ovarium tidak ganas.
Berdasarkan penyebabnya, kista ovarium bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu kista
ovarium fungsional dan kista ovarium non-fungsional. Kista ovarium fungsional, kista
yang terbentuk saat ovarium wanita melepaskan sel telur untuk dibuahi (ovulasi).
Jenis kista ini adalah yang paling umum dialami wanita dan biasanya tidak berbahaya.
Kista non-fungsional, adalah jenis kista yang tidak berkaitan dengan fungsi normal
siklus haid wanita. Contoh jenis kista non-fungsional, antara lain:

1. Kista dermoid, juga dikenal sebagai teratoma disebabkan oleh perkembangan


abnormal dari sel-sel embrionik sehingga di dalam kista dapat ditemukan
jaringan rambut, kulit, dan gigi. Kista ini jarang bersifat ganas.
2. Kistadenoma. Kista ini berkembang di permukaan ovarium dan mungkin
berisi cairan atau lendir.
3. Endometrioma adalah kondisi ketika sel-sel yang melapisi dinding dalam
rahim tumbuh di luar rahim, biasanya di ovarium. Pada saat menstruasi, sel-sel
ini membentuk kista berisi darah dengan isi jaringan endometrioma berwarna
merah kecoklatan yang menyebabkan endometrioma sering dikenal sebagai
kista cokelat.
Kista non-fungsional lain yang umum adalah sindrom ovarium
polikistik, yaitu ketika terdapat adanya banyak kista kecil. Sindrom ovarium
polikistik disebabkan oleh berbagai macam masalah hormonal yang juga
merupakan penyebab paling sering kemandulan bagi wanita.

Gaya hidup yang tidak sehat, pola makan yang buruk, masalah
hormonal, serta gangguan kesehatan lainnya, hal-hal ini bisa menjadi pemicu
timbulnya kista ovarium. Kista ovarium adalah salah satu penyakit yang sering
menyerang wanita yang terjadi karena pertumbuhan sel yang tidak normal
berupa kantung berisi cairan pada indung telur (ovarium). Berikut adalah 10
hal ini bisa menjadi pemicunya.

 Siklus Haid Tidak Lancar


Menstruasi yang tidak lancar berakibat buruk bagi tubuh, salah satunya bisa
menyebabkan kista pada indung telur. Penyebabnya adalah penumpukan darah
kotor di dalam tubuh yang seharusnya dikeluarkan.
 Gangguan Hormon
Hormon yang terganggu juga bisa menyebabkan kista menyerang tubuh. Pola
hidup yang sehat bisa membantu menjaga keseimbangan hormon tubuh
tersebut.
 Belum Memiliki Keturunan
Mengandung dan melahirkan membuat rahim wanita menjadi lebih sehat dan
menurunkan risiko terserang kista. Namun, jika kamu belum (atau tidak
berencana) mengandung dan melahirkan, pencegahan bisa dilakukan dengan
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung antioksidan. Antioksidan
akan melindungi tubuh dari virus, parasit, bakteri, dan berbagai radikal bebas.
 Haid Dini
Terlalu dini menstruasi ternyata juga bisa meningkatkan risiko terserang kista.
Untuk itu, jika kamu memiliki adik atau anak perempuan yang akan
mendapatkan menstruasi, ajari mereka untuk menjaga pola makan sehat.
Sebab, makanan sehat dapat mengurangi risiko terkena kista.
 Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Salah satunya, kolesterol bisa menyerang organ reproduksi seperti rahim dan
menyebabkan kista ovarium. Oleh karena itu, demi kesehatan organ
reproduksi, seorang wanita sebaiknya mengurangi konsumsi lemak jenuh.
 Stres
Tidak hanya menyerang pikiran, stres berlebihan juga dapat menghasilkan
hormon tertentu yang memicu penyakit. Ketidakmampuan mengelola stres
bisa menjadi pemicu kista ovarium. Oleh karena itu, sebaiknya hindari stres
dengan gaya hidup sehat dan berolahraga, supaya bisa terhindar dari berbagai
penyakit termasuk kista ovarium.
 Obat Subur
Memiliki keturunan merupakan impian bagi kebanyakan pasangan. Bahkan,
sebagian pasangan rela melakukan apa pun demi mewujudkan impian tersebut.
Salah satunya adalah dengan mengonsumsi obat penyubur kandungan. Namun
ternyata, mengonsumsi obat penyubur kandungan secara berlebihan
mempunyai berbabagi efek samping. Salah satu efek sampingnya adalah kista
ovarium. Oleh karena itu, untuk menghindari efek ini sebaiknya konsumsilah
penyubur kandungan dari bahan alami seperti kacang hijau dan taoge.
 Rokok
Selama ini, kita mengetahui bahwa rokok tidak baik untuk kesehatan, terutama
kesehatan paru-paru. Selain itu, ternyata zat adiktif di dalam rokok bisa
mengganggu rahim dan menjadi pemicu kista pada indung telur. Berhenti
merokok dan mengurangi interaksi dengan lingkungan penuh asap rokok dapat
mengurangi risiko terkena kista ovarium.
 Minuman Beralkohol
Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan bisa merusak organ tubuh
seperti hati. Selain itu, mengonsumsi alkohol berlebihan juga dapat
menyebabkan kista ovarium. Tidak hanya minuman beralkohol, ternyata
mengonsumsi minuman bersoda secara berlebihan pun dapat meningkatkan
risiko terkena kista ovarium. Agar lebih sehat, sebaiknya ganti minuman
beralkohol dan bersoda dengan air putih, susu, atau jus buah dan sayur.
 Infeksi Akibat Parasit, Kuman, dan Bakteri
Infeksi parasit, kuman, dan bakteri pada organ intim menjadi penyebab utama
kista ovarium. Untuk mencegahnya, sebaiknya kamu menjaga kebersihan dan
kesehatan organ kewanitaan kamu ya.

C. Tanda dan Gejala

Kebanyakan kista pada indung telur berukuran kecil dan tidak menimbulkan
gejala. Namun secara umum, gejala kista ovarium bisa berupa:

Gejala umum :

 Nyeri tajam atau tumpul yang hilang dan timbul pada perut bawah
 Bengkak
 Perut kembung
 Sensasi tekanan di perut bagian bawah

Gejala yang lebih jarang :

 Nyeri panggul
 Nyeri tumpul pada punggung bawah dan paha
 Keinginan berkemih yang lebih sering
 Gangguan berkemih dan buang air besar
 Sakit saat berhubungan intim
 Berat badan turun tanpa penyebab yang jelas
 Nyeri haid
 Perdarahan dari vagina di luar siklus haid
 Nyeri payudara

Kista ovarium yang pecah dapat menimbulkan nyeri berat yang dirasa
mendadak. Sementara kista yang memicu terpuntirnya indung telur, bisa memicu
sakit disertai dengan mual dan muntah.

D. Patofisiologi
Folikel yang sudah pecah dan melepaskan sel telur akan menjadi korpus
luteum dan menghasilkan cairan. Kista ini terjadi ketika lubang pada korpus luteum
tersumbat dan menyebabkan penumpukkan cairan. Akibatnya, korpus luteum
berkembang menjadi kista.

E. Komplikasi
Beberapa komplikasi kista ovarium yang dapat terjadi adalah torsi ovarium,
yaitu kondisi ketika kista yang membesar membuat ovarium berputar atau bergerak,
sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, komplikasi lain yang dapat ditimbulkan
kista ovarium adalah pecahnya kista. Jika kista ovarium pecah, akan timbul nyeri
hebat dan perdarahan.

F. Pemeriksaan Penunjang
 Tes menggunakan gelombang ultrasuara, cara ini dilakukan untuk membuat
gambar dari ovarium. Gambaran ini membantu dokter menentukan ukuran dan
lokasi kista atau tumor.
 Tes pencitraan seperti, computed tomography (CT), magnetic resonance
imaging (MRI), dan tomografi emisi positron (PET) adalah tes yang
memberikan penjelasan rinci. Dokter dapat menggunakan tes ini untuk
menemukan tumor ovarium dan melihat penyebaran tumor tersebut.
 Untuk melengkapinya, dokter melakukan tes darah untuk memeriksa beberapa
kadar hormon. Ini dapat meliputi pemeriksaan luteinizing hormone (LH),
follicle stimulating hormone (FSH), estradiol, dan testosteron.
 Melalui sebuah sayatan kecil, dokter memasukkan alat laparoskop, yaitu
selang yang ujungnya dilengkapi lampu dan kamera. Sebelum memulai
metode pembedahan ini, kamu akan menjalani proses pembiusan. Dengan
laparoskopi, dokter melihat langsung rongga panggul dan organ-organ
reproduksi untuk mendeteksi kelainan.
 Tes CA-125. Jika menurut dokter pertumbuhan tumor ini adalah suatu kanker,
dokter akan mengusulkan tes darah untuk mencari protein yang disebut CA-
125. Tingkat protein ini cenderung lebih tinggi di beberapa wanita dengan
kanker ovarium (namun bukan satu-satunya patokan). Tes ini terutama
digunakan pada wanita di atas usia 35 tahun, yang berisiko sedikit lebih tinggi
untuk mengalami kanker ovarium.
 Jika diagnosisnya merupakan kanker ovarium, dokter menggunakan hasil tes
diagnostik untuk menentukan apakah kanker telah menyebar di luar ovarium.
Jika memang kanker, dokter juga akan menggunakan hasil untuk menentukan
seberapa jauh ia telah menyebar. Prosedur diagnostik ini disebut penentuan
stadium. Hal ini membantu dokter merencanakan perawatan.

G. Penatalaksaan
Mayoritas kista ovarium adalah kista fungsional, jinak, dan berukuran kecil.
Oleh karena itu, mayoritas kista ovarium tidak membutuhkan penatalaksanaan dan
akan menghilang dengan sendirinya.
Terapi pembedahan dipertimbangkan pada kista ovarium sederhana yang lebih
besar dari 5 cm (terutama jika simtomatis) dan kista ovarium kompleks. Pendekatan
bedah ini meliputi teknik insisional terbuka (laparotomi) dan teknik invasif minimal
(laparoskopi) dengan insisi kecil. Kedua teknik tersebut memiliki tujuan yang sama:
 Untuk mengkonfirmasi diagnosis kista ovarium
 Untuk menilai apakah kista tampak ganas atau tidak
 Untuk mengumpulkan cairan dari periotoneal untuk penilaian sitologis
 Untuk mengangkat semua kista untuk analisis patologis (mungkin juga dapat
berarti mengangkat seluruh ovarium)
 Untuk menilai ovarium di sisi lainnya dan organ abdomen lainnya
 Untuk melakukan terapi pembedahan tambahan jika terdapat indikasi

Penggunaan teknik laparoskopi sudah sangat umum dilakukan. Laparoskopi lebih


dipilih dibandingkan laparotomi karena memiliki efek samping yang lebih kecil dan
waktu pemulihan yang cepat. Pada mayoritas perempuan pascamenopause dengan
kista ovarium, ooforektomi bilateral dan histerektomi sering dilakukan karena
peningkatan insidensi kanker ovarium pada kelompok ini.

Anda mungkin juga menyukai